Vous êtes sur la page 1sur 20

ABORSI DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di zaman sekarang ini banyak tindakan-tindakan yang tidak manusiawi. Salah satunya adalah aborsi.
Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal yang awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa
didengar. Padahal tindakan ini sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama, dan budaya.

Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan. Sering kali kita melihat berita-berita di televisi yang
memberitakan tindak aborsi. Janin-janin yang umurnya baru beberapa bulan, bahkan beberapa minggu
ditemukan di tong sampah, di got, bahkan didalam kantong plastik. Kemana hati nurani ibu dan ayah
mereka? Dengan mudahnya mereka membunuh anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka
sendiri, yang seharusnya mereka jaga, mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah
memaksa melahirkan sebelum waktunya dan membuangnya.

Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah dewasa. Tetapi justru mereka
yang masih remaja juga melakukannya. Hal itu sangat memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya
pengetahuan tentang Agama dan Moral? Atau memang moral anak bengsa yang telah rusak? Ataukah
keduanya, tetapi pada dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral dan agama.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian aborsi secara ?

2. Bagaimana pandangan agama Islam, Kristen, dan Hindu tentang tindak aborsi?

3. Apakah bahaya dari tindak aborsi?


B. PEMBAHASAN

1 Tindak Aborsi Dipandang dari Segi Umum

1.1 Pengertian Aborsi

Aborsi (Abortus) adalah berakhirnya suatu kehamilan (akibat factor tertentu) pada atau sebelum
kehamilan itu berusia 20 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kendungan
(Lily Yulaikah, 2008: 72).

Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof.
Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus
didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran
(dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi
diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu
secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke
empat masa kehamilan).

Sementara dalam pasal 15 (1) UU Kesehatan Nomor 23/1992 disebutkan bahwa dalam keadaan darurat
sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis
tertentu. Sedangkan pada ayat 2 tidak disebutkan bentuk dari tindakan medis tertentu itu, hanya
disebutkan syarat untuk melakukan tindakan medis tertentu.

Dengan demikian pengertian aborsi yang didefinisikan sebagai tindakan tertentu untuk menyelamatkan
ibu dan atau bayinya (pasal 15 UU Kesehatan) adalah pengertian yang sangat rancu dan
membingungkan masyarakat dan kalangan medis.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) melarang keras dilakukannya aborsi dengan alasan apapun
sebagaimana diatur dalam pasal 283, 299 serta pasal 346 - 349. Bahkan pasal 299 intinya mengancam
hukuman pidana penjara maksimal empat tahun kepada seseorang yang memberi harapan kepada
seorang perempuan bahwa kandungannya dapat digugurkan.

Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang dilakukannya
aborsi. Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di atas.

Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan medis tertentu dan
kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.

Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan
dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa
ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu. Lalu apakah tindakan
medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam
pasal tersebut aborsi digunakan sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin. Jelas disini
bahwa UU Kesehatan telah memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.

1.2 Istilah Aborsi dalam Ilmu Kedokteran

Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi:

a. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-
sebab alami.

b. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di
dalamnya adalah:

Ø Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam


kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan.

Ø Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.

Ø Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.


1.3 Alasan-Alasan untuk Melakukan Aborsi

Berdasarkan alasan medis, dimana hal ini terjadi jika jiwa sang ibu mengalami ancaman bahaya jika
kehamilan dilanjutkan. seperti :

a. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus,
atau jika janin telah meninggal (missed abortion).

b. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.

c. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.

d. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kanker payudara.

e. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.

f. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.

g. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang
berat.

h. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi
vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.

i. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.

j. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.

k. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini,
sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

v Berdasarkan alasan kriminalitas, hal ini terjadi karena kehadiran janin tidak diharapkan dan
dikawatirkan dapat membawa rasa malu bagi sang calon oarng tua, ada beberapa alasan yang
menyebabkan hal ini terjadi:

a) Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.

b) Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.

c) Kehamilan di luar nikah.

d) Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.

e) Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.

f) Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).

g) Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan
yang tidak diinginkan.

1.4 Metode aborsi


a. Urea

Karena bahaya penggunaan saline, maka suntikan lain yang biasa dipakai adalah hipersomolar urea,
walau metode ini kurang efektif dan biasanya harus dibarengi dengan asupan hormon oxytocin atau
prostaglandin agar dapat mencapai hasil maksimal. Gagal aborsi atau tidak tuntasnya aborsi sering
terjadi dalam menggunakan metode ini, sehingga operasi pengangkatan janin dilakukan. Seperti teknik
suntikan aborsi lainnya, efek samping yang sering ditemui adalah pusing-pusing atau muntah-muntah.
Masalah umum dalam aborsi pada trimester kedua adalah perlukaan rahim, yang berkisar dari
perlukaan kecil hingga perobekan rahim. Antara 1-2% dari pasien pengguna metode ini terkena
endometriosis/peradangan dinding rahim.

b. Prostaglandin

Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh dalam proses melahirkan.
Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung,
mengakibatkan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup sama
sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan ketuban untuk
memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak jarang terjadi janin lolos dari
trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam keadaan hidup. Efek samping penggunaan
prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna,
trauma rahim karena dipaksa melahirkan, infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung,
perobekan rahim.

c. Partial Birth Abortion

Metode ini sama seperti melahirkan secara normal, karena janin dikeluarkan lewat jalan lahir. Aborsi ini
dilakukan pada wanita dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mungkin juga lebih tua dari itu. Dengan
bantuan alat USG, forsep (tang penjepit) dimasukkan ke dalam rahim, lalu janin ditangkap dengan forsep
itu. Tubuh janin ditarik keluar dari jalan lahir (kecuali kepalanya). Pada saat ini, janin masih dalam
keadaan hidup. Lalu, gunting dimasukkan ke dalam jalan lahir untuk menusuk kepala bayi itu agar terjadi
lubang yang cukup besar. Setelah itu, kateter penyedot dimasukkan untuk menyedot keluar otak bayi.
Kepala yang hancur lalu dikeluarkan dari dalam rahim bersamaan dengan tubuh janin yang lebih dahulu
ditarik keluar.

d. Histerotomy

Sejenis dengan metode operasi caesar, metode ini digunakan jika cairan kimia yang
digunakan/disuntikkan tidak memberikan hasil memuaskan. Sayatan dibuat di perut dan rahim. Bayi
beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan. Terkadang, bayi dikeluarkan dalam keadaan hidup, yang
membuat satu pertanyaan bergulir: bagaimana, kapan dan siapa yang membunuh bayi ini? Metode ini
memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada kemungkinan terjadi perobekan rahim.

e. Metode Penyedotan (Suction Curettage)

Pada 1-3 bulan pertama dalam kehidupan janin, aborsi dilakukan dengan metode penyedotan. Teknik
inilah yang paling banyak dilakukan untuk kehamilan usia dini. Mesin penyedot bertenaga kuat dengan
ujung tajam dimasukkan ke dalam rahim lewat mulut rahim yang sengaja dimekarkan. Penyedotan ini
mengakibatkan tubuh bayi berantakan dan menarik ari-ari (plasenta) dari dinding rahim. Hasil
penyedotan berupa darah, cairan ketuban, bagian-bagian plasenta dan tubuh janin terkumpul dalam
botol yang dihubungkan dengan alat penyedot ini. Ketelitian dan kehati-hatian dalam menjalani metode
ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya rahim akibat salah sedot yang dapat mengakibatkan
pendarahan hebat yang terkadang berakhir pada operasi pengangkatan rahim. Peradangan dapat terjadi
dengan mudahnya jika masih ada sisa-sisa plasenta atau bagian dari janin yang tertinggal di dalam
rahim. Hal inilah yang paling sering terjadi yang dikenal dengan komplikasi paska-aborsi.

f. Metode D&C (Dilatasi dan Kerokan)

Dalam teknik ini, mulut rahim dibuka atau dimekarkan dengan paksa untuk memasukkan pisau baja
yang tajam. Bagian tubuh janin dipotong berkeping-keping dan diangkat, sedangkan plasenta dikerok
dari dinding rahim. Darah yang hilang selama dilakukannya metode ini lebih banyak dibandingkan
dengan metode penyedotan. Begitu juga dengan perobekan rahim dan radang paling sering terjadi.
Metode ini tidak sama dengan metode D&C yang dilakukan pada wanita-wanita dengan keluhan
penyakit rahim (seperti pendarahan rahim, tidak terjadinya menstruasi, dsb). Komplikasi yang sering
terjadi antara lain robeknya dinding rahim yang dapat menjurus hingga ke kandung kencing.

g. Pil RU 486

Masyarakat menamakannya “Pil Aborsi Perancis”. Teknik ini menggunakan 2 hormon sintetik yaitu
mifepristone dan misoprostol untuk secara kimiawi menginduksi kehamilan usia 5-9 minggu. Di Amerika
Serikat, prosedur ini dijalani dengan pengawasan ketat dari klinik aborsi yang mengharuskan kunjungan
sedikitnya 3 kali ke klinik tersebut. Pada kunjungan pertama, wanita hamil tersebut diperiksa dengan
seksama. Jika tidak ditemukan kontra-indikasi (seperti perokok berat, penyakit asma, darah tinggi,
kegemukan, dll) yang malah dapat mengakibatkan kematian pada wanita hamil itu, maka ia diberikan pil
RU 486.

Kerja RU 486 adalah untuk memblokir hormon progesteron yang berfungsi vital untuk menjaga jalur
nutrisi ke plasenta tetap lancar. Karena pemblokiran ini, maka janin tidak mendapatkan makanannya lagi
dan menjadi kelaparan. Pada kunjungan kedua, yaitu 36-48 jam setelah kunjungan pertama, wanita
hamil ini diberikan suntikan hormon prostaglandin, biasanya misoprostol, yang mengakibatkan
terjadinya kontraksi rahim dan membuat janin terlepas dari rahim. Kebanyakan wanita mengeluarkan isi
rahimnya itu dalam 4 jam saat menunggu di klinik, tetapi 30% dari mereka mengalami hal ini di rumah,
di tempat kerja, di kendaraan umum, atau di tempat-tempat lainnya, ada juga yang perlu menunggu
hingga 5 hari kemudian. Kunjungan ketiga dilakukan kira-kira 2 minggu setelah pengguguran kandungan,
untuk mengetahui apakah aborsi telah berlangsung. Jika belum, maka operasi perlu dilakukan (5-10
persen dari seluruh kasus). Ada beberapa kasus serius dari penggunaan RU 486, seperti aborsi yang tidak
terjadi hingga 44 hari kemudian, pendarahan hebat, pusing-pusing, muntah-muntah, rasa sakit hingga
kematian. Sedikitnya seorang wanita Perancis meninggal sedangkan beberapa lainnya mengalami
serangan jantung.

2. Tindak Aborsi di Pandang dari Segi Agama

2.1. Aborsi di Pandang dari Segi Agama Islam

a. Pengertian Aborsi Menurut Syariat


Dalam istilah syari’at, aborsi adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin
belum mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada
usia kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut.

b. Klasifikasi Abortus

Keguguran atau abortus (al-Ijhaadh) dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis:

Ø Al-Ijhaadh at-Tilqaa’i atau al-’Afwi (Abortus spontanea)

Yaitu proses alami yang dilakukan rahim untuk mengeluarkan janin yang tidak mungkin sempurna unsur-
unsur kehidupan padanya. Bisa jadi ini terjadi dengan sebab kecacatan besar yang terkena penyakit
beragam seperti diabetes atau lainnya.

Ø Al-Ijhaadh al-’Ilaaji

(Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus) adalah abortus (keguguran) yang sengaja


dilakukan para medis (dokter) demi menyelamatkan nyawa ibu; yang dalam keadaan sangat jarang
bahwa kehamilannya dapat berlanjut dengan selamat.

Ø Al-Ijhaadh al-Ijtimaa-i dinamakan juga al-Ijhaadh al-Jinaa-i atau al-Ijraami (Abortus Provokatus
Kriminalis) adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Tujuannya hanya
untuk tidak melahirkan bayi atau untuk menjaga penampilan atau menutup aib dan sejenisnya. Biasanya
pengguguran dilakukan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan alat-alat atau obat-obat
tertentu.

c. Syari’at Islam Memandang Aborsi

Melihat klasifikasi yang ada di atas, dapat dilihat bahwa jenis pertama tidak masuk dalam kemampuan
dan kehendak manusia, sehingga tentunya masuk dalam firman Allah Ta’ala:

َ َ‫َللا يَكالِّف‬
‫لا‬ َّ ‫سا‬ً ‫لّ نا ْف‬
َ ‫وِ ْسعا اها إ‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [QS. al-Baqarah/2:286]

Dan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

َْ ‫ع‬
َ‫ن وض اع‬ ‫ي ا‬ ‫علايْهَ اسْت ْكره ْوا او اما النِّس ايانَ اَو ال اخ ا‬
َْ ‫طأَ أ ّمت‬ ‫ا‬
“Dimaafkan dari umatku kesalahan (tanpa sengaja), lupa, dan keterpaksaan.” [HR. al-Baihaqi dalam
Sunannya dan di-shahih-kan Syail al-Albani dalam Shahihul-Jami' no. 13066]

Sedangkan jenis kedua tidaklah dilakukan kecuali dalam keadaan darurat yang menimpa sang ibu,
sehingga kehamilan dan upaya mempertahankannya dapat membahayakan kehidupan sang ibu.
Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara mempertahankan jiwa sang ibu; dalam keadaan tidak
mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang ibu. Sehingga aborsi menjadi satu-satunya cara
mempertahankan nyawa sang ibu; dalam keadaan tidak mungkin bisa mengupayakan kehidupan sang
ibu dan janinnya bersama-sama. Dalam keadaan seperti inilah mengharuskan para medis spesialis
kebidanan mengedepankan nyawa ibu daripada janinnya. Memang nyawa janin sama dengan nyawa
sang ibu dalam kesucian dan penjagaannya, namun bila tidak mungkin menjaga keduanya kecuali
dengan kematian salah satunya, maka hal ini masuk dalam kaedah “Melanggar yang lebih ringan dari
dua madharat untuk menolak yang lebih berat lagi.” [Irtikabul Akhaffi ad-Dhararain Lidaf'i A'lahuma]

Di sini jelaslah kemaslahatan mempertahankan nyawa sang ibu didahulukan daripada kehidupan sang
janin, karena ibu adalah induk dan tiang keluarga. Dengan takdir Allah Ta’ala, ia bisa melahirkan
berulang kali, sehingga didahulukan nasib sang ibu dari janinnya.

Syaikh Ahmad al-Ghazali seorang Ulama Indonesia menyatakan: “Adapun ulama Indonesia berpendapat
keharaman aborsi kecuali apabila ada sebab terpaksa yang harus dilakukan dan menyebabkan kematian
sang ibu. Hal ini karena syari’at Islam dalam keadaan seperti itu memerintahkan untuk melanggar salah
satu madharat yang teringan. Apabila tidak ada di sana solusi lain kecuali menggugurkan janin untuk
menjaga hidup sang ibu.” [Al-Ijhadh wa Nazharatul-Islam Ilaihi -makalah yang disusun Ahmad al-Ghazali
dan diajukan kepada muktamar ar-Ribath yang diadakan dari tanggal 24-29/11/1972 M] Wallahu a’lam.

Permasalahan yang penting dalam pembahasan ini adalah hukum aborsi jenis ketiga, yaitu Al-Ijhadh al-
Ijtima-i yang dinamakan juga al-Ijhadh al-Jina-i atau al-Ijrami (Abortus Provokatus Kriminalis). Hukum
aborsi jenis ini telah dimaklumi bahwa janin mengalami fase-fase pembentukan sebelum menjadi janin
yang sempurna dan lahir menjadi bayi. Di antara pembeda yang banyak dilihat para ahli fikih yang
berbicara dalam hal ini adalah adanya ruh dalam janin tersebut.

v Dengan dasar ini maka hukum aborsi dapat diklasifikasikan secara umum menjadi dua:

1. Aborsi sebelum ditiupkan ruh

Melihat pendapat para Ulama fikih dari berbagai madzhab, dapat disimpulkan bahwa pendapat mereka
dalam masalah ini menjadi 3 kelompok:

a. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum ditiup ruh pada janin. Ini pendapat minoritas Ulama
madzhab Syafi’iyah, Hambaliyah, dan Hanafiyah.

b. Kelompok yang membolehkan aborsi sebelum dimulai pembentukan bentuk janin yaitu sebelum
empat puluh hari pertama. Ini pendapat mayoritas mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hambaliyah.
Pendapat ini dirajihkan Syaikh Ali Thanthawi rahimahullah.

c. Kelompok yang mengharamkan aborsi sejak terjadinya pembuahan dalam rahim. Ini pendapat yang
rajih dalam madzhab Malikiyah, pendapat Imam al-Ghazali, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnu Rajab al-
Hambali dan Ibnu al-Jauzi. Juga pendapat madzhab Zhahiriyah.

Pendapat inilah yang dirajihkan mayoritas Ulama kontemporer dewasa ini, karena adanya pelanggaran
terhadap hak janin untuk hidup dan juga hak masyarakat. DR. Wahbah az-Zuhaili menjelaskan hal ini
dengan menyatakan: “Para Ulama sepakat mengharamkan aborsi tanpa udzur setelah bulan keempat,
yaitu setelah berlalu seratus dua puluh hari dari permulaan kehamilan. Mereka juga sepakat
menganggap ini sebagai kejahatan yang menyebabkan adanya diyat, karena ada upaya menghilangkan
jiwa dan pembunuhan. Kami juga merajihkan larangan aborsi sejak awal kehamilan, karena adanya
kehidupan dan permulaan pembentukan janin; kecuali karena keadaan darurat seperti terkena penyakit
akut/parah contohnya kelumpuhan atau kanker. Kami condong sepakat dengan pendapat Imam al-
Ghazali rahimahullah yang menganggap aborsi, walaupun dilakukan di hari pertama kehamilan adalah
seperti mengubur janin hidup-hidup (al-Wa’du) yang merupakan kejahatan terhadap sesuatu yang
ada.” [Al-Fikhul-Islami wa Adilatuhu 3/556-557]

Sedangkan Syaikh Ahmad Sahnun seorang Ulama dari Maroko menyatakan: “Aborsi adalah perbuatan
tercela dan kejahatan besar yang dilarang dalam Islam. Juga diingkari jiwa kemanusiaan dan jiwa-jiwa
yang mulia menolaknya. Sebab hal itu adalah pembunuhan jiwa yang Allah Ta’ala haramkan, perubahan
ciptaan Allah Ta’ala dan menentang takdir/kehendak Allah Ta’aka.” Islam telah melarang membunuh
jiwa seperti dalam firman Allah Ta’ala:
َ‫س ت َ ْقتُلُو َو َل‬
ََ ‫َللاُ ح ََّر ََم الَّتِى االنَّ ْف‬ َِ ‫بِا ْلح‬
ََّ َّ‫َق ِإ َل‬
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan
suatu (alasan) yang benar.” [QS. al-Isra'/17:33] sebagaimana juga melarang sikap merubah ciptaan Allah
Ta’ala dalam firman-Nya:

َ‫َللا َخ ْلقََ فَلَيُغَيِ ُرنََّ َولَ َء ُم َرنَّ ُه ْم‬


ََِّ
“Dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya.” [QS. an-
Nisaa'/4:119]

Aborsi mirip dengan al-Wa’du (mengubur anak hidup-hidup) yang dahulu pernah dilakukan di zaman
Jahiliyah, bahkan tidak lebih kecil kejahatannya. Islam sangat mengingkari hal ini sebagaimana firman-
Nya:

‫ َُء ا ْل َم َْو َوإِذَا‬, ُ‫سءِ لَتَْ َد َة‬


ُ
“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya.” [QS. at-Takwir/81: 8]

Baik aborsi itu dilakukan di fase awal janin atau setelah ditiupkan ruh padanya. Sebab semua fase
pembentukan janin berisi kehidupan yang harus dihormati, yaitu kehidupan pertumbuhan dan
pembentukannya. Setelah dipastikan secara ilmiyah bahwa aborsi memiliki bahaya bagi kesehatan dan
kehidupan wanita, sehingga aborsi diharamkan untuk dilakukan, karena menghilangkan madharat lebih
didahulukan dari mengambil kemaslahatan.” [Al-Ijhadhul-Amd, makalah disampaikan dalam muktamar
ar-Ribath hal. 309-346]

Sedangkan DR. Ibrahim Haqqi menyatakan: “Diharamkan aborsi karena merupakan pembunuhan jiwa
yang tidak berdosa dan menjerumuskan jiwa lainnya yaitu sang ibu kepada bahaya yang banyak hingga
bahaya kematian. Ini adalah perkara yang terlarang.” [Mauqifud-Dinil-islam minal-Ijhadh, makalah yang
disampaikan dalam muktamar ar-Ribath, lihat Islam wa tanzhim al-Walidiyah hal. 418]

Inilah pendapat yang dirajihkan Umar bin Ibrahim Ghanim dalam kitabnya Ahkamul-Janin: “Sudah pasti
pendapat kelompok yang melarang aborsi sejak pembuahan adalah yang lebih dekat kepada kebenaran
dan sesuai dengan ruh Islam. Ruh Islam yang memerintahkan untuk melindungi dan mnjaga keturunan;
juga menghalangi kesempatan pengekor hawa dan nafsu syahwat yang ingin mengambil kesempatan
untuk merealisasikan tujuan dan keinginan mereka untuk melemahkan keturunan kaum Muslimin.
Demikian juga fatwa larangan ini termasuk saddu adz-Dzari’at yang sangat bersesuaian dengan ruh
syari’at Islam yang mulia.”

2. Aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin (setelah empat bulan)

Telah dijelaskan bahwa ada perbedaan pendapat di antara para ulama dalam hukum aborsi sebelum
peniupan ruh pada janin. Sedangkan setelah peniupan ruh, para ahli fikih sepakat bahwa janin telah
menjadi manusia dan kemuliaan, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala:

َّ ‫الطيِّ ابتَ ِّمناَ او ارزا ْقناهم او ْال ابحْ رَ ْالبا َِّر فى او اح ام ْلناه َْم اءا اد اَم ابنى ْمناا ك‬
َ‫ار اولا اق ْد‬ ّ ‫علاى اوفاض ّْلناه َْم‬ َْ ‫ت ا ْفضيلًَ اخلا ْقناا ِّم ّم‬
‫ن كاثيرَ ا‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” [QS. al-Isra'/18: 70]

Dan firman Allah Ta’ala:

َ‫ل ام ْن‬ ‫سادَ أ ا َْو نا ْفسَ بغايْرَ نا ْف ا‬


َ‫سا قاَت ا ا‬ ْ ‫ل نّ اما فاكاا اَء ا‬
‫ل اء ْرضَ فى فا ا‬ َ‫اس قات ا ا‬ َْ ‫س النّا أاحْ ايا نّ امآ فاكاا اَء هاا أاحْ ايا او ام‬
َ‫ن اجم ْي ًعا النّ ا‬ َ‫اجمي ًعا ا‬
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau
bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya.” [QS. al-Maidah/5: 32]

Di antara Ulama yang menukil kesepakatan ini adalah Ibnu Jizzi’ [Al-Qawaninul-Fiqhiyah hal. 141], DR.
Wahbah az-Zuhaili [Al-Fiqhul-Islami wa Adillatuhu 3/556] dan DR. Muhammad Ali al-Bar [Siyasah wa
Wasail tahdidin-nasl hal. 167].

Demikianlah, menjadi jelas bagi kita bahwa aborsi setelah ditiupkan ruh pada janin adalah kejahatan
yang tidak boleh dilakukan kecuali dalam keadaan sangat darurat yang dipastikan. Caranya dengan
mengambil keputusan para medis yang terpercaya dan ahli di bidang tersebut; yaitu bahwa adanya janin
itu membahayakan kehidupan sang ibu. Perlu diketahui dengan adanya kemajuan sarana kedokteran
modern dan kemampuan ilmu serta tersedianya semua keperluan tentang hal itu, maka aborsi untuk
penyelamatan nyawa Ibu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi. Wallahu a’lam.

d. pengharaman Aborsi di dalam Hukum Al-Quran

· Manusia berapapun kecilnya adalah ciptaan Allah yang mulia.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Quran
yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan
umat manusia.”(QS 17:70)

· Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang. Menyelamatkan satu
nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua orang.
Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain, memiliki dampak yang sangat
besar. Firman Allah: “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang
mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang
manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)

· Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut
akan kekurangan uang.

Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau
tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya.
Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan
janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada
mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)

· Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah.

Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan dengan tujuan
menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis dikenal dengan istilah “abortus
provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-Quran
menyatakan: “Adapun hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati, atau disalib, atau
dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan dari masyarakatnya. Hukuman yang
demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan
yang pedih.” (QS 5:36)

· Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.

Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran
menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu
masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal
Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.

· Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau kebetulan. Setiap janin yang terbentuk
adalah merupakan rencana Allah.

Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan menjadi janin. Semua ini
tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu
dalam rahim menurut kehendak Kami selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari
rahim ibumu sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin dibiarkan
hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan untuk mengeluarkan janin sebelum
umur kandungan apalagi membunuh janin secara paksa!

· Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi. Bahkan dalam kasus hamil diluar
nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung tinggi kehidupan.

Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas terhadap para pelaku zinah.
Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan
seorang wanita yang hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya
(Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku telah berzina, sucikanlah
aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau
menampikku? Mungkin engkau menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah
hamil.” Nabi berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.” Ketika wanita
itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk dan berkata,”Inilah anak yang
kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar
nikah) tetap janin itu harus dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji.

e. Fatwa MUI tentang abortus

Majelis ulama Indonesia (MUI) memutuskan Fatwa tentang abortus :

Pertama : Ketentuan Umum

1. Darurat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang
diharamkan maka ia akan mati atau hampir mati.

2. Hajat adalah suatu keadaan di mana seseorang apabila tidak melakukan sesuatu yang diharamkan
maka ia akan mengalami kesulitan besar.

Kedua : Ketentuan Hukum

1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi).

2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.

Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina. Mengenai menstrual
regulation, islam juga melarangnya karena pada hakikatnya sama dengan abortus, merusak,
menghancurkan janin calon manusia yang dimuliakan oleh Allah karena ia berhak tetap dalam keadaan
hidup sekalipun hasil dari hubungan yang tidak sah (di luar perkawinan yang sah) sebab menurut islam
bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci (tidak bernoda) sesuai dengan hadis nabi: “Semua anak
dilahirkan atas fitrah, sehingga jelas omongannya. Kemudian orang tuanya lah yang menyebabkan anak
itu menjadi yahudi, nasrani,/ majusi (H.R Abu ya’la, al-thabrani dan al-baihaqi dari al-aswad bin sari’).

2.2 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Kristen

Semua umat Kristiani bisa membaca kembali Kitab Sucinya untuk mengerti dengan jelas, betapa
Tuhan sangat tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.

a. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam kandungan itu belum memiliki nyawa.

· Luk 1:13-15 ~ Tetapi malaikat itu berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Zakharia, sebab doamu
telah dikabulkan dan Elisabet, isterimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah
engkau menamai dia Yohanes. Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan
bersukacita atas kelahirannya itu. Sebab ia akan besar di hadapan Tuhan dan ia tidak akan minum
anggur atau minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya;

· Luk 1:39-44 ~ mengisahkan kunjungan Maria kepada Elisabet, ibu Yohanes.

· Luk 1:35-36 ~ Jawab malaikat itu kepadanya: “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak
Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada
hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.

b. Hukuman bagi para pelaku aborsi sangat keras.

· Kel 21:22-25 ~ Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang
perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, tetapi tidak mendapat
kecelakaan yang membawa maut, maka pastilah ia didenda sebanyak yang dikenakan oleh suami
perempuan itu kepadanya, dan ia harus membayarnya menurut putusan hakim. Tetapi jika perempuan
itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa,
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka,
bengkak ganti bengkak.

c. Aborsi karena alasan janin yang cacat tidak dibenarkan Tuhan.

· Yoh 9:1-3 ~ Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya. Murid-
muridNya bertanya kepadaNya: “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya,
sehingga ia dilahirkan buta?"” Jawab Yesus: “Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena
pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia…”

d. Aborsi karena ingin menyembunyikan aib tidak dibenarkan Tuhan.

· Kej 19:36-38 ~ Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua
melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang
sekarang. Yang lebih mudapun melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Ben-Ami; dialah
bapa bani Amon yang sekarang.

· Kej 50:20 ~ Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah
mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni
memelihara hidup suatu bangsa yang besar.

f. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya.

· Yeh 16:20-21 ~ Bahkan, engkau mengambil anak-anakmu lelaki dan perempuan yang engkau
lahirkan bagiKu dan mempersembahkannya kepada mereka menjadi makanan mereka. Apakah
persundalanmu ini masih perkara enteng bahwa engkau menyembelih anak-anakKu dan
menyerahkanNya kepada mereka dengan mempersembahkannya sebagai korban dalam api?

· Yer 32:35 ~ Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk Baaldi Lembah Ben-Hinom, untuk
mempersembahkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka kepada Molokh sebagai korban
dalam api, sekalipun Aku tidak pernah memerintahkannya kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak
pernah timbul dalam hatiKu, yakni hal melakukan kejijikan ini, sehingga Yehuda tergelincir ke dalam
dosa.

6. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya.

Kej 30:1-2 ~ Ketika dilihat Rahel, bahwa ia tidak melahirkan anak bagi Yakub, cemburulah ia kepada
kakaknya itu, lalu berkata kepada Yakub: “Berikanlah kepadaku anak; kalau tidak, aku akan mati.” Maka
bangkitlah amarah Yakub terhadap Rahel dan ia berkata:” Akukah pengganti Allah, yang telah
menghalangi engkau mengandung?”

Mzm 127:3-5 ~ Sesungguhnya, anak laki-laki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan
adalah suatu upah. Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa
muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia
tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang.

2.3 Aborsi di Pandang dari Segi Agama Hindu (Theology Hinduisme)

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma” yakni salah
satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam
pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau roh yang
sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum
sempurna seperti tubuh manusia. Segera setelah terjadi pembuahan di sel telur maka atma sudah ada
atas kuasa Hyang Widhi. Dalam “Lontar Tutur Panus Karma”, penciptaan manusia yang utuh kemudian
dilanjutkan oleh Hyang Widhi dalam manifestasi-Nya sebagai “Kanda-Pat” dan “Nyama Bajang”.
Selanjutnya Lontar itu menuturkan bahwa Kanda-Pat yang artinya “empat-teman” adalah: I Karen,
sebagai calon ari-ari; I Bra, sebagai calon lamas; I Angdian, sebagai calon getih; dan I Lembana, sebagai
calon Yeh-nyom. Ketika cabang bayi sudah berusia 20 hari maka Kanda-Pat berubah nama menjadi
masing-masing : I Anta, I Preta, I Kala dan I Dengen. Selanjutnya setelah berusia 40 minggu barulah
dinamakan sebagai : Ari-ari, Lamas, Getih dan Yeh-nyom. Nyama Bajang yang artinya “saudara yang
selalu membujang” adalah kekuatan-kekuatan Hyang Widhi yang tidak berwujud. Jika Kanda-Pat
bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama Bajang yang jumlahnya
108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh bayi.

Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitab-kitab suci Hindu
antara lain

· Rgveda 1.114.7 menyatakan : “Ma no mahantam uta ma no arbhakam” artinya : Janganlah


mengganggu dan mencelakakan bayi.

· Atharvaveda X.1.29 : “Anagohatya vai bhima” artinya : Jangan membunuh bayi yang tiada
berdosa.

· Dan Atharvaveda X.1.29 : “Ma no gam asvam purusam vadhih” artinya : Jangan membunuh
manusia dan binatang. Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun
dalam penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri
keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu sebagai sesuatu
yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra maupun dalam
Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah “Dharmasampati” artinya
perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra yang tiada lain adalah re-
inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani kehidupan sebagai manusia
karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam istilah Theology Hindu disebut
sebagai “Amoring Acintya” . Oleh karena itu maka suatu rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat
digambarkan sebagai berikut : Perkawinan (pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang
bertujuan memperoleh anak. Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan
melakukan hubungan sex hanya untuk kesenangan belaka. Prilaku manusia menurut Veda adalah yang
penuh dengan pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa
nafsu. Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang berhasilnya
melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran anak-anak tidak
dalam batas perencanaan yang baik. Sakralnya hubungan sex dalam Hindu banyak dijumpai dalam
Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya direncanakan dan dipersiapkan
dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja dua Deva yang berpasangan yaitu Deva
Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan mandi dan memercikkan tirta pensucian.
Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana yang tentram, damai dan penuh kasih sayang.
Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan sedang marah, sedih, mabuk atau tidak sadar, akan
mempengaruhi prilaku anak yang lahir kemudian.

3. Bahaya Aborsi

3.1 Resiko Aborsi

Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak
benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung
boleh pulang”. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka yang
sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

v Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:

a. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik

Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi
seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd
yaitu:

- Kematian mendadak karena pendarahan hebat

- Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal

- Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan

- Rahim yang sobek (Uterine Perforation)

- Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya
- Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)

- Kanker indung telur (Ovarian Cancer)

- Kanker leher rahim (Cervical Cancer)

- Kanker hati (Liver Cancer)

- Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat


pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya

- Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)

- Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)

- Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

b. Resiko kesehatan mental

Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan
seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental
seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau
PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam
penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:

a. Kehilangan harga diri (82%)

b. Berteriak-teriak histeris (51%)

c. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)

d. Ingin melakukan bunuh diri (28%)

e. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%)

f. Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%)

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang
tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

3.2 Efek Samping Aborsi

1. Efek Jangka Pendek

o Rasa sakit yang inten

o Terjadi kebocoran uterus

o Pendarahan yang banyak


o Infeksi

o Bagian bayi yang tertinggal di dalam

o Shock/Koma

o Merusak organ tubuh lain

o Kematian

2. Efek Jangka Panjang

o Tidak dapat hamil kembali

o Keguguran Kandungan

o Kehamilan Tubal

o Kelahiran Prematur

o Gejala peradangan di bagian pelvis

o Hysterectom
C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang
telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu. Sedangkan menurut
syariat islam adalah kematian janin atau keguguran sebelum sempurna, walaupun janin belum
mencapai usia enam bulan. Dapat disimpulkan bahwa aborsi secara syari’at tidak melihat kepada usia
kandungan, namun melihat kepada kesempurnaan bentuk janin tersebut. Tidak ada satupun ayat
didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak
sekali ayat-ayat yang menyatakan bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat
yang menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia adalah sangat
mengerikan. Aborsi dalam agama Kristen sangat dilarang, dan dikatakan bahwa betapa Tuhan sangat
tidak berkenan atas pembunuhan seperti yang dilakukan dalam tindakan aborsi.

Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut “Himsa karma” yakni salah
satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Membunuh dalam
pengertian yang lebih dalam sebagai “menghilangkan nyawa” mendasari falsafah “atma” atau roh yang
sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun masih berbentuk gumpalan yang belum
sempurna seperti tubuh manusia. Dalam undang-undang pun pidana yang mengikatnya sangat rancu
dan lebih mengarah untuk tidak melakukan pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat
yang menghawatirkan keselamatan salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan medis. Namun,
pernyataan itu juga tidak mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tindakan aborsi sangat
dilarang dalam semua agama. Tidak ada satu kitab pun yang membenarkan tindakan aborsi dalam
keadaan apapun.

2. Saran

Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh semua agama. Oleh karena itu hendaknya kita sebagai seorang
wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah pada tindak aborsi. Dan sebagai seorang bidan yang
berkecimpung pada pertolongan persalinan hendaknya tidak menolong pasien yang meminta persalinan
sebelum waktunya (aborsi).

DAFTAR PUSTAKA

http://rikavert.blogspot.com/2012/12/aborsi-dalam-pandangan-beberapa-agama_12.html/diunduh
tanggal 01 oktober 2013
http://ineanggravoni.blogspot.com/2013/01/hukum-aborsi-dalam-pandangan-agama-islam.html

http://rifanana21.blogspot.com/2013/05/makalah-hukum-aborsi-dalam-islam.html

http://blogmerko.blogspot.com/2013/02/makalah-fiqih-tentang-abortus.html

http://mustaghfirin.blog.unissula.ac.id/artikel/

Vous aimerez peut-être aussi