Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang
disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga
merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis. Ketoasidosis diabetik ini diakibatkan oleh
defisiensi berat insulin dan disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat
dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius
pada diabetes ketergantungan insulin.
Ketoasidosis diabetukum lebih sering terjadi pada usia <65 tahun.
Ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.
Surveillance Diabetes Nasional Program Centers for Disease Control (CDC)
memperkirakan bahwa ada 115.000 pasien pada tahun 2003 di Amerika Serikat,
sedangkan pada tahun 1980 jumlahnya 62.000. Di sisi lain, kematian KAD per
100.000 pasien diabetes menurun antara tahun 1985 dan 2002 dengan
pengurangan kematian terbesar di antara mereka yang berusia 65 tahun atau lebih
tua dari 65 tahun. Kematian di KAD terutama disebabkan oleh penyakit
pengendapan yang mendasari dan hanya jarang komplikasi metabolik
hiperglikemia atau ketoasidosis.
Adanya gangguan dalam regulasi insulin dapat cepat menjadi ketoasidosis
diabetik manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa,
ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan
pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang
berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.

1. Perawatan pada pasien yang mengalami KAD antara lain meliputi rehidrasi,
pemberian kalium lewat infus, dan pemberian insulin. Beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi selama pengobatan KAD adalah edema paru,
hipertrigliseridemia, infark miokard akut, dan komplikasi iatrogenik. Komplikasi
iatrogenik tersebut ialah hipoglikemia, hipokalemia, edema otak, dan
hipokalsemia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi ketoasidosis diabetikum (KAD)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Ketoasidosis Diabetik adalah keadaan kegawatan atau akut dari DM tipe I ,


disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat
kekurangan atau defisiensi insulin,di karakteristikan dengan hiperglikemia, asidosis,
dan keton akibat kurangnya insulin (Stillwell, 1992).
KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 yang ditandai oleh
hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis
(produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskuler,
hiperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis
metabolik. Akibat defisiensi insulin absolut atau relatif, terjadi penurunan uptake
glukosa oleh sel otot, peningkatan produksi glukosa oleh hepar, dan terjadi
peningkatan metabolisme asam lemak bebas menjadi keton. Walaupun
hiperglikemia, sel tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
sehingga memerlukan konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton
untuk energi.

Ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akut yang di tandai dengan


perburukan semua gejala diabetes, ketoasidosis diabetikes merupakan keadaan
yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan di rumah sakit agar dapat
dilakukan koreksi terhadap keseimbangan cairan dan elektrolitnya. (Corwin,
2012)

Diuresis osmotik terjadi: mengakibatkan dehidrasi sel, hipotensi, kehilangan


elektrolit, dan asidosis metabolik gap anion. Kalium intraselular bertukar dengan
ion hidrogen ekstraselular yang berlebihan sebagai usaha untuk mengoreksi
asidosis yang menyebabkan hiperglikemia.

Kebanyakan kasus KAD dicetuskan oleh infeksi umum, antara influenza dan
infeksi saluran kemih. Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan kebutuhan
metabolik dan peningkatan kebutuhan insulin. Penyebab umum KAD lainnya
adalah kegagalan dalam mempertahankan insulin yang diresepkan dan/atau
regimen diet dan dehidrasi.

B. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Anamnese didapat :
a. Identifikasi klien.
b. Keluhan utama klien
Mual muntah
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
Menderita Diabetes Militus
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikososial
C. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Breath)
a. Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak). Tanda : Lapar udara, batuk
dengan/tanpa sputum purulen Frekuensi pernapasan meningkat.
2. B2 (Blood)
a. Tachicardi
b. Disritmia
3. B3 (Bladder) :
a. Awalnya poliuri dapat diikuti oliguri dan anuri
4. B4 (Brain)
a. Gejala : Pusing/pening, sakit kepala
b. Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia.
c. Gangguan penglihatan
d. Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
e. Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, aktifitas kejang (tahap
lanjut dari DKA)
5. B5 (Bowel)
a. Distensi abdomen
b. Bising usus menurun
6. B6 (Bone)
a. Penurunan kekuatan otot, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan
istrahat/tidur.
b. Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
c. Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitas

D. Prinip Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik

Penanganan KAD (ketoasidosis diabetikum) memerlukan pemberian tiga agen


berikut:

1. Cairan
Pasien penderita KAD biasanya mengalami depresi cairan yang hebat.
NaCl 0,9 % diberikan 500-1000 ml/jam selama 2-3 jam. Pemberian cairan
normal salin hipotonik (0,45 %) dapat digunakan pada pasien-pasien yang
menderita hipertensi atau hipernatremia atau yang beresiko mengalami gagal
jantung kongestif. Infus dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200-500
ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam selanjutnya.
2. Insulin
Insulin intravena paling umum dipergunakan. Insulin intramuskular
adalah alterantif bila pompa infusi tidak tersedia atau bila akses vena
mengalami kesulitan, misalnya pada anak anak kecil. Asidosis yang terjadi
dapat diatasi melalui pemberian insulin yang akn menghambat pemecahan
lemak sehingga menghentikan pembentukan senyawa-senyawa yang bersifat
asam. Insulin diberikan melalui infus dengan kecaptan lambat tapi kontinu (
misal 5 unti /jam). Kadar glukosa harus diukur tiap jam. Dektrosa
ditambahkan kedalam cairan infus bila kadar glukosa darah mencpai 250 –
300 mg/dl untuk menghindari penurunan kadar glukosa darah yang terlalu
cepat.

3. Potassium

Meskipun ada kadar potassium serum normal, namun semua pasien


penderita KAD mengalami depresi kalium tubuh yang mungkin terjadi secara
hebat. Input saline fisiologis awal yang tinggi yakni 0.9% akan pulih kembali
selama defisit cairan dan elektrolite pasien semakin baik. Insulin intravena
diberikan melalui infusi kontinu dengan menggunakan pompa otomatis, dan
suplemen potasium ditambahkan kedalam regimen cairan. Bentuk penanganan
yang baik atas seorang pasien penderita KAD (ketoasidosis diabetikum)
adalah melalui monitoring klinis dan biokimia yang cermat.

E. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Diagnosis Keperawatan Prioritas & Komplilkasi Potensial


Diagnosis Keperawatan
Komplikasi Potensial
Prioritas
Resiko kekurangan volume KP: Hipovolemia, penurunan curah jantung,
cairan ketidakseimbangan elektrolit
Resiko cedera KP: Hiperglikemia, asidosis metabolik
Resiko ketidakseimbangan KP: Keseimbangan nitrogen negatif
nutrisi
Resiko gangguan proses
keluarga
1. Diagnosis Keperawatan

Defisit nutrisi b.d Kurangnya asupan oral yang adekuat

Intervensi Nanda Nic Noc


tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 Jam masalah
keperawatan dapat teratasi

Kriteria hasil :
1. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal.
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada ada rasa haus yang berlebihan
4. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
5. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
6. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
7. pH urin dalam batas normal
8. Intake oral dan intravena adekuat

Intervensi :
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ), jika diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
urin, albumin, total protein )
4. Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
5. Kolaborasi pemberian cairan IV
6. Monitor status nutrisi
2. Diagnosis Keperawatan:
Resiko cedera b.d perubahan status mental sekunder akibat asidosis,
ketidakseimbangan elektrolit, dan gangguan penggunaan glukosa sekunder akibat
kekurangan insulin

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 masalah


keperawatan teratasi

Intervensi menurut NANDA Nic Noc


1. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan
aktifitas, penampilan, balutan mata.
2. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit
sesuai keinginan.
3. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
4. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari
anestesi.

3. Diagnosis Keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Menurut Nanda Nic Noc


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, masalah
keperawatan dapat teratasi

Kriteria Hasil :
 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berat

Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan

Kriteria Hasil

 Berat badan target stabil


 Prealbumin 15-32 mg/dl
 Albumin serum 3,5-5 g/dl
 Transferin serum > 200 mg/dl
 Limfosit >1.500 sel/mm3
 Keseimbangan nitrogen positif
Intervensi

1. Kaji kebutuhan energi dengan menggunakan persamaan Harris-Benedict atau


bantu dengan kalorimetri tidak langsung. Kebutuhan kalori untuk pasien sakit
kritis didasarkan pada berat badan aktual dan diperkirakan sekitar 20 sampai
30 kcal/kg.
2. Hitung berat badan ideal dengan rumus berikut: 50 kg (pria) atau 45 kg
(wanita) = 2,3 (untuk setiap inci di atas 5 kaki) ± 10%.
3. Bandingkan berat badan serial; perubahan yang cepat (0,5 sampai 1,0 kg/hari)
menunjukkan ketidakseimbangan cairan dan bukan ketidakseimbangan antara
kebutuhan nutrisi dan asupan.
4. Kaji status GI: muntah, diare, atau nyeri abdomen dapat mengganggu absorpsi
nutrisi.
5. Tinjau profil nutrisi untuk mengevaluasi respons pasien terhadap terapi.

4. Diagnosa Keperawatan:
Risiko Gangguan proses keluarga

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 Jam masalah


keperawatan dapat teratasi
Kriterial Hasil
 Keluarga akan menyatakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi.
 Keluarga akan memperlihatkan perilaku koping yang adekuat.

Intervensi
1. Perkenalkan diri anda kepada keluarga dan siapkan keluarga untuk
menghadapi lingkungan unit perawatan intensif (ICU). Antisipasi kebutuhan
pelayanan pendukung untuk pasien dan keluarga selama krisis ini. Sediakan
kontinuitas pemberi perawatan kapan pun memungkinkan.
2. Tunjukkan kompetensi dalam merawat kerabat mereka. Keluarga ingin
dinyakinkan bahwa perawatan yang sebaiknya mungkin diberikan kepada
kerabat mereka.
3. Tunjukan pengetahuan personal tentang pasien. Hormati keyakinan agama
dan budaya dan integrasikan keyakinan tersebut dalam asuhan keperawatan.
4. Lakukan pendekatan pada keluarga dengan sikap relaks dan humanistik serta
berikan informasi dengan sering tanpa menunggu untuk ditanya. Dengarkan
ungkapan ketakutan, kemarahan, atau ansietas mereka. Hindari jawaban yang
defensi. Berikan waktu kepada keluarga meninggalkan tempat tidur untuk
melepaskan kekhawatiran mereka. Jawab pertanyaan dengan jujur dan berikan
fakta dengan sering tentang kondisi kerabat mereka. Antisipasi mengulangi
informasi dan memberikan waktu untuk mereka memahami informasi selama
periode krisis ini.
5. Kaji titik kritis atau titik resiko yang dapat memengaruhi harapan keluarga
dan kepuasan (mis., keluarga yang mengungkapkan kemarahan, pasien yang

Intervensi Keperawatan NIC :


1. Konseling
2. Peningkatan perkembangan
3. Dukungan emosional
4. Promosi integritas keluarga
5. Mobilisasi keluarga
6. Pemeliharaan proses keluarga
7. Dukungan keluarga
8. Promosi normalisasi
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

KAD merupakan komplikasi akut diabetes melitus tipe 1 yang ditandai oleh
hiperglikemia, lipolisis yang tidak terkontrol (dekomposisi lemak), ketogenesis
(produksi keton), keseimbangan nitrogen negatif, deplesi volume vaskuler,
hiperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit yang lain, serta asidosis metabolik

Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali
adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan
pencegahan ketoasidosis berulang.

Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya KAD adalah pankreatitis akut,
penggunaan obat golongan steroid, serta menghentikan atau mengurangi dosis
insulin. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :

Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya


jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton.

Faktor-faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis


diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin.
Semua gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD)
adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.

Respons neurologis dapat berakisar dari sadar sampai koma. Frekuensi


pernapasan mungkin cepat, atau pernapasan mungkin dalam dan cepat (kusmaul)
dengan disertai napas aseton berbau buah. Pasien akan mengalami dehidrasi dan
dapat mengeluh sangat haus, poliuria, dan kelemahan

5.2 Saran

Semoga makalah ini bisa memberikan tambahan pengetahuan serta dapat menambah
ketrampilan kita sebagai perawat untuk lebih professional dalam melayani klien
dengan kasus KAD. Semoga makalah ini dapat kita aplikasikan oleh kita sebagai
perawat dalam pelayanannya, dan menambah wawasan baru untuk kita.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth,2012. Buku Saku Patofisiologi . EGC. Jakarta


Stillwell. 2012. Pedoman keperawatan kritis. EGC. Jakarta
Wilkinson Ahern. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, Diagnosis
NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC, EGC; Jakarta
Askep diabetic ketoacidosis. www.blogger-blogspot.com
Doengoes, E Marilyun, 1980. Nursing Care Plans, Second Edition. F.A Davis:
Philadelphia
Fisher, JN, Shahshahani, MN. Kitabchi, AE, Diabetic ketoacidosis low-doss insulin
therapy by various routes. www.contect.nejm.org
Harden,R,D Quinn,N.D Emergency management of diabetic ketoacidosis in adults.
www.nebi_nlm_nih.gov
Hidayat. Ketoasidosis DM. www.hidayat2.wordpress.com
Highbeam. Article. The clinical management of diabetic ketoacidosis in adults
(Clinical). www.higjbeam.com
Journal watch specialities. Diabetic ketoacidosis protocol – is it beneficial?.
www.emergency-medicine.jwatch.org
Jurnal kedokteran. Ketoasidosis diabetic ancam kehidupan.
www.jurnalilmiahkedokteran.blogspot.com
Jurnal kedokteran media medika Indonesia FK UNDIP. Patofisiologi komplikasi
vascular diabetes mellitus.www.mediamedika.net
Patologi ketoasidosis diabetic.www.id.sbvchng.com
Pillai,I., Husainy, S.M.K, Ramadhani,K. Diabetic ketoasidosis associated with
atypical anti[sychotic drug, elazapino treathment, Report of a Case and Review of
Literature. www.jscm.org

Vous aimerez peut-être aussi