Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK 7
NUR AZIZAH
HERAWATI
NURNANINGSIH
NURBAIDAH
NURZAKINAH
SEMESTER 5
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
MAKALAH ini dengan baik, serta tepat pada waktunya. Dalam MAKALAH
ini akan dibahas mengenai “MAKALAH ADHD”.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar
pada MAKALAH ini. Oleh karena itu kami berharap kepada pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan
MAKALAH ini.
Dalam penyusunan MAKALAH ini, kami telah berusaha semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan kami. Namun, sebagai manusia biasa kami
tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi teknik penulisan
maupun dari tata bahasa.
Demikian, semoga MAKALAH ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
serta bagi penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Istilah ADHD merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis
yang belakangan ini di gencar pula diperbincangan dalam dunia pendidikan dan
psikologi. Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang
disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, di mana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku, dan
tidak mendukung rentang perhatian atau rentang perhatian mudah teralihkan.
Jika hal ini terjadi pada seorang anak dapat menyebabkan berbagai kesulitan
belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan social, dan kesulitan – kesulitan lain
yang kait – mengait.
Istilah ADHD cenderung belum dikenal secara luas dan mungkin
merupakan istilah baru, tetapi anak yang memperlihatkan over aktif dan tidak
terkendali telah terjadi sejak lama. Pada 1845, Heinrich Hoffman, seorang
neurology, untuk pertama kalinya menulis mengenai perilaku yang kemudian
dikenal dengan hiperaktif dalam buku “ cerita anak “ karangannya. 150 tahun
berkutnya, kejadian perilaku serupa diperlihatkan oleh seorang anak di
Chicago, namanya Dusty.
Dalam liberator lain dijelaskan, ADHD pertama kali ditemukan pada
1902 oleh seorang dokter Inggris, Professor George F. Still, di dalam
penelitiannya terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu “
ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian, gelisah, dan resah “.
Pendapat lain menyatakan, bahwa ADHD disebabkan oleh epidemic
encephalitis ( peradangan otak ) yang menyebar ke seluruh dunia yang terjadi
sejak 1917 – 1926.
ADHD dicirikan dengan tingkat gangguan perhatian, impulsitivitas dan
hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan gangguan ini
dapat terjadi di sekolah maupun di rumah ( Iscaa, 2005 ). Pada kira – kira
sepertiga kasus gejala – gejala menetap sampai dengan masa dewasa (
Townsend, 1998 ). ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak – kanak
yang paling umum mengapa anak – anak dibawa untuk diperiksa oleh para
professional kesehatan mental. Consensus pendapat professional menyatakan
bahwa kira – kira 3, 05 % atau sekitar 2 juta anak – anak usia sekolah mengidap
ADHD ( Martin, 1998 ).
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN.
A. DEFENISI ADHD
Kelainan hiperaktivitas kurang perhatian ( ADHD ) sering tampak
sebelum usia 4 tahun dan di karakteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan
dan tidak perhatian, impulsive, hiperaktivitas. Pada kira – kira sepertiga kasus,
gejala – gejala menetap dengan masa dewasa ( DSM-III-R, 1997 ). ( Townsend,
Mary C. 1998 ).
Gangguan hiperakinetik atau biasa disebut dengan hiperaktif adalah suatu
gangguan yang terjadi pada anak dan dapat timbul pada masa perkembangan
dini ( sebelum berusia 7 tahun ) dengan cirri utama ketidakmampuan
memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsive.
ADHD ( Attention Deficits and Hyperactivity Disorder ) adalah gangguan
yang berupa kurangnya perhatian dan hiperaktivitas ( aktivitas yang berlebihan
).
Menurut Peters dan Douglas ( dalam Rusmawati & Dewi, 2011 : 75 )
yang mendiskripsikan “ attention deficit hyperactivity disorder “ ( ADHD )
sebagai gangguan yang menyebabkan individu memiliki kecenderungan untuk
mengalami masalah pemusatan perhatian, control diri, dan kebutuhan untuk
selalu mencari stimulasi.
B. ETIOLOGI ADHD
Ada beberapa factor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif, antara lain
adalah :
a. Factor genetic.
Anak laki – laki dengan ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur
lebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan kembar tidak satu telur.
Bukti penelitian menyatakan bahwa factor genetika merupakan factor
penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari
anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jika orang tua
mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada
anak kembar, jika salah satu mengalami ADHD, maka saudaranya 70 – 80
% juga beresiko mengalami ADHD.
b. Factor neurologic.
Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurologis diantaranya bahwa
terdapat persamaan antara cirri – cirri yang muncul pada ADHD dengan
yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontal. Demikian juga
penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neurolopsikologis yang
dihubungkan dengan fungsi lobus prefrontal. Temuan melalui MRI (
pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi ) menunjukkan ada
ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks
prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks
serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Informasi lain bahwa
anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil disbanding anak
yang tidak ADHD.
c. Factor lingkungan.
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar dapat menyebabkan hiperaktif
terutama keracunan timah hitam.
d. Factor cultural dan psikososial.
a. Pemanjaan – pemanjaan bisa juga disamakan dengan memperlakukan
anak terlalu manis, membujuk – bujuk makan dan sebagainya. Anak
yang terlalu dimanja akan memiliki caranya sendiri agar terpenuhi
kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan. Anak yang kurang
pengawasan/disiplin cenderung akan melakukan sesuatu dengan sesuka
hatinya. Hal ini dikarenakan perilakunya kurang dibatasi.
c. Orientasi kesenangan. Anak dengan kepribadian berorientasi pada
kesenangan, pada umumnya akan memiliki cirri – cirri hiperaktif secara
sosio-psikologis dan harus di didik agak berbeda agar mau
mendengarkan atau menyesuaikan diri.
E. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder – gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika ( seringkali akibat abnormalitas konsentrasi ).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( seringkali akibat perilaku agresif
dan kata – kata yang diungkapkan). ( Betz, Cecily L. 2002 ).
F. PENATALAKSANAAN.
Rencana pengobatan bagi anak dengan gangguan ini terdiri atas
penggunaan psikostimulan, modifikasi perilaku orang tua, dan konseling
keluarga. Orang tua mungkin mengungkapkan kekhawatirannya tentang
penggunaan obat. Resiko dan keuntungan dari obat harus dijelaskan pada orang
tua.
Psikostimulan – metilfenidat ( Ritalin ), amfetamin sulfat ( Brnzedrine ),
dan dekstroamfetamin sulfat ( Dexadrine ) dapat memperbaiki rentang
perhatian dan konsentrasi anak dengan meningkatkan efek paradoksial pada
kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang menderita gangguan ini. (
Betz, Cecily L. 2002 ).
Ada beberapa jenis yang bisa diterapkan pada anak hiperaktif, ( Ferinand,
2007 ) sebagai berikut :
a. Terapi psikofarmakologis ( terapi obat – obatan ).
Terapi farmakologi anak dengan hiperaktif dapat diberikan stimulant yang
dipercaya meningkatkan produksi dopamine dan norepinephrine, yaitu
neurotransmitter otak yang penting untuk kemampuan memusatkan
perhatian dan mengontrol perilaku.
b. Terapi social kejiwaan ( psikososial ).
Ranagen ( 2005 ) mengemukakan salah satu bentuk penanganan untuk anak
hiperaktif adalah dengan memodifikasi perilaku.
1. Biarkan akan mengetahui apa yang diharapkan sebelumnya.
2. Modifikasi perilaku harus dilakukan secara continue, penguatan juga
harus konsisten, hal ini tidak akan berhasil jika jarang dilakukan, dan
jika perilakunya tidak sama antara ibu dan ayahnya.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN
ADHD.
A. PENGKAJIAN.
Menurut hidayat ( 2005 ) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur
atau usia antara lain :
1. Neonatus ( 0 – 28 hari ).
a. Apakah ketika dilahirkan meonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar – mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan berbahasa anak ( menangis, bereaksi terhadap
suara atau bel ) ?
f. Bagaimana kemampuan motorik halus anak ( misalnya kemampuan
untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap
jari atau tangan ) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi ?
d. Masa toddler.
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu
melangkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara
satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bola
dan mulai melompat) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus) ?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal
serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu
menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata,
mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan) ?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok
gigi serta mencoba memakai baju) ?
e. Masa prasekolah.
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki,
menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan
bantuan) ?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain,
menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas) ?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua
kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan
sebagainya, menggunakan bunyi , mengidentifikasi objek, orang
dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti
larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat) ?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain
dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan
peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota
keluarga) ?
g. Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang
dialami secara mandiri ?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya
sebagai remaja ?
e) Bagaimana kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang
tua di rumah (misalnya membersihkan rumah maupun memasak) ?
6. Konsep diri.
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara
umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di
rumah, mereka biasanya merasa terkucil.
c) Reaksi negatif orang lain yang muncul karena perilaku mereka sendiri
sebagai orang yang buruk dan bodoh.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif.
4. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /
koping individu tidak efektif.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kelainan fungsi
dari system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta
penganiayaan dan penelantaran anak. (Nurhayati, 2015)
C. INTERVENSI.
NO DX KEPERAWATAN NOC NIC RASIONAL
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan
sesuai dengan intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien
dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi dan rujukan.
E. EVALUASI.
Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan
tujuan dengan melihat perkembangan klien. Evaluasi yang diharapkan pada
pasien dengan batu saluran kemih ialah nyeri akut dapat ditangani dengan tepat,
proses eliminasi urin kembali normal, kekurangan volume cairan dapat
terhindari dan pasien memiliki pengetahuan mengenai penyakit yang
dialaminya.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily L dan Sowden Linda. A . 2002 . Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Edisi 3. Jakarta: EGC
Prabowo, Eko. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika
Ardi, 2013. Askep Anak dengan ADHD.
Dalam http://blogger-ardi30.blogspot.com/2013/04/askep-anak-dengan-attention-
deficyt.html