Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Actual/resiko gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida,inhalasi asap dan
obstruksi saluran napas atas.
2. Aktual/resiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d edema dan efek dari inhalasi asap
3. Aktual/resiko ketidakseimbangan cairan dan elekterolit b.d peningkatan permebilitas
kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari daerah luka bakar.
4. Actual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
5. Nyeri b.d hipoksia jaringan, edera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka
bakar
6. Kecemasan b.d ketakutan dan dampak emosional dari luka bakar.
Actual/resiko gangguan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida,inhalasi asap dan
obstruksi saluran napas atas.
Aktual/resiko bersihan jalan napas tidak efektif b.d edema dan efek dari inhalasi asap
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam pasca bedah hati, kebersihan jalan napas pasien tetap optimal.
Kriteria evaluasi :
- Jalan napas bersih,tidak ada obstruksi pada jalan napas.
- Suara napas normal tidak ada bunyi napas tambahan seperti stridor.
- Tidak ada penggunaan otot bantu napas.
- RR dalam rentang normal sesuai tingkat usia,misalnya pada dewasa 12- 20x/menit.
Intervensi rasional
Kaji dan monitor jalan napas. Deteksi awal untuk interpretasi selanjutnya.
Salah satu cara untuk mengetahui apakah
pasien bernapas atau tidak adalah dengan
menepatkan telapak tangan di atas hidung dan
mulut pasien untuk merasakan hembusan
napas. Gerakan toraks dan diafragma tidak
selalu mendapatkan pasien bernapas.
Tempatkan pasien dibagian resusitasi Untuk memudahkan dalam melakukan
monitoring status kardiorespirasi dan
intervensi kedaruratan.
Berikan oksigen 41/menit dengan metode Pemberian oksigen dilakukan pada fase awal
kanul atau sungkup non- rebreathing pascabedah. Pemenuhan oksigen dapat
membantu meningkatkan PaO2 di cairan otak
yang akan mempengaruhi pengaturan
pernapasan.
Lakukan tindakan kedaruratan jalan napas Tindakan perawatan pulmoner yang agresif,
agresif. termasuk tindakan membalikan tubuh pasien,
mendorong pasien untuk batuk serta bernapas
dalam, memulai inspirasi kuat yang periodik
dengan spirometri dan mengeluarkan
timbunan secret melalui pengisapan trakea jika
diperlukan. Semuanya ini merupakan tindakan
yang penting terutama pada pasien luka bakar
dengan cedera inhalasi. Pengaturan posisi
tubuh pasien untuk menggurangi kerja
pernapasan, meningkatkan ekspansi dada yang
maksimal dan pemberian oksigen yang
dilembabkan atau pelaksanaan ventilasi
mekanis dapat menurunkan lebih lanjut stress
metabolic dan memastikan oksigenasi jaringan
yang ade kuat. Asepsis dipertahankan melalui
perawatan untuk menghindari kontaminasi
pada traktus respiratorius dan mencegah
infeksi yang meningkatkan kebutuhan oksigen
metabolik.
intervensi Rasional
Berishakan sekresi pada jalan napas dan Kesulitan pernapasan dapat terjadi akibat
lakukan suctioning apabila kemampuan sekresi lender yang berlebihan. Membalikan
mengevakuasi sekresi tidak efektif. pasien dari satu sisi ke sisi lainnya
memungkinkan cairain yang terkumpul untuk
keluar dari sisi mulut. Jika gigi pasien
mengatup,mulut dpat dibuka secara manual,
tetapi hati- hati dengan spatel lidah yang
dibungkus kasa.
Mucus yang menyumbat faring atau trakea
diisap dengan ujung pengisap faringeal atau
kateter nasal yang dimasukan ke dalam
nasofaring atau orofaring.
Instruksikan pasien untuk pernapasan dalam Pada pasien luka bakar disertai inhalasi asap
dan melakukan batuk efektif. dengan tingkat toleransi yang baik, maka
pernapasan diafragma dapat meningkatkan
ekspansi paru. Untuk memperbesar ekspansi
dada dan pertukaran gas, beragam tindakan
seperti meminta pasien untuk menguap atau
dengan melakukan inspirasi maksimal.
Batuk juga didorong untuk melonggarkan
sumbatan mukus.
Evaluasi dan monitor keberhasilan intervensi Apabila tingkat toleransi pasien tidak optimal,
pembersihan jalan napas. maka lakukan kolaborasi dengan tim medis
untuk segera dilakukan terapi endoskopi atau
pemasangan tamponade balon.
Dokumentasi dengan akurat tentang intake dan cairan diberikan untuk mencegah syok
output cairan. hipovolemik ( lihat intervensi kedaruratan syok
hipovolemik ).
Sebagai evaluasi penting dari intervensi hidrasi
dan mencegah terjadinya over hidrasi.
Intervensi pada penurunan kadar elekterolit.
Evaluasi kadar elekterolit serum Untuk mendeteksi adanya kondisi hiponatremi
dan hipokalemi sekunder dari hilangnya
elekterolit dari plasma.
Dokumentasikan perubahan klinik dan Perubahan klinik seperti penurunan urine
laporankan dengan tim medis. output secara akut perlu diberitahu kepada tim
medis untuk mendapatkan intervensi
selanjutnya dan menurunkan resiko terjadinya
Monitor khusus ketidakseimbangan elektrolit asidosis metabolik.
pada lansia Individu lansia dapat dengan cepat mengalami
dehidrasi dan menderita kabar kalium rendah
(hypokalemia ) sebagai akibat diare. Individu
lansia yang menggunakan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi dan
hypokalemia pada urine.
Actual/resiko hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam fase kritis NET tidak mengalami hipotermi
Kriteria evaluasi :
- Suhu tubuh dalam rentang normal 36- 37 o C
- CRT <3 detik
- Akral hangat
intervensi rasional
Kaji derajat,kondisi kedalaman dan luasnya Semakin tinggi derajat, kedalaman dan luas
lesi luka bakar dari luka bakar maka resiko hipotermi akan
lebih tinggi .
Penderita luka bakar luas cenderung untuk
menggigil.
Dehidrasi dapat semakin berat jika daerah kulit
yang rusak terkena aliran udara hangat yang
terus – menerus.
Sesuaikan suhu kamar dalam kondisi tidak Pasien biasanya sensitive terhadap perubahan
terlalu hangat dan tidak terlalu dingin suhu kamar.
Tindakan yang diimplementasi pada pasien
luka bakar, seperti pemakaian selimut katun,
lampu penghangat yang dipasang pada langit-
langit kamar atau alat pelindung panas sangat
berguna untuk mempertahankan kenyamanan
dan suhu tubuh pasien.
Lakukan intervensi perawatan luka dengan Untuk mengurangi gejala menggigil dan
cepat kehilangan panas,perawat harus bekerja
dengat cepat dan efesien ketika luka yang lebar
harus dibuka bagi perawatan luka. Suhu tubuh
pasien dipantau dengan cermat.
Evaluasi suhu tubuh,menggigil atau minta Intervensi penting untuk mencegah hipotermi
pasien untuk melaporkan apabila merasa yang lebih berat.
kedinginan
Nyeri b.d hipoksia jaringan, edera jaringan, serta saraf dan dampak emosional dari luka bakar
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jamnyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
Kriteria evaluasi :
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 (0-4
).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurutkan nyeri
- Pasien tidak gelisah
intervensi rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui
sejauh mana intervensi yang diperlukan dan
sebagai evaluasi keberhasilan dan intervensi
manajemen nyeri keperawatan.
Gejalan kegelisahan dan ansietas sering
dikaitkan dengan rasa nyeri sebenarnya yaitu
dapat berasal dari keadaan hipoksia. Oleh
karena itu, pengkajian status respirasi yang
saksama sangat penting sebelum pemberian
analgetik yang dapat menyupresi system
pernapasan dalam periode awal pasca luka
bakar.
Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi
pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive. dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam menggurangi nyeri.
Lakukan manajemen nyeri keperawatan :
Atur posisi fisiologis Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2
ke jaringan yang mengalami peradangan.
Pengaturan posisi idealnya adalah pada arah
yang berlawanan dengan letak lesi. Bagian
tubuh yang mengalami inflamasi local
dilakukan imobilisasi untuk menurunkan
respons peradangan dan meningkatkan
Istirahatkan klien kesembuhan.
Istirahat diperlukan selama fase akut. Kondisi
Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam ini akan meningkatkan suplai darah pada
jaringan yang mengalami peradangan.
Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri sekunder dari peradangan.
Distraksi (pengalihan perhatian ) dapat
menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorphin
dan ekifalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks selebri
sehingga enurunkan persepsi nyeri
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga
analgitik preparat morfin nyeri akan berkurang. Penyuntikan intravena
preparat morfin atau anlgetik opoid lainnya
biasanya diprogramkan untuk mengurangi
nyeri. Namun, pemberian dosis yang tinggi
perlu dihindari dalam fase darurat karena
terdapatnya bahaya supresi pernapasan pada
pasien yang dirawat dengan ventilasi non
mekanis dan kemungkinan tersmarnya gejala
yang lain. Cara penyuntikan subkutan dan
intramuscular tidak digunakan karena
gangguan sirkulasi pada jaringan yang cedera
membuat absorbs preparat tersebut tidak bisa
diperkirakan. Pemberian intrvena preparat
sedative diperlukan pula.
Obat pereda nyeri yang memadai harus
disediakan dalam perawatan pasien dengan
luka bakar yang akut karena obat tersebut
bukan hanya untuk menjamin kenyamanan
pasien, tetapi juga untuk mengurangi
kebutuhan oksigen, karena intensitasnya, nyeri
yang berhubungan dengan luka bakar tidak
mungkin tidak bisa dihilangkan sama sekali.