Vous êtes sur la page 1sur 30

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

ADHD ( ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER )

KELOMPOK 7

NUR AZIZAH
HERAWATI
NURNANINGSIH
NURBAIDAH
NURZAKINAH

SEMESTER 5

STIKES TANAWALI PERSADA TAKALAR


PROGRAM S1. KEPERAWATAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH ini dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam MAKALAH
ini akan dibahas mengenai “MAKALAH ADHD”.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada MAKALAH ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
MAKALAH ini.
Dalam penyusunan MAKALAH ini, kami telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun, sebagai manusia biasa kami
tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari tata bahasa.
Demikian, semoga MAKALAH ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta bagi penulis.

Takalar, November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................


Daftar Isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................
A. Latar Belakang ...............................................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................
C. Tujuan ............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................


A. Definisi ..........................................................................................................
B. Etiologi ...........................................................................................................
C. Tanda dan Gejala............................................................................................
D. Patofisiologi ..................................................................................................
E. Komplikasi .....................................................................................................
F. Penatalaksaan Medik ......................................................................................
G. ASKEP ...........................................................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................


A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................

Daftar Pustaka ............................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah ADHD merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis
yang belakangan ini di gencar pula diperbincangan dalam dunia pendidikan dan
psikologi. Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang
disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan
tidak mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.
Jika hal ini terjadi pada seorang anak dapat menyebabkan berbagai kesulitan
belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan social, dan kesulitan – kesulitan lain
yang kait – mengait.
Istilah ADHD cenderung belum dikenal secara luas dan mungkin
merupakan istilah baru, tetapi anak yang memperlihatkan over aktif dan tidak
terkendali telah terjadi sejak lama. Pada 1845, Heinrich Hoffman, seorang
neurology, untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian
dikenal dengan hiperaktif dalam buku “ cerita anak “ karangannya. 150 tahun
berkutnya, kejadian perilaku serupa diperlihatkan oleh seorang anak di
Chicago, namanya Dusty.
Dalam liberator lain dijelaskan, ADHD pertama kali ditemukan pada
1902 oleh seorang dokter Inggris, Professor George F. Still, di dalam
penelitiannya terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu “
ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian, gelisah, dan resah “.
Pendapat lain menyatakan, bahwa ADHD disebabkan oleh epidemic
encephalitis ( peradangan otak ) yang menyebar ke seluruh dunia yang terjadi
sejak 1917 – 1926.
ADHD dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsitivitas dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini
dapat terjadi di sekolah maupun di rumah ( Iscaa, 2005 ). Pada kira – kira
sepertiga kasus gejala – gejala menetap sampai dengan masa dewasa (
Townsend, 1998 ). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak – kanak
yang paling umum mengapa anak – anak dibawa untuk diperiksa oleh para
professional kesehatan mental. Consensus pendapat professional menyatakan
bahwa kira – kira 3, 05 % atau sekitar 2 juta anak – anak usia sekolah mengidap
ADHD ( Martin, 1998 ).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan ADHD ?


2. Sebutkan penyebab ADHD ?
3. Jelaskan tanda dan gejala ADHD ?
4. Jelaskan patofisiologi ADHD ?
5. Apa sajakah komplikasi pada ADHD ?
6. Bagaimana penatalaksanaan ADHD ?
7. Jelaskan asuhan keperawatan pada pasien ADHD ?

C. TUJUAN.

1. Untuk mengetahui defenisi ADHD .


2. Untuk mengetahui penyebab ADHD .
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala ADHD .
4. Untuk mengetahui patofisiologi ADHD .
5. Untuk mengetahui komplikasi pada ADHD .
6. Untuk mnegetahui penatalaksanaan ADHD .
7. Untuk mnegetahui asuhan keperawatan pada pasien ADHD .
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI ADHD
Kelainan hiperaktivitas kurang perhatian ( ADHD ) sering tampak
sebelum usia 4 tahun dan di karakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan
dan tidak perhatian, impulsive, hiperaktivitas. Pada kira – kira sepertiga kasus,
gejala – gejala menetap dengan masa dewasa ( DSM-III-R, 1997 ). ( Townsend,
Mary C. 1998 ).
Gangguan hiperakinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu
gangguan yang terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan
dini ( sebelum berusia 7 tahun ) dengan cirri utama ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsive.
ADHD ( Attention Deficits and Hyperactivity Disorder ) adalah gangguan
yang berupa kurangnya perhatian dan hiperaktivitas ( aktivitas yang berlebihan
).
Menurut Peters dan Douglas ( dalam Rusmawati & Dewi, 2011 : 75 )
yang mendiskripsikan “ attention deficit hyperactivity disorder “ ( ADHD )
sebagai gangguan yang menyebabkan individu memiliki kecenderungan untuk
mengalami masalah pemusatan perhatian, control diri, dan kebutuhan untuk
selalu mencari stimulasi.

B. ETIOLOGI ADHD
Ada beberapa factor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif, antara lain
adalah :
a. Factor genetic.
Anak laki – laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur
lebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan kembar tidak satu telur.
Bukti penelitian menyatakan bahwa factor genetika merupakan factor
penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari
anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua
mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada
anak kembar, jika salah satu mengalami ADHD, maka saudaranya 70 – 80
% juga beresiko mengalami ADHD.
b. Factor neurologic.
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurologis diantaranya bahwa
terdapat persamaan antara cirri – cirri yang muncul pada ADHD dengan
yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontal. Demikian juga
penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neurolopsikologis yang
dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (
pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi ) menunjukkan ada
ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks
prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks
serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Informasi lain bahwa
anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil disbanding anak
yang tidak ADHD.
c. Factor lingkungan.
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar dapat menyebabkan hiperaktif
terutama keracunan timah hitam.
d. Factor cultural dan psikososial.
a. Pemanjaan – pemanjaan bisa juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk – bujuk makan dan sebagainya. Anak
yang terlalu dimanja akan memiliki caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan. Anak yang kurang
pengawasan/disiplin cenderung akan melakukan sesuatu dengan sesuka
hatinya. Hal ini dikarenakan perilakunya kurang dibatasi.
c. Orientasi kesenangan. Anak dengan kepribadian berorientasi pada
kesenangan, pada umumnya akan memiliki cirri – cirri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus di didik agak berbeda agar mau
mendengarkan atau menyesuaikan diri.

C. TANDA DAN GEJALA.


Tanda dan gejala ADHD pada anak antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat –
geliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
c. Mudah bingung oleh dorongan – dorongan asing.
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau
keadaan didalam suatu kelompok.
e. Seringkali menjawab dengan kata – kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan – pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi – instruksi dari orang tua.
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas – tugas
atau aktivitas – aktivitas bermain.
h. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
i. Senang berbicara dengan berlebihan.
j. Sering menyela dan mengganggu orang lain.
k. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya.
l. Sering kehilangan barang – barang yang diperlukan untuk tugas – tugas
atau kegiatan – kegiatan di sekolah atau dirumah.
D. PATOFISIOLOGI

E. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder – gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika ( seringkali akibat abnormalitas konsentrasi ).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( seringkali akibat perilaku agresif
dan kata – kata yang diungkapkan). ( Betz, Cecily L. 2002 ).

F. PENATALAKSANAAN.
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas
penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku orang tua, dan konseling
keluarga. Orang tua mungkin mengungkapkan kekhawatirannya tentang
penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang
tua.
Psikostimulan – metilfenidat ( Ritalin ), amfetamin sulfat ( Brnzedrine ),
dan dekstroamfetamin sulfat ( Dexadrine ) dapat memperbaiki rentang
perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksial pada
kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini. (
Betz, Cecily L. 2002 ).
Ada beberapa jenis yang bisa diterapkan pada anak hiperaktif, ( Ferinand,
2007 ) sebagai berikut :
a. Terapi psikofarmakologis ( terapi obat – obatan ).
Terapi farmakologi anak dengan hiperaktif dapat diberikan stimulant yang
dipercaya meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine, yaitu
neurotransmitter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan
perhatian dan mengontrol perilaku.
b. Terapi social kejiwaan ( psikososial ).
Ranagen ( 2005 ) mengemukakan salah satu bentuk penanganan untuk anak
hiperaktif adalah dengan memodifikasi perilaku.
1. Biarkan akan mengetahui apa yang diharapkan sebelumnya.
2. Modifikasi perilaku harus dilakukan secara continue, penguatan juga
harus konsisten, hal ini tidak akan berhasil jika jarang dilakukan, dan
jika perilakunya tidak sama antara ibu dan ayahnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
ADHD.

A. PENGKAJIAN.
Menurut hidayat ( 2005 ) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia antara lain :
1. Neonatus ( 0 – 28 hari ).
a. Apakah ketika dilahirkan meonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar – mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan berbahasa anak ( menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel ) ?
f. Bagaimana kemampuan motorik halus anak ( misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan ) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi ?

2. Masa bayi / infant ( 28 – 1 tahun ).


a. Bayi usia 1 – 4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak ( misalnya mengangkat
kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,
dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika
disokong pada posisi berdiri, control kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dan berusaha untuk
merangkan ) ?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang
suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba
memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang
benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang
benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan walaupun
hanya sebentar) ?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh
spontan atau berekasi dengan mengoceh) ?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum
bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah
manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari waktu
terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu
yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
apabila ada orang asing) ?

b. Bayi umur 4 – 8 bulan.


a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat
telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala dengan
melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan
keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri ,
sudah mulai mampu duduk dengan kepala tegak, sudah mampu
membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban
pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan, berayun
ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap
dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah
mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari
telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yang sedang
dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu
menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan,
menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : menirukan
bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara dan menoleh ke arah
sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin
banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan
dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba) ?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa
terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut
akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul
dengan lengan dan kaki jika sedang kesal) ?

c. Bayi umur 8 – 12 bulan.


a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2
detik dan berdiri sendiri) ?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan
meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya,
mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu
jari, membenturkannya dan mampu menaruh benda atau kubus
ketempatnya) ?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga
mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata) ?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan,
sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain,
main-main bola atau lainnya dengan orang) ?

d. Masa toddler.
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melangkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bola
dan mulai melompat) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus) ?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi serta mencoba memakai baju) ?

e. Masa prasekolah.
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan
bantuan) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas) ?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan bunyi , mengidentifikasi objek, orang
dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat) ?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain
dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga) ?

f. Masa school age.


a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak di lingkungan luar
rumah ?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami
disekolah ?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan
dengan lingkungan sekolah) ?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di
sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan
teman sekolah ?
g) Bagaimana keterampilan membaca dan menulis anak ?
h) Bagaimana kemampuan anak dalam belajar di sekolah ?

g. Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri ?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja ?
e) Bagaimana kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah maupun memasak) ?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit.
a) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau day care.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan
yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku
hiperaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu
menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk
mendisiplinkan anak atau mengubah perilaku anak dan semua itu
sebagian besar tidak berhasil.

2. Penampilan umum dan perilaku motorik.


a) Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain
dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
b) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan
sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada
apa yang telah dikatakan.
c) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke
topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap
perkembangannya.

3. Mood dan efek.


a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper
tantrum.
b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c) Anak tampak terdorong untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan
perlawanan dan kemarahan.

4. Proses dan isi pikir.


a) Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap
perkembangan.
5. Penilaian dan daya titik diri.
a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang
buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak.
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan
impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai
jika dibandingkan dengan anak seusianya.

6. Konsep diri.
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di
rumah, mereka biasanya merasa terkucil.
c) Reaksi negatif orang lain yang muncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh.

7. Peran dan hubungan.


a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun
sosial.
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c) Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala
dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang di
diagnosis dan di terapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki
keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak
terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak
barang-barang miliki keluarga.
e) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

8. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri.


a) Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak
meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat
duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan
tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /
koping individu tidak efektif.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan penelantaran anak. (Nurhayati, 2015)
C. INTERVENSI.
NO DX KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL

1. Kerusakan interaksi sosial Tujuan : 1. Anjurkan klien 1. Untuk


berhubungan dengan Setelah dilakukan dalam membangun
perubahan proses pikir. tindakan membangun hubungan dengan
keperawatan hubungan teman dan
diharapkan teman, keluarga. keluarga dapat
interaksi social 2. Anjurkan memberikan
berjalan dengan beraktivitas stimulus pada
baik. sosial dan anak untuk
Criteria Hasil : komunitas. berinteraksi.
Interaksi dengan 3. Anjurkan 2. Aktivitas sosial
teman, interaksi penggunaan dan komunitas
dengan keluarga, komunikasi dapat membentuk
ikut serta dalam verbal. perilaku anak
kegiatan, dll. 4. Berikan yang positif.
tanggapan 3. Penggunaan
positif ketika komunikasi
klien bergaul verbal
dengan yang mengajarkan
lain. anak untuk
5. Anjurkan berkomunikasi
merencanakan dengan baik.
kelompok kecil 4. tanggapan positif
untuk aktivitas pada anak dapat
tertentu. menimbulkan
rasa percaya diri
anak dalam
bergaul dengan
orang lain.
5. kelompok kecil
dapat
memberikan
stimulus pada
anak dalam
berinteraksi
dengan baik.

2. Resiko cedera Tujuan : 1. Amati perilaku 1. Anak-anak pada


berhubungan dengan Anak tidak akan anak secara risiko tinggi
impulsivitas, melukai diri sering. Lakukan untuk melakukan
ketidakmampuan sendiri atau orang hal ini melalui pelanggaran
mendeteksi bahaya. lain dan dapat aktivitas sehari- memerlukan
mendeteksi hari dan pengamatan yang
bahaya. interaksi untuk seksama untuk
Criteria hasil : menghindari mencegah
a. Kecemasan timbulnya rasa tindakan yang
dipertahankan waspada dan membahayakan
pada tingkat di kecurigaan. bagi diri sendiri
mana pasien 2. Dapatkan atau orang lain.
merasa tidak kontrak verbal 2. Diskusi tentang
perlu ataupun tertulis perasaan-
melakukan dari anak yang perasaan untuk
agresi. menyatakan bunuh diri
b. Anak persetujuannya dengan seseorang
mengetahui, untuk tidak yang dipercaya
mengungkapka mencelakaka memberikan
n dan menerima diri sendiri dan suatu derajat
kemungkinan menyetujui perasaan lega
konsekuensi untuk mencari pada anak. Suatu
dari perilaku staf pada perjanjian
maladaptif diri keadaan dimana membuat
sendiri. pemikiran permasalahan
kearah tersebut menjadi terbuka
timbul. dan
3. Bantu anak menempatkan
mengenali beberapa
kapan tanggung jawab
kemarahan bagi keselamatan
terjadi dan dengan anak.
untuk menerima Suatu sikap
perasaan- menerima anak
perasaan sebagai seseorang
tersebut sebagai yang patut
miliknya diperhatikan telah
sendiri. Apakah disampaikan.
anak telah 3. Informasi
menyimpan mengenai sumber
suatu : buku tambahan dari
catatan merahan, respon
kemarahan perilaku dan
dimana catatan persepsi anak
yang dialami terhadap situasi
dalam 24 jam juga harus
disimpan. dicatat.
4. Singkirkan Diskusikan
semua benda- asupan data
benda yang dengan anak,
berbahaya dari anjurkan juga
lingkungan respons -respons
anak. perilaku alternatif
yang
diidentifikasi
sebagai
maladaptif.
4. Keselamatan fisik
anak adalah
prioritas dari
keperawatan.

3. Gangguan pola tidur Tujuan : 1. Amati pola tidur 1. Masalah harus


berhubungan dengan Anak mampu anak, catat diidentifikasi
ansietas dan hiperaktif. untuk mencapai keadaan-keadaan sebelum bantuan
tidur tidak yang menganggu dapat diberikan.
terganggu selama 6 tidur. 2. Ansietas yang
sampai 7 jam 2. Kaji gangguan- dirasakan oleh
setiap malam. gangguan pola anak dapat
Criteria hasil : tidur yang mengganggu pola
a. Anak berlangsung tidur anak
mengungkapka berhubungan sehingga perlu
n tidak adanya dengan rasa diidentifikasi
gangguan- takut dan penyebabnya.
gangguan pada ansietas-ansietas 3. Kafein adalah
waktu tidur. tertentu. stimulan SSP
b. Anak mampu 3. Pastikan bahwa yang dapat
untuk mulai makanan dan mengganggu
tidur dalam 30 minuman yang tidur.
menit dan tidur mengandung 4. Sarana-sarana ini
selama 6 kafein meningkatkan
sampai 7 jam dihilangkan dari relaksasi dan
tanpa diet anak. membuat bisa
terbangun. 4. Berikan sarana tidur.
perawatan yang 5. Tubuh
membantu tidur memberikan
(misalnya :gosok reaksi
punggung, menyesuaikan
latihan gerak kepada suatu
relaksasi dengan siklus rutin dari
musik lembut, istirahat dan
susu hangat dan aktivitas.
mandi air
hangat).
5. Buat jam-jam
tidur yang rutin,
hindari
terjadinya
deviasi dari
jadwal ini.

4. Harga diri rendah Tujuan : 1. Pastikan bahwa 1. Hal ini penting


berhubungan dengan Anak sasaran-sasaran bagi pasien untuk
sistem keluarga yang memperlihatkan yang akan mencapai
disfungsi / koping perasaan-perasaan dicapat adalah sesuatu, maka
individu tidak efektif. nilai diri yang realistis. rencana untuk
meningkat saat 2. Sampaikan aktivitas-aktivitas
pulang, ditandai perhatian tanpa di mana
dengan : syarat bagi kemungkinan
Criteria hasil : pasien. untuk sukses
a. Mampu 3. Menemani anak adalah mungkin
mengungkapka dalam dan kesuksesan
n persepsi yang mengidentifikas ini dapat
positif tentang i aspek-aspek meningkatkan
diri. positif dari diri harga diri anak.
b. Anak anak. 2. Komunikasi dari
berpartisipasi 4. Bantu anak pada penerimaan
dalam mengurangi anda terhadap
aktivitas- penggunaan anak sebagai
aktivitas baru penyangkalan makhluk hidup
tanpa sebagai suatu yang berguna
memperlihatka mekanisme dapat
n rasa takut sikap defensive. meningkatkan
yang ektrim 5. Beri umpan harga diri.
terhadap balik positif 3. Aspek positif
kegagalan. kepada klien yang dimiliki
jika melakukan anak dapat
perilaku yang mengembangkan
mendekati rencana-rencana
pencapaian untuk merubah
tugas. karakteristik yang
dilihatnya
sebagai hal yang
negatif.
4. Memberikan
bantuan yang
positif bagi
identifikasi
masalah dan
pengembangan
dari perilaku-
perilaku koping
yang lebih
adaptif.
Penguatan positif
membantu
meningkatkan
harga diri dan
meningkatkan
penggunaan
perilaku-perilaku
yang dapat
diterima oleh
pasien.
5. Pendekatan ini
yang disebut
shaping adalah
prosedur perilaku
ketika
pendekatan yang
beturut-turut akan
perilaku yang
diinginkan,
dikuatkan secara
positif. Hal ini
memungkinkan
untuk
memberikan
penghargaan
kepada klien saat
ia menunjukkan
harapan yang
sebenarnya
secara bertahap.

5. Ketidakefektifan koping Tujuan : 1. Pastikan bahwa 1. Penting untuk


individu berhubungan Anak sasaran – anak mencapai
dengan kelainan fungsi mengembangkan sasarannya sesuatu, maka
dari system keluarga dan dan menggunakan adalah realistis. rencana untuk
perkembangan ego yang keterampilan 2. Sampaikan aktivitas –
terlambat, serta koping yang sesuai perhatian tanpa aktivitas di mana
penganiayaan dan dengan umur dan syarat pada kemungkinan
penelantaran anak. dapat diterima anak. untuk sukses
social. 3. Sediakan waktu adalah mungkin.
Criteria hasil : bersama anak, Sukses
a. Anak mampu keduanya pada meningkatkan
penundaan satu ke satu harga.
pemuasan basis dan pada 2. Komunikasi dari
terhadap aktivitas – pada penerimaan
keinginannya, aktivitas anda terhadapnya
tanpa terpaksa kelompok. sebagai makhluk
untuk 4. Bantu anak hidup yang
memanipulasi mengurangi berguna dapat
orang lain. penyangkalan meningkatkan
b. Anak mampu sebagai suatu harga.
mengekspresika mekanisme 3. Hal ini untuk
n kemarahan bersikap menyampaikan
dengan cara membela. pada anak bahwa
yang dapat 5. Beri pengakuan anda merasa
diterima secara tentang kerja bahwa ia
social. keras yang berharga untuk
berhasil dan waktu anda.
penguatan 4. Penguatan positif
positif. membantu
meningkatkan
harga diri dan
meningkatkan
penggunaan
perilaku –
perilaku yang
dapat diterima
oleh anak.
5. Pengakuan dan
penguatan positif
meningkatkan
harga diri.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan
sesuai dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dan rujukan.

E. EVALUASI.
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi yang diharapkan pada
pasien dengan batu saluran kemih ialah nyeri akut dapat ditangani dengan tepat,
proses eliminasi urin kembali normal, kekurangan volume cairan dapat
terhindari dan pasien memiliki pengetahuan mengenai penyakit yang
dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA

Townsend, Mary C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Di Keperawatan


Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A . 2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Jakarta: EGC

Nurhayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta : Salemba Medika

Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Ardi, 2013. Askep Anak dengan ADHD.
Dalam http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-
deficyt.html

Santya, Kadek. 2012. “Askep Anak Hiperaktif” dalam


http://kadeksantya.blogspot.com/2012/05/contoh-askep-anak-hiperaktif.html

Vous aimerez peut-être aussi