Vous êtes sur la page 1sur 9

ANGINA PEKTORIS STABIL

Dewasanya suatu pola hidup yang tidak sehat tentunya akan menimbulkan berbagai
macam permasalahan kesehatan. Utamanya bagi sistem kardiovaskuler. Keluhan utama yang
sering terjadi pada gangguan sistem kardiovaskuler ialah nyeri dada, berdebar-debar dan sesak
napas. Keluhan tambahan lainnya yang mungkin menyertai keluhan utama ialah perasaan cepat
lelah, kemampuan fisik menurun dan badan sering terasa lemas, perasaan seperti mau pingsan
(fainting) atau sinkope, kaki rasa berat atau membengkak, perut kembung atau membuncit
disertai kencing yang berkurang, kadang-kadang terlihat kebiruan (cyanotic spells), batuk atau
hemoptisis dengan dahak yang kemerahan, sering berkeringat dingin dan lemas dengan
perasaan tidak enak pada perut bagian atas.

Salah satu jenis gangguan pada sistem kardiovaskuler yang dibahas dalam makalah ini
yakni angina pectoris. Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis dimana terjadi sakit dada
yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri.
Sakit dada tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan aktivitas dan segera menghilang
bila pasien beristirahat.

Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi mekanisme


terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami perubahan dari tahun ke tahun,
akan tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3 tipe angina:

1. Angina Pektoris Stabil (Angina Klasik)

Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan ini, obstruksi
koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti waktu istirahat. Akan tetapi bila
kebutuhan aliran darah melebihi jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut, akan tetapi
iskemik dan timbul gejala angina. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat
meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung sehingga kebutuhan
O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara dingin dan makan yang banyak.

2. Variant Angina (Angina Prinzmetal)

Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat penurunan suplai
O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru menunjukkan terjadinya obsruksi yang
dinamis akibat spasme koroner baik pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan
obstruksi koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai
penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable Angina (Angina Tak Stabil/ATS)

Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina dekubitus, Angina
kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan
kelompok suatu keadaan yang dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif,
sebelumnya dengan angina stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi pada saat
istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang
mempunyai ciri tersendiri.
II. 1. DEFINISI

Angina pektoris stabil merupakan suatu sindroma klinis berupa rasa tidak nyaman di
dada, rahang, bahu, punggung, atau lengan yang timbul saat aktifitas atau stress emosional
yang berkurang dengan istirahat atau nitrogliserin.

II. 2. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat, kurang lebih 50% dari Penderita Jantung Koroner (PJK)
mempunyai manifestasi angina pektoris. Jumlah angina pektoris sulit diketahui. Dilaporkan
bahwa insiden angina pektoris pertahun pada penderita di atas 3 tahun sebesar 213 penderita
per 100.000 penduduk.

II. 3. ETIOLOGI

Angina pektoris stabil terjadi karena suplai oksigen yang dibawa oleh aliran darah
koroner tidak mencukupi kebutuhan oksigen miokardium. Hal ini terjadi bila kebutuhan
oksigen miokardium meningkat (misalnya karena kerja fisik, emosi, tirotoksikosis, hipertensi),
atau bila aliran darah koroner berkurang (misalnya pada spasme atau trombus koroner) atau
bila terjadi keduanya. Faktor-faktor resiko:

1. Kelebihan aktifitas

2. Kelelahan

3. Rokok

4. Stress

5. Obesitas

6. Terlalu kenyang

7. Hawa udara yang terlalu panas dan lembab

8. Tidak berolahraga

9. Hipertensi atau tekanan darah tinggi


II. 4. PATOMEKANISME

Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidakadekuatan suply oksigen


ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena kekauan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab aterosklerosis,
namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga
meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot jantung. Namun apabila
arteri koroner mengalami penyempitan akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah) miokardium.

Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida)


yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini
dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat
penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang. Penyempitan atau blok ini
belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan
lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang. Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium
dan menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai
oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi.
Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.

II. 5. MANIFESTASI KLINIK

Penderita mengeluh nyeri dada yang beragam bentuk dan lokasinya. Nyeri berawal
sebagai rasa terhimpit, rasa terjepit atau rasa terbakar yang menyebar ke lengan kiri bagian
dalam dan kadang sampai ke pundak, bahu dan leher kiri, bahkan dapat sampai ke kelingking
kiri. Perasaan ini dapat pula menyebar ke pinggang, tenggorokan rahang gigi dan ada juga
yang sampaikan ke lengan kanan.
Rasa tidak enak dapat juga dirasakan di ulu hati, tetapi jarang terasa di daerah apeks
kordis. Rasa nyeri dapat disertai beberapan atau salah satu gejala berikut ini:

1. Berkeringat dingin.
2. Mual dan muntah.
3. Rasa lemas.
4. Berdebar.
5. Rasa akan pingsan (fainting).

Biasanya angina timbul saat melakukan kegiatan fisik (angina stabil). Serangan ini akan
hilang bila penderita menghentikan kegiatan fisik tersebut dan beristirahat. Serangan
berlangsung hanya beberapa menit (1 – 5 menit) tetapi bisa sampai lebih dari 20 menit.

Nyeri angina sifatnya konstan. Bila terjadi perubahan misalnya lama serangan
bertambah, nyeri lebih hebat, ambang timbulnya serangan menurun atau serangan datang saat
bangun tidur, maka gangguan ini perlu diwaspadai. Perubahan ini mungkin merupakan tanda
prainfark (angina tidak stabil).

Suatu bentuk ubahan (variant) yang disebut angina Prinzmetal biasanya timbul saat
penderita sedang istirahat. Angina dikatakan bertambah berat apabila serangan berikutnya
terjadi sesudah kerja fisik yang lebih ringan, misalnya sesudah makan. Ini tergolong juga
angina tidak stabil. Pemeriksaan fisik diluar serangan umumnya tidak menunjukkan kelainan
yang berarti. Pada waktu serangan, denyut jantung bertambah, tekanan darah meningkat dan
di daerah prekordium pukulan jantung terasa keras. Pada auskultasi, suara jantung terdengar
jauh, bising sistolik terdengar pada pertengahan atau akhir sistol dan terdengar bunyi keempat.

Nyeri yang berasal dari jantung memiliki karakteristik tersendiri seperti dibawah ini:

a. Rasa sesak di sekitar dada


b. Rasa tertekan di dalam dada
c. Dada terasa berat dan terikat.
d. Perasaan seperti dipelintir
e. Perasaan kencang yang membuat sulit bernapas
f. Nyeri tajam seperti pisau dan munculnya seperti tusukan
g. Nyeri berjalan cepat melintang dada
h. Nyeri bertahan sepanjang hari, bahkan ketika beristirahat
II. 6. DIAGNOSIS

Untuk membedakan nyeri dada akibat Angina Pektoris atau penyakit lain yang paling
awal adalah dengan melakukan anamnesis terperinci mengenai keluhan utama yang dirasakan.
Seperti lokasi nyeri dada, karena lokasi nyeri dada pada Angina juga bisa dirasakan sama pada
orang dengan gastritis (letaknya di regio epigastrium pada abdomen). Meskipun pada gastritis
bukan lagi di regio thorax melainkan di regio abdomen, namun kebanyakan pasien sulit
membedakan lokasi nyerinya, sehingga sering terjadi missed diagnostik.

Untuk kualitas nyeri dada pada Angina Pektoris adalah nyeri tumpul atau nyeri seperti
tertindih beban berat, dimana kualitas nyeri ini dapat dibedakan dengan nyeri akibat trauma
thorax, carsinoma, penyakit paru, maupun penyakit jantung lain. Untuk nyeri dada yang
dirasakan nyeri yang tajam biasanya dirasakan pada kasus pleuritis pada pasien tersangka TB.
Untuk pasien asma bronkhial biasanya dirasakan nyeri dada seperti terikat dan sesak nafas.

Untuk membedakan Angina Pektoris stabil dan tak stabil dilihat dari awitan nyeri
dadanya, sedangkan untuk untuk penyebab nyeri dipertimbangkan apakah berasal dari jantung
(akibat iskemi miokard) atau akibat kondisi di luar jantung (emoboli paru, refluks esofageal,
di seksi Arta, pleuritis, atau penyakit pernafasan lain).

Selain tentang keluhan utama, perlu digali lebih lanjut mengenai riwayat nyeri dada
sebelumnya, riwayat penyakit lain (diabetes, hipertensi, dislipidemia, merokok), riwayat
keluarga (riwayat gagal jantung iskemi atau IHD / iskemia heart failure, kematian mendadak),
dan juga riwayat obat-obatan pasien.

Pemeriksaan fisik yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital yang meliputi
pemeriksaan tensi, nadi, suhu dan pernafasan, dan pemeriksaan fisik jantung yang meliputi
inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi.

II. 7. PEMERIKSAAN LAB

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain EKG, pemeriksaan


laboratorium, ekokardiografi, dan angiografi koroner. Pada pemeriksaan EKG bisa didapatkan
gambaran iskemi yaitu ST depresi, T inverse, atau keduanya.

Pada pemeriksaan laboratorium penanda paling penting adalah troponin T atau I, dan
CK-MB. Dianggap terjadi mionekrosis apabila troponin positif dalam sejak awitan 24 jam dan
menetap hingga 2 minggu. CK-MB berguna untuk menunjukkan proses infak yang meningkat
dalam beberapa jam dan kembali normal dalam 48 jam.

Pemeriksaan ekokardiografi digunakan untuk menganalisis fungsi miokardium


segmentalbila serangan terjadi pada penderita Angina Pektoris stabil kronik atau bila pernah
terjadi infark miokar sebelumnya. Ekokardiografi bermanfaat untuk memperlihatkan ada
tidaknya stenosis aorta atau kardiomipati hipertrofi yang terjadi pada pasien dengan murmur
sistolik. Selidiki juga dapat memperlihatkan luasnya iskemia bila dilakukan pemeriksaan saat
nyeri dada sedang berlangsung.

Angiografi koroner diperlukan pada pasien dengan Angina Pektoris stabil kelas 3-4
meskipun telah mendapatkan terapi atau pasien risiko tinggi tanpa mempertimbangkan
beratnya Angina.

II. 8. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama pengobatan adalah mencegah kematian dan terjadinya serangan jantung
(infark). Sedangkan yang lainnya adalah mengontrol serangan angina sehingga memperbaiki
kualitas hidup.

Pengobatan terdiri dari farmakologis dan non farmakologis seperti pennurunan BB dan
lain-lain, termasuk terapi repefusi dengan cara intervensi atau bedah pintas (CBAG). Bila ada
2 cara terapi yang sama efektif mengontrol angina maka yang dipilih adalah terapi yang
terbukti lebih efektif mengurangi serangan jantung dan mencegah kematian. Pada stenosis LM
misalnya, bedah pintas koroner lebih dipilih karena lebih efektif mencegah kematian.

Memang kebanyakan terapi farmakologis adalah untuk segera mengontrol angina dan
memperbaiki kualitas hidup, tetapi belakangan telah terbukti adanya terapi farmakologis yang
mencegah serangan jantung dan kematian.

1.Farmakologis

 Angina
 Penyekat beta
 Angiotensin converting enzyme, terutama bila disertai hipertensi atau disfungsi LV
 Pemakaian obat-obatan untuk penurunan LDL pada pasien-pasien dengan LDL> 130
mg/dL (target <100 mg/dL)
 Nitrogliserin semprot/sunlingual untuk mengontrol angina
 Antagosis kalsium atau nitrat jangka panjang dan kombinasinya untuk tambahan beta
blocker apabila ada kontraindikasi penyekat beta, atau efek samping tak dpat ditolerir
atau gagal.
 Klopidogrel untuk pengganyi aspirin yang terkontraindikasi mutlak.
 Antagonis Ca nonnhidropiridin long acting sebagai pengganti penyekat beta untuk
terapi permulaan.

2.Non Farmakologis

Disamping pemberian oksigen dan istirahat pada waktu datangnya serangan angina
misalnya, maka hal-hal yang telah disebut diatas seperti perubahan life style (termasuk
berhentu merokok dan lain-lain), penurunan BB penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-
lain, merupakan terapi non farmakologis yang dianjurkan.

Semuanya ini termasuk pula perlunya pemakaian obat secra terus-menerus sesuia yang
disarankan oleh dokter dan mengontrol faktor risiko, serta tidak perlu mengikutsertakan
keluarganya dalam pengobatan pasien, dapat dimasukkan juga ke dalam edukasi.

II. 9. PROGNOSIS

Umumnya pasien dengan angina pektoris dapat hidup bertahun-tahun dengan hanya
sedikit pembatasan dalam kegiatan sehari-hari. Mortalitas bervariasi dari 2% - 8% setahun.
Apalagi dengan angina pectoris stabil dimana hanya dengan beristirahat sudah dapat sembuh
dan angka kematianpun akan sangat kecil kemungkinannya.

Faktor yang mempengaruhi prognosis adalah beratnya kelainan pembuluh koroner.


Pasien dengan penyempitan di pangkal pembuluh koroner kiri mempunyai mortalitas 50%
dalam lima tahun. Hal ini jauh lebih tinggi dibandingkan pasien dengan penyempitan hanya
pada salah satu pembuluh darah lainnya. Juga faal ventrikel kiri yang buruk akan memperburuk
prognosis. Dengan pengobatan yang maksimal dan dengan bertambah majunya tindakan
intervensi dibidangkardiologi dan bedah pintas koroner, harapan hidup pasien angina pektoris
menjadi jauh lebih baik.
II. 10. PENCEGAHAN

Dalam kebanyakan kasus, pencegahan terbaik adalah mencegah sesuatu yang dapat
menyebabkan serangan angina tersebut. Mulai dari mengontrol berat badan, kadar kolesterol
darah, tekanan darah, merokok, aktivitas yang berlebih dan lain-lain yang menjadi penyebab
timbulnya angina pektoris. Jika ia telah diberi obat darah tinggi oleh dokter, kepatuhan adalah
suatu keharusan dan harus menjadi prioritas.

Vous aimerez peut-être aussi