Vous êtes sur la page 1sur 11

LAPORAN PENDAHULUAN

KEGAWAT DARURATAN ASMA ATTACK

DI RUANG IGD RSUD TUGUREJO

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Pembimbing : Ns. Ainnur Rahmanti, M.Kep

DISUSUN OLEH :

NADHEA BUNGA APRILIA

20101440116064

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV / DIPONEGORO

SEMARANG

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

ASTHMA ATTACK

A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan
ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang
dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb, 2011).

B. Faktor Pencetus
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma yaitu Pemicu Asma (Trigger) dan Penyebab Asma (Inducer). Sedangkan Lewis et al
(2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum
pemicu asma adalah:
1. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan
anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin,
epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini
menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus
alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti
histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktivitas
jasmani atau olahraga yang berat. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau
latihan yang disebut sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya terjadi
beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme, nafas pendek, batuk dan
wheezing. Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum
latihan.
3. Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada
asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan
mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif
pada sistem bronkial.
4. Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk
mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
5. Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis
alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran
mukus.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Jones dan Barlett (2001) ada beberapa gejala serangan asma, yaitu:
1 Batuk. Batuk adalah respon tubuh terhadap iritasi pada saluran napas. Pada
penderita asma akan membatukkan lender untuk melonggarkan jalan napas. Batuk
akan meningkat jika berbaring.
2 Mengi. Bunyi ini disebabkan oleh menyempitnya jalan napas daan terdengar pada
saat menghirup dan menghembuskan napas.
3 Sesak dada dan napas pendek. Ini terutama terjadi pada latihan yang keras. Selama
serangan yang parah, cuping hidung mengembang dan otot bantu pernapasan
digunakan.
4 Peningkatan denyut nadi dan kecepatan pernapasan
5 Kulit pucat
6 Keletihan
7 Gelisah
D. Klasifikasi
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola
keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi
pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang. Semakin berat asma
semakin tinggi tingkat pengobatan (Depkes RI, 2007). Pengklasifikasian asma dapat
dilakukan dengan pengkajian terhadap gejala dan kemampuan fungsi paru. Semakin sering
gejala yang dialami, maka semakin parah asma tersebut. Begitu juga dengan kemampuan
fungsi paru yang diukur dengan Peak Flow Meters untuk mengetahui Peak Expiratory Flow
(PEF) dan Spyrometers untuk mengukur Force Expiratory Volume dalam satu detik
(FEV1) disertai dengan Force Vital Capacity (FVC). Semakin rendah kemampuan fungsi
paru, maka semakin parah asma tersebut (GINA, 2004).
Menurut Somantri (2008), berdasarkan etiologinya, asma bronkial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi alergi oleh karena faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Paparan terhadap alergi akan
mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat kanak-kanak.

2. Intrinsik (idiopatik atau non alergik)


Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang
bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan, emosi dan aktivitas.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan
dapat berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema. Pada beberapa pasien, asma
jenis ini dapat berkembang menjadi asma gabungan.
3. Asma gabungan
Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan sering ditemukan. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergi maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.

E. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan
sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya
Kejadian patofisiologis ini mengakibatkan obstruksi jalan napas yang memburuk saat
ekspirasi. Obstruksi jalan napas menyebabkan ketidakcocokan V/Q dan hipoksemia sejak
dini. Terperangkapnya udara menyebabkan otot-otot pernapasan berada pada posisi
mekanis yang tidak menguntungkan dengan peningkatan beban kerja pernapasan yang
kemudian mengakibatkan penurunan ventilasi dan hiperkapnia. Dengan demikian,
sebagian besar pasien dengan gejala akut mulai dengan respirasi cepat, hipoksemia, dan
alkalosis respirasi, tetapi obstruksi jalan napas persisten mengakibatkan ventilasi dangkal
yang tidak efisien dan asidosis respirasi.
F. Pathway

G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
2. Tes provokasi :
1) Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3) Tes provokasi bronkial seperti :
a. Tes provokasi histamine
b. Metakolin
c. Alergen
d. Kegiatan jasmani
e. Hiperventilasi dengan udara dingin
f. Inhalasi dengan aqua destilata.
4) Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E yang spesifik dalam tubuh.
3. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
5. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
7. Pemeriksaan sputum.

H. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
pengkajian primer
1. Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan otot–otot
aksesoris pernapasan ( retraksi otot interkosta)
2. Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dypsnea,takypnea,
taktil fremitus menurun pada palpasi, suara tambahanronkhi, hiperresonan pada
perkusi
3. Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkatkesadaran,
pulsus paradoxus > 10 mm
Pengkajian sekunder
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Alergi, batuk pilek, menderita penyakit infeksi saluran nafas bagian atas
b. Riwayat perawatan keluarga
Adakah riwayat penyakit asma pada keluarga
c. Riwayat sosial ekonomi
Jenis pekerjaan dan waktu luang, jenis makanan yang berhubungan dengan
alergen, hewan piaraan, lingkungan tempat tinggal dan stressor emosi
b .Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Gangguan rasa nyaman dan cemas berhubungan dengan kurang pengtahuan
mengenai penyakitnya
3. Gangguan istirahan dan tidur berhubungan dengan sesak nafas

c.intervensi
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan Gangguan jalan - Bantu Pasien untuk Dengan
nafas tidak nafas efektif mengatur posisi yang memberikan /
efektif dengan kriteria nyaman atau semi mengatur posisi
sehubungan jangka pendek : flower lingkungan yang yang nyaman
dengan - Pasien mampu bersih + jauh dari polusi. agar dapat
obstruksi jalan mengeluarkan - Bantu pasien untuk bernafas dengan
nafas dengan sekret dengan batuk efektif dan tarik lega.
ditandai: mudah. nafas panjang. - Batuk efektif
- Pasien - Penumpukan - Beri dan bernafas
mengeluh sekret penyuluhan mengenai panjang untuk
sesak. berkurang. tekhnik penguapan mengeluarkan
- Nafas tidak - Pasien tidak dahak +
teratur. mengeluh sasak melegakan
- Respirasi : nafas jangka pernafasan.
28x / mnt . panjang. - Menjaga
- Pasien tidak keseimbangan
sesak lagi. intake output
cairan.
- Dapat
melegakan jalan
nafas dan dapat
bernafas
dengan nyaman.
2 Gangguan rasa Gangguan rasa 1. Berikan penjelasan - Mengetahui
nyaman dan nyaman teratsi pada pasien secara sopan penyakit
cemas dengan kriteria tentang penyakit yang memudahkan
sehubungan jangka pendek : sedang di derita. dimasukan
dengan - Pasien yakin 2. Berikan penjelasan keperawatan
kurangnya penyakitnya bahwa penyakitnya akan yang sesuai.
pengetahuan akan sembuh. berkurang sedikit demi - Mengetahui
tentang - Pasien sedikit dengan penyakit upaya +
penyakitnya mengetahui pengobatan yang teratur. upaya
yang di tandai : akan 3. Berikan motivasi dan penyembuhan
- OS terlihat penyakitnya perhatian atas segala berlangsung
cemas. jangka panjang. usaha yang dilakukan dengan baik.
- OS terlihat - Pasien merasa pasien untuk - Dapat
murung. tenang dalam kesembuhannya. mengurangi
menghadapi 4. Anjurkan pada pasien cemas DS.
penyakitnya. untuk menghindari - Dapat
faktor-faktor pencetus menghindari
kambuhnya kembali kambuh kembali
penyakitnya. penyakitnya.

3. Gangguan Gangguan - Ciptakan suasana - Mengurangi


istirahat dan istirahat dan ruangan yang nyaman. kegaduhan agar
tidur tidur teratasi - Rapihkan dan dapat menambah
sehubungan dengan kriteria: bersihkan tempat tidur ketegangan
dengan sesak - Jangka setiap hari. pasien.
nafas. pendek, pasien - Atur posisi yang aman - Menciptakan
dapat istirahat. untuk pasien beristirahat kenyamanan
- Jangka dan tidur. istirahat dan
panjang, Os tidur.
dapat istirahat - Mengatur dosis
dan tidur supaya dapat
dengan teratur.
istirahat dan tidur
dengan nyenyak.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8, Jakarta :
EGC.
Lewis , Heitkemper, Dirksen. (2000). Medical Surgical Nursing fifth edition, St Louis Missouri
: Mosby.
Jones and Barlett. (2001). Pertolongan Pertama Dan RJP Pada Anak Ed. 4. Jakarta: Arcan
Brashers, Valentina L. (2008). Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen Edisi
2. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Doegoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Vous aimerez peut-être aussi