Vous êtes sur la page 1sur 4

7.

Pembahasan

7.1 Piknometer

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang kerapatan dan bobot jenis dari
beberapa zat cair ( etanol, aseton, kloroform ), metode yang digunakan adalah metode
piknometer dengan alat piknometer yang digunakan untuk mencari bobot jenis. Piknometer
terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas 10 ml atau lebih. Keuntungan
menggunakan alat ini adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu
berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu
penentuan bobot jenis dengan piknometer memerlukan waktu yang lama. Sebelum
menggunakan alat-alat praktikum untuk melakukan pengujian, piknometer dibersihkan
dengan aquadest dan dikeringkan terlebih dahulu hingga tidak ada sedikitpun titik air di
dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari alat dan dalam percobaan
kali ini, didapat berat piknometer kosong adalah 33,855 gram. Apabila masih terdapat titik air
di dalamnya, akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Pada pengisian dengan sampel, harus
diperhatikan agar tidak terdapat gelembung udara di dalamnya karena akan mengurangi
bobot sampel yang akan diperoleh. Alat piknometer yang digunakan telah dilengkapi dengan
termometer, sehingga langsung dapat diketahui suhu sampel tersebut. Pada percobaan zat cair
yang mudah menguap seperti etanol, aseton, maupun kloroform pengukuran harus segera
dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel karena zat bersifat mudah menguap sehingga
akan terus berkurang bobotnya.

7.2 Penentuan Volume Piknometer pada Suhu Percobaan

Langkah selanjutnya adalah menentukan volume piknometer yang didapat dari volume air.
Pertama mengisi piknometer dengan aquadest, setelah aquadest tidak mengalami penurunan
dalam piknometer, piknometer di rendam dalam air es sampai suhu 18 derajat, setelah suhu
18 derajat piknometer diangkat dan air yang menempel diusap kemudian piknometer
ditimbang dengan timbangan analitik dan mencatat berat piknometer setelah suhu piknometer
mencapai 20 derajat. Dalam percobaan ini didapat berat piknometer + air = 58,625. Didapat
berat air dari hasil pengurangan bobot piknometer + air – bobot piknometer kosong = 24,771
gram, kemudian volume piknometer didapat dari volume air dengan membagi bobot air
dengan kerapatan air pada suhu 20 derajat yaitu 0,998 gram/ ml dan didapat volume pikno =
24,821 ml.

7.3 penentuan kerapatan zat cair x ( etanol, aseton, kloroform )

7.3.1 Etanol

Berdasarkan literatur etanol merupakan cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap,
sangat mudah larut dalam air dan memiliki kerapatan 0,798 gr/ml. ( chang, 2006 ). Dalam
menentuan kerapatan etanol,langkah pertama membersihkan piknometer dengan etanol
kemudian dikeringkan. Piknometer diisi dengan etanol, tetapi karena etanol mudah menguap
sehingga dilakukan pengisian etanol berulang-ulang hingga etanol dalam piknometer tidak
mengalami penurunan, selanjutnya merendam piknometer dalam air es hingga suhu 18
derajat, menimbang piknometer kemudian mencatat beratnya ketika suhu piknometer telah
mencapai 20 derajat. Dan diperoleh bobot piknometer + etanol = 53,970. Sehingga diperoleh
bobot etanol 20,115 gram. Kerapatan etanol dapat dicari dengan membagi bobot etanol
dengan volume pikno 24,821 ml dan diperoleh kerapatan etanol yaitu 0,810 gram/ml. Bobot
jenis etanol diperoleh dengan membagi kerapatan etanol dengan kerapatan air 0,998 gr/ml
dan diperoleh bobot jenis etanol yaitu 0,8116. Dalam hal ini kerapatan etanol berdasarkan
literatur dengan percobaan memiliki selisih 0,012.

7.3.2 Aseton

Berdasarkan literatur aseton merupakan cairan tidak berwarna, mudah terbakar dan memiliki
kerapatan 0,784 g/ml ( farmakope , 1979 ). Dalam menentuan kerapatan aseton ,langkah
pertama membersihkan piknometer dengan aseton kemudian dikeringkan. Piknometer diisi
dengan aseton sampai aseton dalam piknometer tidak mengalami penurunan karena jika
masih terdapat ruang kosong hal ini dapat mengurangi bobot sampel, selanjutnya merendam
piknometer dalam air es hingga suhu 18 derajat, menimbang piknometer kemudian mencatat
beratnya ketika suhu piknometer telah mencapai 20 derajat. Dan diperoleh bobot piknometer
+ aseton = 53,700. Sehingga diperoleh bobot aseton 19,845 gram. Kerapatan etanol dapat
dicari dengan membagi bobot aseton dengan volume pikno 24,821 ml dan diperoleh
kerapatan aseton yaitu 0,799 gram/ml. Bobot jenis aseton diperoleh dengan membagi
kerapatan aseton dengan kerapatan air 0,998 gr/ml dan diperoleh bobot jenis etanol yaitu
0,801. Dalam hal ini kerapatan etanol berdasarkan literatur dengan percobaan memiliki
selisih 0,015.

7.3.3 Kloroform

Berdasarkan literatur kloroform mudah menguap pada suhu kamar, tidak larut dalam air dan
memiliki kerapatan 1,49 gr/ml. ( farmakope , 1979 ). Dalam menentuan kerapatan kloroform,
langkah pertama membersihkan piknometer dengan kloroform kemudian dikeringkan.
Piknometer diisi dengan kloroform sampai kloroform dalam piknometer tidak mengalami
penurunan karena jika masih terdapat ruang kosong hal ini dapat mengurangi bobot sampel,
selanjutnya merendam piknometer dalam air es hingga suhu 18 derajat, menimbang
piknometer kemudian mencatat beratnya ketika suhu piknometer telah mencapai 20 derajat.
Dan diperoleh bobot piknometer + kloroform = 70,515 gram. Sehingga diperoleh bobot
kloroform 36,66 gram. Kerapatan etanol dapat dicari dengan membagi bobot kloroform
dengan volume pikno 24,821 ml dan diperoleh kerapatan kloroform yaitu 1,477 gram/ml.
Bobot jenis klorofrom diperoleh dengan membagi kerapatan kloroform dengan kerapatan air
0,998 gr/ml dan diperoleh bobot jenis klorofrom yaitu 1,479 gr/ml. Dalam hal ini kerapatan
etanol berdasarkan literatur dengan percobaan memiliki selisih 0,013.

7.4 Menentukan Kerapatan Zat padat yang kerapatannya Lebih Besar daripada Air.

Dalam percobaan kali ini zat padat yang digunakan untuk ditentukan kerapatannya adalah
peluru besi. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang peluru besi dan didapat bobot
peluru besi adalah 0,648 gram. Selanjutnya memasukkan peluru besi kedalam piknometer
dan diisi air hingga tidak ada ruang kosong lagi dalam piknometer. Kemudian piknometer di
rendam dalam air es sampai suhu 18 derajat lalu ditimbang dan dicatat beratnya saat suhu
mencapai 20 derajat. Bobot piknometer + peluru + air = 59,169 gram. Kerapatan peluru besi
didapat dengan membagi bobot peluru dengan volume air yang ditumpahkan yaitu 0,105 ml
dan kerapatan peluru besi yang diperoleh adalah 6,171 gr/ml dimana kerapatan peluru besi
lebih besar daripada kerapatan air 0,998 gr/ml. Kerapatan besar berarti bobot jenis juga besar
karena kerapatan peluru besi lebih besar dari kerapatan air maka peluru besi tenggelam.

7.5 penentuan kerapatan zat pada yang kerapatannya lebih kecil dari air

Dalam percobaan kali ini zat padat yang digunakan untuk ditentukan kerapatannya adalah
parafin. Hal pertama yang dilakukan adalah menimbang parafin dan didapat bobot parafin
adalah 0,099 gram. Selanjutnya memasukkan parafin kedalam piknometer yang sudah berisi
peluru ( percobaan 7.4 ) . Kemudian piknometer di rendam dalam air es sampai suhu 18
derajat lalu ditimbang dan dicatat beratnya saat suhu mencapai 20 derajat. Bobot piknometer
+ lilin + peluru + air = 59,106 gram. Kerapatan parafin didapat dengan membagi bobot
parafin dengan volume air yang ditumpahkan yaitu 0,268 ml dan kerapatan parafin yang
diperoleh adalah 0,607 gr/ml dimana kerapatan parafin lebih kecil daripada kerapatan air
0,998 gr/ml. Kerapatan kecil berarti bobot jenis juga kecil karena kerapatan parafin lebih
kecil dari kerapatan air maka parafin mengapung.

Pada dasarnya kerapatan dipengaruhi oleh volume dan massa. Semakin besar massa
benda maka semakin besar pula kerapatan yang dimiliki, sedangkan semakin besar nilai
volumenya maka semakin kecil kerapatan yang dimiliki. Bobot jenis dipengaruhi oleh besar
atau kecilnya nilai kerapatan, semakin besar kerapatan maka bobot jenis juga semakin besar.

Seperti pada percobaan 7.4 dimana peluru besi memiliki bobot jenis 0,648 gram yang lebih
besar daripada volume peluru besi itu sendiri ( volume peluru besi = 0,105 ml ) sehingga
didapat kerapatan yang besar, sama halnya dengan kloroform yang memiliki kerapatan cukup
besar yaitu 1,477 gr/ml dan hal ini sesuai dengan literatur dimana kloroform tidak larut dalam
air karena memiliki kerapatan yang besar daripada kerapatan air, hal ini berlaku sebaliknya
untuk zat cair dengan kerapatan kecil. Sehingga dalam praktikum kali ini diperoleh urutan
kerapatan dari yang terbesar ke terkecil sebagaiberikut : peluru besi 6,171 gr/ml, kloroform
1,477 gr/ml , etanol 0,810 gr/ml , aseton 0,799 gr/ml , parafin/lilin 0,607 gr/ml.

Pada percobaan penentuan kerapatan zat cair etanol, aseton dan kloroform didapat
kerapatan yang menyimpang dengan literatur. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah
karena penyimpangan itu sendiri masih relatif kecil sehingga dapat diabaikan ( dapat dilihat
dari selisih hasil percobaan dengan literatur )

Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :

1. Kesalahan pembacaan skala pada alat


2. Piknometer yang tidak kering setelah pemakaian zat dari percobaan sebelumnya
3. Masih terdapat ruang kosong dalam piknometer yang mempengaruhi perolehan hasil
4. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga dapat berpengaruh pada alat.
8. Kesimpulan :

9. Daftar Pustaka :

NB :

Isi pembahasan :

Pembahasan : 1. Jelaskan secara naratif dan sistematis apa hal-hal yang harus diperhatikan.
Proses kerja menggunakan pikno dalam penentuan kerapatan zat cair dan zat padat

2. bandingkan dan jelaskan bila terjadi perbedaan atau sama kerapatan zat cair dengan
literatur ( cantumkan literatur ) serta urutkan kerapatan zat cair dari terbesar ke terkecil dan
dibahas mengapa kerapatan besar / kecil.

3. kerapatan peluru apakah lebih besar dari air

Kerapatan lilin apakah lebih besar dari air?

Vous aimerez peut-être aussi