Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN PENDAHULUAN ILEUS OBSTRUKSI

DI RUANG PERAWATAN BEDAH UMUM RSUD ULIN


BANJARMASIN

DI SUSUN OLEH :
RAHAYU RAMADANI (15.IK.442)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA


BANJARMASIN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : ILEUS OBSTRUKSI

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : BEDAH UMUM

NAMA : RAHAYU RAMADANI

Banjarmasin, 2018

Menyetujui,

RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Ilmu


Keperawatan (PSIK)
STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

..................................... ..............................................

NIP. NIK.
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : ILEUS OBSTRUKSI

TEMPAT PENGAMBILAN KASUS : BEDAH UMUM

NAMA : RAHAYU RAMADANI

Banjarmasin, 2018

Menyetujui,

RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Ilmu


Keperawatan (PSIK)
STIKES Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

................................................ ................................................

NIP. NIK.
A. ANATOMI
Sistem pencernaan at au sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran
pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus.
1. Oris (Rongga Mulut)
2. Faring (Tenggorokkan)
3. Esophagus (Kerongkongan)
4. Lambung

5. Usus halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran
pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-
zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan
mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),
lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa (
Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua
belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).

a. Duodenum (Usus 12 Jari)


Bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus
dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum
Treitz.
b. Jejunum (usus kosong)
Bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2
meter adalah bagian usus kosong.
c. Ileum (usus penyerapan)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus
halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
6. Kolon (Usus Besar)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap
air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat
gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.

7. Usus Buntu (Sekum)


8. Rectum dan Anus (Ziser.2014)

B. PENGERTIAN ILEUS OBSTRUKSI


Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan
dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus
karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen
usus tersebut (Herdman, T. Heather.2014)
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
menganggu jalannya isi usus.
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi
usus dapat akut dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi
ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal.
Obstruksi usus mekanis adalah suatu penyebab fisik menyumbat
usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut
seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.
Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu
empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses. (Nurarif& Kusuma, 2015).
C. ETIOLOGI/PENYEBAB
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum
akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi
biasanya tidak disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh
adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami
operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga
dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak.
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan
agak jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak
sering bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya.
Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik
kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum.
Hal ini dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus
yang masuk dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis
invaginasi dapat diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan
dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian enema barium.
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian jejunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan
dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat
pemberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing
berisiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan
perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus
yang abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri,
maupun pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan
perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang
ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum
dan mudah mengalami strangulasi.
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama
disebabkan oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di
peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau
struktur lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus
halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi. Penyebab obstruksi kolon yang
paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau
jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ tubuh),
terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013)

D. KLASIFIKASI
1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intusepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf ototnom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong
isi sepanjang usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit parkinson.

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif dibedakan menjadi, antara


lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi : obstruksi mengenai usus halus (dari
gaster sampai ileum terminal).
2. Ileus obstruktif letak rendah : obstruksi mengenai usus besar (dari
ileum terminal sampai rectum). Selain itu, ileus obstruktif dapat
dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara lain :
a. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi
sebagian sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat
flatus dan defekasi sedikit.
b. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan
yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai
gangguan aliran darah).
c. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi
disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.
E. PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi
paralitik, paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi
mekanis peristaltik mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.
Lumen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.
Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak
obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan
peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan
penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding
usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat
menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut
maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan
kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen
usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan terjadi
pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada bagian
proximal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran dinding usus
(distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi
cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan distensi usus tidak
hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat mengenai seluruh panjang
usus sebelah proximal sumbatan. Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus
yang meningkat (hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga
terjadi gerakan anti peristaltik. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik
abdomen dan muntah-muntah. (Pice and Wilson. 2013)
F. MANISFESTASI KLINIK/TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri seperti kram di dalam perut yang muncul dan hilang secara silih
berganti)
2. Konstipasi
3. Sulit buang angin atau pergerakan usus terganggu
4. Perut bengkak
5. Muntah
6. Hilang nafsu makan

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu
peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian
Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak
rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada
anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidaklah
haany sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c. CT–Scan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya starngulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus,
dan peritoneum. CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat
kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui
derajat dan lokasi dari obstruksi.
d. USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab
dari obstruksi.
e. MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan
kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini
digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
f. Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus,
malrotation, dan adhesi.
g. Pemeriksaan Laboratorium. Leukositosis mungkin menunjukkan
adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi

H. KOMPLIKASI
1. Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh
terdapatnya bakteri dalam dalah (bakteremia).
2. Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume
cairan.
3. Perforasi usus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
4. Nekrosis usus adalah adanya kematian jaringan pada usus
5. Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
6. Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus
oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
7. Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
8. Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang
mengalami obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya
selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua.
Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa
pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit
untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaanoptimum tercapai
barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organ vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah
dilakukan bila :-Strangulasi- Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-
Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan
pemasangan NGT, infus,oksigen dan kateter) (Sari.
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
dan elektrolit.Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah
usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

J. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian
a. Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku dan gaya hidup.
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama .
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada
abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas,
abdomen tegang dan kaku.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari
pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala
numeric 1 s/d 10.
T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,
riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-
obatan.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.

2. Pemeriksaan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volum cairan b.d output berlebihan ,mual dan muntah
2. Konstipasi b.d hipomotilitas atau kelumpuhan intestinal
3. Nyeri akut b.d iritasi intestinal, distensi abdomen
4. Ansietas b.d prognosis penyakit
5. Resiko infeksi

L. INTERVENSI
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Kekurangan  Fluid balance Fluid Management
volum cairan b.d  Hydration - Monitor status dehidrasi
kehilangan cairan  Intake (kelembaban membrane mukosa,
aktif Kriteria Hasil : nadi adekuat, tekanan darah
 Mempertahankan urine output normal)
secara normal - Monitor vital sign
 Tekanan darah, nadi, suhu - Kolaborasi pemberian cairan IV
tubuh dalam batas normal - Dorong masukan oral
 Tidak ada tanda-tanda - Kolaborasi dengan dokter
dehidrasi Hypovolemia Management
 Elastisitas turgor kulit baik, - Monitor status cairan termasuk
membrane mukosa lembab, intake dan output cairan
tidak ada rasa haus yang - Rawat IV line
berlebihan - Monitor tingkat Hb dan hematrokrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
- Pemberian cairan IV monitor
adanya tanda dan gejala
kelebihan cairan

2 Konstipasi b.d  Bowel elimination Constipation/Impaction


hipomotilitas atau Kriteria Hasil : Management
kelumpuhan  Mempertahankan bentuk feses - Monitor tanda dan gejala
intestinal lunak setiap 1-3 hari konstipasi
 Bebas dari ketidaknyamanan - Monitor bising usus
dan konstipasi - Monitor feses : frekuensi,
 Mengidentifikasi indicator untuk konstipasi dan volume
mencegah konstipasi - Konsultasi dengan dokter tentang
 Feses lunak dan berbentuk penurunan dan peningkatan bising
usus
- Monitor tanda dan gejala rupture
usus/peritonitis
- Identifikasi factor penyebab dan
kontribusi konstipasi
- Kolaboraskan pemberian laksatif
- Pantau tanda dan gejala
konstipasi
- Anjurkan pasien/keluarga untuk
diet tinggi serat

3 Nyeri akut b.d  Pain Level Pain Management


iritasi intestinal,  Pain Control - Lakukan pengkajian nyeri secara
distensi abdomen  Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
 Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas dan factor presipitasi
penyebab nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal dari
menggunakan tehnik ketidak nyamanan
nonfarmakologi untuk - Kaji kultur yang mempengaruhi
mengurangi nyeri, mencari pengalaman nyeri pasien
bantuan) - Evaluasi pengalaman nyeri masa
 Melaporkan bahwa nyeri lalu
berkurang dengan - Kurangi factor prepitasi nyeri
menggunakan manajemen - Pilih dan lakukan penanganan
nyeri nyeri (farmakologi, non
 Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi dan inter personal)
intensitas, frekuensi dan tanda - Berikan anal getik untuk
nyeri) mengurangi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman - Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang - Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakkan nyeri tidak
berhasil

4 Ansietas b.d  Anxiety self-control Anxiety Reduction (Penurunan


prognosis  Anxiety level Kecemasan)
penyakit  Coping - Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
 Klien mampu - Temani pasien untuk memberikan
mengidentifikasikan dan keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala cemas - Identifikasi tingkat kecemasan
 Mengidentifikasi, - Bantu pasien mengenal situasi
mengungkapkan dan yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan tehnik untuk - Dorong pasien untuk
mengontrol cemas mengungkapkan perasaan,
 Vital sign dalam batas normal ketakutan, persepsi
 Postur tubuh, ekspresi wajah, - Instruksikan pasien menggunakan
bahasa tubuh dan tingkat tehnik relaksasi
aktivitas menunjukkan - Berikan obat untuk mengurangi
berkurangnya kecemasan kecemasan
5 Resiko infeksi  Immune Status Infection Control (Kontrol
 Knowledge : Infection control Infeksi)
 Risk control - Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
 Klien bebas dari tanda dan - Pertahankan tehnik isolasi
gejala infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
 Mendeskripsikan proses central dan dressing sesuai
penularan penyakit factor yang dengan petunjuk umum
mempengaruhi penularan serta - Gunakan kateter intermiten untuk
penatalaksanaannya menurunkan infeksi kandung
 Menunjukkan kemampuan kencing
untuk mencegah timbulnya - Tingkatkan intake nutrisi
infeksi - Berikan terapi antibiotic bila perlu
 Jumlah leukosit dalam batas Infection Protection (proteksi
normal terhadap infeksi)
 Menunjukkan perilaku hidup - Monitor tanda dan gejala infeksi
sehat sistemik dan local
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Dorong masukan cairan
- Ajarkan pasien/keluarga tehnik
pencegahan infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan LaparatomiPada Ileus


Obstruksi.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta (jurnal).

Herdman, T. Heather. 2014. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi


2014. EGC: Jakarta

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.


Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Jilid 2. Media
Action : Yogyakarta.

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif .Universitas


Sumatera Utara : Sumatera Utara (jurnal)

Price &Wilson, (2013). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.

Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran


Indonesia

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.


EGC:Jakarta.

Zier. 2014. Human Anatomy & Physiology : Digestive System.

Vous aimerez peut-être aussi