Vous êtes sur la page 1sur 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab abdomen
akut yang paling sering (Dermawan & Rahayuningsih, 2010)

Istilah usus buntu yng di kenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang
buntu sebenarnya adalah sekum.Apendiks diperkirakan ikut serta dalam system imun sektorik di
saluran pencernaan.Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun
yang jelas (Syamsyuhidayat, 2005).

Inside apendisitis di Negara maju lebih tinggi dari pada di Negara berkembang.Namun,
dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna.Hal ini di duga
disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat pada diit harian (Santacroce,
2009).

Dari hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, apendisitis akut
merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen dan beberapa indikasi untuk di lakukan
operasi kegawat daruratan abdomen. Insidens apendisitis di ndonesia menempati urutan tertinggi
di antara kasus kegawat abdomen lainnya (Depkes 2008). Dinkes jateng menyebutkan pada
tahun 2009 jumlah kasus apendisitis di jawa tengah sebanyak 5.980 penderita, dan 177 penderita
di antaranya menyebabkan kematian. Pada periode 1 januari sampai 31 Desember 2011 angka
kejadian appendicitis di RSUD salatiga dari seluruh jumlah pasien rawat inap tercatat sebanyak
102 penderita appendisitis dengan rincian 49 pasien wanita dan 53 pasien pria. Ini menduduki
peringkat ke 2 dari keseluruhan jumlah kasus di instalsi RSUD Salatiga.Hal ini membuktikan
tingginya angka kesakitan dengan kasus apendiksitis di RSUD Salatiga.

Peradangan pada apendiks selain mendapat intervensi farmakologik juga memerlukan


tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi dan memberikan implikasi pada perawat
dalam bentuk asuhan keperawatan. Berlanjutnya kondisi apendisitis akan meningkatkan resiko
terjadinya perforasi dan pembentukan masa periapendikular. Perforasi dengan cairan inflamasi
dan bakteri masuk ke rongga abdomen lalu memberikan respons inflamasi permukaan
peritoneum atau terjadi peritonitis. Apabila perforasi apendiks disertai dengan material abses,
maka akan memberikan manifestasi nyeri local akibat akumulasi abses dan kemudian juga akan
memberikan respons peritonitis. Manifestasi yang khas dari perforasi apendiks adalah nyeri
hebat yang tiba-tiba dating pada abdomen kanan bawah (Tzanakis, 2005)

Tujuh persen penduduk di Amerika menjalani apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat


apeniks) dengan insidens 1.1/1000 penduduk pertahun, sedang di negara-negara barat sekita
16%. Di Afrika dan Asia prevalensinya lebih rendah akan tetapi cenderung meningkat oleh
karena pola dietnya yang mengikuti orang barat (www.ilmubedah.info.com,2011).

1.2 Tujuan
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami tentang asuhan keperawatan appendicitis.
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan appendiksitis.
1.2.2 Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
 Definisi
 Etiologi
 Tanda dan gejala
 PKDM
 Komplikasi
 Dx. Penunjang
 Asuhan keperawatan klien dengan appendiksitis
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

Apendiksitis adalah penonjolan kecil yang berbentuk seperti jari, yang terdapat di usus besar
atau (caecum), tepatnya di daerah perbatasan dengan usus ileum kuadran kanan bawah .

Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan (Arif
Mansjoer, 2002 : 307).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks).Infeksi ini bisa meakibatkan pernanahan.Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu
bisa pecah.Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besar atau sekum (cecum).Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
diperut kanan bawah.Strukturnya seperti bagian usus lainnya.Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir (Anonim, Apendisitis, 2007).

Appendiktomi adalah suatu tindakan operasi dengan tujuan untuk mengangkat appendik yang
telah meradang.

2.2 Etiologi

Penyebab yang paling umum dari apendiksitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang
akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa yang menyebabkan inflamasi.

Selain itu appendiksitis juga disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh hiperplasia
foliksi limfoid, fekalit, benda asing, stiktor karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya dan
neoplasma (Arief Mansjoer, 2000 : 307).
2.3 Tanda dan Gejala
2.3.1 Sakit perut yang tak tertahankan

Usus buntu biasanya menyebabkan rasa sakit parah yang membentang dari pusar ke sisi
kanan bawah perut.Meskipun ini tidak selalu berarti usus buntu pecah, Anda mungkin perlu
melakukan tes pencitraan, seperti CT scan untuk memastikannya.

Orang dengan usus buntu pecah akan mengalami sakit perut yang semakin parah. Terlebih
saat Anda melakukan hal-hal seperti berjalan, batuk, atau melewati polisi tidur di dalam mobil,
seluruh dinding perut Anda bisa meradang. Jika ini gejala yang Anda rasakan, usus buntu
mungkin akan hampir pecah atau mungkin sudah pecah.

2.3.2 Demam

Gejala demam umum terjadi pada orang yang buntunya pecah.Ini karena demam merupakan
respon kekebalan tubuh yang normal terjadi saat melawan infeksi dan sedang berusaha
mengurangi jumlah bakteri yang menyerang tubuh. Gejala demam dapat berupa suhu tubuh yang
mencapai lebih dari 38,3 derajat Celsius, menggigil, dan adanya peningkatan denyut jantung
pada pasien.

2.3.3 Mual, muntah, dan tidak nafsu makan

Radang usus buntu terkadang berdampak pada saluran pencernaan dan sistem saraf yang
menyebabkan mual dan muntah.Anda juga tentu jadi tidak nafsu makan ketika sistem
pencernaan tidak beres.

2.3.4 Sering buang air kecil

Letak usus buntu lebih rendah di panggul, sehingga posisinya cukup dekat dengan kandung
kemih. Ketika kandung kemih bersinggungan dengan usus buntu yang meradang, kandung
kemih juga akan meradang. Akibatnya, Anda akan lebih sering buang air kecil dan mungkin
terasa menyakitkan.
2.3.5 Linglung atau gelisah

Jika Anda bingung atau mengalami disorientasi (linglung) yang disertai dengan gejala usus
buntu lainnya, ini mungkin pertanda infeksi usus buntu semakin memburuk.Bakteri yang
menginfeksi usus buntu Anda kemungkinan sudah masuk ke peredaran darah yang dapat
menyebabkan sepsis atau keracunan darah.

Sepsis terjadi karena zat kimia dari sistem imun tubuh yang masuk ke dalam pembuluh darah
untuk melawan infeksi memicu respon peradangan di dalam tubuh.Hal ini bisa berakibat
fatal.Infeksi bisa semakin memburuk dan menghabiskan banyak oksigen, sehingga otak tidak
mampu dan tidak dapat berfungsi dengan normal.
2.4 PKDM

Idiopatik Makan Tidak Teratur Kerja Fisik Yang Keras

Masa keras feses

Obstruksi Lumen
Konstipasi

Suplay Aliran Darah Menurun


Mukosa Menurun Terkikis

 Perforasi
 Abes Peradangan Pada Apendiksitis Distensi abdomen
 Peritonitis

Menekan Gaster
Nyeri
Apendiktomy
Peningkatan produksi HCL
Pembatasan Intek Cairan
Insisi Bedah
Nausea

Nyeri
Resiko Infeksi

Resiko ketidakseimbangan cairan


2.5 Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembangmenjadi


peritonitis atau abses.Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%.Insidens lebihtinggi pada anak
kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeriatau nyeri tekan
abdomen yang kontinyu.

2.6 Data Penunjang


2.6.1 Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan darah didapatkan leukositos pada
kebanyakan kasus appendisistis akut terutama pada kasus dengan komplikasi. Pada
appendicular infiltrate, LED akan meningkat. Pemeriksaan urin untuk melihat adanya
eritrosit, leukosit dan bakteri didalam urin. Pemeriksaan ini sangat membantu dalam
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi saluran kemih atau natu ginjal yang
mempunyai gejala klinis yang hamper sama dengan appendicitis.
2.6.2 Pemeriksaan Radiologis. Foto polos abdomen pada appendicitis akut yang terjadi
lambat dan telah terjadi komplikasi (misalnya peritonitis) tampak: scoliosis ke kanan,
psoas shadow tak tampak, bayangan gas usus kanan bawah tak tampak, garis
retroperitoneal fat sisi kanan tubuh tak tampak, 5% dari penderita menunjukkan fecalith
radio-opak.
2.6.3 Appedicogram. Hasil positif bila: non filling, partial filling, mouse tail cut off.
2.6.4 Pemeriksaan USG. Bila hasil pemeriksaan fisik meragukan, dapat melakukan
pemeriksaan USG, terutama pada wanita, juga bila di curigai adanya abses. Dengan USG
dapat dipakai untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti kehamilan ektopik,
adnecitis dan sebagainya.
2.6.5 Barium enema. Pemeriksaan X-Ray dengan memasukan barium ke colon melalui anus.
Pemeriksaan ini dapat menunjukan komplikasi-komplikasi dari appendicitis pada jaringn
sekitarnyadan juga untuk menyingkirkan diagnosis banding. Foto barium enema yang
dilakukan perlahan pada appendicitis akut memperlihatkan tidak adanya pengisian
apendiks dan efek massa pada tepi medial serta inferior dari seccum; pengisisan lengkap
dari apendiks menyingkirkan appendicitis.
2.6.6 CT-Scan. Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendicitis. Selain itu jua dapat
menunjukkan komplikasi dari appendicitis seperti bila terjadi abses.
2.6.7 Laparoscopi. Tindakan lemeriksaan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang
dimasukkan dalam abdomen, appendix dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini
dilakukan di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini
didapatkan peradangan pada appendix maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan
pengangkatan appendix.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian

a. Identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita dengan nyeri pada abdomen seperti batu
uretra
 Riwayat kesehatan sekarang
Kaji adanya di daerah umbilicus dan perih umbilicus, muntah, anoreksia, malaise,
demam tinggi, konstipasi, bahkan kadang-kadang terjadi diare.
 Riwayat kesehatan keluarga
- Biasanya apendiksitis tidak merupakan penyakit keturunan ataupun menular.
- Kaji apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit hipertensi
atau DM.
d. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum klien benar-benar terlihat sakit.
 Suhu tubuh naik ringan pada apendiksitis ringan, suhu tubuh meninggi dan
menetap atau lebih bila terjadi perforrasi.
 Dehidrasi ringan sampai berat tergantung pada derajat sakitnya, dehidrasi berat
pada klien apendiksitis perforasi dengan peritonitis umum. Hal ini disebabkan
kekurangan masukan, muntah, kenaikan suhu
 Abdomen : tanda-tanda rangsangan peritoneal kuadran kanan bawah, pada
appendiksitis perforasi lebih jelas, seperti nyeri tekan
I : Perut tampak tegang
P : Penurunan bising usus
P : Adanya nyeri tekan sekitar umbilicus, distensi, abdomen dan kaku
A : Tympani
 Dada thoraks
I : Simetris kiri dan kanan
P : Fremitus kiri dan kanan
P : Sonor
A : Vesikular

3.2 Data Fokus


No. Data Subjektif Data Objektif

11. Ds : Pasien mengatakan nyeri Do : Pasien tampak menahan nyeri.


padaperut bagian kanan bawah,
skala 6

2 . Ds : Pasien mengatakan lemas, lesu, Do : Keadaan umum lemah, tampak


dan pusing, dan mual muntah. tiduran, aktivitas di bantu keluarga

3.3 Analisis Data

No. Data Etiologi Masalah

DS :

Pasien menyatakan nyeri pada


1 bagian abdomen, terutama bagian
Nyeri Akut Ageninjuri
kanan bawah. (Biologi)
DO :

Pasien tampak meringis menahan


sakit

2. Tanda-tanda Vital :
TD : 120/70mmHg
HR : 120x/menit
RR : 24x/menit
Tanda-tanda Vital :
TD : 120/70mmHg
HR : 120x/menit
RR : 24x/menit
3. Pasien sering mengubah posisi
untuk menghindar nyeri

DS :
Pasien mengatakan sudah operasi
Resiko Infeksi Pertahanan tubuh
apendiktomi sejak umur 17 tahun
primer yang tidak
DO :
adekuat
1.Pasien terpasang IV Line Rl 16
tpm
2.Hemoglobin : 11,9 g/dl
3.Leukosit : 119000 mm kubik

DS :
Konstipasi konstipasi Kurang
1.Pasien menyatakan pola aktivitas fisik
defekasi 6 hari sekali selama
sakit. kelemahan otot
diding perut
2.Pasien menyatakan nyeri pada
abdomen.
3.Pasien menyatakan nyeri pada
rectum dan abdomen pada saat
defekasi
4.Pasien menyatakan konsistensi
feses keras.
5.Pasien menyatakan mengejan
pada saat defekasi.
6.Pasien menyatakan tidak suka
olahraga.
7.pasien menyatakan sudah
pernah oprasi Apendiktomi.
Do :
1.Perubahan pola pada defekasi.
2.Nyeri tekan pada abdomen.
3.Bising usus tidak terdengar.

Ds : Nausea
1.Mengeluh mual.
2.Merasa ingin muntah.
3.Tidak berminat makan.

3.4 Diagnosa Keperawatan

Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku Diagnosa
Keperawatan NANDA NIC NOC (2011), diagnosa keperawatan pre operatif pada penderita
apendisitis akut adalah sebagai berikut:

1. Kekurangan volume cairan tubuh


2. Hipertermi
3. Nyeri akut
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Ansietas
3.5 Perencanaan Keperawatan

Menurut Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern dalam Buku Saku Diagnosis
Keperawatan NANDA NIC NOC (2011), intervensi yang biasa muncul pada penderita
apendisitis akut pre opratif adalah sebagai berikut:

N
Diagnosa Keperawatan Noc Nic
O
1 Kekurangan volume cairan  Kekurangan volume a. Pantau warna, jumlah,
tubuh cairan akan teratasi dan frekuensi
Batasan Karakteristik ditandai dengan kehilangan cairan
Subjektif keseimbangan
Haus cairan,keseimbangan b.Observasi khususnya
Objektif elektrolit dan asam basa, terhadap kehilangan
a. Perubahan status mental hidrasi yang adekuat, dan cairan yang tinggi
b. Penurunan turgor kulit status nutrisi: asupan elektrolit, misalnya diare
dan lidah makanan dan cairan
c. Penurunan haluaran urine adekuat. c.Pantau hasil
d. Kulit dan membran  Keseimbangan elektrolit laboratorium yang
mukosa kering dan asam basa akan relevan dengan
e. Hematokrit meningkat dicapai dibuktikan keseimbangan cairan
f. Suhu tubuh meningkat dengan : (misalnya kadar
g. Kelemahan Memiliki konsentrasi hematokrit, BUN,
h. Peningkatan frekuensi urine yang normal albumin, protein total,
nadi, penurunan tekanan Tidak mengalami haus osmolalitas serum, dan
darah, penurunan volume abnormal berat jenis urine)
dan tekanan nadi Memiliki asupan cairan
Faktor yang berhubungan oral dan atau intervena d.Pantau status hidrasi
a. Kehilangan volume yang adekuat misalnya kelembapan
cairan aktif  Memiliki keseimbangan membrane mukosa,
b. Asupan cairan yang tidak asupan dan haluaran keadekuatan nadi, dan
yang seimbang dalam 24 tekanan darah ortostatik
adekuat jam
 Menampilkan hidrasi e.Kaji orientasi terhadap
yang baik (membran orang, tempat dan waktu
mukosa lembap, mampu
berkeringat f.Mengumpulkan dan
menganalisis data
pasienuntuk mengatur
keseimbangan cairan

g.Memberikan dan
memantau cairan dan
obat intervena

h.Membantu dan
menyediakan asupan
makanan dan cairan
dalam diet seimbang

i.Timbang berat badan


setiap hari dan pantau
kecendrungannya

j.Tentukan jumlah
cairan yang masuk
dalam 24 jam, hitung
asupan yang di inginkan
sepanjang sif siang,
soreh dan malam

k.Anjurkan melakukan
hygiene oral secara
sering

l.Kolaborasi pemberian
terapi IV sesuai program
2 Hipertermi a.Pantau TTV a.TTV dalam rentang
Batasan karakteristik b.Pantau hidrasi (misalnya normal
Objektif turgor kulit, kelembapan
b.Pasien akan
a. Kulit merah membrane mukosa)
menunjukkan
b.Suhu tubuh meningkat
termoregulasi
di atas radangnormal c.Kaji ketetapan jenis
c. Frekuensi napas pakaian yang digunakan, c.Melaporkan tanda dan
meningkat sesui dengan suhu gejala dini hipertermia
d.Kejang atau konvulsi lingkungan
d.Mejelaskan tindakan
e. Kulit teraba hangat
untuk mencegah atau
f. Takikardi d.Regulasi suhu
meminimalkan
g.Takipneu Pantau suhu minimal setiap
peningkatan suhu tubuh
dua jam, sesuai kebutuhan
Faktor yang
Pantau warna, kulit, dan
Berhubungan
suhu
a. Dehidrasi
b. Penyakit atau trauma
e.Anjurkan asupan cairan
c. Ketidakmampuan
oral, sedikitnya 2 liter per
atau penurunan
hari
kemampuan untuk
berkeringat
f.Ajarkan pasien/keluarga
d. Pakaian yang tidak
dalam mengukur suhu untuk
tepat
mencegah dan mengenai
e. Obat atau anastesi
secara dini hipertermia
f. Terpajan lingkungan
(misalnya sengatan panas,
yang panas (jangka
keletihan akibat panas)
panjang)
g. Aktivitas yang g.Lepaskan pakaian yang
berlebihan berlebihan dan tutupi pasien
dengan selimut saja

h.Berikan kompres hangat


untuk mengatasi demam

i.Kolaborasi pemberian obat


antipiretik
3 Nyeri akut a. Memperlihatkan a.Kaji tingkat nyeri
Batasan Karakteristk Pengendalian Nyeri , dengan menggunakan
Subjektif yang dibuktikan oleh skala 0-10
Mengungkapkan secara indikator sebagai berikut:
b.Kaji dampak agama,
verbal atau melaporkan (nyeri) (sebutkan 1-5: tidak
budaya, kepercayaan,
dengan isyarat pernah, jarang, kadang-
dan lingkungan terhadap
Objektif kadang, sering atau
nyeri dan respon pasien
a. Posisi untuk menghindari selalu):
nyeri 1. Mengenali awitan c.Ajarkan penggunaan
b. Perubahan tonud otot nyeri teknik relaksasi ,
(dengan rentang dari 2. Menggunakan imajinasi tebimbing,
lemas, tidak bertenaga tindakan pencegahan terapi music, terapi
sampai kaki) 3. Melaporkan nyeri bermain, distraksi,
c. Perubahan selera makan dapat dikendalikan kompres hangat atau
d. Perilaku ekspresif dingin sebelum, setelah,
(misalnya gelisah, b. Melaporkan Tingkat dan jika memungkinkan,
merintih, menangis, peka Nyeri, yang dibuktikan selama aktivitas yang
terhadap rangsang, dan oleh indicator sebagai menimbulkan nyeri,
menghela napas panjang) berikut: sebelum nyeri trjadi atau
e. Wajah topeng (nyeri) (sebutkan 1-5: sangat meningkat, dan bersama
f. Perilaku menjaga atau berat, berat, sedang, penggunaan tindakan
sikap melindungi ringan, atau tidak ada):
g. Bukti nyeri yang dapat 1) Ekspresi nyeri pada peredaan nyeri yang lain
diamati wajah
d.Lakukan perubahan
h. Berfokus pada diri sendiri 2) Gelisah atau
posisi, massase
i. Gangguan tidur (mata terlihat ketegangan otot
[punggung dan relaksasi
kuyu, gerakan tidak teratur, atau 3) Durasi episode nyeri
tidak menentu dan menyeringai) 4) Merintih dan e.Libatkan pasien dalam
menangis pengambilan keputusan
c. Gelisah yang menyangkut
Skala Nyeri ada di kolom aktivitas keperawatan
di bawah Intervensi
f.Bantu pasien untuk
lebih berfokus pada
aktivitas, bukan pada
nyeri dan rasa tidak
nyaman dengan
melakukan pengalihan
melalui TV, radio, dan
interaksi dengan
pengunjung

g.Kolaborasi pemberian
analgesic sesuai
program terapi

4 Hambatan mobilitas fisik Memperlihatkan mobilitas 1) Pantau pemasangan


Batasan Karakteristik yang dibuktikan dengan alat traksi yang benar
Objektif indikator:
2) Letakkan matras
a. Penurunan waktu  Keseimbangan
atau tempat tidur
reaksi  Koordinasi
terapeutik dengan benar
b. Kesulitan membolak-  Performa posisi
balik tubuh tubuh 3) Atur posisi dengan
c. Dispnea saat  Pergerakan sendi dan kesejajaran tubuh yang
beraktivitas otot benar
d. Perubahan cara  Berjalan
4) Letakkan pada
berjalan (misalnya,  Bergerak dengan
posisi terapeutik
penurunan aktivitas mudah
dan kecepatan 5) Ubah posisi pasien
Aktivitas Keperawatan
berjalan, kesulitan yang imobilisasi
untuk memulai Tingkat 1 minimal setiap dua jam
berjalan , langkah berdasarkan jadwal
a. Kaji kebutuhan
kecil, berjalan dengan spesifik
terhadap bantuan
menyeret kaki, pada
pelayanan 6) Letakkan tombol
saat berjalan badan
kesehatan di pengubah posisi tempat
mengayun ke
rumah dan tidur dan lampu
samping)
kebutuhan pemanggildalam
e. Pergerakan
terhadap peralatan jangkauan pasien
menyentak
pengobatan yang
f. Keterbatasan 7) Dukung latihan
tahan lama
kemampuan untuk ROM aktif atau pasif,
b. Ajarkan pasien
melakukan jika diperlukan.
tentang dan pantau
keterampilan motorik
penggunaan alat
kasar
bantu mobilitas
g. Keterbatasan
c. Ajarkan dan bantu
kemampuan untuk
pasien dalam
melakukan
proses berpindah
keterampilan motorik
(misalnya dari
halus
tempat tidur ke
h. Keterbatasan rentang
kursi)
pergerakan sendi
d. Rujuk ke ahli
i. Tremor yang
terapi fisik untuk
diinduksi oleh
program latihan
pergerakan
e. Berikan penguatan
j. Ketidakstabilan
postur tubuh ( saat positif selama
melakukan rutinitas aktivitas
aktivitas kehidupan f. Bantu pasien
sehari-hari) untuk
k. Melambatnya menggunakan alas
pergerakan kaki antiselip yang
l. Gerakan tidak teratur mendukung untuk
atau tidak berjalan
terkoordinasi g. Pengaturan posisi
(NIC):
Faktor yang berhubungan
1) Ajarkan
a. Perubahan pasien
metabolisme sel bagaimana
b. Indeks massa tubuh di menggunak
atas persentil ke-75 an postur
sesuai usia dan
c. Gangguan kognitif mekanika
d. Kepercayaan budaya tubuh yang
terkait aktivitas sesuai benar saat
usia melakukan
e. Penurunan kekuatan, aktivitas
kendali, atau massa 2) Pantau
otot ketepatan
f. Keadaan alam pemasanga
perasaan depresi atau n traksi
ansietas
Tingkat 2
g. Keterlambatan
perkembangan a. Kaji kebtuhan
h. Ketidaknyamanan belajar pasien
i. Intoleransi aktivitas b.Kaji kenutuhan
dan penurunan dan terhadapan
ketahanan bantuan pelayana
j. Kaku sendi atau kesehatan dari
kontraktur lembaga kesehatan
k. Defesiensi di rumah dan alat
pengetahuan tentang kesehatan yang
nilai aktivitas fisik tahan lama
l. Kurang dukungan c. Ajarkan dan dukung
lingkungan fisik atau pasien dalam
sosial latihan ROM aktif
m. Keterbatasan atau pasif untuk
ketahanan mempertahankan
kardiovaskuler atau meningkatkan
n. Hilangnya integritas kekuatan dan
struktur tulang ketahana otot
o. Medikasi d.Instruksikan dan
p. Gangguan dukung pasien
musculoskeletal untuk mengunakan
q. Gangguan trapeze atau
neuromuscular pemberat untuk
r. Nyeri meningkatkan
s. Program pembatasan serta mempertahan
pergerakan kan kekuatan
t. Keengganan untuk extrimitas atas
memulai pergerakan e. Ajarkan teknik
u. Gaya hidup yang ambulasi dan
kurang gerak atau berpindah yang
disuse atau melemah aman
v. Malnutrisi (umum f. Instruksikan pasien
atau selektif) untuk menyangga
w. Gangguan sensori berat badannya
g.Instiksikan pasien
persepsi untuk
memperhatikan
kesajajaran tubuh
yang benar
h.Gunakan ahli terapi
fisik dan okupasi
sebagai suatu
sumber untuk
mengembangkan
perencanaan dan
mempertahankan
atau
meningkatakan
mobilitas
i. Berikan
penguatkuatan
aktifitas
j. Awasi seluruh upaya
mobilitas dan
bantu pasien , jika
diperlukan
k.Gunkaan sabuk
penyokong saat
memberikan
bantuan ambulasi
atau perpindahan

Tingkat 3 dan 4

a. Tentukan tingkat
motivasi pasien
untuk
mempertahankan
atau
mengembalikan
mobilitas sendi
dan otot
b. Gunakan ahli
terapi fisik dan
okupasi sebagai
sumber dalam
perencanaan
aktivitas
perawatan pasien
c. Dukung pasien
dan keluarga untuk
memandang
keterbatasan
dengan realistis
d. Berikan penguatan
positif selama
aktivitas
e. Berikan analgenik
sebelum makan
memulai latihan
fisik
f. Susun rencana
yang sefesifik,
seperti:
1) Tipe alat bantu
2) Posisi pasien
3) Cara
memindahkand
an mengubah
posisi pasien
4) Jumlah
personel yang
dibutuhkan
untuk
memobilisasi
pasien
5) Peralatan
eliminasi yang
diperlukan
(misal, pispot,
urinal, dan
pispot fraktur)
6) Jadwal
aktivitas

5 Nutrisi kurang dari kebutuhan a. Selera makan: a. Kaji faktor pencetus


tubuh Keinginan untuk mual dan muntah
Batasan Karakteristik makan ketika dalam b. Catat warna, jumlah,
keadaan sakitatau dan frekuensi
Subjektif
sedang menjalani muntah
a. Kram abdomen pengobatan c. Tentukan motivasi
b. Nyeri abdomen b. Memperlihatkan status pasien untuk
c. Menolak makan gizi yang adekuat mengubah kebiasaan
d. Persepsi c. Mengungkapkan tekad makan
ketidakmampuan untuk untuk mematuhi diet d. Manajemen nutrisi
mencerna makanan d. Mempertahankan NIC:
e. Melaporkan perubahan massa tubuh dan berat e. Ketahui makanan
sensasi rasa badan dalam batas kesukaan pasien
f. Merasa cepat kenyang normal f. Tentukan
setelah mengomsumsi e. Melaporkan tingkat kemampuan pasien
makanan ekergi yang adekuat. untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
Objektif
g. Pantau kandungan
a. Diare atau steatore nutrisi dan kalori
b. Bising usus hiperaktif pada catatan asupan
c. Kurangnya minat h. Timbang pasien
terhadap makanan pada interval yang
d. Membran mukosa pucat tepat
e. Tonus otot buruk i. Ajarkan orang tua
f. Menolak untuk makan dan anak tentang
g. Kelemahan otot untuk makanan yang
menelan atau mengunyah bergizi dan
tidakmahal
Faktor yang Berhubungan
j. Berikan informasi
a. Kesulitan mengunyah yang tepat tentang
atau menelan kebutuhan nutrisi
b. Intoleransi makanan dan
c. Faktor ekonomi bagaimanamemenuh
d. Kebutuhan metabolik inya
tinggi k. Berikan makanan
e. Kurang pengetahuan dalam porsi sedikit
dasar tentang nutrisi tetapi sering dengan
f. Hilang nafsu makan makananyang
g. Mual dan muntah bervariasi
h. Pengabaian oleh orang l. Membantu pasien
tua untuk makan
m. Kolaborasi
pemberian obat
antiemetik dan atau
analgesik
sebelummakan atau
sesuai dengan
jadwal yang
dianjurkan.
n. Ansietas
o. Batasan
Karakteristik
p. Perilaku
q. Batasana
Karakteristik
r. Perilaku
s. Penurunan
produktivitas
t. Mengekspresikan
kekhawatiran akibat
perubahan dalam
peristiwahidup
u. Gerakan yang tidak
relevan (misalnya
mengeret kaki,
gerakan lengan)
v. Gelisah
w. Memandang sekilas
x. Insomnia
y. Kontak mata buruk
z. Resah
aa. Menyelidik dan
tidak waspada
bb. Afektif
cc. Gelisah
dd. Kesedihan yang
mendalam
ee. Distres
ff. Ketakutan
gg. Perasaan tidak
adekuat
hh. Fokus pada diri
sendiri
ii. Peningkatan
kekhawatiran
jj. Iritabilitas
kk. Gugup
ll. Gembira berlebihan
mm. Nyeri dan
peningkatan
ketidakberdayaan
yang persisten
nn. Marah
oo. Menyesal
pp. Perasaan takut
qq. Ketidakpastian
rr. Khawatir

6 f. ss.

Gelisah Skala Nyeri NOC

Nilai Skala Nyeri

0 Tidak nyeri

1 Seperti gatal, tersetrum / nyut-nyut


2 Seperti melilit atau terpukul

3 Seperti perih

4 Seperti keram

5 Seperti tertekan atau tergesek

6 Seperti terbakar atau ditusuk-tusuk

7-9 Sangat nyeri tetapi dapat dikontrol oleh klien dengan aktivitas yang
biasa dilakukan

10 Sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol oleh lien

Keterangan : 1-3 ( Neyeri ringan )

4-6 ( Nyeri sedang )

7-9 ( Nyeri berat )

10 ( Sangat nyeri )

Tujuan dan Kriteria Hasil menurut Wilkinson (2007)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan ebutuhan nutrisi pasien


terpenuhi dengan kriteria hasil: asupan makanan dan cairan adekuat,zat gizi
terpenuhi, asupan cairan oral atau IV dapat terpenuhi dengan baik,serta mencapai
berat badan ideal.

3.6 Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupaserangkaian


kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yangoptimal.Pada tahap ini
perawat menggunakan segala kemampuan yang dimilikidalam melaksanakan tindakan
keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post
apendektomi.
Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen,interdependen dan
dependen.Pada fungsi independen adalah mencakup dari semuakegiatan yang diprakarsai oleh
perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan danketerampilan yang dimilikinya pada fungsi
interdependen adalah dimana fungsi yangdilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin
ilmu yang lain dalamkeperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen
adalah fungsiyang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.

3.7 Evaluasi

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telahdilakukan


pada klien perlu dilakukan evaluasi dengan menganukan pertanyaan sebagai berikut

a.Apakah klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?

b.Apakah klien dapat terhidar dari bahaya infeksi?


Kata Pengantar
https://penulismuda601.wordpress.com/2016/08/30/asuhan-keperawatan-pada-asien-
appendicitis/

https://www.academia.edu/8958096/Laporan_Pendahuluan_Appendisitis

https://www.academia.edu/19622343/ASKEP_APENDISITIS

Vous aimerez peut-être aussi