Vous êtes sur la page 1sur 2

ontoh kasus etika dalam keperawatan ketika menghadapi masalah euthanasia :

Di suatu rumah sakit terdapat seorang pasien dengan keadaan koma, kerena ada permasalahn
dalam betabg otaknya. Pasien tersebut hanyan dapat hidup dengan menggunakan alat bantu
mekanik. Dokter berkeyakinan bahwa penyakit itu tidak bisa disembuhkan, maka setelah
bermusyawarah dengan keluarga klien, dokter menyarankan untuk melepas alat-alat bantu
mekanik tersebut dan meminta perawta untuk melakukan tindakan itu. Dengan tanpa
pertimbangan yang panjang si perawat langsung melakukan tindakan tersebut sehingga tak
berselang lama pasien pun meninggal dunia. Terlepas dari kejadian itu sebenarnya perawata
mengalami pilihan yang sulit antara menjalankan tindakan dan tidak menjalankan tindakan
karena sebagai manusia biasa perawat pun masih meyakini bahwa tindakan tersebut
memerlukan pertanggungjawaban kepada tuhan yang maha esa ataupun kepada pengadilan
atsa perbuatan yang dilakukan itu, namun disisi lain perawat juga harus menjalankan
tindakan yang dirasa terbaik dari sisi medis dan pertimbangna keluarga.

PEMBAHASAN
Dalam kasus ini seharusnya perawat tidak begitu saja melakukan tindakan tersebut,
tapi dengan posisi sebagai perawat, seharusnya perawat tersebut menimbang kembali alasan-
alasan dan akibat-akibatnya jika tindakan tersebut harus terpaksa dilakukan.
Peran perawat seharusnya dijalankan dalam menghadapi kasus seperti ini diantaranya :
1. Sebagai Conselor, yaitu perawat memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada pihak
keluarga bahwa eutanasia bukanlah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalah. Perawat
bisa memberikan saran-saran lain kepada keluarga. Dan jika eutanasia tetap dilakukan, maka
perawat tersebut melanggar perannya.
2. Sebagai Advocat, yaitu perawat memberikan pembelaan terhadap hak-hak pasien untuk
hidup dan meneruskan kehidupannya itu. Dalam hal ini kita dapat memberikan pendapat
kepada dokter yang memutuskan tindakan itu agar dokter mempertimbangkan lagi keputusan
itu bukan sebagai keputusan terakhir yang harus dilakukan.
Sesuai dengan tinjauan teori di atas, bahwa banyak aspek yang menjadi pertimbangan
perawat dalam menyikapi eutanasia diantaranya adlah aspek hukum, dalam hal ini kita tahu
bahwa KUHP banyak membahas ketentuan tentang penghilangan nyawa seseorang.
Dipandang dari segi hak azasi, tentunya pasien bagaimanapun kondisinya masih
mempunyai hak untuk hidup. Kematian yang disebabkan oleh eutanasia sudah tentu
melanggar hak azasi pasien untuk hidup.
Dari segi ilmu pengetahuan, kehidupan itu memang harus dipertahankan bagaimanapun
caranya. Karena pengetehaun medis dapat memperkirakan kemungkinan keberhasilan upaya
tindakan medis untuk mencapai kesembuhan ataupun pengurangan penderitaan pasien.
Sedangkan dari segi agama, kelahiran dan kematian adalah hak mutlak dari Tuhan,
sehingga tidak ada seorangpun di dunia ini yang mempunyai hak untuk memperpanjang atau
memperpendek umurnya sendiri, karena sesungguhnya hanya Tuhanlah yang berhak
menentukan kelariran dan kematian seseorang. Sedangkan menurut ahli agama, melarang
tindakan eutanasia apapun alasannya. Tenaga kesehatan termasuk peraweat yang melakukan
perintah dokter melakukan dosa besar dabn melawan kehendak Tuhan, yaitu memperpendek
umur.
Jadi dari beberapa alasan diatas dapat dikatakan bahwa eutanasia tidak boleh begitu saja
dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya dengan alasan apapun, karena hal itu
melawan kodrat alam dan kodrat Tuhan yang telah ada..

Vous aimerez peut-être aussi