Vous êtes sur la page 1sur 5

BAB III

PEMBAHASAN

A. Definisi Upaya Kesehatan Tradisional


Upaya pelayanan kesehatan tradisional merupakan pelayanan kesehatan
yang secara tidak langsung memiliki peranan dalam menunjang pencapaian
indikator Renstra Kementerian Kesehatan melalui pemanfaatan pelayanan
kesehatan tradisional ramuan dan ketrampilan dalam tumbuh kembang balita,
kesehatan ibu hamil dan nifas, maupun pemanfaatan pijat untuk kesegaran tubuh.

B. Tujuan Usaha Kesehatan Tradisional


Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi
maupun untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini
sangat berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan.

C. Pembinaan Dan Pengawasan Pelayanan Kesehatan Tradisional


Dalam kebijakan Kementerian Kesehatan RI, pembinaan dan pengawasan
Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan melalui 3 (tiga) pilar. Pilar pertama
adalah Regulasi, adapun dukungan regulasi terhadap Pelayanan Kesehatan
Tradisional telah dituangkan dalam Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 yang
telah disebutkan diatas, SKN tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Pengobatan
Tradisional merupakan bagian sub sistem Upaya Kesehatan, Kepmenkes RI Nomor
1076/Menkes/SK/VII/2003 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional dan
Kepmenkes No 1/2010 tentang Saintifikasi Jamu berbasis pelayanan. Pilar kedua
adalah Pembina Kemitraan dengan berbagai Lintas Sektor terkait dan organisasi
(asosiasi) pengobat tradisional termasuk pengawasan terhadap tenaga pengobat
tradisional baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Pilar
ketiga adalah Pendayagunaan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional (Sentra P3T) untuk menapis metode Pelayanan Kesehatan Tradisional di
masyarakat dan melakukan pembuktian melalui pengkajian, penelitian, uji klinik, baik
terhadap cara maupun terhadap manfaat dan keamanannya.
Pada saat ini sudah ada 11 Sentra P3T tersebar di 11 Provinsi yaitu Sumatera
Utara, Jawa Barat, DKI, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, Bali, NTB, Maluku, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara serta adanya Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat
(BKTM) di Makassar dan Loka Kesehatan Tradisional Masyarakat (LKTM) di
Palembang. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelayanan kesehatan tradisional
dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat,
Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas, Kabupaten/Kota, Provinsi &
Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor terkait dan mengikut sertakan
asosiasi pengobat tradisional. Sementara ini Kementerian Kesehatan telah bermitra
atau bekerja dengan beberapa jenis Asosiasi Pengobat Tradisional (Battra) yang
terkelompokkan sesuai dengan metodenya masing-masing. Diharapkan asosiasi
Battra bisa membantu Kementrian Kesehatan dalam pembinaan pengobat di
Indonesia namun harus selalu dievaluasi kemitraannya. Terdapat asosiasi Battra
yang ada antara lain :
a. Ikatan Homoeopathy Indonesia (IHI)
b. Persatuan Akupunktur Seluruh Indonesia (PAKSI)
c. Perhimpunan Chiroprakasi Indonesia (Perchirindo)
d. Ikatan Naturopatis Indonesia (IKNI)
e. Persatuan Ahli Pijat Tuna Netra Indonesia (Pertapi)
f. Asosiasi Praktisi pijat Pengobatan Indonesia (AP3I)
g. Asosiasi Reiki Seluruh Indonesia (ARSI)
h. Asosiasi SPA Terapis Indonesia (ASTI)
i. Asosiasi Pengobat Tradisional Ramuan Indonesia (ASPETRI)
j. Ikatan Pengobat Tradisional Indonesia (IPATRI)
k. Forum Komunikasi Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia
(FKPPAI)
l. Asosiasi Therapi Tenaga Dalam Indonesia (ATTEDA)
m. Asosiasi Bekam Indonesia (ABI)
n. Persatuan Ahli Kecantikan Tiara Kusuma.

Selain itu untuk pengawasan pengobat tradisional, Kementerian Kesehatan


juga berkerjasama dengan Kantor Imigrasi, Mabes POLRI, Kejaksaan, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, terutama untuk pengawasan Pengobat Tradisional
Asing yang datang ke Indonesia. Setiap Warga Negara Indonesia yang bekerja
sebagai pengobat tradisional harus memiliki SIPT/STPT (Surat Izin/Terdaftar
Pengobat Tradisional) yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat. Sampai saat ini, metode Pelayanan kesehatan tradisional yang telah
diakui manfaat dan keamanannya oleh Indonesia adalah akupuntur. Oleh karena
Untuk SIPT hanya dikeluarkan untuk Battra jenis akupuntur yang telah dilengkapi
dengan sertifikat kompetensi, selain jenis akupuntur saat ini hanya mendapatkan
STPT. Untuk Pengobat Tradisional Asing yang akan masuk ke Indonesia, harus
memiliki rekomendasi dari Kementerian Kesehatan. Rekomendasi ini bisa
didapatkan setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus oleh tim penilai. Pengobat
tradisional asing tidak diperkenankan berpraktek langsung ke masyarakat Indonesia
melainkan hanya sebagia konsultan dalam rangka transfer ilmu pengetahuan
kepada pengobatan tradisional Indonesia.

D. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


Pengobatan Tradisional, adalah program pembinaan terhadap pelayanan
pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan cara pengobatan tradisional. Oleh
karena itu yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan herbal (jamu), alat (tusuk
jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat).
Tujuan dari Pembinaan upaya pengobatan tradisional adalah :
a. Melestarikan bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk
pengobatan tradisional
b. Melakukan pembinaan terhadap cara-cara pengobatan tradisional

Pada tingkat rumah tangga pelayanan kesehatan oleh individu dan keluarga
memegang peran utama. Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan
tanaman obat merupakan unsur penting dalam meningkatkan kemampuan
individu/keluarga untuk memperoleh hidup sehat. Di tingkat masyarakat peran
pengobatan tradisional termasuk peracik obat tradisional/jamu mempunyai peranan
yang cukup penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan untuk mewujudkan
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Kebijakan peningkatan peran pengobatan tradisional dalam system pelayanan
kesehatan, dapat disarikan sebagai berikut:
a. Pengobatan tradisional perlu dikembangkan dalam rangka peningkatan
peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan primer.
b. Pengobatan tradisional perlu dipelihara dan dikembangkan sebagai warisan
budaya bangsa, namun perlu membatasi praktek-praktek yang
membahayakan kesehatan.
c. Dalam rangka peningkatan peran pengobatan tradisional, perlu dilakukan
penelitian, pengujian dan pengembangan obat-obatan dan cara-cara
pengobatan tradisional.
d. Pengobatan tradisional sebagai upaya kesehatan nonformal tidak
memerlukan izin, namun perlu pendataan untuk kemungkinan pembinaan
dan pengawasannya. Masalah pendaftaran masih memerlukan penelitian
lebih lanjut.
e. Pengobatan tradisional yang berlandaskan pada cara-cara organobiollogik,
setelah diteliti, diuji dan diseleksi dapat diusahakan untuk menjadi bagian
program pelayanan kesehatan primer. Contoh dukun bayi, tukang gigi,
dukun patah tulang. Sedangkan cara-cara psikologik dan supernatural perlu
diteliti lebih lanjut, sebelum dapat dimanfaatkan dalam program.
f. Pengobatan tradisional tertentu yang mempunyai keahlian khusus dan
menjadi tokoh masyarakat dapat dilibtkan dalam upaya kesehatan
masyarakat, khususnya sebagai komunikator antara pemerintah dan
masyarakat.
Upaya kesehatan di Indonesia dikembangkan berdasarkan pola upaya
kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat dan rujukan kesehatan. Peran serta
masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu proses agar masyarakat makin
mampu untuk menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan, baik yang dilakukan
diantara masyarakat sendiri atau membantu pemerintah.

E. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan Tradisional


Melalui Toga
Pelayanan Kesehatan Tradisional sendiri dapat digunakan masyarakat dalam
mengatasi gangguan kesehatan secara mandiri (self-care), baik untuk pribadi
maupun untuk keluarga melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA). Hal ini
sangat berguna, khususnya di daerah yang mengalami keterbatasan dalam
memperoleh akses pelayanan kesehatan.
Bila dilihat lebih jauh manfaat TOGA dalam mendukung masyarakat yang
sehat secara mandiri, akan berdampak pada upaya untuk mewujudkan pencapaian
tujuan MDG’s di bidang Kesehatan, yaitu Menanggulangi Kemiskinan dan
Kelaparan, Menurunkan Angka Kematian Anak, Meningkatkan Kesehatan Ibu, dan
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya.
Upaya dukungan dari Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai
tujuan MDG’s antara lain perawatan ibu setelah bersalin dengan memanfaatkan
daun Katuk dan Lobak sebagi sayur dan biji jagung tua yang disangrai untuk
memperlancar keluarnya ASI dalam mendukung pencapaian ASI Eksklusif.
Pemanfaatan daun Kacang Panjang, daun Dadap Serep, dan Bawang Merah untuk
mengobati payudara bengkak (mastitis) dengan cara ditumbuk dan ditempelkan ke
seluruh payudara, kecuali pada puting susu. Jeruk nipis dicampur dengan kapur
sirih dan minyak kayu putih juga dapat dimanfaatkan untuk perawatan perut setelah
melahirkan. Dalam menjaga kesehatan anak, bisa menggunakan Temulawak dan
Beras Kencur untuk menambah nafsu makan. Jika anak demam, dapat diobati
dengan memanfaatkan daun Sambiloto dan Pule yang didihkan dengan air
kemudian diminum, selain itu dapat memanfaatkan daun Dadap Serep dan daun
Kembang Sepatu yang diremas-remas dan ditempelkan di kepala anak.
Pemanfaatan pijat pada anak yang sudah ada turun temurun di Indonesia untuk
memperlancar peredaran darah dan meningkatkan kebugaran pada anak.
Pemanfaatan daun Jambu Biji yang masih muda dapat digunakan dalam
penanggulangan diare pada Balita sedangkan untuk mengobati disentri, bisa
memanfaatkan daun Sambiloto kering yang direbus atau menggunakan daun
Patikan Cina yang dicampur dengan Bawang Merah dan Pulosari. Tanaman Serai
dan Lavender bisa dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Pemanfaatan
TOGA/Jamu untuk memelihara kesehatan yang berimplikasi pada peningkatan Usia
harapan Hidup seperti daun Landep Segar dan Gandarusa sebagai obat pegal linu
dan masih banyak hal-hal lain dari bumi Indonesia yang belum tergali
pemanfaatannya untuk kesehatan.

Vous aimerez peut-être aussi