Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diharapkan mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny “S” GvP40004 dengan kehamilan
di sertai riwayat TB.
1.2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan mampu :
1. Melakukan pengkajian data yaitu data subjektif dan objektif pada Ny “S” GvP40004 dengan
kehailan di sertai riwayat TB.
2. Menginterpretasi data pada Ny “S” GvP40004 dengan kehamilan disertai riwayat TB
3. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial yang mungkin dapat terjadi pada Ny “S”
GvP40004 dengan kehamilan di sertai riwayat TB.
4. Mengidentifikasi kebutuhan/tindakan segera pada Ny “S” GvP40004 dengan kehamilan di
sertai riwayat TB.
5. Melakukan suatu perencanaan pada Ny “S” GvP40004 dengan riwayat TB.
6. Mengimplementasikan rencana asuhan efisien dan aman pada Ny “S” GvP40004 dengan
kehamilan di sertai riwayat TB.
7. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan pada Ny “S” GvP40004 dengan kehamilan
disertai riwayat TB.
1.5 Pelaksanaan
Dilaksanakan di Puskesmas Cikeusik mulai tanggal 01-26 September 2018.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, pelaksanaan dan
sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Meliputi konsep dasar teori tentang kehamilan, konsep dasar Grande multipara, konsep dasar
Tb dan konsep dasar asuhan kebidanan menurut Hellen Varney.
BAB 3 : Tinjauan Kasus
Berisi tinjauan kasus yang diambil melalui beberapa tahapan yang diantaranya melalui
pengkajian, identifikasi data, diagnosa potensial, kebutuhan segera, intervensi, implementasi
dan evaluasi.
BAB 4 : Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran.
Daftar Pustaka
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.2. Etiologi
Pada coitus (persetubuhan) air mani terpencar ke dalam ujung atas dari vagina
sebanyak + 3 cc dalam air mani terdapat spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak + 100 – 120
juta tiap cc nya. Maka jelaslah bahwa coitus sekitar saat ovulasi yang dapat mengahasilkan
kehamilan. (Obtetri Fisiologis, 1983:99).
2.1.3 Proses Kehamilan (Fisiologi Kehamilan)
1. Ovulasi (pelepasan ovum)
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang
kompleks.
2. Terjadi migrasi spermatozoa dan ovum
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks.
3. Terjadi konsepsi dan pertumbuhan zygot
Pertemuan inti ovum dan inti spermatozoa disebut konsepsi atau fertilisasi dan
membentuk zygot.
4. Terjadi nidasi (implantasi) pada uterus
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplasma “Vitellus” membangkitkan
kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metasase”.
2.1.4 Klasifikasi Masa Kehamilan
Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai partus adalah tidak lebih dari 300 hari
atau 43 minggu. Kehamilan 40 minggu yang disebut kehamilan mature(cukup bulan) ditinjau
dari usia kehamilan dibagi menjadi 3,yaitu:
1. Trimester Pertama (antara 0 sampai 12 minggu)
2. Trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu)
3. Trimester ketiga(antara 28 sampai 40 minggu)
2.1.5 Pembagian Masa Kehamilan
Kehamilan di bagi 3 triwulan, yaitu:
1. Triwulan Pertama (T I) : Dimulai dari konsepsi sampai umur kehamilan 3 bulan.
2. Triwulan Ke dua (T II) : Dari bulan ke empat sampai 6 bulan.
3. Triwulan Ke tiga (T III) : Dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan.
9. Porsio runcing
Kenaikan BB
Tes urine kehamilan (tes HCG)
positif
Cloasma gravidarum
Perubahan pada payudara
Linea nigra
Tanda Chadwick
Tanda hegar
6. Oedema
Paling sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Harus selalu di periksa apakah
tidak di sebabkan oleh toxaemia gravidarum. Kalau di sebabkan oleh tekanan dari
tahim yang membesar pada vena-vena panggul, maka akan hilang pada pagi hari.
7. Sesak nafas
Di sebabkan oleh rahim yang membesar, mendesak diafragma ke atas. Jika tidur
dengan bantal yang agak tinggi dan sesak napas akan berkurang.
8. Flour albus (darah putih/keputihan)
Pada umumnya cairan di dalam vagina bertambah dalam kehamilan tanpa adanya
sebab-sebab yang patologis dan sering tidak menimbulkan keluhan. Jika flour albud
sangat banyak dan menyebabkan rasa gatal atau eczema pada daerah sekitar kemaluan
maka harus segera di lakukan pengecekan, apakah di sebabkan oleh gonococcus,
trichomonas vaginalis atau candida albican.
Gonococus menyebabkan flour seperti nanah, tricomonas vaginalis menyebabkan flour
dengan gumpalan putih atau kuning dan menyebabkan gatal yang sangat.
2.1.21 Tanda-tanda persalinan
Sebelum terjadinya persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan (peparatory
stage of labour), dengan tanda :
1. Lightening atau settling atau dropping
yaitu kepala Turín memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida.
Pada mulut para tidak begitu ketara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri Turín
3. Perasaan sering atau susah kencing (Plaksuria)
karena Bandung kemih tertekan oleh bagian terendah janin.
4. Perasan sakit di perut dan pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah
dari uterus, Madang-kadang disebut flase labor pains
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show).
Dalam kehamilan :
a. Perdarahan ante partum
b. Solusio plasenta
c. Plasenta previa
d. Abortus
Dalam persalinan :
a. Atonia uteri
b. Ruptur uteri
2.2.4 Penatalaksanaan Atonia Uteri dikutip dari Modul APN Edisi Revisi (2007)
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkonraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
rangsangan taktil (massase) fundus uteri :
1. Segera lakukan kompresi bimanual internal
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut masukkan secara obstetric (menyatakan kelima ujung jari) melalui introitus
kedalam vagina ibu.
b. Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kovum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapt berkonraksi
secara penuh.
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus kearah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding
posterior uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari ara depan dan
belakang.
d. Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uteru sini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka (bekas
implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk
berkonraksi.
e. Evaluasi keberhasilan :
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan
KBI selama 2 menit, kemudian perlahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara
melekat selama kala IV.
2) Jika uterus berkontraksi tapi perdaraan masih berlangsung, periksa
ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera
lakukan penjahitan untuk menghentikan.
3) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal, kemudian lakukan langkah-
langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya, kemudian untuk mulai
menyiapkan rujukan.
2. Berikan 0,2 mg ergometris IM atau misoprostol 600-1000 per rectal, jangan berikan
ergo metrium kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan
darah.
3. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infuse dan berikan
500 cc larutan RL yang mengandung 20 unit oksitoxin (guyur dalam 10 menit)
4. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI
5. Jika uterus tidak berkonraksi dalam waktu (sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena
hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat
difasilitasi kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan tranfusi
darah.
6. Sambil membawa ibu ketempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan
hingga ibu tiba di tempat rujukan
a. Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit
b. Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan atau hingga
jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah
125 cc/jam
c. Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan
infuse dengan tetesan sedang dan ditambah pemberian cairan secara oral untuk
rehidrasi
2.3. Konsep Dasar TB
2.3.1 Definisi
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah karena sebagian besar basil tuberkolusis masuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari
ghon, sedangkan batuk darah (hemoptisis) adalah salah satu manifestasi yang diakibatkannya.
Darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah
yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan
pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi.
2.3.2 Penularan TB
Sumber penularana penyakit tuberculosis adalah penderita TB BTA positif. Pada
waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet
(percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi bila droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman
TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran linfe,saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-nagian tubuh
lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka
penderita tersebut dianggap tidak menular.Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Resiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di
Indonesia dianggap cukup tinggi dan berfariasi antara 1 – 2 %. Pada daerah dengan ARTI
sebesar 1 %, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi.
Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TB, hanya 10 % dari
yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TB. Dari keterangan tersebut diatas, dapat
diperkirakan bahwa daerah dengan ARTI 1 %, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata
terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 50 % penderita adalah BTA
positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS.
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier
bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai
saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran linfe akan membawa kuman TB ke
kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer selama 4 – 6 minggu. Adanya
infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi
positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon
daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh
tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang
diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status
gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Komplikasi Pada Penderita Tuberkulosis antara lain hemoptisis berat (perdarahan dari
saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan napas, kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial, bronkiectasis dan
fibrosis pada paru, pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru,
penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya,
insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah
sakit.Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif)
masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh.
Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 %
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai menjadi kronik yang
tetap menular (WHO1996). Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan
tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti
tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan
kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan
meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
Gejala umum tuberculosis antara lain batuk terus menerus dan berdahak selama 3
(tiga) minggu atau lebih.Gejala lain yang sering dijumpai antara lain dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat
badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,
dan demam meriang lebih dari sebulan.
2.3.3 TB pada kehamilan
1) Efek tuberculosis terhadap kehamilan
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil.
Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari
50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990
diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru .
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi
ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan
keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa
merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan
dengan TB.
Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat
kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut
pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil
dengan TB.
Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus,
selaput otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi,
kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada
samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi
kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia
reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut
mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak
akan memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman
menginfeksi endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti
kesempatan untuk memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil
masih tetap ada. Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati
TB-nya terlebih dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan
kehamilan dan tidak perlu melakukan aborsi.
2) Efek tuberculosis terhadap janin
Menurut Oster,2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit
risiko terhadap janin.Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang
aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika
TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut
memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya
akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana,
KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner
tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap
kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi. Namun juka dibandingkan dengan kelompok
wanita sehat yang tidak mengalami tuberculosis selama hamil mempunyai resiko hospitalisasi
lebih tinggi (21% : 2%), bayi dengan APGAR skore rendah segera setelah lahir (19% : 3%),
berat badan lahir rendah (<2500 ).
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya
pertumbuhan janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui
aspirasi cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa
diamati pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat
badan rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir.
3) Tes Diagnosis TB pada Kehamilan
Bakteri TB berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam. Karena itu disebut basil tahan asam (BTA). Kuman TB cepat mati terpapar sinar
matahari langsung,tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembap.
Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat melakukan dormant (tertidur lama selama
beberapa tahun). Penyakit TB biasanya menular pada anggota keluarga penderita maupun
orang di lingkungan sekitarnya melalui batuk atau dahak yang dikeluarkan si penderita. Hal
yang penting adalah bagaimana menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat.
Seseorang yang terpapar kuman TB belum tentu akan menjadi sakit jika memiliki
daya tahan tubuh kuat karena sistem imunitas tubuh akan mampu melawan kuman yang
masuk. Diagnosis TB bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti pemeriksaan BTA dan
rontgen (foto torak). Diagnosis dengan BTA mudah dilakukan,murah dan cukup reliable.
Kelemahan pemeriksaan BTA adalah hasil pemeriksaan baru positif bila terdapat
kuman 5000/cc dahak. Jadi, pasien TB yang punya kuman 4000/cc dahak misalnya, tidak
akan terdeteksi dengan pemeriksaan BTA (hasil negatif). Adapun rontgen memang dapat
mendeteksi pasien dengan BTA negatif, tapi kelemahannya sangat tergantung dari keahlian
dan pengalaman petugas yang membaca foto rontgen. Di beberapa negara digunakan tes
untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB, melalui interferon gamma yang konon lebih baik
dari tuberkulin tes.
Diagnosis dengan interferon gamma bisa mengukur secara lebih jelas bagaimana
beratnya infeksi dan berapa besar kemungkinan jatuh sakit. Diagnosis TB pada wanita hamil
dilakukan melalui pemeriksaan fisik (sesuai luas lesi), pemeriksaan laboratorium (apakah
ditemukan BTA?), serta uji tuberkulin.
Uji tuberkulin hanya berguna untuk menentukan adanya infeksi TB, sedangkan
penentuan sakit TB perlu ditinjau dari klinisnya dan ditunjang foto torak. Pasien dengan hasil
uji tuberkulin positif belum tentu menderita TB. Adapun jika hasil uji tuberkulin negatif,
maka ada tiga kemungkinan, yaitu tidak ada infeksi TB, pasien sedang mengalami masa
inkubasi infeksi TB, atau terjadi anergi.
Kehamilan tidak akan menurunkan respons uji tuberkulin. Untuk mengetahui
gambaran TB pada trimester pertama, foto toraks dengan pelindung di perut bisa dilakukan,
terutama jika hasil BTA-nya negatif.
4) Penatalaksanaan medis pada Kehamilan dengan TB
Regimen yang sama direkomondasikan pada wanita hamil dengan TB maupun
wanita non hamil dengan TB kecuali streptomycin. Penggunaan Pyrazinamide dalam
kehamilan masih menjadi perdebatan.
5) Peran Bidan dalam Kehamilan dengan TB
Dalam perawatan pasien hamil dengan TB bidan harus mampu memberikan
pendidikan pada pasien dan keluarga tentang penyebaran penyakit dan pencegahannya,
tentang pengobatan yang diberikan dan efek sampingnya, serta hal yang mungkin terjadi jika
penyakit TB tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat. Pasien dan keluarga harus tahu
system pelayanan pengobatan TB sehingga pasien tidak mengalami drop out selama
pengobatan dimana keluarga berperan sebagai pengawas minum obat bagi pasien. Pemantuan
kesehatan ibu dan janin harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
mungkin terjadi akibat TB.
Perbaikan status nutrisi ibu dan pencegahan anemia sangat penting dilakukan untuk
mencegah keparahan TB dan meminimalkan efek yang timbul terhadap janin.Pendidikan
tentang sanitasi lingkungan pada keluarga dan pasien penting diberikan untuk menghindari
penyebaran penyakit lebih luas.
c. Leher
Mengetahui adanya kelainan dan pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar
limfe,vena jugularis.
d. Payudara
Bentuk payudara simetris/tidak, terdapat hiperpigmentasi areola/tidak, putting
susu menunjol/tidak, kolostrum sudah keluar apa belum.
e. Perut
Mengetahui pembesaran sesuai usia kehamilan/tidak, striae (livide/albican),
linea (alba/nigra)
f. Vulva
Mengetahui kebersihan, apakah ada luka parut, keluaran, varices, oedema dan
kelainan.
g. Anus
Mengetahui apakah ada hemoroid.
h. Ekstrimitas
Atas/bawah, apakah ada oedema, dan varices.
2) Palpasi
TFU
Mengukur tinggi fundus uteri dengan metlin
Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan bagian apa yang terletak di fundus.
Leopold II
Untuk menentukan bagian kanan dan kiri perut ibu apakah punggung/ekstrimitas.
Leopold III
Untuk menentukan bagian janin yang terletak di bawah uterus dan bagian
tersebut sudah masuk PAP/belum.
Leopold IV
Untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah ke PAP.
3) Auskultasi
Mendengarkan denyut jantung janin menggunakan Funandoskop atau
Doppler. Normalnya denyut jantung janin terdengar lebih cepat dari
denyut nadi ibu.
4) Perkusi
Untuk mengetahui ibu memiliki reflek patella atau tidak.
d) Pemeriksaan penunjang
Darah
Meliputi pemeriksaan Hb untuk mengetahui kadar eritrosit dan apakah klien
terkena anemia atau tidak.
Urine
Meliputi albumin urine dan reduksi
2.4.2 Interpretasi Data atau Diagnosa
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan data-
data yang terkumpul. Sehingga untuk menentukan diagnosa atau masalah harus menentukan
9 macam diagnosa, yaitu:
1. Hamil atau tidak
2. Primi atau multigravida
3. Usia kehamilan
4. Hidup atau mati
5. Anak tunggal atau ganda
6. Letak janin
7. Intra uterin atau ekstra uterin
8. Keadaan jalan lahir
9. Keadaan umum
2.4.3 Identifikasi Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah / daignosa potensial berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi, langkah ini membutuhkan antisipasi baik
memungkinkan dilakukan pencegahan
2.4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
Identifikasi perlunya tindakan segera yang sifatnya berkesinambungan dari proses
penatalaksanaanya bukan hanya selama asuhan primer, namun juga waktu bersama pasien.
Data-data baru dikumpulkan dan dievaluasi supaya baik, jika ada situasi yang gawat bidan
bisa bertindak segera, baik itu kolaborasi maupun konsultasi dengan tenaga medis lainnya.
2.4.5 Merencanakan Asuhan Menyeluruh / Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya dan merupakan kelanjutan terhadap diagnosa yang telah diidentifikasi.
2.4.6 Implementasi dan Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan yang telah diuraikan pada intervensi dilaksanakan secara
efisien dan aman. Pelaksanaanya dilakukan oleh bidan secara keseluruhan maupun sebagian
dilaksanakan oleh anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan tidak selalu diucapkan dalam
waktu yang singkat, efektif, berkualitas, dan professional.
2.4.7 Evaluasi
Evaluasi tindakan pengukuran antara kehamilan dan rencana tindakan yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan asuhan kebidanan yang telah dilakukan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
Evaluasi pada asuhan kebidanan menggunakan format SOAP.
Subyektif (S) : data yang didapat dari pertanyaan langsung ke klien.
Obyektif (O) : data yang di dapat dari hasil pemeriksaan klien.
Assesement (A) : pernyataan berdasarkan data S dan O.
Planning (P) : rencana atau asuhan selanjutnya yang akan di berikan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
I. Pengkajian
Tanggal : 04 September 2018 Jam : 09.00 WIB Oleh : Siti Sundari
3.1.1 Data Subyektif
1. Identitas klien
Nama klien : Ny. “S” Nama suami : Tn “D”
Umur : 42 tahun Umur : 54 tahun
Bangsa/suku : Indonesia/Jawa Bangsa/suku : Indonesia/Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
No. Reg : 0158 Alamat : Widengan,
Semanding Tuban
2. Alasan Kunjungan Saat Ini / Keluhan Utama
Ibu mengatakan UK 6 bulan dan hari ini ingin memeriksakan kehamilannya.
3. Riwayat Menstruasi
Siklus menstruasi : 28 hari Menarche : 13 tahun
Lama : 7 hari HPHT : 10-3-2018
Warna : merah TP : 17-12-2018
Bau : Anyir
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
5 Hamil ini - - - - - - -
5. Riwayat Kehamilan Ini / ANC / TT
Ibu mengatakan bahwa kehamilan yang ke-5 ini dengan usia kehamilan 6 bulan
mulai merasakan janin pada usia 4 bulan. Ini adalah kunjungan yang ke 2 di bidan
puskesmas, status imunisasi TT sebanyak 2 kali, keluhan saat ini merasakan kondisinya baik-
baik saja, batuknya sudah sembuh dan merasa lebih sehat.
Tgl Keluhan BB T/N/R TFU Let. DJJ Gerakan UK HE Lab
Janin janin
6. Riwayat Kesehatan
6.1 Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita
Ibu mengatakan pernah menderita penyakit TB.
6.2 Riwayat penyakit keluarga / keturunan
Ibu mengatakan bahwa dalam keluarga tidak pernah menderita penyakit menular,
kronis maupun penyakit menurun.
6.3 Perilaku kesehatan
Ibu mengatakan bahwa tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan seperti merokok atau minum-minuman beralkohol budaya tarak
masih ada dalam keluarganya.
7. Riwayat Psikososial
Ibu mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan dan keluarganya juga menerima
dengan senang hati.
8. Pola Kehidupan Sehari-hari
8.1 Pola Nutrisi
Selum hamil : Ibu mengatakan makan dan minum 2-3x/hari dengan porsi
sedang dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan minum 8-9 gelas/hari
Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan porsi lebih banyak
menunya seperti nasi, lauk pauk, sayur, minum 7-8 gelas sehari
8.2 Pola Eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAB 1x/hari, konsistensi lunak BAK ± 4x/hari
Selama hamil : Ibu mengatakan BAB ± 1x/hari, konsistensi lunak dan BAK
lebih sering dari sebelum hamil
3. Pemeriksaan Kehamilan
3.1 Inspeksi
Rambut : bersih, hitam, tidak berketombe, dan tidak mudah rontok
Muka :
- Cloasma gravidarum : tidak ada
- Conjungtiva : merah muda
- Sclera : putih
Leher :
normal, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
- Struma : tidak ada
Dada
- Payudara
- Bentuk : simetris
- Areola : hiperpigmentasi
- Putting susu : erektil
- Keluaran : colostrum belum keluar
Perut
- Strie : albicans
- Linea : linea nigra
- Pembesaran : sesuai dengan usia kehamilan
Vulva
- Warna : kuning langsat
- Luka parut : tidak ada
- Keluaran : tidak ada
- Varices : tidak ada
- Odema : tidak ada
- Anus : normal, tidak ada hemoroid
- Ekstremitas atas / bawah : tidak ada odema atau varices
3.2 Palpasi
TFU : 26 cm
Leopold I : TFU teraba 3 jari bawah pusat
Leopold : Pada bagian kanan perut Ibu teraba panjang, keras, seperti papan
(punggung), dan pada bagian kiri perut ibu teraba kosong, kecil-kecil bercelah
(ekstremitas).
L Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras, dapat dilentingkan (kepala).
Leopold IV : Belum masuk PAP.
3.3 Auskultasi
DJJ : 11-12-12 (138x/menit)
Teratur, DJJ terdengar 1 jari bawah pusat di sebelah kanan
3.4 Perkusi
Reflek patella : +/+
4. Pemeriksaan Penunjang
Darah
B Hb : 9 gr%
Golongan Darah : A
Urine
Albumin : -
Reduksi : -
I. Interpretasi Data
Diagnosa : GvP40004 UK 25-26 minggu, T/H, puka let. Kep, ballotement
(+), intra uterin kesan panggul normal keadaan ibu dan janin baik dengan grande multipara
disertai riwayat TB
V. Implementasi / Pelaksanaan
Tanggal/
Implementasi/Pelaksanaan TTD
Jam
04-09- Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dan janin
2018 baik.
Memberikan HE tentang :
Nutrisi : menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan tinggi kalori serta protein, vitamin B6, B12 dan asam folat,
seperti sayuran hijau,daging, telur, kerang, hati, tempe, ikan laut,tahu,
susu kedelai, kecambah, jambu biji, papaya, tomat, mangga dan lain-
lain
Personal hygiene : menganjurkan ibu untuk menjaga kebesihan diri,
terutama payudara dan vulva / vagina
Istirahat : menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup serta
mengurangi pekerjaan yang berat dan aktivitas sehari-hari
Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti
: perdarahan pervaginam, nyeri perut pandangan mata kabur, bengkak
pada seluruh badan keluarnya cairan pervaginam , terjadi kelahiran
premature (belum cukup bulan), IUGR ( gangguan pertumbuhan)
akibat kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi dengan baik, dan
kematian janin dalam kandungan (IUFD) yang di tandai dari tidak
adanya gerakan janin.
Memberikan tablet Fe, vit. C, 1 x 1 dan lico calk 1 x 1
Memberitahu ibu waktu kunjungan ulang 1 bulan lagi tanggal 04
Oktober 2014 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan.
VI. Evaluasi
Tanggal : 04 September 2018
S : Ibu mengatakan paham dengan penjelasan yang telah diberikan.
O : Ibu dapat mengulangi kembali apa yang disampaikan petugas tentang
nutrisi,personal hygiene, tanda-tanda bahaya kehamilan.
TTV = TD 110/80 mmHg, Nadi 80x/mnt, Suhu 36,80C
BB = 45 kg, TB = 152 cm
LILA= 24 cm, TFU = 26 cm
Leopold I : TFU teraba 3 jari bawah pusat
Leopold II : PUKA
Leopold III : Let. Kep
Leopold IV : Belum masuk PAP.
DJJ = (+) 11-12-12 (138x/menit)
HB : 9 gr%
Golongan Darah : A
A : GvP40004 UK 25-26 minggu, T/H, puka let. Kep, ballotement (+),
intra uterin kesan panggul normal keadaan ibu dan janin baik dengan grande
multipara disertai riwayat TB
P : Follow up 1 bulan lagi tanggal 04 Oktober 2014 atau sewaktu-waktu jika
ada keluhan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan adalah suatu proses bertemunya sel sperma dan sel ovum yang ditandai dengan
adanya pembuahan dan nidasi hasil pembuahan uterus, sampai diakhiri dengan proses
persalinan/keluarnya hasil konsepsi (synopsis obstetri).
Kehamilan merupakan perubahan fisik maupun emosional dari klien serta perubahan social di
dalam keluarga dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir,
namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya
bahwa kehamilan akan menjadi masalah. Sistem penilaian resiko tidak dapat diprediksi
apakah klien hamil akan bermasalah selama kehamilannya. Oleh karena itu pelayanan atau
asuhan maternal merupakan cara pentingbuntuk memonitor dan mendukung kesehatan klien
hamil normal. (Sarwono, 2002)
Masa kehamilan adalah masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya hasil
konsepsi normal 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hasil pertama haid
terakhir. (Prawirohardjo, 2005).
Kehamilan dan tuberculosis merupakan dua stressor yang berbeda pada ibu hamil.
Stressor tersebut secara simultan mempengaruhi keadaan fisik mental ibu hamil. Lebih dari
50 persen kasus TB paru adalah perempuan dan data RSCM pada tahun 1989 sampai 1990
diketahui 4.300 wanita hamil,150 diantaranya adalah pengidap TB paru .
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi
ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan
keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa
merupakan factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan
dengan TB.
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, dapat disimpulkan bahwa klien dengan
kehamilan normal dan abnormal membutuhkan pelayanan yang optimal dan motivasi agar
komplikasi yang timbul dapat ditangani sedini mungkin dan hal ini juga mengurangi AKI dan
AKB. (Prawirohardjo, Sarwono, 2002)
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Karyawan
Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien baik mutu dan kualitas
sehingga dapat terpenuhi pelayanan sesuai kebutuhan pasien serta memberikan pengetahuan
bagi Karyawan dan Masyarakat.
4.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan dapat memberikan arahan dan bimbingan pada Karyawan serta dapat
memberikan lahan praktek yang dapat menambah pengetahuan Karyawa
DAFTAR PUSTAKA
SITI RUKMIATI,S.ST
NIP. 19770926 200604 2 014
PUSKESMAS CIKEUSIK