Vous êtes sur la page 1sur 21

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN PELAKSANAAN PELAYANAN INFORMASI OBAT (PIO)


PADA INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. TJITROWARDOJO
PURWOREJO

Disusun Oleh :

Budi NIM

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

RSUD Dr. Tjitrowardojo merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan

farmasi rumah sakit adalah bagian yang tak terpisahkan dari sistem pelayanan

kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien.

Sebagai upaya untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit yang

berorientasi pada keselamatan pasien dikeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014 (Permenkes No. 58, 2014).

Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi

kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Pelayanan Kefarmasian di Rumah

Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa

pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan

kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber

daya manusia, sarana, dan peralatan. (Permenkes, 2016). Salah satu bentuk

pelayanan kefarmasian dirumah sakit adalah pengkajian dan pelayanan resep


(Permenkes, 2016). Layanan kefarmasian selain menjadi tuntutan profesionalisme

juga dapat dilihat sebagai faktor untuk mengevaluasi kepuasan pasien. Pelayanan

kefarmasian meliputi sarana prasarana instalasi farmasi, komunikasi informasi

dan edukasi (KIE), kecepatan pelayanan obat, serta keramahan petugas instalasi

farmasi.

Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis yang

didasarkan pada kepentingan pasien, dimana salah satubentuk pelayanan

informasi obat yang wajib diberikan oleh tenaga farmasis adalah pelayanan

informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien

dan penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan masyarakat

(Anief, 2007).

Pemberian informasi obat memiliki peranan penting dalam rangka

memperbaiki kualitas hidup pasien dan menyediakan pelayanan bermutu bagi

pasien. Kualitas hidup dan pelayanan bermutu dapat menurun akibat adanya

ketidakpatuhan terhadap program pengobatan. Penyebab ketidakpatuhan tersebut

salah satunya disebabkan kurangnya informasi tentang obat. Selain itu, cara

pengobatan yang kompleks dan kesulitan mengikuti cara pengobatan yang

diresepkan merupakan masalah yang mengakibatkan ketidakpatuhan terhadap

pengobatan. Selain masalah kepatuhan, pasien juga dapat mengalami efek yang

tidak diinginkan dari penggunaan obat. Dengan diberikannya informasi obat

kepada pasien maka masalah terkait obat seperti penggunaan obat anpa indikasi,
indikasi yang tidak terobati, dosis obat terlalu tinggi, dosis subterapi, serta

interaksi obat dapat dihindari (Rantucci, 2007)

Belum semua pasien tahu dan sadar akan apa yang harus dilakukan tentang

obat-obatnya, oleh sebab itu untuk mencegah kesalahgunaan, penyalahgunaan,

dan adanya interaksi obat yang tidak dikehendaki, pelayanan informasi obat

dirasa sangat diperlukan. Farmasis dapat berkontribusi untuk meningkatkan hasil

dari farmakoterapi dengan cara memberikan edukasi dan konseling pada pasien

untuk menyiapkan dan memotivasi pasien agar menaati aturan farmakoterapi dan

kegiatan monitoring. Edukasi dan konseling merupakan hal yang paling efektif

ketika diselenggarakan di dalam ruangan atau tempat yang menjamin privasi dan

memiliki kesempatan untuk menjaga rahasia komunikasi (Yamada and

Nabeshima, 2015).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik melakukan

penelitian berjudul “Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada

Instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo”.

B. Rumuasan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka permasalahan pada

penelitin ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO)

pada Instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo?’.


C. Tujuan Penelitian

Tujuajn penelitin ini adalah mendeskripsikan pelaksanaan Pelayanan Informasi

Obat (PIO) pada Instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan informasi obat.

2. Bagiu ilmu pengetahuan dapat memperoleh ilmu ilmu pengetahuan tentang

pelayanan informasi obat.

3. Bagi peneliti memperoleh pengetahuan tentang gambaran pelaksanaan

pelayanan informasi pada instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo

Purworejo.

E. Keaslian Penelitian

Berikut ini penelitian penelitian sebelumnya yang membedakan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, seperti tercantum pada Tabel 1.1 berikut

ini:
Tabel 1. Keaslian Penelitian

Ketegori Penelitian Sebelumnya Penelitian yang Dilakukan


Tujuan Mengetahui realisasi Mengetahun gembaran pelayanan
pelayanan informasi obat informasi obat di unit rawa jalan
pasien rawat jalan di Instalasi
Farmasi Puskesmas Grabag
(Rina Adityawati1, 2016)
Mengetahui kepuasan pasien
terhadap pelayanan
kefamasian di Instalasi
Farmasi RSUD dr. R.
Koesma Kabupaten Tuban
(Achmad Ainul Yaqin, 2016)
Jenis Desktiptif Deskriptif dengan pendekatan
Penelitian (Rina Adityawati, 2016) Cross Secitonal
Deskriptif
(Achmad Ainul Yaqin, 2016)
Subjek Pasien rawat jalan Puskesmas Pasien Rawat Jalan RSUD
(Rina Adityawati1, 2016) Tjitrowardojo Purworejo
Sampel adalah pasien pasien
rumah rsakit
(Achmad Ainul Yaqin, 2016)
Alat Check list Observasi dengan checklist
pengumpul (Rina Adityawati1, 2016)
data Kuesioner
(Achmad Ainul Yaqin, 2016)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Masalah

1. Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 menyebutkan

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit sebagai

salah satu subsistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan

kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan admistrasi.

Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik

dan pelayanan keperawatan.

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Permenkes, 2016). Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk

menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi

melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau upaya

kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan


pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan (Siregar,2004).

2. Pelayanan Informasi Obat

a. Definisi PIO

Pelayanan Informasi Obat (PIO) didefinisikan sebagai kegiatan

penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,

akurat, komprehensif, serta terkini oleh apoteker kepada pasien,

masyarakat maupun pihak yang memerlukan (Anonim, 2006). Unit ini

dituntut untuk dapat menjadi sumber terpercaya bagi para pengelola dan

pengguna obat, sehingga mereka dapat mengambil keputusan dengan

lebih mantap (Juliantini dan Widayanti, 1996).

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No

1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di

Rumah Sakit, Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan

yang dilakukan oleh apoteker untuk memberikan informasi secara akurat,

tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan

lainnya dan pasien.

Definisi pelayanan informasi obat adalah pengumpulan,

pengkajian, pengevaluasian, pengindeksan, pengorganisasian,

penyimpanan, peringkasan, pendistribusian, penyebaran serta


penyampaian informasi tentang obat dalam berbagai bentuk dan berbagai

metode kepada pengguna nyata dan yang mungkin (Siregar, 2004).

Adapun ciri-ciri pelayanan informasi obat meliputi: (1) a. Mandiri

(bebas dari segala bentuik keterikatan), (2) b. Objektif (sesuai dengan

kebutuhan), (3) Seimbang, (4) Ilmiah dan (5). Berorientasi kepada

pasien dan pro aktif

b. Metode-Metode PIO

Adapun metode-metode dari PIO adalah seperti berikut:

1) PIO dilayani oleh apoteker selama 24 jam atau on call disesuaikan

dengan kondisi RS.

2) PIO dilayani oleh apoteker pada jam kerja, sedang diluar jam kerja

dilayani oleh apoteker instalasi farmasi yang sedang tugas jaga.

3) PIO dilayani oleh apoteker pada jam kerja, dan tidak ada PIO diluar

jam kerja.

4) Tidak ada petugas khusus, PIO dilayani oleh semua apoteker instalasi

farmasi, baik pada jam kerja maupun di luar jam kerja.

5) Tidak ada apoteker khusus, PIO dilayani oleh semua apoteker instalasi

farmasi di jam kerja dan tidak ada PIO di luar jam kerja.

c. Tujuan PIO

Adapun tujuan pelayanan informasi obat yaitu:


1) Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional,

berorientasi pada pasien, tenaga kesehatan, dan pihak lain.

2) Menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga

kesehatan, dan pihak lain.

3) Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang

berhubungan dengan obat terutama bagi PFT/KFT (Panitia/Komite

Farmasi dan Terapi) (Anonim, 2006).

d. Fungsi PIO

Adapun fungsi pelayanan informasi obat yaitu:


1) Memberikan respon terhadap pertanyaan tentang obat

2) Memberikan masukan terhadap komite farmasi dan terapi di RS

3) Drug utilization review (DUR)/drug utilization review evaluation

(DUE)

4) Pelaporan efek samping obat (ESO)

5) Konseling pasien

6) Pembuatan buletin / newsletter

7) Edukasi

8) Riset dan penelitian


e. Sasaran PIO

Yang dimaksud dengan sasaran informasi obat adalah orang,

lembaga, kelompok orang, kepanitiaan, penerima informasi obat, seperti

yang tertera dibawah ini:

1) Dokter

Dalam proses penggunaan obat, pada tahap penetapan pilihan obat

serta regimennya untuk seorang pasien tertentu, dokter memerlukan

informasi dari apoteker agar ia dapat membuat keputusan yang

rasional. Informasi obat diberikan langsung oleh apoteker, menjawab

pertanyaan dokter melalui telepon atau sewaktu apoteker menyertai

tim medis dalam kunjungan ke ruang perawatan pasiean atau dalam

konferensi staf medis (Siregar, 2004).

2) Perawat

Dalam tahap penyampaian atau distribusi obat kepada PRT dalam

rangkaian proses penggunaan obat, apoteker memberikan informasi

obat tentang berbagai aspek oabt pasien, terutama tentang pemberian

obat. Perawat adalah profesional kesehatan yaang paling banyak

berhubungan dengan pasien karena itu, perawatlah yang pada

umumnya yang pertama mengamati reaksi obat merugikan atau

mendengar keluhan mereka. Apoteker adalah yang paling siap,

berfungsi sebai sumber informasi bagi perawat. Informasi yang

dibutuhkan perawat pada umumnya harus praktis, seera, dan ringkas,


misalnya frekuensi pemberian dosis, metode pemberian obat, efek

samping yang mungkin, penyimpanan obat, inkompatibilitas campuran

sediaan intravena, dll (Siregar, 2004).

3) Pasien

Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya adalah

informasi praktis dan kurang ilmiah dibandingkan dengan informasi

yang dibutuhkan profesional kesehatan. Informasi obat untuk PRT

diberikan apoteker sewaktu menyertai kunjungan tim medik ke ruang

pasien; sedangkan untuk pasien rawat jalan, informasi diberikan

sewaktu penyerahan obatnya. Informasi obat untuk pasien pada

umumya mencangkup cara penggunaan obat, jangka waktu

penggunaan, pengaruh makanan pada obat, penggunaan obat bebas

dikaitkan dengan resep obat, dan sebagainya (Siregar, 2004).

4) Apoteker

Setiap apoteker suatu rumah sakit masing-msaing mempunyai

tugas atau fungsi tertentu, sesuai dengan pendalaman pengetahuan

pada bidang tertentu. Apoteker yang langsung berinteraksi dengan

profesional kesehatan dan pasien, seing menerima pertanyaan

mengenai informasi obat dan pertanyaan yang tidak dapat dijawabnya

dengan segera, diajukan kepada sejawat apoteker yang lebih

mendalami pengetahuan informasi obat. Apoteker apotek dapat


meminta bantuan informasi obat dari sejawat di rumah sakit (Siregar,

2004).

5) Kelompok, Tim, Kepanitiaan, dan Peneliti

Selain kepada perorangan, apoteker juga memberikan informasi

obat kepada kelompok profesional kesehatan, misalnya mahasiswa,

masyarakat, peneliti, dan kepanitiaan yang berhubungan dengan obat.

Kepanitiaan di rumah sakit yang memerlukan informasi obat antara

lain, panitia farmasi dan terapi, panitia evaluasi penggunaan obat,

panitia sistem pemantauan kesalahan obat, panitia sistem pemantauan

dan pelaporan reaksi obat merugikan, tim pengkaji penggunaan oabt

retrospektif, tim program pendidikan “in-service” dan sebagainya

(Siregar, 2004).

f. Kategori PIO

Lingkup jenis pelayanan informasi obat disuatu rumah sakit,

antara lain seperti tertera dibawah ini:

1) Pelayanan Informasi Obat untuk Menjawab Pertanyaan

Penyedia informasi obat berdasarkan permintaan, biasanya

merupakan salah satu pelayanan yang pertama dipertimbangkan.

Pelayanan seperti ini memungkinkan penanya dapat memperoleh

informasi khusus yang dibutuhkan tepat pada waktunya. Sumber


informasi dapat dipusatkan dalam suatu sentra informasi obat di

instalasi farmasi rumah sakit.

2) Pelayana Informasi Obat untuk Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi penggunaaan obat adalah suatu program jaminan mutu

pengguna obat di suatu rumah sakit. Suatu program evaluasi

penggunaan obat memerlukan standar atau kriteria penggunaan obat

yang digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi ketepatan atau

ketidak tepatan penggunaan obat. Oleh karena itu, biasanya apoteker

informasi obat memainkan peranan penting dalam pengenbangan

standar atau criteria penggunaan obat.

3) Pelayanan Informasi Obat dalam Studi Obat Investigasi

Obat investigasi adalah obat yang dipertimbangkan untuk

dipasarkan secara komersial, tetapi belum disetujui oleh BPOM untuk

digunakan pada manusia. Berbagai pendekatan untuk mengadakan

pelayanan ini bergatung pada berbagai sumber rumah sakit. Tanggung

jawab untuk mengkoordinasikan penambahan, pengembangan, dan

penyebaran informasi yang tepat untuk obat investigasi terletak pada

suatu pelayanan informasi obat.

4) Pelayanan Informasi Obat untuk Mendukung Kegiatan Panitia

Farmasi dan Terapi

Partisipasi aktif dalam panitia ini merupakan peranan instalasi

farmasi rumah sakit yang vital dan berpengaruh dalam proses


penggunaan obat dalam rumah sakit. Hal ini dapat disiapkan dengan

memadai oleh suatu pelayanan informasi obat.

5) Pelayanan Informasi Obat dalam bentuk publikasi

Upaya mengkomunikasikan informasi tentang kebijakan

penggunaan obat dan perkembangan mutakhir dalam pengobatan

yang mempengaruhi seleksi obat adalah suatu komponen penting dari

pelayanan informasi obat. Untuk mencapai sasaran itu, bulletin

farmasi atau kartu informasi yang berfokus kepada suatu golongan

obat, dapat dipublikasikan dan disebarkan kepada professional

kesehatan

Ruang lingkup jenis pelayanan informasi rumah sakitdi suatu

rumah sakit, antara lain:

a. Pelayanan informasi obat untuk menjawab pertanyaan

b. Pelayanan informasi obat untuk mendukung kegiatan panitia

farmasi dan terapi

c. Pelayanan informasi obat dalam bentuk publikasi

d. Pelayanan informasi obat untuk edukasi

e. Pelayanan informasi obat untuk evaluasi penggunaan obat

f. Pelayanan informasi obat dalam studi obat investigasi


B. Kerangka Teori

Pelayanan Kesehatan
RS

Pelayanan
Eawat Inap Rawat Jalan Gawat Darurat Kefarmasian

Pelayanan
Informasi Obat

Pasien

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Pelayanan Pasien
Informasi Obat

Gambar 2. Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan deskriptif dengan

pendekatan cross sectional. enis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika

hubungan hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau

efeknya. Faktor risiko dan dampak atau efeknya diobservasi pada saat yang sama,

artinya setiap subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko

serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat observasi.

B. Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pelayanan

informat obat pada instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjnitrowardojo Purworejo.

C. Definisi Operasional

1. Pelayanan informasi obat adalah bentuk informasi yang diberikan oleh

petugas farmasi kepada pasien meliputi dosis obat, cara pake obat, indikasi,

efek samping, interaksi obat,, kontra indikasi, penyimpnan dan stabilitas obat.

2. Instalasi rawat jalan adalah instalasi pasien rawat jalan RSUD Dr.

Tjitrowardojo Purworejo
3. Pasien Rawat Jalan adalah pasien yang mendapatkan pelayanan pada poli

rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien instalasi rawat jalan

RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo. Jumlah populasi yang diambil adalah

rata-rata jumlah pasien rawta jalan per hari di RSUD Dr. Tjitrowardojo

Purworejo pada bulan Oktober 2018 sebanyak … orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakternya hendak

diselidiki. Pengambilan responden secara purposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan ciri atau sifatsifat populasi yang sudah

diketahui sebelumnya. Jumlah sampel ditentukan menggunakan formula

Slovin

Keterangan :

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

d = tingkat signifikansi
Kriteria inklusi

1. Pasien instalasi jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo

2. Mampu membaca dan menulis

3. Berusia dewasa (16 tahun atau lebih)

Kriteria ekslusi

1. Pasien tidak mau menjadi responden penelitian

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bagian pelayanan informasi obat pada

instalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo Purworejo pada bulan Oktober

sampai Desember 2018.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpul data

Alat pengumpulan data berupa kuesioner jenis check list yang berisi

pertanyaan tentang pelayanan informasi obat untuk diisi kepda pasien rawat

jalan yang dijadikan sampel penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dimulai dengan seleksi terhadap pasien rawat jalan

yang memenuhi kriteria inklusi. Kemuydian memberitahukan tujuan

penelitian dan melakukan inform consent. Responden yang menjadi sampel

penelitian diminta mngisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai


pelayanan informasi obat di isntalasi rawat jalan RSUD Dr. Tjitrowardojo

Purworejo

G. Metode Pengolahan dan Analisis data

Setelah data sudah terkumpul selanjutnya diolah menjadi bentuk presentase

dan disajikan dalam bentuk diagram atau tabel. Rumus yang digunakan adalah

rumus presentase yaitu:

𝑓
P = 𝑛 x 100%

Keterangan :

P = presentase
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ainul Yaqin, 2016. Evaluasi Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan


Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban.
Skripsi. Malang: Uin Maulana Malik Ibrahim
Anief, Moh. 2007. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Gadjah Mada University
Press.
Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Dirjen
Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes RI: Jakarta
Juliantini, E. dan Widayanti, S. 1996. Pelayanan Informasi Obat Rumah Sakit Umum
Daerah Dr Soetomo. Prosiding Kongres Ilmiah XI ISFI, 3-6 juli 1996: Jawa
Tengah.
Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan No. Hk. 00. Dj.
Ii. 924 Tentang Pembentukan Tim Penyusun Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Di Puskesmas.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/Sk/X/2004
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. KEMENKES RI :
Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 58 Tahun 2014 tentang Rumah
Sakit
Rantucci, JS. 2007. Pharmacist Talking With Patient. A Guide to Patient Conseling.
British Colombia. Canada.
Rina Adityawati. 2016. Evaluasi Pelayanan Informasi Obat Pada Pasien Rawat
Jalan Di Instalasi Farmasi Puskesmas Grabag I. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis,
Vol. I No. 2 Februari 2016. Halaman 1-2
Siregar, Charles. 2004. Farmasi Klinik Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC

Vous aimerez peut-être aussi