Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Tabel pengolahan data lintasan X


Tabel 4.1 Tabel pengolahan data base rover

16
17
18
4.2. Grafik Hvar vs Waktu

Gamba
r 4.1. Grafik Hvar vs waktu

Pada grafik Hvar terhadap waktu, diketahui bahwa nilai variasi harian
pada daerah penelitian berubah ubah setiap waktunya, ini ditunjukkan dari adanya
fluktuasi pada grafik variasi harian terhadap waktu. Diketahui bahwa pada titik
awal pada pukul 14:07:45 wib nilai dari variasi harian berada pada nilai -3.3167,
kemudian terjadi kenaikan dan penurunan hingga mencapai nilai variasi harian
tertinggi pada pukul 16:14:57 wib dengan nilai sebesar 25.205, dan berakhir pada
pukul 16:58:43 dengan nilai dari variasi harian sebesar 9.972. Hal ini berarti
semakin larut waktu pengukuran maka semakin besar nilai variasi harian
magnetik pada daerah penelitian.

Pada pengukuran siang hari menuju sore hari benda-benda luar angkasa
seperti matahari, bulan, dan benda luang angkasa lainnya memberikan medan
magnet yang berasal dari perputaran arus listrik di ionosfer dari radiasi matahari,
hal ini lah yang menyebabkan adanya perbedaan variasi harian pada waktu yang
berbeda yang disebabkan oleh radiasi matahari yang memancarkan energi yang
berbeda-beda tiap waktunya.

19
4.3. Grafik Ha vs Posisi

Gambar 4.2. Grafik Hvar vs Posisi

Pada grafik Ha (magnet anomali) terhadap posisi, diketahui bahwa terjadi


fluktuasi nilai posisi dan Ha pada grafik diatas, dimana pada titik awal dengan
koordinat x = 396862 dan y = 9134284 nilai Ha yang didapat sebesar 601,31,
kemudian mengalami kenaikan dan penurunan nilai hingga ke titik tertinggi
dengan koordinat x = 396832 dan y = 9134341 dengan nilai magnet anomali
sebesar 783.88, lalu turun hingga ke titik minimum dengan koordinat x = 396843
dan y = 9134800 yang memiliki nilai Ha sebesar 144.17, kemudian mengalami
kenaikan dan penurunan hingga pada titik terakhir dengan koordinat x = 396840
dan y = 9135251 yang memiliki nilai Ha 220.52. Pada 21 titik pengukuran yang
memiliki koordinat berbeda memiliki variasi harian berbeda, ini bisa disebaban
jika disekitar titik pengukuran tersebut terdapat benda benda yang mempengaruhi
nilai kemagnetan suatu wilayah.

Nilai intensitas kemagnetan dapat dipengaruhi beberapa faktor dari


lingkungan sekitar maupun operator, diantaranya, waktu pengukuran, cuaca, dan
benda-benda sekitar yang memiliki sifat kemagnetan.

20
4.4. Peta TMI

Gambar 4.3. Peta TMI

Gambar diatas menunjukkan peta TMI daerah penelitian berdasarkan data


koordinat (x,y,) dan data Ha, dimana nilai Ha menunjukkan nilai medan magnet
dari batuan yang ada pada daerah penelitian yang nilainya ditandai pada skala bar
warna. Pada peta dengan skala 1:5000 daerah barat dengan kontur yang ditandai
dengan warna biru menunjukkan nilai suseptibilitas batuan dari medan dengan
rentang nilai 135.1 sampai 220.6 merupakan indikasi terdapatnya batuan sedimen,
sedangan pada daerah sepanjang timur hingga barat bagian tengah ditandai
dengan kontur berwana hijau dengan nilai suseptibilitas sebesar 301.4 sampai
395.8 yang merupakan batuan beku (telford, 1990), sementara pada daerah barat
daya ditandai dengan kontur ungu yang menandakan indikasi adanya batuan beku
nilai suseptibilitas tertinggi yaitu 602.1 (telford,1990). Daerah ini memiliki titik-
titik yang mengindikasikan adanya batuan beku yang dekat dengan gunung api
atau terdapat gunung api purba, sehingga daerah ini memiliki potensi geothermal
dan lokasi penambangan yang cukup baik. Pada peta TMI didapatkan data
inklinasi sebesar 32.0264 dan deklinasi sebesar 0.9153.

21
4.5. Peta Reduce to pole

Gambar 4.5. Peta Reduce to pole

Gambar diatas merupakan reduce to pole dari peta TMI yang telah
dilakukan filtering dengan menu magmap pada oasis montaj, filter ini bertujuan
untuk mengubah kemagnetan suatu batuan yang awalnya memiliki 2 kutub
kemagnetan kemudian diubah menjadi 1 kutub saja, sehingga mempermudah
dalam kegiatan interpretasi data lapangan yang umumnya masih berpola acak
akibat pengaruh 2 kutub tersebut, dengan cara mengubah sudut inklinasi menjadi
90o dan deklinasi menjadi 00. Diketahui pada peta bagian utara, barat daya dan
tenggara memiliki nilai anomali magnet yang tinggi yang mengindikasikan batuan
pada daerah tersebut memiliki sifat kemagnetan ferromagnetik yang dicirikan
dengan adanya intrusi batuan beku.

Pada penelitian kali ini menggunakan peta RTP sebagai peta dasar dari
peta upward continuation dan peta residual, dimana peta RTP ini
merepresentasikan kondisi batuan dibawah permukaan, dimana disitu dapat
diketahui adanya struktur geologi atau terdapatnya intrusi batuan beku, namun
karena daerah penelitian merupakan daerah yang berada pada ekuator sehingga
terkesan kurang cocok dalam penggunaanya, namun RTP dapat merepresentasikan
keadaan bawah permukaan sebenarnya jika di komparasikan dengan studi geologi
terdahulu.

22
4.6. Peta Reduce to equator

Gambar 4.6. Peta Reduce to equator

Gambar diatas menunjukkan peta reduce to equator, yang telah dibuat dari
peta TMI sebagai peta input. Dengan cara melakukan filter reduce to equator pada
menu magmap software oasis montaj. Reduksi ke ekuator dapat mempermudah
interpretasi ketika data yang lainnya tidak sesuai. Pada kondisi tertentu, saat
anomali medan magnet difilter RTP tidak menunjukan anomali medan magnet
yang monopole maka filter RTE perlu dilakukan agar menjadi anomali medan
magnet yang monopole. Kebanyakan filter RTE digunakan di Indonesia, karena
Indonesia berada pada daerah ekuator, ini dapat terlihat pada peta yang seperti
tertarik pada bagian kanan dan kiri.

Dari peta RTP diketahui bahwa anomali medan magnet dibagi berdasarkan
3 skala anomali, anomali kecil dicirikan dengan warna biru hingga hijau yang
memiliki rentang waktu sebesar 173.9 sampai 359.5 yang tersebar pada daerah
timur laut, kemudian skala sedang dicirikan dengan warna kuning hingga orange
dengan rentang anomali sebesar 382.4 sampai 464.6 yang tersebar secara merata
pada bagian selatan ke utara, kemudian skala tertinggi dicirikan dengan warna
merah sampai ungu dengan rentang waktu 499.3 sampai 652.9 yang tersebar pada

23
daerah bagian barat. Warna merah pada peta tersebut menunjukkan bahwa batuan
didaerah tersebut memiliki sifat kemagnetan yang tinggi atau ferromagnetik,
daerah yang berwarna hijau dapat diindikasi memiliki sifat paramagnetik dan
daerah berwarna biru dindikasikan memiliki sifat diamagnetik.

24
4.7. Peta upward continuation

Gambar 4.7. Peta Upward continuation

Gambar diatas menunjukkan peta upward continuation, yang merupakan proses


untuk mengubah data pengukuran medan potensial yang telah dikoreksi dalam satu
permukaan ke beberapa permukaan yang lebih tinggi dari permukaan ketika melakukan
pengukuran hingga beberapa meter. Peta upward didapatkan dari peta RTP yang telah
dilakukan filter melalui fungsi magmap. Upward continuation digunakan untuk
memisahkan anomali lokal dari anomali regional, ini bisa dilihat pada peta, dimana pada
peta RTP yang telah dilakukan upward continuation sebanyak 10 x pada peta pertama

25
masih terdapat anomali yang masih dangkal di beberapa titik, ini bisa dilihat dari klosur-
klosur kecil pada peta.
Peta RTP yang telah di upward continuation sebanyak 10,20,30,40, hingga 50
kali mulai terlihat adanya kontras anomali pada peta upward continuation sebanyak 50
kali, ini bisa dilihat ketika pada peta upward continuation 50 kali tidak terlihat adanya
klosur-klosur kecil yang menandakan anomali pada peta tersebut sudah
merepresentasikan anomali regional.
Dari peta upward continuation sebanyak 50 kali dapat dilihat daerah yang
memiliki warna merah hingga ungu memiliki nilai anomali medan magnet yang tinggi,
ini bisa di indikasikan bahwa pada peta bagian utara dan barat terdapat intrusi batuan
beku.

26
4.8. Peta Residual

Gambar 4.8. Peta Residual

Peta diatas merupakan peta residual, yang merupakan fungsi hasil dari
pengurangan peta RTP dikurangi oleh peta upward continuation sebanyak 10 hingga 50
kali, hingga dihasilkan peta residual 10 hingga 50 kali. Peta residual ditujukkan untuk
melihat anomali lokal dari daerah penelitian, ini dapat dilihat dimana terdapat banyak
klosur-klosur pada peta residual, yang merepresentasikan anomali yang dangkal. Pada
peta residual sebanyak 10 kali terdapat banyak klosur-klosur yang masih belum dapat di
interpretasikan, lalu pada peta residual 50 dapat dilihat bahwa klosur-klosur kecil tadi
sudah lebih halus, yang menandakan daerah tersebut dapat dinterpretasikan.
Pada peta residual terdapat 3 skala besar anomali medan magnet, dimana yang
pertama yaitu skala anomali medan magnet kecil dicirikan dengan warna biru hingga
hijau dengan nilai medan magnet anomali dengan rentang -121.6 hingga -16.1 yang
tesebar pada bagian tengah dan barat, yang menunjukkan batuan didaerah tersebut
memiliki sifat kemagnetan diamagnetic, kemudian skala sedang dicirikan dengan warna

27
kuning hingga orange dengan rentang nilai -9.3 hingga 39.6 yang tersebar pada bagian
tengah, selatan hingga utara dengan sifat kemagnetan batuan yaitu paramagnetik. Lalu
pada skala tinggi dicirikan dengan warna merah hingga ungu dengan rentang nilai 39.6
hingga 162.5 yang tersebar pada bagian utara dan barat yang mengindikasikan batuan
didaerah tersebut memiliki sifat kemagnetan ferromagnetic.

28

Vous aimerez peut-être aussi