Vous êtes sur la page 1sur 14

PROPOSAL PENELITIAN

PROPOSAL SKRIPSI
PENERAPAN METODE AUDIOLINGUAL DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA ARAB UNTUK KELAS X DI MAN 1 MATARAM
TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh :
M.ANUGRAH ARIFIN
NPM/NIMKO 2008.092.007/2008.4.009.0102.1.00402

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY SUKOREJO SITUBONDO


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

1. LATAR BELAKANG MASALAH


Bahasa arab sebagai bahasa umat islam menduduki posisi penting, terutama di
Indonesia. Hal ini bukan saja karena penduduk indonesia mayoritas memeluk agama
islam yang secara otomatis menggunakan bahasa arab dalam ibadah solat, khutbah jumat,
zikir dan lain sebagainya. Namun Lebih dari itu bahasa arab di gunakan sebagai bahasa
pengantar dalam pembelajaran ilmu-ilmu keislaman di seluruh dunia (tidak terkecuali di
indonesia), bahkan di indonesia terdapat banyak kumpulan akademik atau lembaga-
lembaga pendidikan yang menjadikan bahasa arab sebagai bahasa sehari- hari baik
dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar kegiatan pembelajaran .
Melihat bagaimana pentingnya bahasa arab di dunia internasional dan di
Indonesia, maka pemahaman terhadap karakteristik bahasa arab merupakan hal yang
niscaya di kuasai oleh pengajar bahasa arab, karena pemahaman akan diskursus tersebut
akan mempermudah pengajaran bahasa arab. Namun hendaknya dicermati lebih lanjut,
bahwa karakteristik bahasa Arab tidaklah identik dengan kesulitannya, karena dengan
memiliki pemahaman tentangnya, setidaknya memamahami akan pentingnya bahasa
arab sebagai media pemahaman agama dan kelebihan yang ada pada tubuh bahasa Arab,
akan menjadi titik kemudahan bahkan motivasi yang akan sangat mendukung
pembelajaran bahasa arab.
Untuk menunjang pemahaman bahasa arab tentu dibutuhkan sebuah pembelajaran
bahasa. Kata pembelajaran berasal dari kata “belajar” yang mendapat imbuhan pe-an,
sedangkan “menurut witherington (1925), belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian ,yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang berbentuk
keteraampilan, sikap,kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Pendapat yang hampir sama
juga diungkapkan oleh clow dan hilgard, menurut crow belajar adalah diperolehnya
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru, sedangkan menurut higard (1962
h.252) belajar adalah suatu proses dimana suatu prilaku muncul atau berubah karena
adanya resppons terhadap suatu situasi”[1]. sedangkan syekh mustofa al-gholayani dalam
jami’ ad-durus al-‘arabiyah mendefinisikan bahasa adalah lafadh-lafadh yang di gunakan
oleh suatu kaum (kumpulan masyarakat ) untuk menggambarkan maksudnya
(berkomunikasi)[2]. Jadi pembelajaran bahasa adalah usaha membentuk pola-pola respon
dari suatu rangsangan (berupa latihan dan pengalaman belajar) yang termanifestasikan
dalam bentuk keterampilan berbahasa.
Dari pngertian di atas, dapat kita pahami bahwa keterampilan adalah salah satu
output dari proses belajar, tidak terkecuali keterampilan berbahasa arab. Namun
demikian, Ironi adalah ungkapan yang mungkin riskan untuk digunakan namun patut
untuk dikedepankan untuk menggambarkan pembelajaran bahasa arab di Indonesia yang
belum menuai hasil yang menggembirakan dan belum sejalan dengan konsep idealitas
bahasa arab sebagai bahasa inti dalam agama dan pembelajaran islam yang tentu
melahirkan sebuah hubungan kausal, masyarakat islam Indonesia seharusnya memahami
atau minimal mengenal bahasa arab sebagai akibat dari identitas keislaman yang melekat
pada masing-masing individu (personal identity).

Ketidak sesuaian metode dalam pembelajaran bahasa arab menjadi salah satu
kendala yang menyebabkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam
pembelajaran bahasa arab, karena “metode merupakan jalan yang di tempuh oleh guru
untuk menyampaikan pelajaran pada murid”[3].
Ada berbagai macam metode dalam pembelajaran bahasa arab. penerapan
metode-metode tersebut disesuaikan dengan pendekatan pendidikan yang dianut dan
tujuan pembelajaran bahasa yang ingin di capai oleh guru. Misalkan jika sebuah lembaga
menganut paham pendidikan empirisme atau behaveorisme, dimana paham empirisme ini
menegaskan bahwa “…perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu di tentukan oleh
lingkungannya, atau oleh pendidikan dan pengalaman sejak kecil.[4]maka metode
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bahasa arabnya adalah metode-
metode yang melibatkan pengalaman siswa secara langsung, seperti metode muhaddatsah
atau mubasyarah.

Adapun tujuan pembelajaran bahasa yang ingin di capai oleh guru dalam
pembelajaran bahasa arab adalah agar siswa mampu berbahasa dan memiliki
keterampilan berbahasa secara maksimal. Di antara keterampilan bahasa arab yang
dimaksud adalah :
1. keterampilan menyimak atau mendengar,
2. keterampilan berbicara,
3. keterampilan membaca,dan
4. keterampilan menulis).

Dari sekian banyak metode tersebut, metode audiolingual adalah salah satu
metode yang dapat diterapkan untuk para pelajar bahasa arab di madrasah-madrasah
aliyah, dan sesuai dengan pendekatan pendidikan konvergensi serta sejalan dengan teori
pendidikan ki hajar dewantara “tut wuri(mengikuti dari belakang) handayani (mendorong
atau memotivasi )” yang umumnya dijadikan dasar dalam pemilihan metode
pembelajaran di indonesia.[5] selain itu metode audiolingual juga sesuai dengan ragam
gaya belajar siswa baik yang audio, fisual maupun kinestik karena metode ini
menggabungkan antara bakat bawaan lahir siswa berupa pendengaran (audio),
melihat/membaca teks (visual ) sekaligus melibatkan siswa dalam pengalaman
berbahasa(kinestik)[6].

Metode ini telah diterapkan di MAN 1 Mataram. Namun melalui studi


pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti pada tanggal 28 - 4 november 2011, peneliti
menemukan bahwa siswa siswi di MAN 1 Mataram masih kurang mampu menyerap
pembelajaran bahasa arab yang berimplikasi pada kurangnya kemampuan berbahasa arab
secara aktif yang merupakan tujuan dari penggunaan metode audiolingual.

Dari uraian dan permasalahan di atas, penulis perlu sekali untuk mengadakan
penelitian tentang Penerapan Metode audiolingual Dalam Pembelajaran Bahsa Arab
Untuk Siswa Siswi Kelas X di MAN 1 Mataram Tahun Ajaran 2011/2012
2. IDENTIFIKASI DAN PEMBATASAN MASALAH
a. Identifikasi
Dalam pembelajaran bahasa arab terdapat metode yang beragam, namun yang
perlu di pahami bahwa setiap metode itu diterapkan dalam rangka meningkatkan
keterampilan siswa dalam empat keterampilan berbahasa arab yakni :
1 keterampilan menyimak atau mendengar,
2 keterampilan berbicara,
3 keterampilan membaca,dan
4 keterampilan menulis).[7]

Empat keterampilan tersebut merupakan tujuan akhir dari pembelajaran bahasa arab,jadi
ketika menyelsaikan studi bahasanya, siswa diharapkan memiliki keterampilan yang
maksimal dalam empat hal tersebut. Berikut ini beberapa metode yang dapat di
terapkan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa arab :

1 Metode kaidah dan terjemah


2 Metode langsung
3 Metode audio lingual
4 Metode membaca
5 Metode gabungan
6 Silent way
7 Conseling learning metodh
8 Sugestopedia
9 Metode herbat

Dalam penerapan metode pembelajaran bahasa arab, masalah yang biasa muncul
adalah ketidak sesuaian antara konsep sebuah metode dengan penerapannya ketika
dikelas, ketidak sesuaian antara metode yang dipilih dengan kondisi siswa, lingkungan
pembelajaran dan kelengkapan pembelajaran, dan minimnya tenaga guru pendidikan
bahasa arab yang kompeten.
b. Pembatasan Masalah
Dalam skripsi akan di bahas masalah metode pembelajaran bahasa arab yang
tentunya sangat luas dan membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Mengingat
ketersediaan waktu yang tidak memadai, maka peneliti membatasi pada penerapan
metode audio lingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk siswa/siswi kelas X di MAN
1 Mataram tahun ajaran 2011/2012.

3. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk
kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
2. Apa saja faktor – faktor penghambat penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran
bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
3. Bagaimana langkah – langkah penyelsaian yang telah dilakukan pihak sekolah untuk
mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut

4. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui bagaimana penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa
arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012
b. Ingin mengetahui faktor – faktor yang menghambat penerapan metode audiolingual
dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran
2011/2012
c. Ingin mengetahui langkah – langkah apa saja yang telah di lakukan pihak sekolah untuk
mengatasi faktor penghambat penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa
arab untuk kelas X di MAN 1 Mataram tahun ajaran 2011/2012

2. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat yang cukup baik, terutama kepada
:
a. Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dalam rangka mempersiapkan diri untuk
menunaikan tugas dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan bahasa arab.
b. Guru
Sebagai informasi tambahan tentang salah satu problematika dalam pengajaran
bahasa arab, sehingga dapat dijadikan rujukan tambahan dalam menerapkan metode
audiolingual untuk pembelajaran bahasa arab.
c. Siswa
Sebagai bahan acuan tambahan dalam mempelajari bahasa arab sehingga dapat
meningkatkan minat dan kemampuannya dalam berbahasa arab.

5. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU


Kajian penelitian terdahulu sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan skripsi
ini, dan sekaligus sebagai bahan pendukung untuk pembentukan kerangka teoristis.dalam
hal ini, fokus permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, sudah pernah di teliti oleh
miladiyah rahmawati mahasiswa fakultas tarbiah UIN sunan kalijaga Yogyakarta yang
berlokasai di TK-TPA Masjid at-tauhid demangan Yogyakarta, dengan judul “Metode
Audiolingual Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Anak-Anak Usia Middle Childood
(Studi Kasus Pembelajaran Bahasa Arab Di Tk-Tpa Masjid At-Tauhid Demangan
Yogyakarta)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus
yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pembelajaran fonetik
arab untuk anak-anak usia middle childood (6-12th) di TK-TPA masjid at-tauhid
demangan kidul Yogyakarta, dengan análisis data non statistik.

Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa secara teoristis anak-anak usia
childood mempunyai potensi yang besar untuk belajar, termasuk belajar bahasa arab.
Namun berdasarkan temuan di lapangan, nak-anak TK-TPA masjid at-tauhid demangan
Yogyakarta mengalami beberapa kendala dalam belajar basa arab. Kendala-kendala
tersebut antara lain : problematika fonologis dan tulisan, faktor stad/zah yang kurang
terampil, problematika pengkondisian kelas. Beberapa solusi yang di ajuukan oleh
peneliti tersebut untuk mengatasi masalah ini, di antaranya : melakukan pembelajaran
bahasa arab dengan prinsip 3B (bermain,bernyanyi,dan bertepuk tangan), belajar dengan
prinsip 3M (mendengarkan, menirukan, dan mengulangi.). menggunakan media audio
visual serta melakukan pengkondisian kelas dengan sosok ustad/ah idaman.

Sedangkan skripsi ini menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus
observasi dan analisa situasi yang terjadi dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X
di MAN 1 Mataram, Jadi dalam skripsi ini, responden dan objek penelitiannya adalah
siswa kelas X yang tentu saja sudah memasuki usia remaja awal dengan latar belakang
bahasa arab yang berbeda-beda antar siswa yang satu (lulusan MTs) dengan siswa yang
lainnya (lulusan SMP),yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana
penerapan metode audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab untuk kelas X di MAN 1
Mataram tahun ajaran 2011/2012, serta faktor pendukung dan penghambat penerapan
metode audiolingual dan langkah-langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut.

6. KAJIAN TEORISTIS
A. Metode Audiolingual
1. Definisi Metode Audiolingual

Audio lingual berasal dari dua kata yang menjadi satu bagian yakni audio dan
lingual. Audio berarti hal mendengar, terdengar : suara/bunyiyang dapat didengar[8].
Lingual secara bahasa bermakna hal mengenai lidah, bahasa : kebahasaan[9]. Metode
audiolingual adalah cara menyajikan pelajaran bahasa asing melalui latihan-latihan
mendengarkan kemudian diikuti dengan latihan-latihan mengucapkan kata-kata dan
kalimat dalam bahasa asing yang sedang dipelajari. Jadi dalam metode ini menggunakan
ear training (latihan mendengar) dan speak training (latihan berbicara)[10]

2. Ciri – Ciri Pengajaran Metode Audiolingual

Sebagaimana nama metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara maka dalam
aplikasinya, metode ini lebih menekankan pada dua aspek ini sebelum kedua aspek yang
lain. Jika melihat konsep dasarnya, maka ada beberapa hal yang harus di perhatikan
dalam penerapannya dan menjadi ciri khas tersendiri bagi metode ini, yaitu :
a. Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, lalu membaca dan akhirnya menulis.
b. Tata bahasa di sajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik
situasi sehari-hari.
c. Latihan ( dril/at-tadribat) harus mengikuti operant-conditioning, dengan guru
membacakan teks bahasa arab dan meberikan rangsangan kepada siswa untuk mengikuti
bacaan dan mengembangkan teks yang di baca guru.
d. Dalam latihan-latihan, pemberian hadiah lebih diutamakan daripada pemberian
hukuman.
e. Semua unsur bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar/ bertahap
f. Guru harus menghindari kemungkinan-kemungkinan untuk memuat kesalahan siswa
dalam memberi respon, sebab penguatan positif lebih efektif dari pada penguatan negatif
.perinsip ini kata nababan (1993: 3) disebut “penghindaran kesalahan” (eror prevention/
tajannub al-khata’)[11]

3. Sejarah Metode Audiolingual


Metode audiolingual (at-thoriqoh as-sam’iyah) mula-mula muncul di Amerika
Serikat (AS).hal ini tidak terlepas dari situasi politik Negara itu yang terlibat perang
dunia ke II. Pada saat itu , amerika menderita kekalahan perang. Selayaknya sebuah
Negara yang kalah dalam peprangan, amerika pun perlu menggalang kekuatan baru.
Maka untuk kepentingan penggalangan kekutan baru, amerika sangat membutuhkan
personalia yang lancar berbahasa asing (yang nantinya akan ditetapkan di Negara prancis,
belanda, cina, dan Negara- Negara jajahannya ) yang mampu bekerja sebagai
penerjemah, asisten-asisten dalam adan penerjemahan dokumen-dokumen, dan
pekerjaan-pekerjaan lainnya yang membutuhkan komunikasi langsung dengan penduduk
lokal.
Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan adanya suatu program yang dapat
mengembangkan kemampuan berbahasa asing personalia AS secara cepat. Sebagai tindak
lanjutnya, pemerintah AS menugaskan beberapa universitas untuk membuat dan
merancang program pengajaran bahasa asing untuk personalia militer AS yang
mempunyai kemampuan dasar bahasa yang diperlukan. Maka pada tahun 1942
didirikanlah sebuah lembaga yang diberi nama Akademik Specialized Training Program
(ASTP) yang bertujuan agar peserta program ini memiliki keterampilan bericara dalam
beberapa bahasa asing.

Oleh karena pada waktu itu tujuan ini bukan hal yang lazim di AS, maka
diperlukan sebuah pendekatan dan metode pengajaran bahasa “yang lain dari yang lain” .
maka berdasarkan penelitian dan percobaan ilmuan bahasa di AS lahirlah sebuah metode
yang di kenal dengan army method yang pada masa – masa awal hanya digunakan untuk
pembelajaran bahasa asing untuk personalia militer, namun selanjutnya di gunakan juga
untuk umum. Metode ini pada dasarnya mengintensifkan periinsip-perinsip dalam
direct method atau metode langsung yang dikembangkan oleh Carles Berlitz di jerman
menjelang abad ke- 19. Metode ini mencoba menstimulasikan cara pelajar belajar bahasa
asing secara langsung dan intensif dalam komunikasi, sehingga dengan metode ini pelajar
dibiasakan untuk berpikir dan mengungkapkan pikiran dengan bahasa asing. Untuk
mencapai tujuan itu maka penggunaan bahasa ibu dan bahasa kedua harus di hindari.

Namun melihat perkembangan akan kebutuhan penguasaan bahasa asing secara


cepat, (sedangkan tidak semua pelajar mampu memahami, berpikir dan mengungkapkan
pikiiran dalam bahasa asing tanpa melibatkan bahasa ibu atau bahasa kedua ) maka para
pengajar bahasa asing memandang perlu menerapkan sebuah metode yang dipandang
lebih berhasil. Maka pada tahun 1950 muncullah metode audio lingual yang sejak saat itu
berkembang dan popular digunakan dalam pengajaran bahasa asing.[12]

4. Asumsi Munculnya Metode Audiolingual


Al - khulli (1982 : 23-24) mengatakan dasar yang menjadi landasan terbentuknya
metode audiolingual adalah adanya urutan keterampilan bahasa yang harus diajarkan
yakni mendengarkan,berbicara,membaca, dan menulis. Konsep ini mengandung arti :
a. Dasar berbahasa adalah percakapan, sedangkan tulisan adalah bagian dari percakapan
.maka materi yang perlu diprioritaskan dalam pengajaran bahasa asing atau bahasa tujuan
adalah memahami pembicaraan dan berbicara, setelah itu baru aspek lainnya yaitu
membaca dan menulis.hal ini sejalan dengan aktivitas seorang anak dalam mempelajari
bahasa ibu, yaitu mendengarkan dulu, kemudian meniru berbicara sebelum dilanjutkan
kepada aktivitas belajar bahasa sebagai bacaan dan tulisan.
b. Cara yang tepat untuk mengajarkan bahasa asing atau bahasa tujuan adalah dengan
membentuk kebiasaan berbahasa.
c. Materi yang harus dipelajari adalah bahasa asing atau bahasa tujuan itu sendiri, bukan
materi mengenai bahasa. Artinya metode ini bertolak belakang dengan metode kaidah
dan terjemah yaitu tidak memperhatikan aspek kaidah maupun terjemah kecuali dalam
keadaan sangat terpaksa.
d. Para ahli bahasa struktural menolak adanya pikiran tata bahasa semesta yang memandang
adanya kaidah-kaidah bahasa secara keseluruhan.akan tetapi sebaliknya mereka
memandang bahwa setiap bahasa di dunia memiliki kaedah masing-masing yang berbeda
dengan yang lainnya. Para ahli metode ini memandang bahwa problematika terbesar
dalam pengajaran bahasa adalah adanya perbedaan antara bahasa tujuan sebagai bahasa
yang dipelajari dengan bahasa ibu dalam aspek suara, struktur, makna. Oleh sebab itu
untuk memperoleh penguasaan yang baik adalah dengan cara pembiasaaan secara
konsisten dengan jalan latihan.[13]

5. Langkah-Langkah Penerepan Menggunakan Penggunaan Metode Audiolingual


Langkah-langkah penerapan metode audiolingual, salah satunya ialah sebagai
berikut :
a. Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi yang akan disajikan
baik berupa appersepsi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
b. Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan
pelajar menyimak tanpa melihat teksnya.
c. Peniruan dan penghafalan dialog / bacaan pendek dengan teknik meniru setiap kalimat
secara serentak dan menghafalkannya. Dalam pengajaran bahasa teknik ini dikenal
dengan “peniruan-penghafalan” (mimicry-memorization/ uslub al-muhakakah wal-hifzi )
d. Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog /bacaan yang dianggap sulit
karena terdapat struktur atau ungkapan-ungkapan yang sulit. Hal ini bisa dikembangkan
dengan dril. Dengan teknik ini di latih struktur dan kosakata.
e. Dramatisasi dari dialog/ bacaan yang sudah dipelajari di atas. pelajar yang sudah hafal
disuruh mempergunakannya di muka kelas.
f. Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola kalimat yang sudah
dilatih.
g. Penutupan (jika diperlukan) misalnya dengan memberikan tugas untuk dikerjakan di
rumah. Dalam hal ini pelajar diperintahkan untuk berlatih kembali dalam menggunakan
pola-pola yang sudah dipelajarinya di sekolah.[14]

6. Kekurangan Dan Kelebihan Metode Audio Lingual

Aspek kelebihannya antara lain :


a. Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di-drill.
b. Para pelajar mempunyai lafal yang baik atau benar .
c. Para pelajar tidak tinggal diam dalam dialog akan tetapi harus terus menerus memeri
respon pada rangsangan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian maka siswa dapat
meningkatkan dan mengembangkan kemampuan bahasanya secara bertahap sesuai
dengan rangsangan yang di berikan oleh guru dalam drill.
d. Para pelajar akan mendapat pengalaman berbaha secara langsung dalam drill-drill yang
di adakan dalam kelas, sehingga dapat memberikan modal awal bagi para siswa untuk
mencoba, berkomunikasi dengan bahasa tujuan di luar kelas.

Aspek kelemahannya antara lain :

a. Para pelajar cenderung meniru secara serentak/ individual seperti “membeo” , dan sering
tidak mengetahui makna yang diucapkannya. Respon ini terlalu mekanistis.
b. Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna selain dari kalimat yang dilatih
berdasarkan konteks. Sebagai akibatnya mereka hanya menguasai satu makna atau arti
dari sebuah kalimat, dan komunikasi hanya akan lancer apabila kalimat-kalimat yang
digunakan di ambil dari kalimat-kalimat yang sudah dilatih di dalam kelas.
c. Sebetulnya para pelajar tidak berperan aktif, tapi hanya memberikan respon dari
rangsangan yang diberikan oleh guru. Jadi, gurulah yang menentukan semua latihan dan
materi pelajran di kelas. Dengan kata lain penguasaan dalam kelas “dikuasai sepenuhnya
oleh guru”
d. Metode ini berpendirian bahwa jika pada tahap-tahap awal pelajar tidak/ belum mengerti
makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya, tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan .
selanjutnya dengan menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh guru, member respon
dengan benar dan menunaikan semua tugas tanpa kesalahan, pelajar sudah dianggap
belajar bahasa tujuan dengan benar. Anggapan ini membuat siswa melakukan suatu
aktifitas yang “mubazir”, karena meniru tanpa makna tidak akan mampu meningkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa dalam konteks yang wajar (di luar kelas), kecuali siswa
berada dalam kondisi dan situasi yang sama ketika seperti latihan di kelas. Oleh karena
itu diperlukan bimbingan yang intensif dalam mencapai kemampuan komunikasi ini.[15]

B. Pembelajaran Bahasa Arab


1. Pengertian Pembelajaran
Dr. Muliayati dan drs. mujdiyono (2006) mendefinisikan makna pembelajaran
dengan terlebih dahulu mendefinisikan makna belajar. Menurutnya belajar adalah usaha
pengembangan diri yang akan menghasilkan informasi herbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif, adapun pembelajaran lebih ditekankan
pada usaha pendidik untuk memberikan rekayasa stimulus untuk memaksimalkan hasil
belajar .[16] jadi pembelajaran adalah usaha yang melibatkan semua kompenen pendidikan
untuk memaksimalkan hasil belajar siswa yang berdampak pada peningkatan kreativitas
dan produktivitas siwa serta meningkatnya kinerja civitas sebuah lembaga pendidikan.

2. Pengertian Bahasa Arab


Bahasa arab adalah kalimat-kalimat yang digunakan orang arab untuk
mengungkapkan maksud/pemikiran mereka dan telah sampai kepada kita melalui jalan
penukilan, dimana keaslian dan keindahan bahasanya terjaga dalam al-quran dan hadis
nabi yang mulia serta kebudayaan bangsa arab.[17]
Dengan demikian Pembelajaran bahasa arab adalah usaha yang melibatkan semua
kompenen pendidikan untuk memaksimalkan hasil belajar bahasa arab siswa yang
berdampak pada peningkatan kreativitas, produktivitas dan keterampilan berbahasa arab
siswa.
3. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas, pada dasarnya merupakan
interaksi antara guru dan siswa. Namun perbedaan pandangan para ahli tentang definisi
belajar, berpengaruh pada beragamnya deskripsi belajar yang di tampilkan oleh para ahli,
walaupun pada dasarnya mereka sepakat bahwa belajar merupakan prilaku individu,
namun dalam prosesnya, banyak hal-hal yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Mengajar Bahasa Arab


Seperti proses belajar mengajar pada umumnya, belajar mengajar bahasa arab pun
memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaranya (belajar-mengajar).
Diantara faktor-faktor tersebut tentu ada yang memberi pengaruh positif terhadap belajar
mengajar bahasa, ada pula yang memberikan pengaruh negatif.aspek- aspek tersebut
meliputi aspek motivasi, aspek usia, aspek penyajian formal, aspek bahasa pertama, dan
aspek lingkungan.
7. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian.
Metode Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang yang alamiah
(kebalikan dari eksperimen) dimana peneliti berfungsi sebagai instrument
kunci.[18]Metode penelitian kualitatif dibagi menjadi beberapa bagaian, yaitu jenis
penelitian fenómenologi, etnnhografi, studi kasus.
Studi kasus adalah jenis penelitian kualitatif yang menguji secara terperinci terhadap satu
latar, orang, dokumen atau sebuah pristiwa.[19]
Jadi dalam penelitian ini peneliti akan terjun langsung kelapangan dan peneliti
sendiri yang akan menyusun instrument, mengumpulkan data serta melakukan analisis
data jadi peneliti menjadi instrumen inti dalam meneliti Penerapan Metode audiolingual
Dalam Pembelajaran Bahsa Arab Untuk Siswa Siswi Kelas X di MAN 1 Mataram Tahun
Ajaran 2011/2012.
Karena penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti untuk memahami
makna-makna dibalik kasus pembelajaran bahasa arab yang terjadi di MAN 1 Mataram,
dimana terjadi disefek antara metode yang digunakan dengan output (produk)
keterampilan berbahasa yang dimiliki siswa/siswi MAN 1 Mataram, maka dalam skripsi
ini peneliti menggunakan pendekatan Penelitian Kualitatif Jenis Studi Kasus.

B. Teknik Pengumpulan Data


Melihat dari lingkup penelitian yang diangkat dalam skripsi ini, yang membahas
tentang penerapan metode pembelajaran bahasa arab, yang tentu akan melibatkan banyak
pihak. maka untuk mendapatkan data yang lebih akurat, peneliti memilih untuk
menggunakan teknik triangulasi yang merupakan gabungan dari teknik interview,
dokumentasi dan observasi. Adapun hal-hal yang akan dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah :
a. Sumber Data hidup
1. Guru bahasa arab di MAN 1 Mataram yang merupakan narasumber ahli karena
mengetahu seluk-beluk serta kondisi pembelajaran arab di MAN 1 Mataram.
2. Siswa kelas X di MAN 1 Mataram karena mereka adalah obyek penerapan metode
audiolingual dalam pembelajaran bahasa arab di MAN 1 Mataram.
3. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai sumber data pembanding antara data yang
peneliti peroleh dari dua sumber di atas.

b. Sumber data tak hidup


1. Dokumen-dokumen sekolah yang berkaitan dengan masalah yang di teliti
2. Sekolah dan ruang kelas serta suasana ketika berlangsungnya pembelajaran bahasa
arab sebagai obyek observasi.
C. Teknik Analisa Data
Karena skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, peneliti
menggunakan teknik analisis data model Spradley (1980) yakni peneliti lebih banyak
melakukan analisis data bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan dengan
analisis domain, analisis taksonomi, analisis kompensional dan kemudian dilanjutkan
dengan analisis tema.

D. Rencana Uji Keabsahan Data


Dalam sebuah penelitian uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data
(validitas internal), uji depenabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas (validitas
eksternal/ generalisasi) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang paling utama
di uji adalah kredibilitas data. Dalam skripsi ini uji kredibilitas data akan dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, membercheck,
dan análisis kasus negatif.

E. Tahap – Tahap Penelitian


Tahapan dalam penelitian dalam skripsi ini meliputi :
1. Tahap memasuki lapangan dengan grand tour dan miniatur question,
2. menentukan fokus
3. tahap selection dengan menggunakan pertanyaan struktural, dan
4. tahap análisis tema atau “discovering cultural yang sesungguhnya
merupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan lintas domain
yang ada.”[20]

8. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam skripsi ini penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut ;
BAB I :
Meliputi : Latar belakang, Penegasan judul, Identifikasi masalah, Perumusan,
masalah,Tujuan dan kegunaan penelitian, Kajian penelitian terdahulu,Sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian teoristis ,
Meliputi :
A. Metode audiolingual: Definisi metode audiolingual, Sejarah metode audiolingual,
Asumsi munculnya metode audiolingualCiri – ciri pengajaran metode
audiolingual,Langkah-langkah penerepan menggunakan metode audiolingual.
B.Pembelajaran bahasa arab : Pengertian pembelajaran bahasa arab, Proses belajar
mengajar, Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar mengajar.
BAB III : Metode penelitian,
Meliputi :Pendekatan Penelitian,Metode pengumpulan data,Teknik analisa data,
Pengecekan keabsahan data, Tahap – tahap penelitian.

BAB IV: Pemaparan data dan pembahasan


Meliputi : Gambaran umum obyek penelitian,Latar belakang berdirinya MAN 1
Mataram,Deskripsi data dan pemaparan data.
BAB V : Penutup
Meliputi : Kesimpulan, Saran-saran,Penutup.

DAFTAR PUSTAKA
Acep hermawan,Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. PT REMAJA RODA
KARYA :Bandung,2011.
Ansor Muhtad A. Metode-Metode Dalam Pengajaran Bahasa Arab. STAIN
TULUNGAGUNG.2008
Al-Gholayani Mushtof Prof.Dr. Jami´ Ad-Durus, 1, dar al-afkar:,beyrhout, 2008
Dasuki Hafis ,Ensiklopedi Islam, jilid I,PT.Bawvan Itvevc:Jakarta 2009
Depag RI,al-qur’an dan terjemahannya
Faisal Sanapiah,Penelitian Kualitatif Dasar Dan Aplikasi : YA3 :Malang, 1990
Makruf Imam, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. NEDDS PERS :
SEMARANG 2009
Miyati .dr. dan mudjiono drs., Belajar Dan Pembelajaran.rineka cipta : Jakarta,
2006 h.11
Mahmud bakar Abu. Metode khusus pengajaran bahasa arab.usaha nasional,
Surabaya. 1981
Partanto Pius A. & Al-Barri Dahlan M, Kamus Ilmiah Popular. ARKOLA
;Surabaya,1994.
Purwanto Ngalim,Ilmu Pendidikan Teoristis Dan Praktis.PT.Remaja Rosda Karya:
Bandung,cet 2:2000
Sukmadinata Syaodih Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan,1, PT
REMAJA ROSDA KARYA Bandung 2003
Sugiyono prof. Memahami Penelitian Kualitatif.ALFABETA : Bandung. 2005
Sugiyono,prof. Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif Dan R & D.ALFABETA;
Bandung 2010

Vous aimerez peut-être aussi