Vous êtes sur la page 1sur 21

Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid dengan

Penambahan Asam Laurat Sebagai Plasticizer Untuk Aplikasi Penutup Luka

Dina Fitrina Alifa, Djoni Izak Rudyardjo, Jan Ady


Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Email: dinafitrina@yahoo.com

Abstract.
The research has been done about the synthesis and characterization of
hydrogel chitosan-glutaraldehyde by adding lauric acid as a plasticizer for wound
dressing application. This study aimed to determine the effect of variations in the
composition of the chitosan-glutaraldehyde-lauric acid on mechanical properties
and good physical properties that can be applied as a wound dressing. Chitosan
derived from crab shell waste extraction which is chemically through deproteinasi
stage, demineralization, and deacetylation. Hydrogels of chitosan-glutaraldehyde-
lauric acid are made by mixing chitosan which is dissolved in 1% acetic acid and
1% lauric acid with 1% glutaraldehyde solution. The addition of glutaraldehyde
serves to improve the mechanical properties of chitosan. Variation of the mass
ratio of chitosan-glutaraldehyde-lauric acid are at 50:0:1, 50:3:1, 50:4:1, 50:5:1
and 50:6:1. The results were obtained with a degree of deacetylation of chitosan
86.377%. Characterization of the mechanical properties of the test results (tensile
strength and elongation at break) the hydrogels showed that chitosan hydrogel-
glutaraldehyde-lauric acid has characteristics that appropriate the standards of the
mechanical properties of human skin. chitosan hydrogel lauric acid-
glutaraldehyde-best demonstrated by varying the mass ratio of chitosan-
glutaraldehyde-lauric acid at 50:4:1 which has a value of 120.233 ± 0.015 m
thickness, tensile strength of 23.6 ± 10.8 MPa, elongation at 17, 93 ± 0,97 %, the
surface structure is flat, there are no bubbles and has the ability to absorb the
value of 245.75 ± 2,99 % by soaking in a solution of PBS about 45 minutes.
Keywords: Hydrogels, chitosan, glutaraldehyde, lauric acid, crosslinking,
plasticizer, wound dressing.
Abstrak.
Telah dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi hidrogel kitosan-
glutaraldehid dengan penambahan asam laurat sebagai plasticizer untuk aplikasi
penutup luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi
komposisi kitosan-glutaraldehid-asam laurat terhadap sifat mekanik dan sifat fisik
yang baik sehingga dapat diaplikasikan sebagai penutup luka. Kitosan diperoleh
dari ekstraksi limbah cangkang kepiting secara kimiawi melalui tahap
deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Hidrogel dari kitosan-glutaraldehid-
asam laurat dibuat dengan cara mencampurkan kitosan yang dilarutkan dalam 1%
asam asetat dan 1% asam laurat dengan 1% larutan glutaraldehid. Penambahan
glutaraldehid berfungsi untuk memperbaiki sifat mekanik dari kitosan. Variasi
perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam laurat sebesar 50:0:1, 50:3:1,
50:4:1, 50:5:1 dan 50:6:1. Dari hasil penelitian diperoleh kitosan dengan derajat
deasetilasi 86,377 %. Hasil karakterisasi uji sifat mekanik (Tensile strength dan
Elongation at break) pada hidrogel menunjukkan bahwa hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat memiliki karakteristik yang memenuhi standar sifat
mekanik kulit manusia. hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat terbaik
ditunjukkan dengan memvariasi perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam
laurat sebesar 50:4:1 yang memiliki nilai ketebalan 120,233 ± 0,015 , kuat tarik
sebesar 23,6 ± 10,8 MPa, elongasi sebesar 17,93 ± 0,97 %, struktur permukaannya
yang rata, tidak terdapat gelembung serta memiliki nilai kemampuan absorbsi
sebesar 245,75 ± 2,99 % dengan perendaman didalam larutan PBS sekitar 45
menit.
Kata kunci: Hidrogel, kitosan, glutaraldehid, asam laurat, crosslinking,
plasticizer, penutup luka.
Pendahuluan
Hidrogel Superabsorben adalah suatu istilah mencakup jenis polimer
yang berbasis kemampuan mengabsorbsi sejumlah kuantitas cairan biologis.
Hidrogel superabsorben ini sangat efektif mengabsorbsi cairan biologis (Erizal., &
Redja, I Wayan. 2010; Spagnola, Cristiane., et al, 2012). Pada hakikatnya
hidrogel superabsorben adalah polimer berikatan silang yang mempunyai
kemampuan mengabsorbsi cairan biologis ratusan kali beratnya, tidak larut dalam
cairan karena adanya struktur tiga dimensi pada jaringan polimernya. Hidrogel
superabsorben merupakan materi yang sangat menarik karena sifat kelarutannya
dan daya angkut cairan biologis yang unik. Karena sifat unik tersebut, pada
beberapa tahun belakangan ini dilakukan penelitian dan pengembangan hidrogel
superabsorben secara intensif untuk aplikasi dibidang kesehatan, farmasi, kimia,
pengemas makanan, pembuatan kertas, industri holtikultura, dan pengeboran
minyak (Erizal.,& Redja, I Wayan, 2010).
Hidrogel superabsorben dapat diaplikasikan dibidang kesehatan sebagai
penutup luka (Istiqomah, N., 2012). Disamping itu perawatan luka berkaitan
dengan perubahan jaringan kulit, misalnya lecet, luka iris, dan menghilangkan
kelebihan eksudat. Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk menyembuhkan
luka dengan mencuci luka, menutup luka dengan penutup luka, hingga memberi
obat antiseptik seperti povidone iodine. Penelitian tentang penutup luka
difokuskan pada percepatan perbaikan luka dengan perancangan secara sistematis
pada bahan penutup. Penelitian tersebut mengarah kepada penggunaan bahan
biologis seperti kitin dan turunannya kitosan, yang mana kitosan sendiri memiliki
kegunaan yang cukup luas dalam medis (Goosen, 1997).
Salah satu bahan yang berpotensi sebagai absorben adalah kitosan yang
merupakan sebuah kopolimer dari 2-glukosamin dan N-asetil-2 glukosamin,
senyawa turunan dari kitin yang bersifat ramah lingkungan, diantaranya
biodegradabel, biokompatibel, biofungsional dan bioadsorbabel (Chunyu Chang,
et al, 2011; Chengjun Zhou, et al, 2011; Shu-Guang Wang, et al, 2008). Kitosan
merupakan hemostat, yang membantu dalam pembekuan darah secara alami.
Penelitian yang telah dilakukan oleh David R. Rohindra et al, (2004)
menunjukkan bahwa pencampuran kitosan dengan glutaraldehid dapat
diaplikasikan sebagai hidrogel. Hidrogel merupakan suatu jaringan rantai polimer
hidrofilik yang saling terikat silang satu sama lain dan memiliki kemampuan
absorbsi yang tinggi, hingga lebih dari 99,9% (Erizal.,& Redja, I Wayan, 2010).
Hidrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga aman
digunakan. Untuk menghasilkan kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid yang baik
tidak terlepas dari penggunaan zat pemlastis yang ditambahkan. Zat pemlastis
adalah bahan organik yang ditambahkan ke dalam material hidrogel kitosan-
glutaraldehid dengan maksud untuk meningkatkan sifat mekanik yang memenuhi
standar pada kulit manusia sehingga dapat diaplikasikan untuk penutup luka pada
kulit serta meningkatkan fleksibilitas dari hidrogel kitosan-glutaraldehid.
Penelitian mengenai hidrogel komposit dari kitosan-glutaraldehid yang
telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pencampuran kitosan dengan
glutaraldehid dapat diaplikasikan sebagai penutup luka (Istiqomah, N., 2012).
Tetapi pada penelitian ini tidak dapat dilakukan uji sifat mekanik dikarenakan
hidrogel terlalu rapuh sehingga mudah robek (Istiqomah, N., 2012). Hal itu yang
mendasari penulis untuk memperbaiki sifat mekanik dengan menambahkan agen
pengikat silang glutaraldehid disertai dengan penambahan zat pemlastis. Di mana
salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai zat pemlastis (plasticizer) adalah
asam laurat (Kurnia, 2010). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai
sedang yang mudah dimetabolisme dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri
dan antijamur) sehingga mempercepat metabolisme sel di kulit (Suhirman, 2004).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian yang akan
dilakukan adalah sintesis dan karakterisasi hidrogel kitosan-glutaraldehid dengan
penambahan asam laurat sebagai plasticizer untuk aplikasi penutup luka. Dengan
adanya upaya perbaikan tersebut diharapkan nantinya dapat dihasilkan kualitas
material hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan kinerja yang lebih
baik dalam sifat mekanik yang memenuhi standar pada kulit manusia dan
kemampuan daya absorb yang sesuai sehingga dapat bekerja secara optimal
sebagai material medis.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
cangkang kepiting, glutaraldehid, asam laurat, larutan NaOH, HCl, asam asetat,
KBr, PBS, etanol 96% dan aquades.. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah
blender, neraca digital, gelas beaker, termometer, cawan porselin, saringan kertas,
gelas ukur, pipet, pengaduk, oven, heater, magnetic stirrer, plat kaca, selotip,
screen mesh, cutter, nampan dan ember. Peralatan untuk keperluan analisis
kuantitatif dan kualitatif adalah Coating Thickness Gauge tipe TT 210, FTIR tipe
Bruker tensor 27, mesin Tensile merk IMADA tipe HV-1000N, dan mikroskop
optik merk OLYMPUS tipe CX41.
Pada penelitian dilakukan pembuatan kitosan dari bahan dasar cangkang
kepiting yang diproses dalam tiga tahap yaitu tahap deproteinasi, tahap
demineralisasi, dan tahap deasetilasi. Pada tahap deproteinasi Cangkang kepiting
yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam gelas beker ditambahkan dengan
natrium hidroksida 3,5 % perbandingan 1:10 (w/v). Proses deproteinasi dilakukan
selama ± 2 jam pada suhu 75 °C dengan pengadukan magnetik stirrer. Kemudian
cangkang kepiting dicuci dengan menggunakan aquades hingga pH air cucian
netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 °C sampai kering sehingga
dalam proses ini didapatkan crude kitin. Crude kitin yang diperoleh ditimbang
dan dicatat. Sedangkan pada tahap demineralisasi dimana Crude kitin hasil
deproteinasi dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan larutan
HCl 2N dengan perbandingan antara crude kitin dengan larutan HCl 1:15 (w/v).
Pada proses ini dilakukan dengan pengadukan menggunakan magnetik stirrer
selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah itu crude kitin dicuci dengan aquades
hingga pH air cucian netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80 oC
sampai kering sehingga dalam proses ini dihasilkan kitin. Kitin yang diperoleh
kemudian ditimbang dan dicatat. Proses transformasi kitin menjadi kitosan
(Deasetilasi) ini dilakukan dengan cara memasukkan kitin ke dalam gelas beaker,
kemudian ditambahkan larutan NaOH 60% dengan perbandingan kitin dan larutan
NaOH 1:10 (w/v). Campuran direbus dengan suhu 110oC selama 2 jam dengan
pengadukan dengan magnetik stirer. Setelah itu menyaring campuran, kemudian
mencucinya dengan aquades hingga didapatkan pH air cucian netral. Langkah
selanjutnya adalah dengan mengeringkan di dalam oven pada suhu 80oC sampai
kering, sehingga diperoleh kitosan. Kitosan yang diperoleh, kemudian ditimbang
dan dicatat.
Prosedur pembuatan larutan kitosan adalah sebagai berikut : kitosan
dilarutkan ke dalam asam asetat 1% pada temperatur ruang dan dibiarkan
semalam dengan pengadukan mekanik terus menerus untuk mendapatkan larutan
1% (w/v). Larutan kitosan kental berwarna kuning pucat disaring untuk
menghilangkan materi yang tidak larut.Dimana pembuatan hidrogel sebagai
berikut : larutan glutaraldehid 1 % ditambahkan ke dalam larutan kitosan dengan
rasio 50:0, 50:3, 50:4 ,50:5 dan 50:6 Larutan tersebut diaduk selama 60 menit
dalam suhu ruang sampai viskositasnya meningkat. Larutan kemudian
ditambahkan asam laurat (plasticizer) 1% w/v yang telah dilelehkan pada suhu 44
°C karena titik leleh asam laurat berada pada suhu 44 °C. Asam laurat merupakan
asam lemak jenuh sehingga untuk melarutkannya dibutuhkan etanol 96%. Setelah
semua bahan tercampur, dilakukan pengadukan selama 30 menit supaya diperoleh
larutan yang homogen . Larutan hidrogel Kitosan:glutaraldehid:asam laurat
dengan rasio 50:0:1, 50:3:1, 50:4:1 ,50:5:1 dan 50:6:1 yang terbentuk, didiamkan
selama 24 jam pada suhu kamar dengan tujuan menghilangkan gelembung udara
yang terperangkap saat proses pengadukan. Larutan tersebut kemudian dituang
pada plat kaca yang telah dibersihkan dan sisi-sisinya diberi selotip. Kemudian
dikeringkan pada suhu ruang selama 7 hari (proses dilakukan dengan keadaan
lingkungan steril). Hidrogel yang telah kering tersebut kemudian dicelupkan ke
dalam larutan NaOH 4% untuk membantu melepaskan hidrogel yang masih
melekat pada kaca. Larutan NaOH dalam hal ini berfungsi sebagai larutan non
pelarut yang dapat berdifusi ke bawah lapisan hidrogel sehingga hidrogel tidak
melekat pada plat kaca dan mudah untuk dilepas.
Uji Ketebalan
Uji ketebalan pada sampel uji dilakukan menggunakan alat Coating
Thickness Gauge tipe TT 210. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variasi komposisi kitosan-glutaraldehid dengan penambahan asam laurat
terhadap ketebalan sampel uji yang dihasilkan.
Uji Kekuatan Tarik Hidrogel
Parameter penting karakteristik mekanik yang diukur dan diamati dari
sebuah material hidrogel kitosan-glutaraldehid dengan penambahan plasticizer
asam laurat adalah uji tarik dengan menggunakan mesin tensile merk IMADA tipe
HV-1000N. Uji tarik ini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik seperti kekuatan,
kekenyalan, kekakuan dan plastisitas. Hidrogel ditarik dengan kecepatan tertentu
hingga putus. Besar beban penarik maksimum (Fmax ) dan perubahan panjang
Hidrogel pada saat putus dicatat. Berdasarkan hasil ini diperoleh nilai stress dan
elongation at break dengan menggunakan persamaan (Van Vlack, 1991) :

(1)
Dengan σ = Stress ( N/m2 ), F = Beban ( N ), A = Luas permukaan ( m2 )

(2)
Dengan ε = Elongation ( % ), L = Panjang akhir spesimen uji ( cm ), Lo = Panjang
awal spesimen uji ( cm )
Sehingga akan diperoleh nilai kuat tarik (Ultimate Tensile Strength) dan
elongation. Hidrogel dari kitosan, glutaraldehid dan asam laurat sebagai pemlastis
dapat digunakan sebagai penutup luka (Wound Dressing) apabila memenuhi
standar sifat mekanik kulit manusia.
Tabel 1 Perbandingan Standar Sifat Mekanik Kulit Manusia (Annaidh et al,
2011)
Uji Kemampuan Absorbsi
Kemampuan absorbsi dari hidrogel ditentukan dengan menginkubasi
hidrogel pada pH 7,4 di Phosphate Buffer Saline (PBS) pada suhu ruang. Berat
basah hidrogel dihitung selama beberapa kali dengan memberi sponge filter paper
untuk menghilangkan air yang diserap pada permukaan kemudian segera
ditimbang dengan timbangan digital.Banyaknya air yang terserap pada hidrogel
dapat dihitung (Istiqomah, N., 2012) :

(3)
Dimana E adalah persentase absorbsi air pada hidrogel. me menunjukkan
berat hidrogel yang telah menyerap PBS dan mo adalah berat mula-mula.
Uji Morfologi Hidrogel
Pengujian dilakukan dengan cara memotong hidrogel dengan ukuran 1cm x
1cm, kemudian meletakkan sampel di atas preparat setelah itu diamati dengan
menggunakan mikroskop sehingga dapat terlihat struktur permukaan hidrogel.
Uji Spektrofotometer FT-IR
Hasil FT-IR diperoleh dalam bentuk spektrum yang menggambarkan
besarnya nilai % transmitan dan bilangan gelombang, sehingga dapat diketahui
gugus fungsi apa saja yang terdapat pada hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam
laurat. Analisa kuantitatif dari spektroskopi IR dapat dilakukan berdasarkan
spektra inframerah yang dihasilkan, salah satu contohnya adalah penentuan
derajat deasetilasi dari kitin dan kitosan menggunakan persamaan Domszy dan
Robers.

(4)
Dengan A1655 = absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm-1, A3450=
absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm-1, 1,33= tetapan yang diperoleh dari
perbandingan A1655/A3450 untuk kitosan dengan asetilasi penuh
Metode yang digunakan untuk menentukan absorbsi pada spektra
inframerah adalah metode garis dasar (base line). Dengan metode ini, transmitan
pada bilangan gelombang yang diinginkan ditentukan dengan memperbandingkan
jarak antara dasar pita dan puncak pita pada bilangan gelombang yang diinginkan
tersebut. Kitosan memiliki derajat deasetilasi > 70% sedangkan kitin memiliki
derajat deasetilasi < 70%. Dengan mengetahui derajat deasetilasi maka polimer
kitin dan kitosan dapat dibedakan.

Hasil Dan Pembahasan


Hasil Pembuatan Kitosan
Pada proses pembuatan kitosan dari cangkang kepiting terdiri dari proses
deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi.
Tabel 2 Data Pembuatan Kitosan dari Cangkang Kepiting
proses Cangkang kepiting (gram)
Awal 95,0024
Deproteinasi 85,3981
Demineralisasi 19,4056
Deasetilasi 12,8811

Hasil Proses Karakterisasi Kitin dan Kitosan Hasil Uji Kelarutan terhadap
Asam 0,75%
Uji sederhana untuk mengetahui bahwa kitosan yang telah dibuat benar-
benar telah terbentuk adalah dengan melakukan uji kelarutan menggunakan
larutan asam asetat 0,75%. Dalam asam asetat encer kitosan hasil deasetilasi akan
larut, sedangkan kitin tidak dapat larut dalam asam asetat encer (Kurnia, 2010).
Pada uji kelarutan dengan menggunakan asam asetat telah diketahui bahwa
kitosan larut dalam asam asetat 0,75%, sehingga dapat dipastikan hasil dari proses
deasetilasi kitin telah menjadi kitosan .
Hasil Uji spektroskopi IR Penentuan Derajat Deasetilasi pada Kitosan
Hasil IR diperoleh dalam bentuk spektrum yang menggambarkan besarnya
nilai % transmitan dan bilangan gelombang untuk kitosan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Spektrum IR Kitosan
Perhitungan derajat deasetilasi menggunakan spektra IR ditentukan dengan
absorbansi dari gugus amida (1659,12 cm-1) dan gugus hidroksil (3425,31 cm-1).
Dari hasil penelitian berdasarkan analisis spektra IR dengan menggunakan metoda
base-line, maka didapatkan nilai perhitungan untuk derajat deasetilasi dari kitosan
dari cangkang kepiting sebesar 86,377 %. Dengan derajat deasetilasi lebih dari
70%, maka sampel ini dapat disimpulkan sebagai kitosan (Thate ,2004). Derajat
deasetilasi menentukan banyaknya gugus asetil yang telah dihilangkan selama
proses transformasi dari kitin menjadi kitosan.
Hasil Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat
Secara umum parameter penting karakteristik mekanik yang diukur dan
diamati dari sebuah material adalah kuat tarik (Tensile strength) dan perpanjangan
(Elongation at break). Sifat fisik dan morfologi yang digunakan sebagai
parameter kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat adalah ketebalan
hidrogel, struktur morfologi, FT-IR dan kemampuan absorb.
Hasil Uji Ketebalan Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat
Uji ketebalan pada sampel dilakukan pada tiga titik, yaitu bagian atas,
tengah dan bawah, kemudian dihitung ketebalan rata-ratanya tiap variasi
komposisi glutaraldehid.
Tabel 3 Data pengukuran ketebalan hidrogel pada variasi komposisi glutaraldehid

Gambar 2 Grafik Ketebalan Rata-Rata Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam


Laurat
Berdasarkan Tabel 3, hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan
variasi komposisi glutaraldehid mempunyai ketebalan yang berbeda. Hal di atas
dapat dijelaskan bahwa dengan variasi penambahan agen pengikat silang
(crosslinking) glutaraldehid yang ditambahkan, ketebalan hidrogel mempunyai
kecenderungan meningkat dengan bertambahnya agen pengikat silang
(crosslingking) glutaraldehid yang mengikat molekul kitosan . Hal ini disebabkan
oleh semakin bertambahnya agen pengikat silang (crosslingking) glutaraldehid
yang digunakan sehingga total padatan yang ada pada hidrogel setelah
pengeringan semakin besar. Ketebalan hidrogel juga dipengaruhi oleh luas
cetakan, volume larutan, dan banyaknya total padatan dalam larutan (Astuti,
2008).
Hasil Uji Tarik Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat
Data dari hasil uji tarik hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam laurat
digunakan untuk memperoleh nilai kuat tarik (Ultimate Tensile Strength) dan
elongation at break hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Nilai kuat tarik
dan elongasi hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat pada variasi komposisi
glutaraldehid dapat dilihat pada Tabel 4, Gambar 3 dan Gambar 4.
Tabel 4 Data Pengukuran Sifat Mekanik Hidrogel pada Variasi Kitosan-
Glutaraldehid-Asam Laurat

Gambar 3 Grafik Elongasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat

Gambar 4 Grafik Kuat Tarik Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat


Pada hasil elongasi dan kuat tarik terlihat adanya peningkatan nilai kuat
tarik seiring dengan bertambahnya massa glutaraldehid. Hal ini disebabkan karena
molekul agen pengikat silang glutaraldehid mengikat molekul kitosan yang
bersifat amorf sehingga struktur hidrogel semakin rapat dan kuat. Semakin rapat
struktur hidrogel, berarti jarak antara molekul dalam hidrogel semakin rapat
sehingga mempunyai kekuatan tarik dan jebol yang kuat (Meriatna,2008). Selain
itu hal tersebut terjadi karena sifat asam laurat sebagai plasticizer yang dapat
menurunkan kekakuan supaya lebih fleksibel sehingga kekuatan dan kekakuan
hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat juga menurun. Menurut Rhim (1999)
umumnya kenaikan tensile strength juga disertai dengan penurunan nilai elongasi
yang menghasilkan hidrogel yang kurang elastis dimana nilai elongasi semakin
turun dan nilai tensile strength semakin meningkat. Besarnya elongation
menentukan keuletan (ductility) suatu material, bila nilainya mendekati nol maka
material tersebut merupakan material yang rapuh (Van Vlack, 2004).
Hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dapat digunakan sebagai
material medis jika memenuhi standart sifat mekanik tertentu. Berdasarkan pada
Tabel 1 pada penelitian Jansen and Rottier(1958) material medis yang dihasilkan
yaitu dengan nilai kuat tarik antara 1 MPa – 24 MPa, sedangkan elongasi antara
17% - 207%. Dari analisis data yang telah dilakukan, maka hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat dengan perbandingan 50:0:1 , 50:3:1, dan 50:4:1 (v/v)
dipilih sebagai sampel terbaik karena memiliki nilai kuat tarik sebesar 20,4 ± 10,6
; 21,4 ± 9,5 dan 23,6 ± 10,8 dengan elongasi 22,12 ± 0,98 ; 19,55 ± 0,97 ; dan
17,93 ± 0,97 sehingga masuk dalam range sebagai material medis penutup luka
yang mendekati sifat mekanik kulit menurut Jansen and Rottier (1958), dimana
penutup luka tersebut dapat diaplikasikan pada bagian perut (Abdomen) manusia.
Hasil Uji Kemampuan Absorbsi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam
Laurat

Gambar 5 Grafik Kemampuan Absorbsi HidrogelKitosan-Glutaraldehid-Asam


Laurat
Pada hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan variasi
penambahan 0 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml memberikan nilai kemampuan
absorb yang ditunjukkan pada Tabel 6. Dari data gambar di atas dapat dilihat
semakin banyak ikatan silang dapat memperbaiki sifat mekanik, hal ini terbukti
bahwa semakin banyak glutaraldehid yang ditambahkan semakin menurun
kemampuan absorbsinya dikarenakan rantai NH2 dipakai untuk mengikat gugus
aldehid pada glutaraldehid. Dapat dianalogikan, semakin banyak jumlah
glutaraldehid yang ditambahkan, struktur hidrogel semakin padat (pori-pori
rongga mengecil), jika struktur hidrogel semakin padat maka dapat dipastikan
sifat mekanik semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gooch, Jan
W (2002) bahwa semakin banyak rantai yang berikatan silang dalam suatu
polimer, kemampuan mengembangnya akan menurun dan hidrogel menjadi
semakin keras/kuat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat merupakan hidrogel dengan karakteristik yang baik,
dibuktikan dengan uji kemampuan absorbsi yang mempunyai nilai kemampuan
absorb yang mampu menyerap air atau cairan biologis hingga 99 % kandungannya
(Erizal & Redja, I Wayan, 2010).
Hasil Morfologi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat

(a) (b) (c)

(d) (e)
Gambar 6 Hasil Uji Mikroskop Optik Permukaan Atas Hidrogel Kitosan-
Glutaraldehid-Asam Laurat dengan Variasi Glutaraldehid (a) 0 ml, (b) 3 ml, (c) 4
ml, (d) 5 ml, (e) 6 ml, Perbesaran 600x
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada penampang atas
hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang terdiri dari campuran kitosan dan
asam laurat dengan penambahan variasi agen pengikat silang glutaraldehid 0 ml, 3
ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml menunjukkan struktur permukaan yang rata dan tidak
bergelembung. Hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan penambahan
glutaraldehid 0 ml, 4 ml dan 5 ml menunjukkan struktur permukaan yang halus,
rata, dan tidak adanya kerutan bila dibandingkan dengan penambahan
gluaraldehid 3ml dan 6ml. Dapat dijelaskan bahwa agen pengikat silang
(crosslinking) bekerja dengan cara melekatkan dirinya sendiri diantara rantai-
rantai polimer. Terjadi hal lain ketika penambahan glutaraldehid 3 ml dan 6 ml
yang menunjukkan pada penampang atas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam
laurat yang kurang merata yang ditunjukkan dengan adanya kerutan-kerutan,
padahal seharusnya glutaraldehid berada diantara kitosan dan asam laurat. Hal ini
terjadi karena penambahan glutaraldehid telah melewati batas sehingga molekul
agen pengikat silang berlebih berada pada fase tersendiri di luar fase kitosan dan
asam laurat sehingga mengakibatkan glutaraldehid pada hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat semakin terlihat kurang merata (Wardhani, 2012).
Hasil Uji FTIR Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat
Hasil uji kimia fisik dari pencampuran antara kitosan dengan agen pengikat
silang glutaraldehid dan dengan plasticizer asam laurat dengan menggunakan
Spektroskopi FTIR secara kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi
gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa berdasarkan absorbsinya
terhadap sinar inframerah.
Gambar 7 Spektrum IR Hidrogel dengan Penambahan Glutaraldehid
(a) 0 ml, (b) 3 ml, (c) 4 ml, (d) 5 ml, (e) 6 ml
Analisis spektroskopi IR yang didapat dari berbagai variasi komposisi
glutaraldehid dapat dilihat adanya interaksi antara kitosan-glutaraldehid-asam
laurat. Hasil uji kimia fisik menggunakan spektrofotometer FT-IR diketahui
bahwa untuk bahan kitosan menunjukkan gugus serapan karakteristik. Intensitas
serapan pada bilangan gelombang 3445,11 cm-1 ; 3444,76 cm-1 ; 3445,21 cm-1 ;
3445,25 cm-1 ; dan 3444,46 cm-1 (terdapat pada tiap penambahan variasi
glutaraldehid) menunjukkan adanya gugus –OH intermolekuler dan bilangan
gelombang 1650,36 cm-1 ; 1649,94 cm-1 ; 1650,74 cm-1 ; 1650,59 cm-1 ; dan
1650,07 cm-1 (terdapat pada tiap penambahan variasi glutaraldehid) menunjukkan
gugus fungsi NH2. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara kitosan dengan
glutaraldehid. Semakin meningkatnya volume glutaraldehid (crosslinking) yang
ditambahkan maka persen gugus O-H yang ditransmisikan semakin berkurang,
yang berarti gugus tersebut banyak mengalami ikat silang. Pada gambar di atas
juga terdapat adanya interaksi kitosan-glutaraldehid dengan plasticizer asam lurat
yang ditunjukkan adanya bilangan gelombang gugus ester C=O. Asam laurat
terletak pada bilangan 1558,31 cm-1 ; 1558,12 cm-1 ; 1558,97 cm-1 ; 1558,44 cm-1 ;
dan 1541,66 cm-1 (terdapat pada tiap penambahan variasi glutaraldehid) adalah
ikatan C=O yang menunjukkan gugus asam karboksilat. Analisa tersebut
menunjukkan gugus fungsional COOH menjadi gugus –COOC- (Nirwana, 2012).
Hal ini memungkinkan karena selain kitosan mengalami ikat silang dengan
glutaraldehid ikat silang terjadi pada gugus C=O dan gugus NH2 (Rohindra et al.,
2004). Dengan dimilikinya gugus fungsi karbonil (C=O) dan ester (C-O) tersebut
maka hidrogel dapat terdegradasi (Darni et al, 2009). Dari agen pengikat silang
(crosslinking) glutaraldehid tersebut, glutaraldehid memiliki dua gugus fungsi
karbonil (C=O) yang disukai oleh gugus amina pada kitosan untuk membentuk
ikat silang. Dengan demikian , reaksi pembentukan ikat silang antara hidrogel
kitosan dan agen pengikat silang glutaraldehid berlangsung lebih cepat sehingga
struktur yang dihasilkan menjadi lebih rapat dan rigid. Penambahan variasi
komposisi glutaraldehid bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi yang terbentuk
akibat dari pencampuran antara kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Namun jika
dilihat dari panjang gelombang yang terbaca belum ada gugus fungsi baru yang
terbentuk. Hal tersebut berarti hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang
dihasilkan merupakan proses blending secara fisika karena tidak ditemukannya
gugus fungsi baru sehingga hidrogel memiliki sifat seperti komponen
penyusunnya.

Kesimpulan
Variasi komposisi kitosan-glutaraldehid-asam laurat pada hidrogel
memberikan pengaruh pada karakteristik sifat mekanik dan sifat fisik material.
Semakin banyak penambahan agen pengikat silang (crosslinking) glutaraldehid
dan asam laurat (plasticizer) membuat struktur penampang hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat semakin halus, rapat, dan fleksibel. Kekuatan
meningkat, elongasi menurun dan kemampuan absorb menurun. Hidrogel kitosan-
glutaraldehid-asam laurat komposit hasil sintesis dari bahan dasar kitosan,
glutaraldehid dan asam laurat dapat digunakan sebagai salah satu keperluan
pengobatan dalam bidang medis karena memenuhi standart sifat mekanik kulit
manusia. Karakteristik hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang terbaik
diberikan variasi perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam laurat sebesar
50:4:1 yang memiliki nilai ketebalan 120,233 ± 0,015 , kuat tarik sebesar 23,6 ±
10,8 MPa, elongasi sebesar 17,93 ± 0,97 %, struktur permukaannya yang halus,
rata, tidak terdapat gelembung serta memiliki nilai kemampuan absorbsi sebesar
245,75 ± 2,99% dengan perendaman didalam larutan PBS sekitar 45 menit.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disarankan
perlu dilakukan uji SEM, uji invitro (MTT Assay) dan uji invivo untuk
mendapatkan kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang lebih baik
dan produk yang dihasilkan dapat digunakan dalam bidang kesehatan atau
keperluan lainnya.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Daftar Pustaka
[1] Annaidh, A.N. et al, 2011, Characterization of the anisotropic mechanical
properties of excised human skin, Journal of The Mechanical Behavior of
Biomedical Materials, University College Dublind, Ireland: Elsevier
Science Ltd.
[2] Astuti, Beti Cahyaning, 2008, Pengembangan Edible Film Kitosan
Dengan Penambahan Asam Lemak Dan Esensial Oil: Upaya Perbaikan
Sifat Barrier Dan Aktivitas Antimikroba, Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
[3] Chunyu Chang., Si Chen., Lina Zang ., 2011, Novel hydrogels prepared
via direct dissolution of chitin at low temperature : structure and
biocompatibility. J Mater Chem, 21, 3865-3871.
[4] Rohindra, D.R., Ashveen V. Nand., Jagjit R. Khurma, 2004, Swelling
properties of chitosan hydrogel. The South Pacific Journal of Natural
Science 22(1) 32-35.
[5] Darni, Yuli et al, 2009, Peningkatan Hidrofobisitas Dan Sifat Fisik Plastik
Biodegradabel Pati Tapioka Dengan Penambahan Selulosa Residu
Rumput Laut Euchema Spinossum, Seminar Hasil Penelitian &
Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Lampung, Lampung.
[6] Erizal., & Redja , I Wayan., 2010. Sintesis Hidrogel Superabsorben
Poietilen Oksida-Alginat dengan Teknik Radiasi Gamma dan
Karakterisasinya. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,8, 11-17.
[7] Gooch, Jan W., 2010, Emulsification and Polymerization of alkyd Resins,
Georgia Institude of Technology,Atlanta Georgia.
[8] Goosen, M.F.A., 1997, Applications of chittin and Chitosan, Techonimic
Publishing Co.Inc., Lancaster.
[9] Istiqomah, N., 2012, Pembuatan Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid untuk
Aplikasi Penutup Luka secara In Vivo,Skripsi, Teknobiomedik, FST
UNAIR, Surabaya.
[10] Kurnia, W., 2010, Sintesis dan karakterisasi Edible Film Komposit dari
Bahan Dasar Kitosan, Pati dan Asam Laurat, Skripsi, Progam Studi
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UNAIR, Surabaya
[11] Meriatna, 2008, penggunaan membran kitosan untuk menurunkan kadar
logam krom (Cr) dan nikel (Ni) dalam limbah cair industry pelapisan
logam, Tesis, Progam Studi Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
[12] Rhim, J.W., Y. Wu, C.L. Weller dan M. Schnepf, 1999. Physical
Characteristics of a Composite Film of Soy Protein Isolate and
Propyleneglycol Alginate. J. Food Science 64 (1) : 149 – 152.
[13] Rohindra, D.R., Ashveen V. Nand., Jagjit R. Khurma, 2004, Swelling
properties of chitosan hydrogel. The South Pacific Journal of Natural
Science 22(1) 32-35.
[14] Shu-Guang Wang., Xeu-Fei Sun., Xian-Wei Liu., Wen-Xing Gong., Bao-
Yu Gao., Nan Bao ., 2008, Chitosan hydrogel beads for fulvic acid
adsorption: Behaviors and mechanisms. Chemical Engineering Journal,
142, 239-247.
[15] Spagnola, Cristiane., Rodrigues, Franscisco H.A., Pereira, Antonio G.B.,
Fajardo, Andre R, Rubira, Adley F., Muniz, Edvani C., 2012,
Superabsorbent hidrogel composite made of cellulosa nanofibrils and
chitosan-graft-poly(acrylic acid). Carbohydrate Polymers, 87, 2038-2045.
[16] Suhirman, 2004. Manfaat VCO bagi Kesehatan Masyarakat. Harian
Kompas. Selasa 13 april, Hal.33.
[17] Thate MR. 2004. Synthesis and Antibacterial Assessment of Water-Soluble
Hydrophobic Chitosan Derivatives Bearing Quaternary Ammonium
Functionality. Louisiana: Disertasi
[18] Van Vlack, L.H., 1991, Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi ke-5, Alih
Bahasa : Japrie Sriati, Erlangga : Jakarta.
[19] Van Vlack, L.H., 2004, Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material edisi
ke-6, terjemah Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta.
[20] Wardhani, R.A.K., 2012, Sintesis dan karakterisasi Bioselulosa-Kitosan
dengan penambahan Gliserol sebagai plasticizer, Skripsi, Progam Studi
Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UNAIR, Surabaya

Vous aimerez peut-être aussi