Vous êtes sur la page 1sur 2

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan antara lain:


1. Transiluminasi, merupakan pemeriksaan sederhana terutama untuk menilai kondisi sinus maksila.
Pemeriksaan dianggap bermakna bila terdapat perbedaan transiluminasi antara sinus kanan dan
kiri (Wardana, 2017).
2. Endoskopi nasal, dapat menilai kondisi rongga hidung, adanya sekret, patensi kompleks
ostiomeatal, ukuran konka nasi, udem disekitar orifisium tuba, hipertrofi adenoid dan penampakan
mukosa sinus. Indikasi endoskopi nasal yaitu evaluasi bila pengobatan konservatif mengalami
kegagalan. Untuk rinosinusitis kronik, endoskopi nasal mempunyai tingkat sensitivitas sebesar 46
% dan spesifisitas 86 % (Wardana, 2017).
3. Radiologi, merupakan pemeriksaan tambahan yang umum dilakukan, meliputi X-foto posisi
Water, CT-scan, MRI dan USG. CT-scan merupakan modalitas pilihan dalam menilai proses
patologi dan anatomi sinus, serta untuk evaluasi rinosinusitis lanjut bila pengobatan
medikamentosa tidak memberikan respon. Ini mutlak diperlukan pada rinosinusitis kronik yang
akan dilakukan pembedahan. Contoh gambaran CT-scan rinosinusitis kronik tanpa polip nasi pada
orang dewasa dapat dilihat pada gambar 1 (Mulyoarjo, 2004). CT-scan penampang koronal
menunjukkan rinosinusitis kronik akibat konka bulosa sehingga mengakibatkan penyempitan
KOM (Kemenkes, 2017).
4. Menurut Wardana (2017), pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan antara lain:
a. Sitologi nasal, biopsi, pungsi aspirasi dan bakteriologi
b. Tes alergi
c. Tes fungsi mukosiliar : kliren mukosiliar, frekuensi getar siliar, mikroskop elektron dan nitrit
oksida
d. Penilaian aliran udara nasal (nasal airflow): nasal inspiratory peakflow, rinomanometri,
rinometri akustik dan rinostereometri
e. Tes fungsi olfaktori: threshold testing
f. Laboratorium : pemeriksaan CRP ( C-reactive protein)
Gambar 1. CT-scan penampang koronal menunjukkan rinosinusitis kronik akibat konka bulosa sehingga
mengakibatkan penyempitan KOM
Sumber: Imaging in treatment planning for sinonasal diseases (2005).

DAFTAR PUSTAKA
Wardana, I Nyoman Gede. 2017. Rhinosinusitis Kronik. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Bali.
Kemenkes. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi
I. Jakarta.
Mulyarjo, Soedjak S, Kentjono WA, Harmadji S, JPB Herawati S. 2004. Naskah lengkap
perkembangan terkini diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis. Departemen SMF THT-KL
Univ.Airlangga. Surabaya.
Leuven ALB, Heidelberg KS. 2005. Imaging in treatment planning for sinonasal diseases. New York :
Springer 68.

Vous aimerez peut-être aussi