Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok III
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. N yang Menderita Penyakit Hipertensi.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita semua. Sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah disusun di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
iii
3.1 Pengkajian ..................................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.1 Data Identitas ......................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.2 Riwayat Perkembangan Keluarga ......... Error! Bookmark not defined.
3.1.3 Data Lingkungan .................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.4 Struktur Keluarga .................................. Error! Bookmark not defined.
3.1.5 Fungsi Keluarga ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.1.6 Stres dan Koping Keluarga ..................... Error! Bookmark not defined.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik .................................. Error! Bookmark not defined.
3.1.8 Terapi atau Pengobatan ......................... Error! Bookmark not defined.
3.1.9 Harapan Keluarga ................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Analisa Data ................................................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Skoring Prioritas Masalah ............................... Error! Bookmark not defined.
3.4 Diagnosis Keperawatan Keluarga Berdasarkan Skoring ... Error! Bookmark not
defined.
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan ........................ Error! Bookmark not defined.
3.6 Catatan Asuhan Keperawatan Keluarga ............ Error! Bookmark not defined.
3.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga .......... Error! Bookmark not defined.
BAB 4 PEMBAHASAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Rancangan Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, Teknik Pengambilan Sampel Error! Bookmark
not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN............................................................. Error! Bookmark not defined.
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
yang mempengaruhi seperti kurang pengetahuan tentang hipertensi (pengertian,
klasifikasi, tanda dan gejala, sebab akibat, komplikasi) dan juga perawatannya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tenyata prevalensi (angka kejadian)
hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Dari berbagai penelitian
epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukan 1,8 – 28,6 % penduduk yang
berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya
kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya
gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi
seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, alkohol, dan
makan makanan yang tinggi kadar lemaknya.
Menurut WHO (World Health Organization) dan ISH (the International Society
of Hypertension) tahun 2003, terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia,
dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Saat ini, angka kematian karena
hipertensi di Indonesia sangat tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi
kematian pada semua umur di Indonesia. Kriteria hipertensi yang digunakan pada
penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil
pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik≥90
mmHg.
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk umur ≥18 tahun, maka prevalensi
hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah dihitung hanya pada penduduk
umur ≥18 tahun. Mengingat pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk
umur ≥15 tahun maka temuan kasus hipertensi pada umur 15-17 tahun sesuai kriteria
JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis besar sebagai tambahan
informasi.Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang
menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmHg. prevalensi
diabetes dan hipertiroid di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis
dokter sebesar 1,5 persen dan 0,4 persen. DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar
2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan
2
Timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%)
dan Nusa Tenggara Timur 3,3 persen. Prevalensi hipertiroid tertinggi di DI
Yogyakarta dan DKI Jakarta (masing-masing 0,7%), Jawa Timur (0,6%), dan Jawa
Barat (0,5%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran
pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat
(29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan
atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat
hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5
persen (25,8% + 0,7 %).Sementara di dunia Barat, hipertensi justru banyak
menimbulkan gagal ginjal, oleh karena perlu diadakan upaya-upaya untuk menekan
angka peyakit hipertensi terlebih bagi penderita hipertensi perlu diberikan perawatan
dan pengobatan yang tepat agar tidak menimbukan komplikasi yang semakin parah.
Selain itu pentingnya pemberian asuhan keperawatan pada pasien hipertensi juga
sangat diperlukan untuk melakukan implementasi yang benar pada pasien hipertensi.
Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki-laki, ternyata perempuan lebih
banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan. Prevalensi di Sumatera
Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta
(Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan. Tujuh dari setiap 10
penderita hipertensi tidak mendapatkan pengobatan yang memenuhi syarat. Peran
faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak pada pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada
heterozigot (berbeda sel telur). Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik
hipertensi primer (esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,
bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam
waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala hipertensi dengan
kemungkinan komplikasinya.
3
Secara umum masyarakat sering menghubungkan antara konsumsi garam dengan
hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya
hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume
plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan
ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan
hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Pada hipertensi esensial mekanisme
ini terganggu, di samping ada faktor lain yang berpengaruh.
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis,
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress menjadi
berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal ini secara
pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang diberikan pemaparan
tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi hipertensi.
Obesitas atau kegemukan di mana berat badan mencapai indeks massa tubuh >
27 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu
faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi.
Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan
sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah.
Olah raga ternyata juga dihubungkan dengan pengobatan terhadap hipertensi.
Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Selain itu dengan kurangnya olah raga maka resiko timbulnya obesitas akan
bertambah, dan apabila asupan garam bertambah maka resiko timbulnya hipertensi
juga akan bertambah.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya gangguan atau kerusakan pada
pembuluh darah turut berperan pada penyakit hipertensi. Faktor- 4 faktor tersebut
antara lain merokok, asam lemak jenuh dan tingginya kolesterol dalam darah.
Selain faktor-faktor tersebut di atas, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi antara lain alkohol, gangguan mekanisme pompa natrium (yang mengatur
4
jumlah cairan tubuh), faktor renin- angiotensin-aldosteron (hormon-hormon yang
mempengaruhi tekanan darah).
Penyakit hipertensi timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor sehingga
dari seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan
terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itulah
maka pencegahan penyakit hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan
menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa
mampu memahami, menjelaskan, serta mengaplikasikan definisi,
epidemiologi, patomekanisme berdasarkan etiologi dan faktor resiko, gejala atau
gambaran klinis, pemeriksaan untuk diagnosis serta untuk mencari faktor
resiko, pemeriksaan penunjang, terapi, komplikasi, dan prognosis dari
penyakit Hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah mempelajari tinjauan pustaka ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1) Memahami dan menjelaskan epidemiologi hipertensi
2) Memahami dan menjelaskan definisi hipertensi
3) Memahami dan menjelaskan gejala hipertensi
4) Memahami dan menjelaskan penyebab hipertensi
5
5) Memahami dan menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk hipertensi
1.4 Manfaat
Makalah diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.4.1 Profesi Keperawatan Bagi tenaga kesehatan dimana makalah ini dapat
memberikan gambaran tentang komplikasi hipertensi dan perilaku
mengontrol tekanan 6 darah , bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan terutama di bidang
keperawatan.
1.4.2 Keluarga Dapat dijadikan masukan, panduan bagi keluarga dan indikator
dalam pemahaman tentang komplikasi hipertensi.Diharapkan dengan
dibuatnya makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan
hipertensi ini dapat memberi asuhan keperawatan yang tepat dan benar
bagi penderita hipertensi dan dapat mengurangi angka kesakitan serta
kematian karena hipertensi dalam masyarakat.
6
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1
Selain jenis diatas hipertensi dibagi menjadi dua yaitu :
1) Hipertensi Primer
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
f. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
g. Kegemukan atau makan berlebihan
h. Stress
i. Merokok
j. Minum alcohol
2) Hipertensi Sekunder
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis., Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis, SGB, Obat – obatan, Kontrasepsi
oral, Kortikosteroid
2.1.3 Faktor Resiko/ Penyebab Hipertensi
1) Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan hipertensi
2) Pria usia 35 – 55 tahun dan wanita > 50 tahun atau sesudah menopause
3) Kebanyakan mengkonsumsi garam/natrium
4) Sumbatan pada pembuluh darah (aterosklerosis) disebabkan oleh beberapa
hal seperti merokok, kadar lipid dan kolesterol serum meningkat, caffeine,
DM, dsb.
5) Factor emosional dan tingkat stress
6) Gaya hidup yang monoton
7) Sensitive terhadap angiotensin
8) Kegemukan
9) Pemakaian kontrasepsi oral, seperti esterogen.
2
2.1.4 Manifestasi Klinis Hipertensi
Menurut Cahyono, 2008 manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1) Sakit kepala
2) Gelisah
3) Jantung berdebar
4) Perdarahan hidung
5) Sulit tidur
6) Sesak nafas
7) Cepat marah dan telinga berdenging
8) Tengkuk terasa berat
9) Sering kencing dimalam hari
2.1.5 Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
3
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung
4
Pathway
5
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
1) Pemeriksaan yang segera seperti :
a. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan
factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /
fungsi ginjal.
c. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan
hipertensi).
d. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
f. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak
ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi
dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan
ada DM.
j. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
k. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi
ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola
regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
6
m. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2) Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama ) :
a. IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b. CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d. Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,
CAT scan.
e. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien
2.1.7 Komplikasi Hipertensi
Efek pada organ :
1) Otak
a. Pemekaran pembuluh darah
b. Perdarahan
c. Kematian sel otak : stroke
2) Ginjal
a. Malam banyak kencing
b. Kerusakan sel ginjal
c. Gagal ginjal
3) Jantung
a. Membesar
b. Sesak nafas (dyspnea)
c. Cepat lelah
d. Gagal jantung
7
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
- Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
- Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
8
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
2.2.1 Definisi Keluarga Dan Keperawatan Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing – masing
yang merupakan bagian dari keluarga. (Friedman, 2010).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai anggota keluarga, pada tatanan
komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar
keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket keperawatan, dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Kelompok Kerja Keperawatan CHS,
1994; Closkey & Grace, 2001).
2.2.2 Tipe dan Jenis Keluarga
1) Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a. Nuclear family atau keluarga inti adalah suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak adopsi.
b. Extended family atau keluarga besar adalah keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, bibi dan paman.
c. Dyad family adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang
tinggal dalam satu rumah tanpa anak.
d. Single parent family adalah suatu keluarga yang terdiri dari satu orang
tua dan anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
e. Single adult adalah satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
dewasa.
f. Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri
yang sudah lanjut usia.
1
2) Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
a. Keluarga communy yang terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian
darah, hidup dalam satu rumah.
b. Orang tua (ayah, ibbu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homo seksual dan lesbian adalah dua individu sejenis yang hidup
bersama dalam satu rumah dan berpefilaku layaknya suami istri.
2.2.3 Struktur Keluarga
Menurut Friedman (2010), struktur keluarga terdiri dari :
1) Pola dan proses komunikasi dapat dikataan berfungsi apabila jujur, terbuka,
melibatkan emosi, dapat menyelesaikan konflik keluarga serta adanya hierarki
kekuatan. Pola komunikasi dalam keluarga dikatakan akan berhasil jika
pengirim pesan (sender) yakin mengemukakan pesannya, isi pesan jelas dan
berkualitas, dapat menerima dan memberi umpan balik, tidak bersifat asumsi,
berkomunikasi sesuai. Sebaliknya, seseorang menerima pesan (receiver) dapat
menerima pesan dengan baik jika dapt menjadi pendengan yang baik,
memberi umpan balik dan dapat memvalidasi pesan yang diterima.
2) Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan baik peran formal maupun informal.
3) Struktur kekuatan adalah kemampuan individu untuk mengontrol dan
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain yang terdiri dari legitimate
power (hak), referen power (ditiru), expert power (keahlian), reward power
(hadiah), coercive power (paksaan) dan affektif power.
4) Nilai keluarga dan norma adalah sistem ide-ide, sikap dan keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu.
2.2.4 Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu didasari dalam keluarga dan kelompok masyarakat. Berbagai
peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
2
1) Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya,
berperan dari pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman
sebagai kepala keluarga, anggota dari kelompok sosial serta dari anggota
masyarakat dari lingkungannya.
2) Peran ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peran mengurus rumah tangga , sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu ibu juga
dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
3) Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psikososial sesuai engan tingkat
perkembangan fisik, mental, soaial dan spiritual.
2.2.5 Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
1) Fungsi afektif (the Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga.
2) Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk
membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tinkah laku sesuai
dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya
keluarga.
3) Fungsi reproduksi (the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care function)
adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
3
memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga dibidang kesehatan.
Tetapi dengan berubahnya zaman, fungsi keluarga dikembangkan menjadi :
1) Fungsi ekonomi, yaitu keluarga diharapkan menjadi keluarga yang
produktif yang mampu menghasilkan nilai tambah ekonomi dengan
memanfaatkan sumber daya keluarga.
2) Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
dikategorikan strata sosialnya oleh keluarga lain yang berbeda disekitarnya.
3) Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab
yang besar terhadap pendidikan anak-anaknya untuk menghadapi
kehidupan dewasanya.
4) Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
mampu menciptakan kehidupan sosial yang mirip dengan luar rumah.
5) Fungsi pemenuhan kesehatan, yaitu keluarga diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan dasar primer dalam rangka melindungi dan pencegahan terhadap
penyakit yang mungkin dialami oleh keluarga.
6) Fungsi reliugius, yaitu keluarga merupakan tempat belajar tentang agama
dan mengamalkan ajaran agama.
7) Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat untuk melakukan
kegiatan yang dapat mengurangi ketegangan akibat berada di luar rumah.
8) Fungsi reproduksi, yaitu bukan hanya mengembangkan keturunan tetapi
juga tempat untuk mengembangkan fungsi reproduksi secara menyeluruh,
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi
anak-anak.
9) Fungsi afektif, yaitu keluarga merupakan tempat yang utama untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial sebelum anggota keluarga berada di luar
rumah.
2.2.6 Tugas Kesehatan Keluarga
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
4
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana kesehatan habis. Keluarga
atau orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang
dialami anggota keluarga, secara tidak langsung akan menjadi perhatian
keluarga atau orang tua. Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu
mencatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar
perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta
dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di
antara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga
diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang
di lingkungan tinggal keluarga agar memperoleh bantuan.
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga
tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri.
Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu
memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau
di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan
untuk pertolongan pertama.
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
5
a. Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis, dan
perawatannya)
b. Sifat dan perkembangan perawatan yag dibutuhkan
c. Keberadaan fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d. Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang
bertanggung jawab, sumber keuangan atau financial, fasilitas fisik,
psikososial)
e. Sikap keluarga terhadap yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah adalah sebagai tempat berteduh, berlindung, atau bersosialisasi bagi
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga mempunyai waktu lebih banyak
berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karenanya, kondisi
rumah haruslah dapat menjadikan lambing ketenangan, keindahan dan
ketentraman, dan yang lebih penting adalah dapat menunjang derajat
kesehatan bagi anggota keluarga.
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Sumber-sumber keluarga yang dimiliki
b. Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan
c. Pentingnya hygiene sanitasi
d. Upaya pencegahan penyakit
e. Sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan sumber fasilitas
kesehatan yang ada disekitar, apabila mengalami gangguan atau masalah yang
berkaitan dengan penyakit. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta
bantuan tenaga keperawatan dalam rangka memecahkan problem yang
dialami anggota keluarga, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam
penyakit.
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal berikut ini:
6
a. Keberadaan fasilitas keluarga
b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas keluarga
d. Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
7
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi
2.3.1 Pengkajian
1) Data Umum
Data identitias lengkap anggota keluarga seperti
a. Nama kepala keluarga
b. Alamat
c. Komposisi keluarga
Genogram:
d. Tipe keluarga
e. Latar belakang budaya
f. Identifikasi agama
g. Status sosial ekonomi keluarga
h. Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat tahap perkembangan keluarga
a. Tahap Perkembangan keluarga saat itu: ditentukan dari anak tertua
dikeluarga dan menjelaskan tugas perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap Perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : menjelaskan tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti : menjelaskan riwayat pernikahan dan kesehatan
pada keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya : menjelaskan riwayat kesehatan keluarga
dari pihak suami dan istri.
3) Data Lingkungan
1
a. Karakteristik rumah : status kepemilikan rumah, luar rumah, keadaaan
bangunan, penataan perabot, sumber air pembuangan sampah dan denah
rumah.
denah rumah:
b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW : menjelaskan jarak rumah
dengan tetangga, hubungan dengan tetangga, tipe penduduk, tipe hunia,
kelas sosial ekonomi, sttaus pekerjaan masyarakat, fasilitas yang ada,
jarak ke puskesmas, transportasi dan kebersihan lingkungan.
c. Mobilitas Geografis Keluarga : Menjelaskan lama tinggal di rumah
tersebut dan alur tempat tinggal setelah menikah
d. Perkumpulan keluarga dan Interaksi dengan masyarakat : menjelaskan
hubungan keluarga dari kegiatan mayarakat
e. Sistem pendukung keluarga : menjelaskan kepedulian antar anggota
keluarga yang sakit, aktifitas/kegiatan rumah, tepat berobat dan fasilitas
penunjang yang dimiliki.
4) Struktur Keluarga
a. Pola dan proses komunikasi keluarga : menjelaskan waktu komunikasi
keluarga dan cara komunikasi antar anggota keluarga
b. Struktur Kekuatan keluarag : menjelaskan cara menyelesaikan masalah
dan cara pengambilan keputusan
c. Struktur peran keluarga : menjelaskan peran masing-masing anggota
keluarga
d. Nilai dan Norma keluarga : menjelaskan nilai dan norma yang dianut
keluarga.
5) Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif : menjelaskan bagaimana gambaran dari anggota keluarga
perasaan perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi : mengkaji interaksi atau hubungan dalam keluarga
c. Fungsi perawatan kesehatan :
Mencangkup 5 tugas keperawatan keluarga
2
a) Mengetahui pengetahuan keluarga mengenai masalah keluarga
dalam kesehatan
b) Mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk
tindakan kesehatan yang tepat
c) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
d) Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga mengelola
lingkungan rumah yang sehat
e) Mengtahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
pelayanan kesehatan yang ada
d. Fungsi Ekonomi : menjelaskan tentang penghasilan, statu ssosial ekonomi
dan keseimbangan antara penghasilan dan keluaran.
e. Fungsi Reproduksi : menjelaskan tentang generasi dan keturunan.
6) Stress dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki keluarga
b. Tindakan keluarga menangani stressor
c. Strategi koping Internal : menjelaskan cara keluarga mengatasi stress
7) Pemeriksaan fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan pada setiap anggota keluarga , metode yang
digunakan tidak berbeda dengan klinik, menggunakan head to toe.
Pada Pasien Hipertensi :
a. TD: tinggi ditas 140/90
b. Nadi : dapat terjadi peningkatan (takikardi) atau abnormalan nadi
c. Pernapasan : Takipnea nocturnal
d. Kepala dan Mata pusing
e. Leher : kaku bagian belakang
f. Suara jantung
g. Distensi vena jugularis
h. Ektremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin atau pnegesian kapiler
lambat
i. Integritas ego : depresi, marah
3
j. Aktivitas: kelemahan, pusing
k. Istirahat : Sulit tidur, kurang tidur
8) Harapan Keluarga
Menjelaskan harapan keluaga tentang kesehatan keluarga terutama untuk
pasien.
Masalah Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
4
3) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
4) Kurang pengetahuan berhubungan
5) Gangguan perfusi jaringan
Skoring Masalah
Gangguan Perfusi jaringan perifer
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
Kemungkinan 1 2 1/2x2 = 1
untuk diatasi :
Sebagian
Menonjolnya 1 1 1/1 x 1= 1
Maslah : tidak
perlu segera
5
2.3.3 Perencanaan Keperawatan Keluarga
Dalam perencanaan terdapat tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diisi dengan 5 tugas kesehatan keluarga.
No Tujuan Rencana Evaluasi Rencana Tindakan
1. Menjelaskan tanda-
tanda hipertensi Verbal Menjelaskan tanda-tanda hipertensi 1 Diskusikan tanda-tanda
yaitu Menurut Price, 2005 hipertensi dengan
keluarga
Jika hipertensinya berat atau menahun
2 Anjurkan keluarga
dan tidak diobati, bisa timbul gejala
mengulang kembali
berikut: sakit kepala, kelelahan, mual,
penjelasan
muntah, sesak nafas, gelisah,
pandangan menjadi kabur yang terjadi
6
karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005)
7
4. Mengaplikasikan Verbal dan Melakukan senam hipertensi, untuk 1. Ajarkan keluarga senam
olahraga untuk Praktek memperlancar aliran darah (SAP hipertensi
penderita hipertensi dilampirkan) 2. Anjurkan keluarga
melakukannya sehari sekali
8
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan keluarga adalah suatu proses aktualisasi rencana
intervensi yang memanfaatkan berbagai sumber didalam keluarga dan memandirikan
keluarga dalam bidang kesehtan. Keluarga dididik untuk dapat menilai potensi yang
dimiliki mereka dan mengembangkannya melalui implementasi yang bersifat
memampukan keluarga untuk : mengenal masalah kesehatannya, mengambil
keputusan berkaitan dengan persoalan kesehatan yang dihadapi, merawat dan
membina anggota keluarga sesuai kondisi kesehatannya, memodifikasi lingkungan
yang sehat bagi setiap anggota keluarga, serta memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan terdekat ( Sudiharto, 2012).
9
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
2) Alamat : Surabaya
3) Komposisi keluarga :
Genogram:
a) Genogram
10
Keterangan :
: Perempuan
: Laki – Laki
: Meninggal
: Pasien
4) Tipe keluarga : Extended Family terdiri dari ayah, anak, menantu, dan cucu.
5) Latar belakang budaya :
Latar belakang budaya adalah suku jawa. Bahasa yang dipakai bahasa
campuran jawa dan indonesia, keluarga tidak menganut kepercayaan tertentu.
Keluarga tidak terpengaruh dengan budaya setempat. Dalam hal mengenai
penanganan penyakitnya Tn.N tidak patuh dalam meminum obat, dan tidak
menjalani diit hipertensi.
6) Identifikasi agama
Seluruh anggota keluarga beragama islam, Tn.N selalu menghadiri pengajian
di lingkungannya.
7) Status sosial ekonomi keluarga
Tn.N bekerja sebagai pedagang dengan gaji perbulan ± Rp.2.000.000 untuk
mencukupi seluruh kebutuhan keluarga dengan dibantu anaknya dalam
berdagang. Dahulu Tn.U bekerja di toko bangunan dan berhenti. Pengahasilan
utama keluarga adalah gaji perbulan Tn.N dan Tn.D Penghasilan dua juta
digunakan untuk, bayar listrik, air, makan, sekolah dan keperluan mendadak
lainnya.
8) Aktivitas rekreasi keluarga :
11
ini adalah keluarga yang memiliki orang dewasa. Tugas perkembangan saat
ini yaitu mengembangkan kebutuhan dengan tanggung jawab dan mandiri
serta memfokuskan kembali hubungan perkawinan dan bekomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak, terbuka dua arah, memberikan
perhatian dan memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab.
2) Tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah belum ada ada tahap
pekembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti :Tn.N mengeluh kesemutan pada kaki jika duduk
bersila. Tn.N mengeluh nyeri sendi, pada bagian lutut, cenat-cenut, skala nyeri
3, hilang timbul, saat akan berdiri setelah duduk lama, Tn.D mengeluh sering
pusing dan memiliki riwayat darah tinggi seperti Tn.N. Ny.Adan An A tidak
memiliki keluhan saat diperiksa.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Tn.N, selaku ayah kandung mengidap hipertensi..
kamar
12
tetangga terjalin baik. KeluargaTn.Nhidup dilingkungan tempat tinggal yang
sebagian besar adalah penduduk asli. Tipe penduduk adalah penduduk urban.
Tipe hunian adalah daerah perkampungan. Kelas sosial ekonomi masyarakat
adalah menengah ke bawah. Status pekerjaan masyarakat berbagai macam,
yaitu pedagang, buruh, PNS dan swasta. Fasilitas yang ada di komunitas
adalah masjid. Jarak antara rumah ke Puskesmas adalah +1km. Transportasi
yang biasa dipakai masyarakat adalah motor dan angkutan umum. Kebersihan
lingkungan masyarakat cukup baik.
3) Mobilitas geografis keluarga :
Keluarga Tn.N sudah menetap dan menempati rumah itu sejak berhenti
bekerja di daerah desa , rumah tersebut membeli ke orang lain.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Tn.N dan keluarga jarang kumpul bersama dalam satu ruangan, karena
ruangan yang kecil, anak-anak biasanya berkumpul sendiri, Tn.N dan Tn.D
serta An.A biasanya kumpul bertiga untuk menonton tv.Tn.N lebih sering
dirumah jarang ke tetangga, karena jika kesana pasti hanya bertanya-tanya.
13
Apabila ada permasalahanTn.N selalu bercerita pada anak-anaknya, untuk
mengambil keputusan.Tn.N jarang mengikutsertakan cucunya dikarenakan
masih SD.
2) Fungsi Sosial
Semua anggota keluarga dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan
rumah. Tn.N, Ny.A, Tn.D sering bersosialisasi dengan masyarakat.
Sedangkan An A cenderung pendiam kepeada orang yang baru dia kenal dan
seringbermain dengan orang seumur dia.
14
keluarga yang merasa sakit dibawa ke puskesmas, biasanya hanya
beristirahat atau beli obat generik di warung.
Kebiasaan tidur dan istirahat : jumlah jam tidur setiap anggota keluarga
tidak pasti. Tn.N, Ny.A, Tn.D biasanya tidur 4-5 jam, An.A biasanya tidur
selama 6-7 jam. Tidak ada keluhan susah tidur untuk masing-masing
anggota keluarga
Praktik kesehatan gigi : Semua anggota keluarga terbiasa gosok gigi 2 kali
sehari, yaitu pada saat mandi pagi dan sore.
15
Tn.N sudah menikah namun istrinya tinggal didesa tidak bersama Tn.N
3.1.6 Stress dan Koping Keluarga
1) Stressor yang dimiliki oleh keluarga adalah maslah ekonomi. Penghasilan
keluarga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga selama
satu bulan.
2) Keluarga melakukan tindakan untuk mengatasi stres denganmemcahakan
masalahnya dengan mengatur keuangan dengan cermat, apabila ada keperluan
mendadak dan masih kurang Tn.Nakan pinjam uang di tetangga
3) Strategi koping internal dari keluarga untuk mengatasi stressor adalah saling
memahami satu sama lain antar keluarga
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang
diidentifikasi sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
No Pemeriksaan Tn.N Tn.D Ny.A An. Al
yang dilakukan
Tekanan
1 darah 150/90 130/90 120/80 -
mmHg mmHg mmHg
BB :
BB : 80 kg BB: 60 kg BB : 65 kg
TB :
TB : 152 cm TB : 165cm TB:163 cm
Kepala &
Leher:
- Mata
16
Sklera Tdk ikterik Tdk ikterik Tdk ikterik -
Bersih, Bersih,
Bersih, dapat
dapat dapat
-Telinga+fungsi menjawab
menjawab menjawab
pertanyaan
Pendengaran pertanyaan pertanyaan
yang
yang yang
diajukan
diajukan diajukan
dengan suara
dengan dengan
yang tidak
suara yang suara yang
terlalu keras
tidak terlalu tidak terlalu
kera keras
17
Suara nafas Suara nafas
vesikuler, S1 vesikuler,
Suara nafas
dan S2 S1 dan S2
vesikuler,
tunggal tunggal -
S1 dan S2
-Dada tunggal
Pemeriksaan 5 5 5 5
Fisik Abdomen
5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
Pemeriksaan
ektremitas atas
BAB 1 x/hr BAB 1 x/hr 5 5
dan ekstremitas
Bawah BAB 1 x/hr BAK lancar BAK lancar
BAK lancar
18
3.2 Analisa Data
Hari/
Tanggal/ Pengelompokan Data Kemungkinan Penyebab Masalah
Jam
DO :
TD : 150/90 mm Hg
BB : 80 kg
Nadi :72x/menit
RR: 18x/menit
Usia : 73 th
P : Proses degenerasi
Q : cenat-cenut
S: 3 skala nyeri
19
24-06-2018 DS : - Tn.N mengatakan Ketidakmampuan keluarga Ketidakefektifan
jarang minum obat hipertensi dalam mengambil keputusan regimen terapeutik
yang diberikan, karena yang tepat keluarga pada Tn.N
merasa sehat-sehat saja keluarga Tn.N
DO :
TD :150/90 mm Hg
BB: 80 kg
N :72 x/menit
RR: 18 x/menit
Konjungtifa : anemis
DO :
TD :150/90 mm Hg
BB: 80 kg
TB : 152cm
N :72 x/menit
RR: 18 x/menit
Konjungtifa : anemis
Kolesterol: 253
20
3.3 Skoring Prioritas Masalah
c. Potensial masalah
2 1 2/3x1=2/3
untuk dicegah Konsumsi kalsium yang cukup
:Cukup akan membantu
mempertahankan kekuatan
tulang. Sumeber klsium mudah
didapatkan dari makanan
ataupun suplemen
d. Menonjolnya
1 1 1/2x1=1/2 Klien mampu berktivatas
masalah: Tidak perlu
seperti biasa, skala nyeri 3 dan
segera
merupakan nyeri kronis
21
2. Ketidakefektifan regimen terapeutik keluarga pada Tn.NkeluargaTn.N
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
yang tepat ditandai denganTn.Ntidak minum obat rutin. TD : 150/90, Obat
dari puskesmas yang harus masih ada
2 2 2/2x2= 1
c. Kemungkinan Tn.N ingin terhindar dari
d. Potensial masalah
3 1 3/3x1=1 Tn.N berkeinginan hidup sehat.
untuk dicegah
:Tinggi Tn.D dan Ny.A juga
mendukung pengobatan Tn.N
Total skor 4
22
3. Resiko ketidaefektifan perfusi jaringan perifer padaTn.Nkeluarga Tn.N
berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit dengan Diabetes Melitus
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
a. Sifat masalah 2 1 2/3x1=2/3 Kesemutan pada jari tangan
:Resiko dan kaki disertai hipertensi.
Namun belum muncul tanda
CRT >3 detk, ekstremitas
pucat ataupun nyeri ektremitas
b. Kemungkinan
Kesemutan perifer merupakan
masalah dapat 2 2 2/2x2= 1
tanda gejala hipertensi namun
diubah : Cukup
bisa juga komplikasi dari
hipertensi sendiri, Hipertensi
\ penyakit yangtidak bisa
disembuhkan namun dapat
dikontrol dengan rutin minum
obat dan diit, serta olahraga.
Tn.Nsering tidak patuh dalam
hal terapi obat
c. Potensial
2 1 2/3x1=2/3
masalah untuk Dengan keteraturan diit dan
dicegah :Cukup terapi masalah resiko tidak
menjadi aktual. Tn.D juga akan
mengingatkan Tn.N untuk
selalu ontime minum obat
d. Menonjolnya
Untuk mencegah terjadinya
masalah: Segera
2 1 2/2x1=1 Gangguan Perfusi perifer yang
dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari
23
3.4 Diagnosis Keperawatan Keluarga Berdasarkan Skoring
24
3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
1 Setelah dilakukan asuhan Setelah melakukan Verbal Menjelaskan tentang hipertensi yaitu 1. Bina hubungan saling
keperawatan keluarga kunjungan 1x 45 menit peningkatan tekanan sistolik lebih percaya
mampu mengambil keluarga dapat mencapai: besar atau sama dengan 160 mmHg 2. Berikan Leaflet dan poster
keputusan yang tepat dan atau tekanan diastolic sama atau 3. Diskusikan dengan
lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, keluarga tentang pengertian
Tujuan Khusus 2003). hipertensi
25
1. Menjelaskan Praktek kembali
pengertian hipertensi 7. Jelaskan pada keluarga
Memberikan dukungan dan
tentang pentingnya
mengingatkan dalam ketepatan
dukungan keluarga dalam
meminum obat dan diit
ketepatan minum obat
hipertensi
8. Menganjurkan Diit rendah
garam
9. Menjelaskan diit makanan
2. Menjelaskan yang dianjurkan dan
pengobatan dihindari
hipertensi
26
3. Mendukung
ketepatan terapi
keluarga yang sakit
hipertensi
2 Setelah dilakukan asuhan Setelahh melakukan Verbal Menjelaskan tanda-tanda hipertensi 1. Diskusikan tanda-tanda
hipertensi dengan keluarga
keperawatan keluarga, kunjungan selama 1x 30 yaitu Menurut Price, 2005
2. Anjurkan keluarga
keluarga mampu merawat menit keluarga dapat mengulang kembali
Jika hipertensinya berat atau menahun penjelasan
anggota keluara yang sakit mencapai
dan tidak diobati, bisa timbul gejala 3. Diskusikan tanda-tanda
DM Verbal hipertensi dengan keluarga
berikut: Sakit kepala, Kelelahan, 4. Anjurkan keluarga
Mual, Muntah, Sesak nafas, Gelisah mengulang kembali
Tujuan Khusus : penjelasan
Pandangan menjadi kabur yang terjadi 5. Diskusikan Komplikasi
Keluarga mampu yang terjadi dari hipertensi
karena adanya kerusakan pada otak, 6. Anjurkan keluarga
merawat anggota
mata, jantung dan ginjal. (Price, 2005) mengulang penjelasan
keluarga yang sakit kembali
hipertensi dengan : Efek pada organ : 7. Diskusikan dengan
keluarga tentang diit
a. Otak: Pemekaran pembuluh
pasien hipertensi
darah, Perdarahan, Kematian
27
1. Menjelaskan tanda- sel otak : stroke 8. Anjurkan
tanda hipertensi keluargamengulang
Verbal dan b. Ginjal: Malam banyak kencing,
penjelasan kembali
praktek Kerusakan sel ginjal, Gagal
2. Menjelaskan ginjal
9. Ajarkan keluarga senam
komplikasi yang
c. Jantung: Membesar, Sesak nafas hipertensi
terjadi dari hipertensi Verbal dan
(dyspnoe), Cepat Lelah, Gagal 10. Anjurkan keluarga
Praktek
jantung melakukannya sehari
3. Menjelaskan dan sekali
Diit hipertensi adalah diit rendah
mengaplikasikan diit
garam
hipertensi
28
keluarga yang sakit mencapai radang sendi () osteoathritis
osteoathritis 3. Anjurkan untuk
Tujuan Khusus :
mengulang kembali
Keluarga mampu Verbal Penyebab Osteoathritis adalah usia, 4. Diskusikan dengan
merawat anggota obesitas, sendi yang sering digunakan keluarga tentang penyebab
keluarga yang sakit riwayat cedera, otot yang lemah osteoathritis
osteoathritis dengan : 5. Anjurkan untuk mengulag
Berikan Kompres dingin pada lutut
a. Menjelaskan Praktek dan bila nyeri tak tertahankan penjelasan kembali
29
3.6 Catatan Asuhan Keperawatan Keluarga
Q : cenat-cenut
S: 3 skala nyeri
30
minum obat rutin. TD : hipertensi
150/90, Obat dari H : keluarga memahami dan mapu
puskesmas yang harus mencerna penjelasan
habis masih ada
31
Minggu, 29juli 2018
32
3.7 Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
Q : cenat-cenut
S: 3 skala nyeri
33
Ketidakefektifan regimen Rabu,25 juli 2018 (15.00)
terapeutik keluarga pada 5. Melanjutkan pengkajian data subyektif dan
Tn.N keluarga Tn.N lingkungan
berhubungan dengan H : keluarga mau menjawab petanyaan
Ketidakmampuan keluarga 6. Mengukur Tekanan darah Tn.N
dalam mengambil H : 140/90 mmhg
keputusan yang tepat 7. Memberikan Leaflet
ditandai dengan Tn.N tidak 8. Mendiskusikan tentang pengertian
minum obat rutin. TD : hipertensi
150/90, Obat dari H : keluarga memahami dan mapu
puskesmas yang harus mencerna penjelasan
habis masih ada
34
merawat anggota keluarga
yang sakit dengan Diabetes
Jumat, 27 juli 2018
Melitus
2.Mendiskusikan tentang komplikasi yang
terjadi pada hipertensi
35
Minggu, 29 juli 2018
36
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC, Hamzah, : Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition.
Oxford: Oxford University Press
38
39
40