Vous êtes sur la page 1sur 10

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan Rahmat,Hidayah,dan Inayah-Nya
sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah Pendidikan Agama Islam dengan
judul “Islam Agama Rahmat Bagi Semesta Alam dan Apa Sumbangan Islam dalam Mengatasi
Persoalan Manusia Modern” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan,namun kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek
lainnya. Oleh karena itu,dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya,kami sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil
manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat
permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Riau,
Februari,2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………….…………………..………………….…...ii
DAFTAR ISI………………………….……………………………………………………....iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG…………….……………………………………………...2
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………….……......3
C. TUJUAN PENULISAN………..……………………………………….…….....3

BAB II PEMBAHASAN
A. Islam Agama Rahmat Bagi Semesta
Alam…………………...……………………......................................................

KESIMPULAN…………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Agama Islam sebagai Agama Rahmatan Lil ‘Alamin (rahmat bagi semesta alam)
mengajarkan kepada umatnya untuk mencintai sesama tanpa membeda-bedakan agama dan
golongan agar tercipta kerukunan dan kedamaian. Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw
adalah agama yang dihadirkan untuk menjadi petunjuk hidup bagi seluruh umat manusia.
Realitas bangsa Indonesia sampai hari ini tetap saja tak bergerak ke arah kehidupan sosial
yang lebih baik. Praktek hidup dan berkehidupan masyarakat memperlihatkan kondisi yang tak
sejalan dengan norma-norma agama aau sebagaimana yang dianjurkannya. Realitas Indonesia
adalah bangsa dengan kemiskinan yang besar, tingkat kesehatan yang masih buruk, dan yang
fenomenal adalah tingkat korupsi dan suap (risywah) paling tinggi di dunia. Korupsi dan suap
telah menjadi praktek yang menyebar di mana-mana, seakan-akan semua warga bangsa ini
terlepas dari identitas kultralnya.
Sungguh ironis bahwa kondisi yang buruk dan memprihatinkan ini justru terjadi dalam
sebuah bangsa dengan jumlah warga muslimnya yang sangat besar, bahkan terbesar di dunia.
Perilaku masyarakat muslim Indonesia masih memperlihatkan wajah-wajah yang paradoks.
Ibadah individual yang bergemuruh dengan ratusan ribu tempat ibadahnya itu ternyata belum
merefleksikan makna ketaqwaan sosial, ekonomi, politik dan budaya, dan belum menunjukkan
kemajuan yang berarti dalam kehidupan masyarakat muslim. Bangsa muslim Indonesia belum
bisa membuktikan dirinya sebagai“Khair Ummah ukhrijat li al-Nas” (bangsa yang terbaik yang
dilahirkan untuk umat manusia). Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dipaparkan
mengenai kerahmatan Islam bagi seluruh alam serta kerukunan dalam pluraritas keberagaman

Rumusan Masalah
1. Apa- apa saja pengertian agama dan unsur- unsur pokoknya
2. Apa- apa itu islam rahmatan lil’alamin
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Islam adalah Agama Rahmat Bagi Semesta Alam
2. Untuk mengetahui islam serta memahami islam secara baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN

A. ISLAM AGAMA RAHMAT BAGI SEMESTA ALAM


Ajaran Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Islam merupakan
satu-satunya agama yang sesuai dengan fitrah manusia, serta senantiasa menstimulus manusia
untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta (Allah), sekaligus menjadi diri yang baik dan
bermanfaat bagi sesamanya. Islam sebagai agama rahmatan lil‘alamin secara normatif dapat
dibuktikan berdasarkan visi dan misi Islam sebagai agama, yaitu sebagaimana tercantum dalam
Al-Qur’an :
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiya [21]: 107).
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.” (QS. Saba [34]: 28).

Ayat-ayat diatas menunjukkan bahwa islam mempunyai visi utama untuk menebar kasih
sayang (rahmat) untuk seluruh alam semesta dengan universalitas kemanusiaan yang
mengarahkan manusia pada kesejahteraan, kedamaian, dan keadilan. Islam benar-benar
mengantarkan manusia pada cita-cita hidup yang bahagia dunia dan akhirat, sebagaimana do’a
seorang muslim yang dicatat dalam Al-Qur’an:
“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka” (QS. Al-Baqarah [2]:
201).
Islam mengutuk keras semua tindakan yang mengandung unsur kezaliman, khianat,
penipuan, penghisapan, pemerasan, perjudian, pemaksaan, sesuatu yang merusak, dan
sebagainya. Semua nilai dan prinsip ini bermuara pada 5 (lima) prinsip dasar Islam (al-usul al-
khamsah) seperti yang dirumuskan oleh al-Ghazali, as-Syathibi, dan Ibn Khaldun, yaitu:
1) Hifzh ad-Din (melindungi agama / keyakinan),
2) Hifzh an-Nafs (melindungi jiwa),
3) Hifzh al-Aql (melindungi akal pikiran),
4) Hifzh an-Nasl (melindungi keturunan).
5) Hifzh al-Mal (melindungi harta/hak milik)

Islam melarang keras dan menghukum seberat-beratnya bagi siapa pun yang melakukan
kekerasan, kerusuhan, perusakan, perbudakan, pemerasan, kezaliman, dan sebagainya. Hal ini
dinyatakan didalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW, seperti hadits: “Kasihanilah makhluk
bumi, maka makhluk langit akan mengasihimu” (HR.Bukhari); “Barang siapa yang tak pernah
mengasihi maka ia tak pernah dikasihi” (HR. Bukhari); “Tidak termasuk umatku, orang yang tak
mengasihi yang lebih muda diantara mereka dan tak menghormati yang lebih tua diantara
mereka”. (HR.Abu Dawud), serta beberapa hadits lain.
Dengan demikian, pokok Islam sebagai agama rahmat sesungguhnya tersimpul dari
konsep ketauhidan yang hanya terdapat di dalam Islam. Tauhid berarti dari Allah (minallahi),
dengan Allah (billahi), bersama Allah (ma’allahi), untuk Allah (lillahi), dan hanya kepada Allah
(ilallahi). Artinya, dengan ketauhidan, seorang muslim harus memberikan kedamaian dan cinta
kasih, kebenaran, toleransi dan keterbukaan (tasamuh), kemajuan, dan kemanfaatan bukan hanya
untuk sesama muslim, melainkan untuk seluruh umat manusia.

Sejarah pertumbuhan dan kemajuan islam sebenarnya tidak hanya meliputi dunia Arab. Islam
juga pernah berkembang pesat di Eropa, tepatnya di Andalusia, Bosnia, Macedonia, Bulgaria,
Rumania, Albania, Portugal, dan Sisilia. Sebelum munculnya, renaissance, Eropa dilanda zaman
kegelapan. Eropa berada dalam pengaruh kekuasaan gereja yang anti terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan dan penemuan-penemuan baru yang dianggap bertentangan dengan doktrin gereja.
Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri dari ahli-ahli sains berasa mereka ditekan dan
dikontrol. Pemikiran mereka ditolak. Barang siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan
dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera malah ada yang dibunuh.

Sewaktu pemerintahan khalifah-khalifah Abbasiyah yang mashyur, yaitu: al-Mansur (754-


75), Harun al-Rashid (786-809) dan al-Makmun (813-833), di beberapa kawasan Islam muncul
para ilmuwan besar dari berbagai disiplin ilmu, seperti : al-Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina, al-Biruni,
Ibnu Miskawayh al-Razi, al-Khawarizmi, Ibnu Haitham, Ibnu Rusyd Ibnu Bajja, Ibnu Masarrah,
Ibnu Tufail, dan Ibnu Khaldun.
Mereka adalah para ilmuwan dalam bidang filsafat, metafisika, fisika, matematika, etik,
politik, psikologi, kedokteran, geografi, astronomi, kimia, optik, dan musik.
Diantara penerjemah-penerjemah cemerlang Eropa waktu itu adalah Gundissalines (1130-
1150). Ia telah menerjemahkan beberapa bab dari kitab as-Syifa karya Ibnu Sina, kitab Ihsa al-
ulum karya al-Farabi, Risalat al-aqli Wa al-Ma’qul karya al-Kindi, Maqasid al-Falsafah karya
al-Ghazali, juga beberapa buah buku tentang astronomi. Herman German, seorang Uskup bekerja
menerjemahkan buku di Toledo. Pada tahun 1240, ia telah menerjemahkan review Ibnu Rusyd
tehadap buku Ethica Nicomachaea karangan Aristoteles. Pada tahun 1250, beliau menyalin dari
bahasa Arab buku Rheforica karya Aristoteles dengan memakai alasan-alasan al-Farabi, Ibnu
Sina dan Ibnu Rusyd.
Pengaruh Ibnu Rusyd di Eropa menurut Bertrand Russell sangat lah kuat, bukan saja di
kalangan golongan skolastik, tetapi juga di kalangan kelompok besar pemikir bebas bukan
professional. Christoper Colombus sendiri terinspirasi oleh karya-karya Ibnu Rusyd. Dalam
usahanya untuk menyeberangi lautan Atlantik, ia dihalang oleh berbagai pihak terutama sekali
gereja. Kaum perempuan yang saat itu tertekan oleh berbagai diskriminasi bangkit untuk
memperjuangkan hak-hak mereka karena terinspirasi oleh buku-buku Ibnu Rusyd mengenai
wanita dan hak-hak mereka. Kesadaran ini telah menimbulkan gerakan feminism dan ia
dipelopori oleh Dubois di Perancis dan Ockham di England yaitu kira-kira dua abad setelah
kematian Ibnu Rusyd.
Gerakan pembaharuan Islam di satu sisi merupakan kesadaran internal umat Islam,
namun di sisi lain juga merupakan interaksi umat Islam dengan dunia Barat. Tokoh-tokoh awal
gerakan pembaharuan Islam antara lain Jamaluddin al-Afghani (1839-1897) dan muridnya,
Muhammad Abduh (1845-1905).

Rasyid Ridha juga seorang aktivis nasionalis Arab, yang terkait dengan kelompok Turki Muda
(Young Turk) yang membawa ide-ide liberal sekular. Para reformis ini mengatakan bahwa Islam
sangat perlu menyerap filsafat dan ilmu pengetahuan modern, demi mencapai kemajuan social
sebagaimana yang telah dicapai oleh dunia Barat.
Dalam batas-batas tertentu umat Islam harus mengambil dan belajar kepada siapa pun
selama itu merupakan hal yang baik. Namun harus disadari bahwa kemajuan Barat membawa
serta penyakit sekularisme. Tuhan diposisikan sebagai wilayah sekunder. Dengan dasar
rasionalisme, manusia modern kemudian mengukur kebenaran, bahkan satu-satunya kebenaran,
dengan parameter ilmiah. Kebenaran metafisik, yang kadangkala tampak tidak masuk akal dalam
pemahaman ilmiah yang terbatas, menjadi kian terpinggirkan dan akhirnya diabaikan sama
sekali. Logika adalah satu-satunya dasar pencarian kebenaran. Sesuatu yang tidak logis berarti
tidak riil, tidak dapat dibuktikan secara empiris, berarti tidak ilmiah, berarti tidak dapat
dibenarkan.
Empirisme dan metode ilmiah yang dikembangkan para ilmuwan dianggap telah mampu
memberikan penjelasan atas semua fenomena alam. Campur tangan Tuhan di alam semesta, dan
eksistensi dunia spiritual, dienyahkan dari realitas alam. Peran kitab suci digantikan oleh
formula-formula matematik. Manusia menjadi makhluk rasional semata. Wahyu ditolak demi
kepentingan sains. Sisi inilah merupakan kegelapan dari pencerahan Barat.
Agama islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW diperuntukkan bagi seluruh umat
manusia pada umumnya dan melintas batas ruang dan waktu. Islam ditujukan untuk semua ras
manusia, tanpa terkecuali, tersurat dengan jelas dalam firman Allah berikut ini, “Dan kami tidak
mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya [21]:
107). Para ulama memberikan pengertian terhadap keuniversalan Islam melalui perspektif
definisi Islam yang meliputi: pertama, islam berarti tunduk dan menyerah kepada Allah SWT
serta mentaati-Nya yang lahir dari kesadaran.

Kedua, Islam adalah kumpulan peraturan yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW yang di dalamnya terkandung peraturan-peraturan tentang akidah, akhlak, mu’amalat, dan
segala berita disebut didalam al-Qur’an dan Sunnah adalah perintah agar disampaikan kepada
manusia.
Islam memerintahkan atau melarang untuk melakukan sesuatu demi menjaga atau
melindungi lima hal yang dikenal sebagai maqasid asy-syariah, yaitu : hifdzu ad-din
(memelihara kebebasan beragama) hifdzu al-aql (memelihara kebebasan nalar berpikir), hifdzu
al-mal (memelihara/menjaga harta benda), hifdzu an-nafs (memelihara hak hidup), hifdzu an-
nasl (memelihara hak untuk mengembangkan keturunan). Kelima prinsip inilah yang juga
menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam sebagai agama yang rahamatan lil alamin
tentu saja serasi dengan dunia modern. Dari sisi konsep pengajaran tentang keadilan, Islam
adalah satu jalan hidup yang sempurna, meliputi semua dimensi kehidupan. Konsep keadilan
yang pada prinsipnya berarti pemberdayaan kaum miskin atau lemah untuk memperbaiki nasib
mereka sendiri dalam sejarah manusia yang terus mengalami perubahan sosial.
Dari sisi kemanusiaan, Islam memberikan konsep pengajaran bahwa Islam adalah agama
berisi tuntunan hidup demi kebahagiaan manusia itu sendiri. Paling tidak ada dua hal yang harus
terpenuhi agar manusia bahagia. Pertama, terpenuhinya kebutuhan pokok berikut sumber-
sumbernya untuk menjamin kelangsungan hidup. Karena itu Islam mewajibkan zakat dan
menganjurkan infak dan sedekah. Kedua, mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang tata cara
hidup perseorangan dan masyarakat, agar terjamin berlakunya keadilan dan ketentraman dalam
masyarakat.
Dalam syariat Islam ada dua bentuk hubungan, yaitu ibadah dan mu’amalah yang
keduanya bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah. Ibadah ialah seperangkat aktifitas dengan
ketentuan-ketentuan syariat yang mengatur pola hubungan diantara manusia dengan Tuhannya.
Sedangkan mu’amalah ialah usaha atau pola daya hubungan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain sekaligus dengan lingkungan sekitar.
Tidak ada kelebihan yang satu dari yang lainnya, kecuali yang paling bertakwa dalam
menunaikan fungsinya sebagai pemimpin (khalifah) dimuka bumi sekaligus sebagai hamba Allah
SWT.
Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan lainnya, baik dalam
bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
kehidupan masyarakat, masyarakat mempunyai kewajiban bersama atas kesejahteraan tiap-tiap
anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi, baik diskriminasi secara keturunan,
maupun karenan warna kulit, kesukuan, kebangsaan, kekayaan, dan lain sebagainya. Bahkan
Nabi Muhammad SAW bersabda “ Tidak beriman seorang kamu sehingga kamu mencintai
saudaramu sebagaimana mencintai dirimu sendiri”. Persaudaraan manusia dapat dikembangkan,
karena sesama manusia bukan hanya berasal dari satu bapak satu ibu (Adam dan Hawa) tetapi
karena satu sama lain saling membutuhkan, saling menghargai dan saling menghormati. Pada
akhirnya terciptalah kehidupan yang tentram dan sejahtera. Itulah hakikat Islam sebagai agama
rahmatan lil alamin.
Kesimpulan

Islam berasal dari kata assalam-yassalam-assalaamaa artinya selamat, damai,


sejahtera, penyerahan diri, tunduk dan patu. Islam juga rahmat bagi seluruh alam yang
dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya : 107 :
َ‫س ْلناكَ ِإالَّ َرحْ َمةً ِل ْلعالَ ِمين‬
َ ‫َوما أَ ْر‬

Artinya : “ Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmatan bagi semesta alam ”.
Bentuk-bentuk rahmatan lil ‘alamin pada ajaran agama islam antara lain :
 Islam memberikan petunjuk ke jalan kebenaran
 Islam memberikan kebebasan kepada manusia secara bertanggung jawab
 Islam menghormati dan menghargai semua manusia sebagai hamba Allah SWT.
 Islam mengatur pemanfaatan alam secara baik dan proporsional
Dalam memahami islam secara baik dan benar perlu memperhatikan :
Pelajarilah Islam dari sumber aslinya yaitu Al-Qur’an
Islam tidak dipahami secara parsial tetapi intergral.
Dipelajari dari hasil karya atau kepustakaan ditulis oleh mereka yang telah mengkaji dan
memahami Islam secara baik dan benar seperti para ulama, cendekiawan muslim yang diakui
otoritas kepakarannya.
Dihubungkan dengan berbagai persoalan yang dihadapi manusia dalam masyarakat dan dilihat
relasi serta relevasinya dengan persoalan politik, ekonomi, social, budaya sepanjang sejarah
manusia terutama sejarah Islam.
Memahami Islam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang seperti ilmu-ilmu alamiah,
sosial budaya dan sebagainya.
Tidak menyamakan islam dengan umat islam, terutama dengan keadaan umat islam pada suatu
masa disuatu tempat.
Pelajarilah Islam dengan metode yang selaras dengan agama dan ajaran Islam
DAFTAR PUSTAKA

Razak,Yusron,dan Tohirin. 2011. Pendidikan Agama untuk Perguruan Tinggi & Umum. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi