Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Asma Bronkhiale tergolong penyakit saluran pernafasan kronik yang membutuhkan

perhatian khusus. Sebuah program pengendalian asma pun sangat diperlukan mengingat

penyakit ini tergolong serius. Di Indonesia, penyakit asma termasuk penyakit yang mendapat

perhatian khusus pemerintah. Program pengendalian asma bronkhial pun diatur dalam

Kepmenkes No. 1023/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Asma Bronkhial

(Martha, 2012).

Asma Bronkhial adalah penyebab tunggal terpenting untuk morbitas penyakit pernapasan

dan menyebabkan 2000 kematian/tahun. Pravelensinya sekarang sekarang sekitar 10-15%,

semakin meningkat di masyarakat barat. Insidensi mengi tertinggi pada anak-anak (Davey,

P.2006. Hal 178).

Untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap penyakit

Asma difasilitas pelayanan dasar, pedoman tersebut telah disempurnakan dengan menambahkan

beberapa standar kegiatan dalam program yang perlu dilakukan (Martha, 2012).

Data dunia menyatakan asma sebagai satu dari lima besar penyebab kematian, dengan

total penederita sebanyak 300 juta orang. Di Indonesia sekitar 12 juta orang menderita penyakit

yang ditandai dengan sesak. Bahkan di Indonesia, termasuk salah satu dari sepuluh penyakit

penyebab kematian terbesar (Republika, 2009).

Berdasarkan uraian diatas,penulis tertarik membuat Asuhan Keperawatan Kepada Klien

“Tn. K” umur 80 Tahun dengan Asma Bronkhiale di Puskesmas Buleleng III, Kabupaten

Buleleng, Bali

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan gambaran yang nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pada Klien “Tn. K”dengan Asma Bronkhiale melalui pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran tentang kasus Asma Bronkhiale yang dialami oleh Klien “Tn.

K”

b. Untuk mengetahui alternatif pengobatan pada pasien dengan Asma Bronkhiale.

C. Metode Pembahasan

1. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan kasus nyata pada

klien dengan Asma Bronkhiale di Puskesmas Buleleng III

2. Mendapatkan data dengan cara :

1) Wawancara langsung dengan pasien

2) Melakukan pengamatan langsung dan pemeriksaan fiisik

3. Studi Kepustakaan

Yaitu dengan mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan kasus yang

dialami.

D. Manfaat

1. Secara Teoritis

Penulisan ini untuk meningkatkan pemahaman mengenai Asma Bronkhiale serta

diagnosa keperawatan yang dialami pada Klien “Tn. K”

2. Secara Praktis

a. Puskesmas

Tulisan ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pelayanan kesehatan terutama

puskesmas Buleleng III dalam meningkatkan pelayanannya.

2
b. Pada Klien

Memberikan pengetahuan khusus tentang penyakit Asma Bronkhiale dan

penanganannya pada saat klien mengalami permasalahan tersebut.

c. Untuk Penulis

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan profesi untuk melengkapi

persyaratan melengkapi Dupak.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Asma bronkhial adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai
sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi
jalan napas, dan gejala pernapasan mengi dan sesak (Mansjoer, A. 2000. Hal 476).
Asma bronkhial adalah penyakit obstruksi jalan napas, yang dapat pulih, dan intermiten
yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi.
Eksaserbasi akut terjadi dari beberapa menit sampai jam, bergantian dengan periode bebas gejala
(Baughman, D.C, 2000. Hal 53).

B. Etiologi
Menurut Smeltzer, dkk, (2001. Hal 611) asma bronkhial disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki yang menyempitkan jalan napas.
b. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
c. Pengisian bronki dengan mukus yang kental.

Menurut Arief Mansjoer.2000, Sampai saat ini Etiologi Asthma Bronchial belum diketahui
dengan pasti namun suatu hal yang sering kali terjadi pada semua
panderita Asthma Adalah FenomenaI Hiperaktivitas Bronkus penderita Asthma sangat peka
terhadap rangsangan Imunologi maupun Nonimunologi karna sifat tersebut maka
rangsangan Asthma bisa terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisik, metabolisme
kimia. Alergen, infeksi dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering menimbulkan Asthma perlu
diketahui dan dapat mungkin dihindarkan factor-faktor tersebut adalah :
1. Alergen Utama : debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.
2. Iritasi seperti asap, bau-bauan dan polutan
3. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
4. Perubahan cuaca yang ekstrim
5. Aktifitas fisik yang berlebihan
6. Lingkungan kerja
7. Obat-obatan
8. Emosi dan Lain-lain seperti Refleks.

4
C. Jenis-Jenis Asma
Asthma sering dicirikan sebagai Alergi, Idiopatik, Nonalergi atau Gabungan :
a) Asthma Alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal (misalnya
serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur). Kebanyakan Alergen terdapat di udara dan
musiman. Pasien dengan Asthma Alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang Alergikdan
riwayat medis masa lalu Eczema atau Rhinitis Alergik.
b) Asthma Idiopatik atau Nonalergik tidak berhubungan dengan Alergen Spesifik. Faktor-
faktor, seperti Common cold, infeksi Traktus Respiratorius, latihan, emosi
dan Polutanlingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens Farmakologi,
seperti Aspirin dan Agens Anti Inflamasi Nonsteroid lain, pewarna rambut, Antagonis Beta-
Adrenergik dan Agens Sulfit (pengawet makanan), juga mungkin menjadi Faktor.
c) Asthma Gabungan adalah bentuk Asthma yang paling umum. Asthma ini mempunyai
karateristik dari bentuk Alergik maupun bentuk Idiopatik atau nonalergik. (Brunner
dan Suddarth.2001)

D. Patofisiologi
Asthma adalah Obstruksi jalan nafas Difus Reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu
atau lebih dari yang berikut ini :
1. Kontraksi Otot-otot yang mengelilingi bronki, yang penyempitan jalan nafas
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronki.
3. Pengisian Bronki dengan Mucus yang kental.
Selain itu, otot-otot Bronchial dan Kelenjar Mukosa membesar; Sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan Alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam
jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling
diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf Otonom.
Beberapa individu dengan Asthma mengalami respons Imun yang buruk terhadap
lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru .
Pemajanan ulang terhadap Antigen mengkibatkan Ikatan Antigen dengan Antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel-sel mast (disebut Mediator) seperti Histamin,
Bradikinin, dan Prostaglandin serta Anafilaksis dari Substansi yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini dalam jaringan parumempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas,
menyebabkan Bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang
sangat banyak.
5
Sistem Saraf Otonom mempersarafi paru. Tonus otot Bronchial diatur oleh Impuls Saraf
Vagalmelalui sistem parasimpatis. Pada Asthma Idiopatik atau Nonalergi, ketika ujung saraf
pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi,
dan Polutan, jumlah Asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan Asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan Bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang
dibahas di atas. Individu dengan Asthma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons
parasimpatis. (Brunner Dan Suddarth.2001)

E. Komplikasi
Adapun Komplikasi penyakit Asthma Bronchial yang mungkin timbul adalah :
1) Atelektasis : pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara atau akibat pernafasan yang sangat dangkal
2) Pneumothoraks : terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya
paru.
3) Gagal nafas : ketidak mampuan sistem untuk mempertahankan oksigenasi darah normal
(PaO2) eliminasi karbon dioksida
4) Bronkhitis atau radang paru-paru : Kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran
pernapasan di paru-paru yang kecil (bronchiolis) mengalami bengkak.
5) Emfisema : penyakit saluran pernafasan yang berdiri sesak nafas terus menerus yang
menghebat pada waktu pengeluaran tenaga dan sering kali dengan perasaan letih atau
baha latinnya paru-paru basah
6) Hipoksemia : tubuh kekurangan oksigen (Arief Mansjoer.1999)

F. Pengobatan
1. Pengobatan Farmakologik :
Bronkodilator : Obat Yang melebarkan Saluran Nafas. Terbagi dalam 2 golongan yaitu
Simptomatik / Andrenergik (Adrenalin Dan Efedrin) Dan Nama Obat :
1) Orsiprenalin (Alupent)
2) Fenoterol (Berotec)
2. Santin (Teofilin) Nama Obat Yaitu :
1) Aminofilin (Amican Supp)
2) Aminofilin (Euphilin Retard)
3) Teofilin (Amilex)

6
Efek Dari Teofilin sama dengan obat golongan Simptomatik tetapi cara kerjanya berbeda.
Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan Efeknya saling memperkuat cara pemakaian :
Bentuk suntikan Teofilin/Aminofilin dipakai pada serangan Asthma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet
atau sirupnya sebaliknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai
sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal ini tidak dapat
minum Teofilin(Misalnya muntah atau lambungnya kering)
3. Kromalin
Kromalin bukan Bronkodilator tetapi merupakan obat pencegahan serangan Asthma.
Manfaatnya adalah untuk penderita Asthma Yang dihirup (Ventolin Diskhaler Dan BricAsthma
Turbuhaler) atau Cairan Bronkodilator (Alupent, Berotec, BrivAsthma serta Ventolin) yang oleh
alat khusus diubah menjadi Aerosol (Partikel-partikel yang sangat halus) untuk selanjutnya
dihirup.
4. Ketofelin
Mempunyai Efek pencegahan terhadap Asthma seperti Kromalin. Biasanya diberikan dengan
dosis dua kali 1 mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

G. Penatalaksanaan
Prinsip Umum Pengobatan Asthma Bronchial :
1. Menghilangkan Obstruksi Jalan Nafas dengan segera
2. Mengenal dan menghidari Faktor-faktor yang mencetuskan serangan Asthma.
3. Memberikan Penerangan kepada Penderita ataupun Keluarganya mengenai
Penyakit Asthma, baik Pengobatannya maupun tentang perjalanan Penyakitnya sehingga
Penderita mengerti Tujuan Pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan Dokter atau
Perawat yang merawat.
1) Pemberian Penyuluhan
2) Menghindari Faktor Pencetus
3) Pemberian Cairan
4) Beri O2 bila perlu

7
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien
Nama pasien : Tn. K
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 60Tahun
Alamat : Desa Penarukan
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pedagang
Suku bangsa : Bali
No. CM : 01. 246.00
Tanggal Pengkajian : 17 Oktober 2017
Diagnosa medic : Asma Bronkhiale

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Saat Kunjungan : Sesak, terasa berat saat bernapas,batuk

Saat pengkajian : Klien mengatakan bahwa terasa berat saat bernapas,terasa sesak,batuk

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan serangan awal batuk disertai sesak, kepala terasa pusing, badan

lemah. Klien mengatakan menderita asma sudah sejak lama sekali. Tapi sejak kemarin

sesak terasa semakin berat. Klien mengatakan saat sesak minum obat yang dibeli sendiri di

warung.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan tidak alergi bila mengkonsumsi obat-obatan dan makanan tertentu.
Tetapi klien tidak tahan dengan debu dan udara dingin karena klien mengatakan dirinya
akan mengalami sesak.

8
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam anggota keluarga tidak pernah ada yang menderita penyakit
seperti klien.

e. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan sedikit stres memikirkan penyakit yang dirasakan sekarang. Klien
menerima dengan sabar, dan berusaha berobat ke Puskesmas.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Keadaan umum lemah,napas cepat dan pendek,batuk
Kesadaran : composmentis
TTV : Tensi 90/60 mmHg, Nadi 90x/mnt, suhu 370 C,RR 32x/mnt
Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala : Bentuk kepala bulat, warna rambut hitam, tidak ada benjolan,kulit kepala
bersih.
b. Mata : Simetris, tidak ada sekret, konjungtiva merah muda, sklera putih, mata
cowong.
c. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, lidah bersih,saat batuk keluar dahak
kental berwarna putih kental
d. Hidung : Simetris, tidak ada polip.
e. Telinga : Simetris, tidak ada benjolan, lubang telinga bersih, tidak ada serumen.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kenjar tyroid, limphe, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada kaku kuduk.
g. Dada
Inspeksi : dada simetris,
Palpasi : Tidak ada benjolan mencurigakan
Perkusi : paru-paru sonor, jantung dullnes
Auskultasi : terdengar bunyi wheezing.
h.Perut
Inspeksi : simetris
Auskultasi : Peristaltik meningkat 7-10x/mnt
Palpasi : Tidak terdapat pembesaran perut
Perkusi : normal

9
i. Punggung : Tidak ada kelainan tulang belakang (kyfosis, lordosis, skoliosis) tidak ada nyeri
gerak.
j. Genetalia : jenis kelamin laki-laki, tidak odem, tidak ada kelainan, kulit perineal
kemerahan
k. Anus : Tidak ada benjolan mencurigakan,kulit daerah anus kemerahan.
l. Ekstremitas : Tidak terdapat kelainan pada ekstremitas pasien

4. Pengkajian Fungsional Gordon


a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien mangatakan bila sedang sesak klien tidak berani mandi
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Klien tidak nafsu makan, makan hanya setengah porsi itupun hanya makan
bubur, tapi jika tidak sedang sesak dan batuk mau menghabiskan 1 porsi makan.
Minum : Klien minumnya hanya 3 sampai 4 gelas perhari.
c.. Pola Eliminasi
BAK :4x/hari
BAB :1x/hari
d. Pola aktifitas dan latihan
Pasien merasa lemah untuk beraktifitas
e. Pola istirahat tidur
Pasien sering mengeluh sulit untuk tidur
f. Pola persepsi sensoris dan kognitif
Pasien sudah mengenal dengan orang-orang di sekilingnya
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien sudah saling mengenal orang-orang disekitarnya
h. Pola reproduksi / seksual
Klien berjenis kelamin Laki-laki, tidak mengalami gangguan genetalia
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Klien ingin sembuh dengan cepat
j. Pola mekanisme koping
Jika pasien tidak enak badan, maka akan mengeluh kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Keluarga semua beragama Hindu, keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Tuhan

10
 B. ANALISA DATA
Nama pasien : Tn. K Ruangan : Poli Klinik Umum
Umur : 60 tahun
Data Masalah Etiologi
keperawatan

DS : Klien mengatakan sulit bernafas dan batuk Ketidakefektifan Peningkatan


DO : klien batuk dan sesak, bunyi napas tidak bersihan jalan nafas produksi secret,
normal (Whezing), frekuensi nafas sekresi kental dan
32x/menit, tertahan.
DS : Klien mengatakan sulit bernafas Gangguan Gangguan suplai
(sesak),berat saat bernapas pertukaran gas oksigen, bronkus
DO : Klien tampak kesulitan bernafas, nafas spasme
cepat dan pendek (dispnea), keadaan umum
lemah. auskultasi paru : wheezing, RR
32x/menit
DS : Klien mengatakan lemas, sulit beraktivtas, Intoleransi aktivitas Kelemahan fisik
klien mengatakan aktivitas dibantu
keluarga.
DO : keadaan umum lemah,

DS : klien mengatakan tidak bisa tidur sudah 2 Gangguan pola Proses Penyakitnya
malam karena kepalanya terasa tidur
sakit/pusing, klien mengatakan sulit tidur
terutama pada malam hari karena batuk
dan sesak.
DO :Klien tampak lemah, Tekanan Darah :
90/60mmHg

11
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi


kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan lemas dan napas pendek.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien
tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak lemas.

D. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rasional

NOC NIC
1 Ketidakefektifan Airway patency O : Observasi secret - Untuk mengetahui
bersihan jalan Setelah dilakukan yang keluar saat apakah ada infeksi
nafas b/d Penjelasan selama pasien batuk lain yang menyertai
peningkatan secret, 30 menit N : ajarkan cara - Agar pasien tahu cara
sekresi kental dan diharapkan pasien batuk efektif yang lebih efektif
tertahan mampu dalam mengeluarkan
mendemonstrasikan dahak
batuk efektif dan E : beri informasi - Untuk mengurangi
mampu manfaat batuk rasa sesak dan berat
mengeluarkan efektif dan saat bernapas
secret yang tertahan pentingny jalan
dengan KH : napas yang bersih
Pasien mampu C : kolaborasi - Terapi untuk
mendemonstrasikan pemberian oksien 2 memenuhi kebutuhan
batuk efektif lt/ menit oksigen pasien
kolaborasi dengan - Terapi untuk
pemberian membantu
Ambroxol 30 mg mengencerkan dahak
3X1/hari yang kental

12
2 Gangguan Vital Sign Status Airway
pertukaran gas b/d Setelah dilakukan Management
gangguan suplai Penjelasan selama O : Observasi tanda - Terpantaunya vital
oksigen, dan 30 menit vital pasien sign pasien
bronkospasme diharapkan sesak N : ajarkan tekhnik - Memaksimalkan
pasien berkurang, napas dalam suplai oksigen
Respirasi pasien E : berikan
mulai normal informasi untuk - Agar pasien lebih
dengan KH : menghindari faktor waspada dan
Pasien mampu pencetus sesak mencegah timbulnya
mendemonstrasikan C : kolaborasi sesak
tekhnik napas pemberian obat - Terapi yang tepat
dalam Salbutamol 4mg untuk Mengurangi
3X1/hari sesak pasien
3 Intoleransi Activity Tolerance Activity Therapy
aktivitas b/d Setelah dilakukan O : observasi tanda - Untuk memantau
kelemahan fisik Penjelasan selama vital pasien saat rentang aktivitas yang
30 menit melakukan mampu dilakukan
diharapkan pasien aktivitas pasien
mampu melakukan - Agar pasien mampu
aktivitas sehari- N : ajarkan pasien melakukan aktivitas
hari dengan KH : untuk tidak secara mandiri tanpa
Pasien mampu memaksa memperparah
beraktivitas fisik beraktifitas jika kondisiny
tanpa disertai tanda vital pasien
peningkatan berubah
TD,Nadi,RR E : berikan - Memberi dukungan
informasi untuk dan bantuan kepada
membantu pasien pasien agar mampu
apabila pasien beraktivitas mandiri
masih belum dapat
beraktifitas secara
normal - Membantu dalam
C : kolaborasi pemulihan kondisi
13
dalam pemberian pasien
vitamin B complek

4 Gangguan pola Comfort Level Sleep


tidur b/d proses Setelah dilakukan Enhancement
penyakitnya Penjelasan selama O : observasi - Untuk mengetahui
30 menit Tekanan darah tanda anemia dan
diharapkan kualitas pasien dan periksa hypotensi akibat
tidur pasien dalam conjungtiva pasien kurangnya jumlah
batas normal tidur pasien
dengan KH : N : ajarkan tekhnik - Meredakan stres
Jumlah jam tidur relaksasi pasien agar
pasien dalam batas pikirannya lebih
normal 6-8 jam/hari rileks dan dapat tidur
E : anjurkan klien - Bersama keluarga
untuk menciptakan mebantu istirahat
lingkungan yang pasien
nyaman untuk
pasien
C : kolaborasi
dalam pemberian - Terapi untuk
CTM 3X1/hari mengobati alergi yang
mungkin dialami
pasien

14
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. K Ruangan : Poli Klinik Umum


Umur : 60 tahun
TGL/ NO.
IMPLEMENTASI RESPON PS TTD
JAM Dx
17 1,2,3 - Mengkaji keluhan pasien DS :klien mengeluh sesak (berat
oktober - Mengobservasi TTV bernafas) batuk berdahak berwarna
2017 putih kental, susah tidur sudah 2
09.00 malam karena batuk dan sesak pada
malam hari, klien bila obat habis
klien minum obat yang dibeli di
warung. klien mengatakan aktifitas
dibantu seperti berjalan karena
merasa lemas
- DO : TD = 90/60 mmHg, S = 370 C,
N= 90x/mnt, tampak lemah ,RR
32x/mnt,saat batuk keluar dahak
kental berwarna putih

1,2 Ajarkan cara batuk efektif DS : Pasien mengatakan akan


dan Napas dalam memcoba melakukan tekhnik yang
telah diajarkan agar sesak berkurang
DO : Pasien tampak memperhatiakn
ketika diajarkan dan mampu
mempraktekkan tekhnik yang telah
diajarkan

3 ajarkan pasien untuk tidak DS : Klienmengatakan mengerti dan


memaksa pasien akan memantau kesehatan pasien
beraktifitas jika tanda vital DO : Pasien kooperatif
pasien berubah

15
4 Ajarkan Tekhnik DS: Pasien mengatakan akan
Relaksasi berusaha melatih dan melakukan
tekhnik relaksasi sebelum tidur
DO : Pasien mencoba melakukan
tekhnik relaksasi

1,2 Kolaborasi dalam DS : Pasien mengatakan akan


pemberian obat minum obat secara teratur dan
Ambroxol 30 mg 3X1/hari kontrol bila obat habis
Salbutamol 4mg 3X1/hari DO : Pasien kooperatif
CTM 3X1/hari

16
F. EVALUASI KEPERAWATAN
No.
Hari/tgl Catatan Perkembangan TTD
Dx
1. 17 oktober 2017 S : Klien mengatakan dahak mulai keluar saat
batuk efektif
O : Klien masih tampak sesak
A : Masalah teratasi sebagian
P : Ingatkan Klien dan keluarga untuk terus
melakukan tekhnik batuk efektif

2. S : Klien mengatakan masih sesak dan berat saat


bernapas
O : Klien masih sesak, RR=30x/mnt
A : Masalah belum teratasi
P : Ingatkan Klien dan keluarga untuk terus
melakukan tekhnik napas dalam

3. S : Klien masi merasa sesak bahkan saat berjalan


pelan
O : Klien tampak masih dipapah oleh keluarga
A : Masalah belum teratasi
P : Ingatkan Keluraga untuk membantu Klien dan
jangan memaksa pasien untuk beraktifitas sampai
klien mampu beraktivitas secara mandiri

4. S : Klien mengatakan akan mencoba tekhnik


relaksasi setiap sebelum tidur
O : Klien mau mencoba melakukan tekhnik
relaksasi
A : Masalah belum teratasi
P : Ingatkan keluarga juga membantu
memberikan rasa nyaman untuk pasien dan
ingartkan ppasien untuk melakukan tekhnik
relaksasi sebelum tidur

17
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah melakukan Asuhan keperawatan pada Klien Tn. K dengan Asma Brokhiale

didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengkajian telah dilakukan anamnesa yang meliputi data

subjektif dan obyektif. Dari pengkajian tersebut diambil suatu diagnosa dan masalah

berdasarkan data yang menunjang untuk diambil suatu diagnosa.

Intervensi diberikan berdasarkan NIC NOC, sedangkan dalam penerapannya disesuaikan

dengan situasi dan kondisi Klien. Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan. Dalam

evaluasi Klien Tn. K menunjukkan bahwa Klien mengatakan akan meminum obat secara teratur

kemudian akan berusaha menghindari faktor pencetus penyebab sesak.

B. KRITIK DAN SARAN

Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kesalahan. Maka dari itu saya

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaa penulisan askep

yang akan datang. Terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth, Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G.

Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC : Jakarta : 2001.

Effendiy, Nasrul Drs, Dasar – dasar keperawatan kesehatan, Masyarakat Edisi 2,


EGC. Jakarta : 1998

Mansjoer, Arief et all. kapita selekta kedokteran, jilid 2 – Media Aesculaisus Jakarta
: 2000

Widoyono Mpt, Dr, Penyakit Tropis, EGC, Jakarta : 2008

http://www.Fazidah Aguslina.PendahuluanAsthma.com/19/09/2012).

www.arief.b.Penyakit.Asthma.Bronchial.com/19/09/2012).

19

Vous aimerez peut-être aussi