Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
( ) ( )
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan salah satu penyakit yang
menjadi masalah besar di dunia. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang
menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu
melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2009). buh gagal untuk
mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga
menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini
mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan
aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas sehingga kualitas hidup
pasien menurun (Bruner& Suddarth,2001).
Menurut Annual Data Repert United States Renal Data System yang
memperkirakan prevelensi ginjal gagal ginjal kronis mengalami peningkatan hamper
dua kali lipat dalam kurun waktu tahun 1998 – 2008 yaitu sekitar 20-25 % setiap
tahunnya (USRD,2008). Badan kesehatan dunia menyebutkan pertumbuhan penderita
gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika
Serikat, kejadian dan prevelensi gagal ginjal meningkat di tahun 2014. Data
menunjukan setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani hemodialysis karena
gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam satu juta orang Amerika adalah pasien
dialysis lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan bergantung
pada cuci darah 1,5 juta orang. Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita
gagal ginjal yang cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan
Nefrologi Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau
sebesar 25 juta penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal. Menurut
Ismail, Hasanuddin & dan Bahar (2014) jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia
sekitar 150 ribu orang dan yang menjalani hemodialysis 10 ribu orang. Prevelensi gagal
ginjal kronik berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2% dan Sulawesi
Utara menempati urutan ke 4 dari 33 propinsi dengan prevalensi 0,4% pada tahun 2013
(Riskesdas, 2013).
B. Rumusan Masalah
Melihat banyaknya penderita gagal ginjal yang terjadi di RSHS baik yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal, maka dari itu penulis ingin mendalami lebih
lanjut mengenai penyakit Gagal Ginjal dengan merumuskan suatu masalah yaitu
bagaimana memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan : Gagal Ginjal di RSHS.
C. Tujuan
1. Pengkajian pada pasien dengan gagal ginjal
2. Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan gagal ginjal
3. Penyusunan intervensi keperawatan yang tepat untuk pasien dengan gagal ginjal
4. Implementasi keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik
5. Evaluasi tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal
6. Pendokumentasian tindakan yang telah dilakukan pada pasien dengan gagal ginjal
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri
dan orang disekitarnya agar tidak terkena gagal ginjal, bahwa gagal ginjal adalah
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
maninfestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Digunakan sebagai salah satu contoh hasil dalam melakukan tindakan
keperawatan bagi pasien khususnya dengan gangguan sistem perkemihan gagal
ginjal.
b. Bagi Perawat
Bagi perawat yaitu perawat dapat menentukan diagnosa dan intervensi
keperawatan yang tepat pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan gagal
ginjal.
c. Bagi pasien dan keluarga
Agar pasien dan keluarga mengetahui gambaran umum tentang gangguan
sistem perkemihan gagal ginjal beserta perawatan yang benar bagi klien agar
penderita mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Penyebab utama gagal ginjal ginjal kronik sangat bervariasi antara satu negara dengan
negara lain. Penyebab utama gagal ginjal kronik di Amerika Serikat diantaranya yaitu
Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyebab terbesar gagal ginjal kronik sebesar
37% sedangkan tipe 1 7%. Hipertensi menempati urutan kedua sebesar 27%. Urutan
ketiga penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefrtitis sebesar 10%, nefrtitis
interstisialis 4%, dilanjutkan dengan nefritis interstisialis, kista, neoplasma serta
penyakit lainnya yang masing-masing sebesar 2% (Brunner & Suddarth, 2008).
C. Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses yang terjadi sama. Pengurangan
massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih
tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul
vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya
hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus.
Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi kehilangan daya cadang
ginjal (renal reserve), dimana basal Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau
dapat meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai
pada LFG sebesar 30%. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan terjadinya penurunan
fungsi ginjal, produk akhir metabolik yang seharusnya dieksresikan ke dalam urin,
menjadi tertimbun dalam darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia.
Terjadinya uremia dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan
produk metabolik (sampah), maka gejala akan semakin berat (Brunner & Suddarth,
2008).
E. Asuhan keperawatan
a. Data Fokus Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi.
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu
kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan
lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/
zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius
bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah
atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung
kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah,
mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi
basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan
Capillary Refill lebih dari 1 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat / uremia,
dan terjadi perikarditis.
b. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : pasien mengatakan GGK Kelebihan
kesulitan bernafas volume cairan
Do : Edema Proteinuria
Tekanan darah
Perbahan turgor kulit Kadar protein menurun
Distensi abdomen
Penurunan tekanan osmotik
Edema
c. Masalah Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan
2. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Ketidakefektipan pola napas
4. Resiko penurunan curah jantung
d. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan retensi cairan dan natrium.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
3. Ketidakefektipan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru
4. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi pembuluh darah
e. Rencana Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Silo Prasetyo
No RM : 0000318277
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Sunda
Alamat Rumah : Jl. Gatot Subroto Binong Kulon VI No 242
Sumber Biaya : BPJS Non PBI
Tanggal masuk RS : 21 Januari 2019
Diagnosa Medis : CKD stage V, Hypertensi Renal Disease, CAD,
Hepatitis C Kronik
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. Dyah Galuh
Umur : 34 Tahun
Hubungan dengan Pasien : Istri Klien
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Gatot Subroto Binong Kulon VI No 242
HEMATOLOGI
Hemoglobin 8,2 14-17,4
Hematokrit 25,9 41,5-50,4
Leukosit 9,54 4,50-11,0
Eritrosit 2,96 4,4-6,0
Trombosit 153 150-450
INDEX ERITROSIT
MCV 87,5 80-96
MCH 27,7 27,5-33,2
MCHC 31,7 33,4-35,5
KIMIA
GDS 65 Kurang dari 140
Kreatinin 16,84 0,80-1,30
Ureum 115 15,0-39
Natrium 1393,89 135-145
Kalium 6,60 3,5-5,1
posfor 4,3 2,5-4,9
V. TERAPI FARMAKOLOGI
a. Amlodipine 10 mg PO
b. Aspilet 1x 5 mg PO
c. Bisoprolol 1x5 mg PO
d. Clouidin 3x0,15 mg PO
e. Bicnat 3x500 mg PO
gangguan perfusi
jaringan perifer
Kelebihan volume
cairan
B. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
VIII. IMPLEMENTASI
B. Saran
1. bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
dengan CKD sesuai dengan perkembangan ilmu.
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan CKD
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat kepada
pasien dengan CKD sesuai dengan perkembangan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA