Vous êtes sur la page 1sur 8

e-J.

Agrotekbis 5 (2) : 204 - 211, April 2017 ISSN : 2338 -3011

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MORFOLOGI SPORA FUNGI


MIKORIZA ARBUSKULA PADA DAERAH PERAKARAN
BEBERAPA TANAMAN HORTIKULTURA
DI LAHAN PERTANIAN DESA SIDERA
Isolation and Morphology Identification of Spores
of Arbuscular Mycorrhiza Fungi in The Rhizosfer Area
of Some Horticulture Plants in Farming Land of The Sidera Village

Nur Samsi1), Y. S. Pata’dungan2), Abd Rahim Thaha2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Kampus 2 Morowali.
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Tadulako. Palu.
E-mail : nursyam.agrotek90@gmail.com. E-mail : ypatadungan@yahoo.com. E-mail : abdulrahim.thaha@gmail.com

ABSTRACT

The aims of the study were to determine the existence and the number of spores, and
to determine the characteristics of spores morphology of arbuscular mycorrhiza fungi. The study
was conducted on July to September 2015. Method used in this study was a descriptive explorative
method with the purposive sampling to take a sample of the soil. While the process of this study
covering : to get permission used of location, field collection data, determination point to take soil
sample, taking soil sample, analysis of the soil characteristics was done Laboratory, isolation of
AMFspores and identification morphology of AMFspores. The results of the research showed
thatthe highest spores population found in the onion rhizosfer, that were 344 spores / 10 g soil,
while the lowest number of spores found in the tomatoes rhizosfer that were14 spores / 10 g soil.
The characteristics of morphology AMFspores found were a round, oval and elips. The colour of
spores ranging from the clear, yellow to brown and orange.

Key Words : Arbuscular Mycorrhiza Fungi, horticulture, identification, isolation.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan jumlah spora serta mengetahui
karakteristik morfologi spora Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA). Penelitian ini dilaksanakan dari
bulan Juli sampai dengan September 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif eksploratif dengan cara purposive sampling untuk pengambilan sampel tanah.
Sedangkan tahapan dari penelitian ini meliputi : perizinan lokasi, pengambilan dan pengumpulan
data di lapangan, penentuan titik lokasi pengambilan sampel tanah, pengambilan sampel tanah,
analisis sifat-sifat tanah di laboratorium, isolasi spora FMA dan identifikasi morfologi spora FMA.
Hasil penelitian menunjukkan populasi spora yang tertinggi ditemukan pada sampel tanah daerah
perakaran tanaman bawang merah yaitu 344 spora per 10 g tanah sedangkan jumlah spora yang
terendah yaitu pada sampel tanah daerah perakaran tanaman tomat dengan jumlah 14 spora per 10 g
tanah. Karakteristik morfologi spora yang ditemukan berbentuk bulat, lonjong dan elips. Warna
spora mulai dari bening, kuning sampai kecoklatan, dan oranye.

Kata Kunci : Fungi Mikoriza Arbuskula, hortikultura, identifikasi, isolasi.

204
PENDAHULUAN mempengaruhi sebaran FMA yaitu struktur
tanah, unsur hara P, N dalam tanah,
Hortikultura adalah komoditas kandungan C organik, air, pH, dan suhu
yang memiliki masa depan sangat cerah tanah (Hartoyo dkk., 2011). Perbedaan
menilik dari keunggulan komparatif dan lokasi dan rhizosfer juga menyebabkan
kompetitif yang dimilikinya dalam perbedaan keanekaragaman spesies dan
pemulihan perekonomian waktu mendatang. populasi FMA, selain itu semua FMA tidak
Kabupaten Sigi merupakan salah satu mempunyai sifat morfologi dan fisiologi
daerah yang unggul dalam bidang pertanian, yang sama, oleh karena itu sangat penting
sebagian besar daerah tersebut dilingkupi untuk mengetahui identitasnya (Budi, 2009
oleh lahan-lahan pertanian. Jenis-jenis dalam Hartoyo dkk., 2011)
tanaman yang dibudidayakan diwilayah Di Kabupaten Sigi khususnya di
tersebut meliputi tanaman hortikultura, lahan pertanian Desa Sidera penelitian
tanaman pangan, dan tanaman perkebunan mengenai mikoriza belum banyak dilakukan
(BPS Sigi, 2014) Salah satu daerah di khususnya mengenai keberadaanya,
Kabupaten Sigi yang unggul dalam bidang populasinya dan karakteristik morfologi
pertaniannya khususnya yang mengembangkan
dari FMA pada daerah perakaran beberapa
tanaman hortikultura adalah Desa Sidera.
tanaman hortikultura. Salah satu cara yang
Jenis tanaman hortikultura yang dominan di
dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah
lahan pertanian Desa Sidera yaitu jenis
atau populasi dari spora FMA adalah
sayur-sayuran seperti tanaman cabai, tomat,
dengan cara isolasi. Isolasi dilakukan
bawang merah, terung dan kacang panjang.
agar spora terpisah dari sampel tanah
Tanah sebagai tempat tumbuh
tanaman perlu dijaga kelestariannya karena sehingga karakteristik spora FMA dan
di dalam tanah, terutama daerah rhizosfer jumlahnya dapat diketahui. Sedangkan
tanaman banyak jasad mikro yang berguna untuk mengetahui karakteristik morfologi
bagi tanaman. Salah satunya adalah dari spora FMA dapat dilakukan identifikasi
cendawan mikoriza. Mikoriza dikenal morfologi. Identifkasi morfologi yang
dengan jamur tanah karena habitatnya dilakukan yaitu melihat bentuk dan warna
berada di area perakaran (rhizosfer). spora FMA.
Mikoriza berasal dari dua suku kata yaitu Penelitian FMA di lahan pertanian
mykes/miko (jamur/cendawan) dan rhiza Desa Sidera belum banyak dilakukan
(akar) sehingga bisa juga dikatakan serta adanya perbedaan populasi dan
sebagai jamur akar (Syib’li, 2008). sifat morfologi dari spora FMA, maka
Hampir 80% spesies tanaman yang perlu diketahui jumlah dan karakteristik
ada di alam berinteraksi atau bersimbiosis morfologinya. Oleh karena itu, perlu
dengan mikoriza. Bentuk simbiosisnya dilakukan isolasi dan identifikasi morfologi
adalah terjadi pertukaran antara hara dan spora FMA di lahan pertanian Desa Sidera.
karbohidrat, simbiosis ini terjadi saling Dengan alasan tersebut penelitian Isolasi
menguntungkan dimana mikoriza memperoleh dan Identifikasi Morfologi Spora Fungi
karbohidrat dan unsur pertumbuhan lain Mikoriza Arbuskula (FMA) pada Daerah
dari tanaman inang, sebaliknya mikoriza Perakaran Beberapa Tanaman Hortikultura
memberi keuntungan kepada tanaman inang di Lahan Pertanian Desa Sidera dilakukan.
dengan cara membantu tanaman dalam Tujuan penelitian ini adalah untuk
menyerap unsur hara terutama unsur P mengetahui keberadaan dan jumlah spora
(Husna dkk., 2007) serta mengetahui karakteristik morfologi
Keanekaragaman dan penyebaran spora fungi mikoriza arbuskula (FMA)
mikoriza sangat bervariasi, hal ini dapat disekitar perakaran beberapa tanaman
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang hortikultura (cabai rawit, bawang merah,
bervariasi. Faktor lingkungan tersebut yang terung ungu, tomat dan kacang panjang).

205
METODE PENELITIAN teknik tuang saring basah (Pacioni, 1992
dalam Saputra dkk., 2015) dan teknik
Lokasi pengambilan sampel tanah di sentrifugasi (Brundrett et al., 1996., dalam
Desa Sidera Kecamatan Sigi Biromaru, Saputra dkk., 2015). Prosedur kerja teknik
Kabupaten Sigi. Analisis tanah dilaksanakan penyaringan basah adalah mencampurkan
di Laboratorium Ilmu Tanah dan Pengamatan tanah sampel sebanyak 10 g dengan 100 ml
spora dilaksanakan di Laboratorium air dan diaduk merata selama 8 menit dan
Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas didiamkan selama 4 menit agar partikel-
Tadulako, Palu. Penelitian ini dilaksanakan partikel besar mengendap. Selanjutnya dituang
pada bulan Juli - September 2015. ke atas saringan teh yang dibawahnya
Bahan utama yang digunakan diletakkan satu set saringan dengan ukuran
yaitu, sampel tanah yang berasal disekitar 250µm, 125µm dan 63µm secara berurutan
perakaran tanaman hortikultura (cabai rawit, dari atas ke bawah. Dari saringan bagian
bawang merah, terung ungu, tomat dan atas disemprot dengan air menggunakan
kacang panjang). Bahan-bahan laboratorium labu semprot untuk memudahkan bahan
yang digunakan yaitu kertas saring, kertas saringan lolos. Kemudian saringan paling
label, Pvlg, aquades, H2O, KCl 1 M, kalium atas dilepas dan saringan kedua kembali
dikromat (K2Cr2O7), asam sulfat pekat (H2SO4),
disemprot dengan air.
ferro ammonium sulfat ( FeSO4) (NH4)SO4
Tanah yang tersisa pada saringan
: 6 H2O ), Asam Fosfat (H3PO4), Natrium
250 µm, 125 µm dan 63 µm dipindahkan
Florida (NaF) dan indikator difenilamin.
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif aquades sebanyak 25 ml dan disentrifugasi
eksploratif dengan cara purposive sampling dengan kecepatan 3500 RPM selama 4
untuk pengambilan sampel tanah yaitu menit. Supernatan yang terbentuk dituang
pengambilan sampel tanah yang lokasinya pada kertas saring yang ada didalam corong
ditentukan berdasarkan pertimbangan plastik dan dibawahnya diletakkan gelas
peneliti. Pelaksanaannya dilakukan dengan plastik untuk menanpung air sisa saringan,
survei lapangan dan didukung oleh data dari selanjutnya kertas saring tersebut dipindahkan
hasil analisis laboratorium. kedalam cawan petri kemudian mengamati
Pengambilan Sampel Tanah. spora mikoriza yang terdapat pada kertas
Sampel tanah yang diambil yaitu sampel saring tersebut dengan menggunakan
tanah tidak utuh. Pengambilan sampel mikroskop. Jika terdapat spora maka
tanah dilakukan pada masing-masing menangkapnya dengan menggunakan kuas
daerah perakaran tanaman hortikultura bambu/tusuk gigi kemudian spora diletakkan
(cabai, tomat, bawang merah, kacang pada gelas objek yang telah ditetesi PVLG.
panjang dan terong) sebelum pengambilan Identifikasi Morfologi Spora FMA.
sampel tanah terlebih dahulu dilakukan Identifikasi fungi mikoriza arbuskula
pengukuran 0-10 cm dari pokok/pohon dilakukan berdasarkan kesamaan karakteristik
tanaman kemudian pada jarak 10 cm dari morfologi spora meliputi warna dan bentuk
pohon tanaman tersebut dilakukan spora. Tahapan identifikasi fungi mikoriza
penggalian tanah dengan kedalaman 0-20 arbuskula sebagai berikut :
cm dari permukaan tanah. Setelah digali a. Warna spora : menggunakan standar
dilakukan pengambilan sampel tanah colour chart yang umum digunakan.
sebanyak 200 g. Sampel-sampel tanah Warna- warna spora mikoriza berkisar
tersebut dimasukkan kedalam kantong hialin kuning, kuning kehijauan, coklat,
plastik yang berbeda-beda lalu diberi coklat kemerahan sampai coklat hitam.
label berdasarkan tempat pengambilannya. b. Bentuk spora : secara umum bentuk
Isolasi Spora FMA. Isolasi spora FMA spora adalah bulat globe, sub globose,
menggunakan metode kombinasi antara oval dan oblong (Brundrett et al., 1996

206
HASIL DAN PEMBAHASAN FMA serta kemungkinan tidak adanya
jamur antagonis yang menghambat
Jumlah Spora Fungi Mikoriza Arbuskula sporulasi FMA. Sedangkan pada sampel
(FMA). Berdasarkan hasil penelitian dari tanah daerah perakaran tanaman kacang
kelima sampel tanah disekitar perakaran panjang, terung dan tomat yang jumlah
beberapa tanaman hortikultura di lahan sporanya rendah diduga disebabkan pada
pertanian desa Sidera, jumlah spora FMA saat pengambilan contoh tanah FMA belum
yang ditemukan per 10 g tanah dapat dilihat bersporulasi serta adanya faktor lingkungan
pada Tabel 1. seperti kondisi tanah yang tidak sesuai
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat untuk pertumbuhan dan perkembangan
bahwa masing-masing sampel tanah spora FMA.
memiliki jumlah spora FMA yang berbeda- Secara keseluruhan juga didapatkan
beda. Perbedaan jumlah spora tersebut bahwa jumlah spora FMA lebih banyak
diduga karena perbedaan kondisi dan ditemukan atau dijumpai pada saringan
kandungan tanah seperti yang dikemukakan berukuran 63µm dibandingkan dengan
Safir dan Duniway, (1982) bahwa sebaran saringan berukuran 250 µm dan 125 µm.
mikoriza dipengaruhi oleh banyak faktor Hal ini diduga karena jenis spora yang
antara lain kondisi fisik dan kimia tanah. ditemukan pada lokasi penelitian banyak
Menurut Daniels dan Skipper, jenis Glomus seperti dinyatakan Nusantara
(1982) tanah mempunyai populasi spora dkk., (2012) bahwa spora glomus memiliki
FMA yang tinggi apabila kerapatan ukuran spora rata-rata 50-100 µm sehingga
sporanya adalah 20 per g tanah (200 per 10 spora yang ditemukan lebih banyak pada
g tanah). Berdasarkan pendapat tersebut saringan berukuran 63 µm.
hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya
sampel tanah daerah perakaran tanaman Karakteristik Morfologi Spora FMA.
bawang merah dan cabai yang jumlah sporanya Berdasarkan identifikasi morfologi (bentuk
tergolong tinggi sedangkan sampel tanah dan warna) maka genus FMA yang
daerah perakaran kacang panjang, terung ditemukan terdiri dari tiga genus yaitu
dan tomat jumlah sporanya tergolong rendah. Glomus, Gigaspora dan Acaulospora.
Tingginya jumlah spora pada Genus Glomus ini dicirikan dengan bentuk
sampel tanah bawang merah dan cabai bulat, dinding spora terdiri atas lebih dari
tersebut diduga disebabkan kondisi satu lapis. Warna spora genus glomus
lingkungan yang lebih sesuai seperti kadar bervariasi mulai dari kuning, kuning
air tanah dan kandungan P total dalam kecoklatan, coklat kekuningan, coklat
tanah untuk perkembangan FMA hal ini muda, hingga coklat tua dan kehitaman
seperti yang dikemukakan Puspitasari dkk., (INVAM, 2014). Spora yang ditemukan
(2012) bahwa populasi spora FMA berbentuk bulat sampai lonjong, warna
yang tinggi diduga disebabkan kondisi spora mulai dari bening, kuning sampai
lingkungan yang lebih sesuai, optimal, kecoklatan dan dinding spora terdiri atas
dan kompatibel dalam mendukung 1-3 lapisan dinding spora berwarna
pertumbuhan dan perkembangan spora merah hingga kecoklatan.

Tabel 1. Jumlah Spora Fungi Mikoriza Arbuskula (Per 10 g Tanah)


Jumlah Spora pada Setiap Ukuran Saringan
No. Komoditas Jumlah
250 µm 125 µm 63 µm
1. Bawang merah 0 16 328 344 spora
2. Cabai rawit 1 6 312 319 spora
3. Terung ungu 0 6 116 122 spora
4. Kacang panjang 0 5 20 25 spora
5. Tomat 0 3 11 14 spora

207
Tabel 2. Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Daerah Perakaran Beberapa Tanaman
Hortikultura di Lahan Pertanian Sidera
pH 1: 2,5
No. Sumber Tanaman P-Total C-organik (%) Kadar Air (%)
H20 KCl
1. Bawang merah 6,51 5,08 20,47 0,82 11,04
2. Cabai 5,60 4,33 24,69 1,40 14,09
3. Terung 5,06 3,61 24,95 1,43 13,42
4. Kacang panjang 6,26 4,70 28,12 1,88 15,68
5. Tomat 5,98 4,68 29,14 1,05 19,38

Genus Gigaspora dicirikan dengan kimia tanah pH dari kelima sampel tanah
karakteristik khasnya memiliki bulbous tergolong rendah atau agak masam. Umumnya
suspensor. Spora Gigaspora berukuran relatif mikoriza tahan terhadap perubahan pH
besar dan memiliki bentuk bulat. Warna tanah sehingga pada tanah alkalis ataupun
spora bervariasi mulai dari warna kuning, sangat masam sekalipun FMA dapat
kuning kehijauan, kuning kecoklatan hingga ditemukan namun jumlah FMA tersebut
coklat kekuningan (INVAM, 2014). Spora tergantung daya adaptasi masing-masing
gigaspora yang ditemukan berbentuk bulat, FMA untuk dapat berkembang dengan
berwarna kuning, memiliki dinding hanya 1 baik. Hal ini dipertegas oleh Maas dan
lapis dan berukuran besar tersaring pada Nieman (1978) bahwa pH optimum untuk
saringan berukuran 250 µm. perkembangan fungi mikoriza berbeda-beda
Genus Acaulospora dicirikan tergantung pada adaptasi fungi mikoriza
dengan memiliki bentuk globus, sub globus, terhadap lingkungan. Menurut Tuheteru,
irregular hingga elips. Dinding spora terdiri (2003) pH optimum untuk perkembangan
dari 2 lapisan dimana dinding spora FMA berkisar 5.6 -7 untuk glomus,
terdalam dilengkapi dengan germination pH 4-6 untuk Gigaspora dan pH 4-5
orb. Warna spora bervariasi mulai dari untuk acaulospora.
kuning, oranye, kecoklatan, merah tua Faktor lingkungan selanjutnya yang
hingga merah kecoklatan (INVAM, 2014). berpengaruh terhadap jumlah spora adalah
Spora acaulospora yang ditemukan berbentuk C-organik. C-organik merupakan kandungan
bulat dan elips, berwarna oranye dan kuning bahan organik dalam tanah, berperan dalam
pudar, dinding spora terdiri dari 2 lapisan. proses mineralisasi. Hasil mineralisasi ini
Kondisi dan Kandungan Tanah. Hasil akan menghasilkan senyawa anorganik
analisis kandungan tanah dari kelima yang dapat langsung diserap oleh tanaman,
sampel meliputi pH tanah, P-total, C- sehingga kebutuhan unsur hara menjadi
organik dan Kadar air tanah dapat dilihat tercukupi (Madjid, 2009 dalam Nurhalimah
pada Tabel 2. dkk., 2014).
Hasil pengukuran kondisi dan Berdasarkan hasil penelitian
kandungan tanah merupakan faktor diperoleh nilai kandungan C-organik dari
yang mempengaruhi perkembangan dan kelima sampel berkisar 0.82-1.88%
kepadatan jumlah spora FMA dari kelima berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia
sampel. Sedangkan pH tanah dapat tanah kandungan C-organik sampel tanah
berpengaruh langsung terhadap aktivitas bawang merah tergolong sangat rendah
enzim yang berperan dalam perkecambahan, yaitu <1% sedangkan sampel tanah
perkembangan dan peran mikoriza terhadap cabai, terung, kacang panjang dan tomat
pertumbuhan tanaman (Maas dan Nieman kandungan C-organiknya tergolong rendah
1978). Berdasarkan hasil analisis tanah yaitu 1.00-2.00.
pH H2O dari kelima sampel berkisar 5.6- Hasil penelitian menunjukkan jumlah
6.51 berdasarkan kriteria penilaian sifat spora FMA paling banyak ditemukan pada
208
sampel tanah yang kandungan C organiknya terutama kandungan P semakin tinggi akan
sangat rendah sedangkan semakin tinggi menghambat pertumbuhan FMA sehingga
nilai C organik jumlah spora yang ditemukan menyebabkan jumlah spora FMA akan
sangat sedikit. Hal ini diduga ketika bahan berkurang. Hal ini sesuai pendapat
organik banyak di dalam tanah akan (Nurtjahya dkk., 2011 dalam Raharja, 2015)
mempengaruhi kelembaban tanah akibatnya yang menyatakan bahwa kondisi lahan
proses sporulasi FMA lebih rendah dengan konsentrasi P tersedia yang tinggi
sehingga jumlah spora akan rendah pula dapat menghambat produksi spora karena
hal ini sesuai pernyataan Hardjowigeno, mengurangi pengaruh inokulasi FMA
(2003) bahwa Banyaknya bahan organik terhadap tumbuhan.
mempengaruhi status kelembaban tanah Salah satu sifat fisik tanah yang
karena salah satu peranan bahan organik berpengaruh terhadap jumlah spora FMA
adalah meningkatkan kemampuan tanah adalah kadar air tanah. Berdasarkan hasil
untuk menahan air. Pada kondisi tanah yang penelitian jumlah spora FMA lebih banyak
lembab, proses sporulasi (pembentukan ditemukan pada tanah yang nilai kadar
spora) FMA menjadi lebih rendah sehingga airnya rendah dibanding pada tanah yang
jumlah spora yang terkandung dalam tanah nilai kadar airnya tinggi. Pada saat musim
juga sedikit (Burhanuddin, 2012). Selain itu kemarau dengan ketersediaan air berkurang
jumlah spora yang sedikit ini dapat untuk mengatasi lingkungan yang kering,
disebabkan faktor lain seperti kandungan P FMA akan membentuk spora untuk bertahan
dan kadar air tanah. hidup sehingga jumlah spora menjadi lebih
Hasil penelitian ini sama halnya banyak, sedangkan di saat musim hujan
seperti hasil penelitian Puspitasari dkk., dengan ketersediaan air yang banyak akan
(2012) pada lahan jagung Sampang Madura merangsang spora berkecambah sehingga
yang menemukan jumlah spora paling jumlah spora menjadi lebih rendah
banyak pada kandungan C-organik sangat (Guadarrama et al., 2014).
rendah dibanding pada kandungan C- Selain itu banyaknya jumlah spora
organik yang tinggi. tersebut diduga ketika ketersediaan air rendah
Selain pH tanah dan kandungan C di dalam tanah khususnya disekitar perakaran
organik faktor lain yang berpengaruh tanaman inang akan menyebabkan tanaman
terhadap jumlah spora FMA adalah tersebut mengalami cekaman air, jika
kandungan P-total. Berdasarkan hasil cekaman air pada tanaman berlangsung
analisis tanah nilai P-total dari kelima lama akan menyebabkan pertumbuhan
sampel berkisar 20.47-29.14 mg/100 g tanaman inang terganggu dan pada akhirnya
(Tabel 2) berdasarkan kriteria penilaian tanaman akan mati, hal inilah yang memacu
sifat kimia tanah nilai P-total pada sampel FMA tersebut untuk memproduksi spora
tanah daerah perakaran bawang merah yang banyak. Hal ini sesuai pendapat
tergolong rendah sedangkan sampel tanah (Cuenca dan Lovera, 2010) yaitu fungi akan
daerah perakaran cabai, terung, kacang membentuk spora jika kondisi lingkungan
panjang dan tomat tergolong sedang. tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman
Hubungan antara kandungan P-total inang. Mikoriza apabila mengalami tekanan
dengan jumlah spora FMA berdasarkan pada lingkungannya maka akan cenderung
hasil penelitian ditemukan bahwa semakin membentuk alat reproduksi (spora) lebih
tinggi nilai P-total jumlah spora FMA banyak (Tarmedi, 2006 dalam dkk., 2015).
yang ditemukan semakin sedikit begitupun
sebaliknya semakin rendah nilai P-total KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah spora FMA yang ditemukan
semakin banyak. Rendahnya jumlah spora Kesimpulan.
FMA tersebut kemungkinan disebabkan Populasi spora fungi mikoriza arbuskula
pada tanah-tanah yang kesuburannya tinggi yang tertinggi ditemukan pada daerah

209
perakaran tanaman bawang merah yaitu 345 Mycorrhizal Fungal Communities in
spora per 10 g tanah selanjutnya populasi Changing Environments: The Effect of
Seasonality and Anthropogenic Disturbance
spora yang tertinggi ke 2 yaitu pada risosfir in a Seasonal Dry Forest. Pedobiologia-J.
tanaman cabai dengan jumlah 319 spora per of Soil Biology 5 (7) : 87–95.
10 g tanah, selanjutnya risosfir tanaman
terung dengan jumlah 126 spora per 10 g Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta.
tanah, kemudian risosfir tanaman kacang Akademik Press.
panjang dengan jumlah 25 spora per 10 g Hartoyo, B., M. Ghulamahdi, L.K. Darusman, S.A.
tanah. sedangkan jumlah spora yang Aziz, dan I. Mansur. 2011. Keanekaragaman
terendah yaitu pada risosfir tanaman tomat Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada
dengan jumlah 14 spora per 10 g tanah. Rizosfer Tanaman Pegagan (Centella
Berdasarkan identifikasi morfologi asiatica L) Urban. J. Littri 17 (1) : 32- 40.
(bentuk dan warna) maka genus FMA yang
Hermawan, H., A. Muin dan R.S. Wulandari. 2015.
ditemukan terdiri dari tiga genus yaitu Kelimpahan Fungi Mikoriza Arbuskula
Glomus, Gigaspora dan Acaulospora. (FMA) Pada Tegakan Ekaliptus (Eucalyptus
Saran. pelita) Berdasarkan Tingkat Kedalaman
Diperlukan adanya penelitian di di Lahan Gambut. J. Hutan Lestari 3 (1) :
Desa lain guna mendapatkan perbandingan 124-132.
spora yang bersimbiosis di rhizosfer
tanaman Bawang merah, Cabai, Terung, Husna, F.D. Tuheteru dan Mahfudz. 2007. Aplikasi
Mikoriza Untuk Memacu Pertumbuhan
Kacang Panjang dan tomat mengingat
Jati di Muna. J. Balai Besar Penelitian
penelitian ini hanya dilakukan di satu Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
desa saja. Serta Diperlukannya juga Hutan 5 (1) : 110-127.
mengidentifikasi spora secara molekuler
yang bertujuan untuk mengetahui spesies INVAM. 2014. International Culture Collection of
dan karakteristik spora dengan jelas. (Vesicular) Arbuscular Mycorrhizal Fungi.
Tersedia di < URL: http://invam. caf. Wvu.
DAFTAR PUSTAKA Edu/Myco-info/Taxonomy/species descrip
tions/>. Diakses pada Tanggal 25 Desember
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sigi. 2014. 2015.
Statistik Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Kabupaten Sigi. Maas, E.V. and R.H. Nieman. 1978. Physiology of
Plant Tolerance to Salinity. In GA Jung
Brundrett, M.C., N. Bougherr, B. Dells, T. Grove (Ed). Crop tolerance to Sub Optimal land
and N. Malajczuk. 1996. Working with Conditions”. ASA Spec : 277-299.
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture.
Prairie Printers. Canberra. Australia. Nurhalimah, S., S. Nurhatika dan A. Muhibudin.
2014. Eksplorasi Mikoriza Vesikular
Burhanuddin. 2012. Keanekaragaman Jenis Jamur Arbuskular (MVA) Indigenous pada Tanah
Mikoriza Arbuskula pada Tanaman Jabon Regosol di Pamekasan Madura. J. Sains
(Anthocephalus spp). J. Tengkawang 2 (1) : dan Seni Pomits. 3 (1) : 30-34.
10-8.

Cuenca, G. and M. Lovera. 2010. Seasonal Variation Nusantara, A.D., Y.H. Bertham dan I. Mansur. 2012.
and Distribution at Different Soil Depts of Bekerja dengan Fungi Mikoriza Arbuskula.
Arbuscular Mycorhizal Fungi Spores In: A Seameo Biotrop. Bogor.
Tropical Selerophyllous Shrubland. Botany,
88 : 54-64. Puspitasari D., K. Indah dan H. Anton. 2012.
Eksplorasi Vesicular Arbuscular Mycorrhiza
Daniels, A and H.D. Skipper. 1982. Methods for The (VAM) Indigenus pada Lahan Jagung
Recovery and Quantitative Estimation of Sampang Madura. J. Sains dan Seni ITS
Propagules from Soil. Research. American Surabaya 1 (2). September 2012.
Phytopath. p : 29-35.
Raharja, N.C. 2015. Isolasi dan Identifikasi Fungi
Guadarrama, P., S. Castillo, J.A. Ramos-Zapata and Mikorizaarbuskula (Fma) Lokal pada
L.V. Hernandez-Cueves. 2014. Arbuscular Rhizosfer Rumput Lahan Pasca Tambang

210
Timah di Kabupaten Belitung Timur. Tanaman Pisang Nipah (Musa paradisiaca
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. L. var. nipah) di Kabupaten Pontianak.
J. Protobiont. 4 (1) : 160-169.
Safir, G. R. and J.W. Duniway. 1982. Evaluation of
Plant Response to Colonization by Syib’li. M. A. 2008. Jati Mikoriza, Sebuah
Vesicular-Arbuscular Mycorrhizal Fungi Upaya Mengembalikan Eksistensi Hutan
(environmental variables). In Schenck, dan Ekonomi Indonesia. Tersedia di http://-
N. C. (eds). Method and Principles of www.kabarindonesia.com. Diakses pada
Mycorrhizal Research. APS Press. The Tanggal 15 Mei 2015.
American Phytopathological Society. St.
Paul. Minnesota. Tuheteru FD. 2003. Aplikasi Asam Humat terhadap
Sporulasi CMA dari Bawah Tegakan Alami
Saputra, B., R. Linda dan I. Lovadi. 2015. Sengon. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.
Jamur Mikoriza Vesikular Arbuskular Bogor (ID).
(MVA) pada Tiga Jenis Tanah Rhizosfer

211

Vous aimerez peut-être aussi