Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Konsep Penyakit
1. Definisi
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi akut dinding kandung
empedu disertai nyeri perut kanan atas,nyeri tekan dan panas badan. Dikenal dua klasifikasi
Kolesistitis adalah reaksi inflamasi dinding kandung empedu. Kolesistitis adalah radang
kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai
keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.Dikenal klasifikasi kolesistitis
Kolesistitis adalah inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang disebabkan oleh batu
empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan disertai inflamasi di balik obstruksi (Williams &
wilkins 2011). Kolesistisis adalah inflamasi kantung empedu akut atau kronik (ovedoff,2002).
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kolesistitis adalah statis cairan empedu, infeksi kuman dan
menyebabkan kolesistitis dalam belum jelas. Banyak factor yang berpengaruh seperti
lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
Selain factor-faktor di atas kolesistitis dapat terjadi juga pada pasien yang dirawat
cukup lama dan mendapat nutrisi secara parentesal pada sumbatan karena keganasan
kandung empedu, batu disaluran emepedu atau merupakan salah satu komplikasi
penyakit lain seperti demam tipoid dan IOM (Prof. dr. H.M. Sjaifaoellah Noer).
Sekitar 95% penderita peradangan kandung empedu akut, memiliki batu empedu.
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan cenderung
Cedera
Pembedahan
luka bakar
Sebelum secsara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di perut bagian
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat
permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut
dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7cm
hingga 10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30mL. Kandung empedu menempel pada hati oleh
jaringan ikat longgar , yang mengandung vena dan saluran limfatik yang menghubungkan
kandung empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus,
korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002). Saluran biliaris dimulai dari kanalikulus
hepatosit, yang kemudian menuju ke duktus biliaris. Duktus yang besar bergabung dengan
duktus hepatikus kanan dan kiri, yang akan bermuara ke duktus hepatikus komunis di porta
hepatis. 5 Ketika duktus sistika dari kandung empedu bergabung dengan duktus hepatikus
komunis, maka terbentuklah duktus biliaris komunis. Duktus biliaris komunis secara umum
memiliki panjang 8 cm dan diameter 0.5-0.9 cm, melewati duodenum menuju pangkal
pankreas, dan kemudian menuju ampula Vateri (Avunduk, 2002). Suplai darah ke kandung
empedu biasanya berasal dari arteri sistika yang berasal dari arteri hepatikus kanan. Asal arteri
sistika dapat bervariasi pada tiap tiap orang, namun 95 % berasal dari arteri hepatik kanan
(Debas, 2004). Aliran vena pada kandung empedu biasanya melalui hubungan antara vena vena
kecil. Vena-vena ini melalui permukaan kandung empedu langsung ke hati dan bergabung
dengan vena kolateral dari saluran empedu bersama dan akhirnya menuju vena portal. Aliran
limfatik dari kandung empedu menyerupai aliran venanya. Cairan limfa mengalir dari kandung
empedu ke hati dan menuju duktus sistika dan masuk ke sebuah nodus atau sekelompok nodus.
Dari nodus ini cairan limfa pada akhinya akan masuk ke nodus pada vena portal. Kandung
empedu diinervasi oleh cabang dari saraf simpatetik dan parasimpatetik, yang melewati pleksus
seliaka. Saraf preganglionik simpatetik berasal dari T8 dan T9. Saraf postganglionik simpatetik
berasal dari pleksus seliaka dan berjalan bersama dengan arteri hepatik dan vena portal menuju
kandung empedu. Saraf parasimpatetik berasal dari cabang nervus vagus (Welling & Simeone,
2009).
a) Menyimpan dan mengkonsentrasikan cairan empedu yang berasal dari hati di antara
Cairan empedu dibentuk oleh hepatosit, sekitar 600 mL per hari, terdiri dari air, elektrolit,
garam empedu, kolesterol, fosfolipid, bilirubin, dan senyawa 6 organik terlarut lainnya.
Kandung empedu bertugas menyimpan dan menkonsentrasikan empedu pada saat puasa. Kira-
kira 90 % air dan elektrolit diresorbsi oleh epitel kandung empedu, yang menyebabkan empedu
kaya akan konstituen organik (Avunduk, 2002). Di antara waktu makan, empedu akan
disimpan di kandung empedu dan dipekatkan. Selama makan, ketika kimus mencapai usus
halus, keberadaan makanan terutama produk lemak akan memicu pengeluaran kolesistokinin
(CCK). Hormon ini merangsang kontraksi dari kandung empedu dan relaksasi sfingter Oddi,
sehingga empedu dikeluarkan ke duodenum dan membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Garam empedu secara aktif disekresikan ke dalam empedu dan akhirnya disekresikan bersama
dengan konstituen empedu lainnya ke dalam duodenum. Setelah berperan serta dalam
pencernaan lemak, garam empedu diresorpsi ke dalam darah dengan mekanisme transport aktif
khusus di ileum terminal. Dari sini garam empedu akan kembali ke sistem porta hepatika lalu
antara usus halus dan hati ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik (Sherwood, 2001). Dalam
keadaan dimana kandung empedu tidak berfungsi dengan baik, garam empedu yang telah
melalui sirkulasi enterohepatik sebagian besar akan disimpan di usus halus (Barett, 2006).
4. Patofisiologi
Prevalensi batu empedu meningkat seiring dengan perjalanan usia, terutama untuk pasien diatas
40 tahun. Perempuan berisiko dua kali lebih tinggi 7 mengalami batu empedu dibandingkan
dengan pria. Kejadian batu empedu bervariasi di negara berbeda dan di etnis berbeda pada
negara yang sama. Perbedaan ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan penting dalam
pembentukan batu empedu. Prevalensi tinggi batu empedu campuran di negara Barat,
sedangkan di Asia umumnya dijumpai batu pigmen (Lee& Ko,2009). Batu pigmen sering
diasosiasikan dengan penyakit hemolitik dan sering dijumpai di daerah endemik anemia
hemolitik dan malaria. Batu pigmen hitam merupakan penyebab batu empedu di negara barat
sekitar 25% , terdiri dari polimer bilirubin tanpa kalsium palmitat, sedikit kolesterol dan
matriks dari bahan organik. Batu pigmen hitam biasanya multipel, kecil, ireguler, dan berwarna
hijau-kehitaman. Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat, dan
hanya sedikit jumlah kolesterol yang terikat pada matriks bahan organik (Cuschieri, 2003;
Debas, 2004). Faktor gaya hidup , seperti obesitas, kurangnya beraktivitas, diet, dan obatobatan
juga berperan penting dalam kejadian batu empedu baik simtomatik ataupun asimtomatik. Diet
tinggi karbohidrat, rendah protein nabati, dan rendah serat juga dihubungkan dengan batu
empedu simpomatik. Obat-obatan diuretik seperti thiazid dan terapi estrogen juga
Hanya 20-25% pasien dengan batu empedu yang menunjukkan gejala klinia. Biasa batu
empedu dijumpai ketika dilakukan pemeriksaan USG dan dijumpai asimtomatik pada 80%
a) Kolik bilier Kolik yang diakibatkan oleh obstruksi transien dari batu empedu
merupakan keluhan utama pada 70-80% pasien. Nyeri kolik disebabkan oleh spasme
nyeri yang dirasakan bersifat episodik dan berat, lokasi di daerah epigastrium, dapat
juga dirasakan di daerah kuadran kanan atas, kuadran kiri, prekordium, dan abdomen
bagian bawah. Onset nyeri tiba-tiba dan semakin memberat pada 15 menit pertama dan
berkurang hingga tiga jam berikutnya. Resolusi nyeri lebih lambat. Nyeri dapat
b) Kolesistitis kronik Diagnosis yang tidak pasti yang ditandai dengan nyeri perut atas
kanan yang bersifat intermiten, distensi, flatulens, dan intoleransi makanan berlemak,
atau apabila mengalami kolesistitis episode ringan yang berulang. (Cuschieri, 2003).
c) Kolesistitis obstruktif akut Ditandai dengan nyeri konstan pada hipokondrium kanan,
pireksia, mual , dapat atau tidak disertai dengan jaundice, Murphy sign positif (nyeri
(Charcot’s triad), nyeri hebat pada kuadran atas kanan. (Cuschieri, 2003).
e) Jaundice obstruktif Ditandai nyeri abdominal atas, warna feses pucat, urin berwarna
gelap seperti teh pekat, dan adanya pruritus. Jaundice obstruktif dapat berujung ke
6. Pemeriksaan diagnostik
a) Ultrasonografi (USG): merupakan pemeriksaan yang banyak digunakan untuk
mendeteki batu empedu. USG memiliki sensitivitas 95% dalam mendiagnosis batu
empedu, terutama batu yang sudah terkalsifikasi, namun lebih kurang sensitif
berguna untuk menvisualisasi saluran pankreas dan saluran empedu yang terdilatasi.
7. Komplikasi
usus (ileus) dapat menunjukkan terjadinya abses, gangren atau perforasi kandung
empedu.
b) Serangan yang disertai jaundice (sakit kuning) atau arus balik dari empedu ke
dalam hati menunjukkan bahwa saluran empedu telah tersumbat sebagian oleh batu
8. Penatalaksanaan
e) Hindari telur, krim, daging babi, gorengan, keju dan bubu-bumbu berlemak.
b. Farmakoterapi
sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi desaturasi getah
empedu
c) Diperlukan terapi selama 6 hingga 12 bulan untuk melarutkan batu empedu dan
d) Dosis yang efektif bergantung pada berat pasien, cara terapi ini umumnya
dilakukan pada pasien yang menolak pembedahan atau yang dianggap terlalu
terapi ini.