Vous êtes sur la page 1sur 10

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.

2, Juli 2011

EFEKTIFITAS PELATIHAN PERAWATAN DIRI TERHADAP DUKUNGAN EMOSIONAL


DAN INSTRUMENTAL KELUARGA PENDERITA KUSTA

Listyorini Wulandari1, Dwi Linna Suswardany2, Artika Fristi Firnawati3


1,2,3 Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRACT
The leprosy patients in a deform condition are still many, so that self care is needed in order to
prevent this aggravating condition. The aim of this research was to evaluate the effectiveness
of self care training towards family support improvement to leprosy patients in Harapan Kita
Association, Padas Subdistrict, Ngawi Regency. This research used pre experiment method
with static group comparation approach. There were treatment group and control group in this
research. The treatment group were leprosy patients that attended self care training as many
as 43 respondents while the group of control were leprosy patients that did not attend self care
training as many as 35 respondents. The sampling method for treatment group was exhaustive
sampling while for group of control used purposive sampling. The data were analysed using t-
test independent. The result indicated that self care training was effective for improving
emotional support (p= 0.025) and instrumental support (p= 0.044) of the family. However, it
was not effective for improving informative support (p = 0.792) and appreciation support (p =
0.354) of the family.

Keyword : self care training, family support, emotional support, instrumental support

PENDAHULUAN Mycobacterium leprae (Depkes RI, 2007)


Penyakit kusta saat ini masih yang pertama menyerang saraf tepi,
menjadi salah satu masalah kesehatan selanjutnya dapat menyerang kulit,
dunia. Dampak sosial terhadap penyakit mukosa mulut, saluran napas bagian atas,
kusta ini cukup besar sehingga tidak hanya sistem retikuloendotelial, mata, otot,
berdampak pada penderita sendiri, tetapi tulang, dan testis, kecuali susunan saraf
juga terhadap keluarga, masyarakat, dan pusat (Amirudin dkk, 2003). Tanda
negara. Hal ini mempengaruhi konsep klinisnya muncul bercak-bercak putih di
perilaku penerimaan penderita terhadap permukaan kulit dalam berbagai bentuk,
penyakitnya dimana beberapa penderita sebagian besar berbentuk area yang
masih menganggap bahwa penyakit kusta berwarna keputihan (mirip panu) dan mati
merupakan penyakit keturunan kutukan rasa (Soewono, 2009).
Tuhan, dan najis. Akibat anggapan yang Pada awal tahun 2010 prevalensi
salah ini penderita kusta merasa putus asa kusta di seluruh dunia sebanyak 211.903
sehingga tidak tekun untuk berobat dan kasus dan prevalensi ini mengalami
melakukan perawatan diri (Zulkifli, 2003). penurunan 0,54% dibandingkan awal
Penyakit kusta adalah penyakit tahun 2009 sebanyak 213.036 kasus
menular, menahun dan disebabkan oleh (WHO, 2009). Mayoritas penderita kusta

62
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

berasal dari negara India sebesar 133.717 sebesar 125 kasus dengan proporsi cacat
kasus, Brazil 37.610 kasus, dan di tingkat 2 sebesar 32%. Jumlah penderita
Indonesia sebanyak 17.260 kasus (WHO, Multi basilar sebesar 70,4% dan penderita
2010). Pada tahun 2009, di Indonesia kusta tipe Pausi basilar sebesar 29,6%.
dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi Dengan ditemukannya penderita kusta di
basilar (MB) sebanyak 14.227 kasus dan Kecamatan Padas maka timbul pula
tipe Pausi basilar (PB) sebanyak 3.033 masalah penderita kusta dimana penderita
dengan Newly Case Detection Rate kusta perlu melakukan upaya pencegahan
(NCDR) sebesar 7,49 per 100.000 kecacatan agar tidak memperburuk
penduduk (Kementerian Kesehatan RI, keadaan bahkan timbul adanya kecacatan
2010). baru. Salah satu upaya pencegahan dapat
Tingginya jumlah penderita kusta dilakukan dengan perawatan diri penderita
di Indonesia hampir tersebar di setiap kusta.
provinsi. Pada tahun 2009 provinsi yang Menurut Firnawati (2010),
memiliki proporsi cacat tingkat 2 tertinggi perawatan diri memiliki hubungan yang
adalah Provinsi Jawa Timur dengan signifikan terhadap tingkat kecacatan
proporsi sebesar 10,37% (Kemeterian penderita kusta di Puskesmas Padas
Kesehatan Republik Indonesia, 2010). Kabupaten Ngawi. Penderita kusta di
Proporsi tersebut meningkat menjadi 13% Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi
pada tahun 2010 (Profil Kesehatan banyak melakukan perawatan diri secara
Provinsi Jawa Timur, 2011). Di Provinsi tidak tepat disebabkan oleh penderita yang
Jawa Timur jumlah kasus baru kusta tahun malas melakukan perawatan diri,
2009 (5.923 kasus) ini mengalami melakukan perawatan diri tidak secara
peningkatan 0,21% jika dibandingkan pada menyeluruh, tidak memeriksa diri sendiri
tahun 2008 (4.912 kasus) (Depkes RI, secara rutin ada tidaknya luka setelah
2009) yang terdiri dari 4.979 kasus kusta melakukan kegiatan, dan hanya
tipe Multi basilar (84,06%) dan 944 kasus melakukan perawatan diri apabila terdapat
kusta tipe Pausi basilar (15,94%) luka saja. Menurut Afandi (2010), sebesar
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). 72,9% penderita kusta di Kabupaten
Prevalensi Rate (PR) kusta tahun 2010 di Ngawi mendapatkan dukungan keluarga
Jawa Timur sebesar 1,64 per 10.000 dengan baik. Peran keluarga ini
penduduk (Profil Kesehatan Provinsi Jawa berhubungan dengan upaya pencegahan
Timur, 2011). Kabupaten Ngawi kecacatan dimana penderita dengan
merupakan salah satu daerah di Jawa dukungan anggota keluarga yang baik
Timur yang memiliki angka penemuan melakukan upaya pencegahan sebanyak
kasus yang tinggi dengan Prevalensi Rate 54,2%. Dengan demikian, perlu adanya
(PR) sebesar 0,5 per 10.000 penduduk. pelatihan perawatan diri terhadap
Pada tahun 2010 ditemukan jumlah penderita kusta dan keluarganya di
penderita baru sebanyak 42 orang Paguyuban Harapan Kita, Kecamatan
(Dinkes, 2011). Padas, Kabupaten Ngawi.
Kejadian kasus baru dan lama di Pelatihan perawatan diri yang
Paguyuban Harapan Kita Kecamatan dilakukan oleh tim Program Kreativitas
Padas hingga bulan Agustus tahun 2011 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah

63
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

Surakarta dan peneliti dilaksanakan pada Dukungan penghargaan keluarga dimana


tanggal 7 s.d. 10 April 2011 dengan keluarga bertindak sebagai sebuah
peserta penderita kusta dan didampingi bimbingan umpan balik, membimbing dan
oleh satu anggota keluarga, sehingga menengahi pemecahan masalah
keluarga mengetahui perawatan diri yang (menambah penghargaan diri).
harus dilakukan oleh penderita penyakit Menurut Widodo (2004),
kusta. Dari kegiatan tersebut diharapkan keefektifan pelatihan dapat diukur dalam
keluarga mampu mendukung upaya empat tahapan, yaitu reaction, learning,
perawatan diri penderita kusta. Peran behaviour, dan result. Pada tahapan
keluarga sangat penting untuk setiap reaction (reaksi) ini dilakukan evaluasi
aspek perawatan anggota keluarga, reaksi dan pendapat dari peserta
terutama pada upaya kuratif (pengobatan). mengenai pelatihan dan pembelajaran
Apabila ada anggota keluarga yang sakit, yang mereka terima yang dapat diukur
keluarga juga akan memperhatikan melalui isian hasil kuesioner yang
individu tersebut secara total dan dibagikan setelah pelatihan. Pada tahapan
memberikan perawatan yang dibutuhkan learning (belajar) bertujuan untuk
untuk mencapai keadaan sehat sampai mengukur pengetahuan setelah
tingkat optimum. Bentuk dukungan yang berakhirnya masa pelatihan dan bisa
diberikan oleh keluarga adalah semangat, dilakukan sebelum dan setelah pelatihan,
motivasi, pemberian nasihat, atau yakni bisa melalui wawancara maupun
mengawasi tentang pengobatan. observasi. Pada tahapan behaviour
Menurut Moksin (2010), terdapat (perilaku) yaitu mengevaluasi perilaku
empat jenis dukungan keluarga, yaitu yang dilaksanakan setelah pelatihan
dukungan emosional, dukungan berlangsung dan bisa diukur melalui
instrumental, dukungan informatif, dan wawancara dan observasi. Pada tahapan
dukungan penghargaan. Dukungan result (hasil) mengukur dampak pelatihan
emosional keluarga dimana keluarga terhadap pelatihan yang telah diberikan.
sebagai tempat yang aman dan damai Pada tahapan ini mengukur peningkatan
untuk istirahat dan pemulihan serta pada diri individu setelah mendapatkan
membantu penguasaan terhadap emosi pelatihan. Penelitian ini bertujuan untuk
meliputi ungkapan empati, kepedulian, dan mengevaluasi keefektifan pelatihan
perhatian terhadap penderita dalam perawatan diri terhadap peningkatan
perawatan diri. Dukungan instrumental dukungan keluarga penderita kusta di
keluarga dimana keluarga merupakan Paguyuban Harapan Kita Kecamatan
sumber pertolongan praktis dan konkrit Padas Kabupaten Ngawi. Dukungan
yang mencakup bantuan langsung seperti keluarga dilihat dari besarnya dukungan
dalam bentuk uang, peralatan, waktu emosional, instrumental, informatif, dan
maupun modifikasi lingkungan. Dukungan dukungan penghargaan keluarga yang
informatif keluarga dimana keluarga dirasakan oleh penderita kusta.
berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
penyebar informasi tentang dunia METODE PENELITIAN
mencakup memberi nasihat, petunjuk- Penelitian ini merupakan penelitian
petunjuk, sarana-sarana atau umpan balik. pra eksperimental dengan rancangan

64
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

penelitian Static Group Comparison, dan atau sedang sakit keras maka tidak
dimana rancangan penelitian ini dapat menjadi responden dalam penelitian
menggunakan dua kelompok subjek yang ini. Instrumen penelitian menggunakan
tidak dilakukan secara random. Kelompok kuesioner yang telah diuji validitas dan
pertama diberi perlakuan yaitu penderita reliabilitasnya, sedangkan analisis data
kusta yang mengikuti pelatihan perawatan dilakukan menggunakan uji t-test
diri pada tanggal 7 s.d. 10 April 2011 independent. Penelitian ini dilakukan pada
beserta keluarganya. Kelompok yang lain bulan September 2011, berselang lima
atau kelompok kontrol merupakan bulan dari pelaksanaan pelatihan guna
responden yang tidak mengikuti pelatihan memberi waktu pada keluarga untuk
perawatan diri. Jumlah sampel pada memberi dukungan pada penderita kusta
kelompok perlakuan sebesar 43 setelah mengikuti pelatihan.
responden dengan teknik pengambilan
sampel exhaustive sampling sedangkan HASIL DAN BAHASAN
jumlah sampel pada kelompok kontrol Responden penelitian ini adalah
sebesar 35 responden dengan teknik penderita kusta yang sebagian besar
pengambilan sampel menggunakan berjenis kelamin laki-laki (69,2%), bekerja
purposive sampling dari total populasi sebagai petani (78,2%), berpendidikan
kelompok kontrol sebesar 78 responden tamat SD atau sederajat (51,3%) yang
yang tidak mengikuti pelatihan. Semula menderita kusta tipe Multi basilar (74,4%)
kelompok kontrol direncanakan berjumlah dengan tingkat kecacatan terbanyak
sama dengan kelompok perlakuan, namun adalah adalah tingkat 0 (46,2%). Hasil
karena saat penelitian berlangsung banyak analisis univariat selengkapnya dapat
penderita yang sedang bekerja di luar kota dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Gambaran Dukungan Keluarga terhadap Penderita Kusta


Dukungan keluarga Tidak Mendukung Mendukung
N % N %
Dukungan emosional 39 50 39 50
Dukungan instrumental 57 73,1 21 26,9
Dukungan informative 48 61,5 30 38,5
Dukungan penghargaan 33 42,3 45 57,7

Dukungan emosional dinilai perawatan diri memiliki persentase yang


berdasarkan ungkapan empati, sama yaitu 50%. Dukungan instrumental
kepedulian, dan perhatian keluarga keluarga dinilai berdasarkan bantuan
terhadap perawatan diri responden. Hasil uang, peralatan, dan waktu yang diberikan
penelitian menunjukkan secara umum, keluarga terhadap perawatan diri
jumlah responden yang mendapatkan responden. Dukungan informatif keluarga
dukungan emosional keluarga dan jumlah dinilai berdasarkan pemberian informasi,
responden yang tidak mendapatkan nasihat, maupun petunjuk dari keluarga
dukungan emosional keluarga dalam terhadap perawatan diri responden. Hasil

65
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

penelitian menunjukkan sebagian besar hasil penelitian sebesar 57,7% responden


responden tidak mendapatkan dukungan mendapatkan dukungan penghargaan
instrumental keluarga (73,1%) dan keluarga. Hasil analisis bivariat
dukungan informatif keluarga (61,5%). menggunakan t-test independent
Dukungan penghargaan keluarga dinilai dukungan keluarga terhadap pelatihan
berdasarkan umpan balik keluarga perawatan diri responden dapat dilihat
terhadap perawatan diri responden dengan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Keefektifan Pelatihan Perawatan Diri terhadap Dukungan Keluarga

t-test for Equality of Means


Pelatihan
Dukungan 95% CI of the
Perawatan Sig. (2- Mean Std. Error
Keluarga Difference
Diri tailed) Diffe-rence Difference
Lower Upper
Dukungan Ya
0,025 0.916 0.400 0,118 1,713
emosional Tidak
Dukungan Ya
0,044 0,441 0,215 0,012 0,869
instrumental Tidak
Dukungan Ya
0,792 -0,098 0,369 -0,832 0,637
informatif Tidak
Dukungan Ya
0,145 0,696 0,473 -0,25 1,639
penghargaan Tidak

Hasil uji t-test independent keluarga dan dukungan penghargaan


menunjukkan bahwa nilai signifikan keluarga antara responden yang ikut
dukungan emosional keluarga sebesar pelatihan dengan responden yang tidak
0,025 dan dukungan instrumental keluarga ikut pelatihan perawatan diri. Berdasarkan
sebesar 0,441 maka terdapat adanya hasil tersebut maka dapat disimpulkan
perbedaan dukungan emosional keluarga bahwa pelatihan perawatan diri tidak
dan dukungan instrumental keluarga efektif terhadap peningkatan dukungan
antara responden yang ikut pelatihan informatif keluarga dan dukungan
dengan responden yang tidak ikut penghargaan keluarga.
pelatihan perawatan diri. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat disimpulkan Keefektifan Pelatihan Perawatan Diri
bahwa pelatihan perawatan diri efektif terhadap Peningkatan Dukungan
terhadap peningkatan dukungan Emosional Keluarga pada Penderita
emosional keluarga dan dukungan Kusta di Paguyuban Harapan Kita
instrumental keluarga. Nilai signifikan pada Hasil penelitian menunjukkan
dukungan informatif keluarga sebesar bahwa variabel dukungan emosional
0,792 dan pada dukungan penghargaan keluarga secara statistik memiliki
keluarga sebesar 0,145, maka tidak perbedaan yang signifikan antara
terdapat perbedaan dukungan informatif responden yang ikut pelatihan perawatan

66
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

diri dengan responden yang tidak ikut memiliki hubungan yang bermakna dengan
pelatihan perawatan diri (p = 0,025; CI95% = proses penyembuhan penderita kusta.
0,118 s.d. 1,713), dimana jumlah Meningkatnya pengetahuan keluarga
responden yang ikut pelatihan perawatan setelah mengikuti pelatihan perawatan diri
diri dan mendapatkan dukungan emosional dalam penelitian ini juga menimbulkan
keluarga lebih besar dibandingkan dukungan emosional bagi penderita kusta.
responden yang tidak ikut pelatihan Estiningsih (2006) juga menyimpulkan ada
perawatan diri. Dengan demikian dapat hubungan peran keluarga dengan
disimpulkan bahwa pelatihan perawatan perawatan diri dalam upaya pencegahan
diri efektif meningkatkan dukungan kecacatan penderita kusta di Puskesmas
emosional keluarga terhadap perawatan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.
diri penderita kusta di Paguyuban Harapan
Kita. Keefektifan Pelatihan Perawatan Diri
Anggota keluarga yang ikut terhadap Dukungan Instrumental
mendampingi penderita kusta dalam Hasil penelitian menunjukkan
pelatihan perawatan diri memberikan bahwa variabel dukungan instrumental
dukungan secara emosional terhadap keluarga secara statistik memiliki
perawatan diri penderita kusta, meliputi perbedaan yang signifikan antara
pemberian semangat, motivasi, responden yang ikut pelatihan perawatan
mengingatkan, dan ungkapan kepedulian diri dengan responden yang tidak ikut
terhadap penderita kusta di Paguyuban pelatihan perawatan diri (p = 0,044; CI95% =
Harapan Kita untuk tetap melakukan 0,012 s.d. 0,869), dimana jumlah
perawatan diri secara tepat dan teratur. responden yang ikut pelatihan perawatan
Hasil pelatihan perawatan diri oleh peneliti diri dan mendapatkan dukungan
dan Pratiwi dkk (2011) menunjukkan instrumental keluarga lebih besar
bahwa satu bulan setelah pelatihan dibandingkan responden yang tidak ikut
dilakukan, 72% anggota keluarga memiliki pelatihan perawatan diri. Anggota keluarga
nilai pengetahuan tentang penyakit kusta responden yang ikut pelatihan perawatan
di atas rata-ratanya dan 56% anggota diri menemani, membantu menyiapkan
keluarga menyatakan mendukung untuk perlengkapan perawatan diri, dan
mengingatkan penderita melakukan membantu menyediakan perlengkapan
perawatan diri. Semua anggota keluarga perawatan diri penderita kusta. Hal ini
baru pertama kali mengikuti pelatihan dipengaruhi oleh sikap dan pengetahuan
perawatan diri. Setelah mengetahui anggota keluarga terhadap perawatan diri
pentingnya perawatan diri pada penderita penderita kusta. Penelitian Affandi (2010)
kusta ini maka keluarga pendeita kusta menyimpulkan bahwa ada hubungan yang
kemungkinan terdorong untuk mendukung signifikan antara peran keluarga dengan
keberhasilan pengobatan kusta pada upaya pencegahan kecacatan penderita
penderita, yang salah satunya dengan kusta di Kabupaten Ngawi, dimana
mengingatkan penderita untuk rutin dan penderita dengan dukungan anggota
tepat dalam melakukan perawatan diri. keluarga yang baik akan melakukan upaya
Mukhlis (2010) menyimpulkan pula bahwa pencegahan dengan baik pula. Adanya
tingkat pengetahuan tentang kusta perbedaan dalam pemberian dukungan

67
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

instrumental keluarga antara responden tentang perawatan diri mereka sudah


yang ikut pelatihan dengan responden berkurang.
yang tidak ikut pelatihan perawatan diri Menurut Japardi ( 2002), ingatan
menunjukkan keefektifan pelatihan dibedakan menjadi ingatan jangka pendek
perawatan diri terhadap dukungan (short term memory) dan ingatan jangka
instrumental keluarga penderita kusta di panjang (long term memory). Ingatan
Paguyuban Harapan Kita. jangka pendek merupakan suatu proses
aktif yang berlangsungnya terbatas dan
Keefektifan Pelatihan Perawatan Diri bersifat sementara sedangkan ingatan
terhadap Peningkatan Dukungan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan
Informatif struktural pada sistem saraf yang terjadi
Hasil penelitian menunjukkan karena aktifasi berulang. Dari teori tersebut
bahwa variabel dukungan informatif dapat disimpulkan pelatihan perawatan diri
keluarga secara statistik tidak memiliki meningkatkan pengetahuan anggota
perbedaan yang signifikan antara keluarga yang bersifat sementara karena
responden yang ikut pelatihan perawatan baru pertama kali mendapatkan materi
diri dengan responden yang tidak ikut penyuluhan dan pelatihan perawatan diri.
pelatihan perawatan diri (p = 0,792; CI95% = Pengetahuan tersebut dapat ditingkatkan
-0,832 s.d. 0,637). Hal ini menunjukkan jika anggota keluarga diberikan pelatihan
bahwa jumlah responden yang ikut yang berkelanjutan dan berulang. Pembina
pelatihan maupun tidak ikut pelatihan Paguyuban Harapan Kita memberikan
perawatan mendapatkan dukungan penyuluhan bulanan kepada penderita
informatif yang tidak jauh berbeda yaitu tentang perawatan diri penderita kusta
sama-sama tidak mendapatkan dukungan yang tepat, namun tidak bagi keluarga
keluarga, meliputi dukungan berupa penderita kusta. Oleh karena itu
pemberian informasi perawatan diri, komunikasi dan edukasi terhadap keluarga
petunjuk dan cara-cara perawatan diri penderita kusta dapat dilakukan melalui
penderita kusta. Persamaan pemberian media pembagian leaflet, buku saku,
dukungan informatif keluarga terjadi siaran radio, maupun video tentang
karena anggota keluarga yang ikut serta perawatan diri penderita kusta sehingga
dalam pelatihan perawatan diri baru baik penderita maupun keluarga di rumah
pertama kali mendapatkan pengetahuan mampu mengakses informasi tentang
tentang perawatan diri kusta. Hasil perawatan diri penderita kusta ini dan pada
penelitian ini tidak sejalan dengan Pratiwi akhirnya dapat selalu mendukung
dkk (2011), dimana hasil pengetahuan penderita kusta untuk melakukan
anggota keluarga terhadap perawatan diri perawatan diri dengan tepat dan teratur.
72% di atas rata-ratanya. Hal ini dapat
terjadi karena anggota keluarga masih Keefektifan Pelatihan Perawatan Diri
mengingat materi tentang perawatan diri terhadap Dukungan Penghargaan
setelah sebulan berselang dari Keluarga
pelaksanaan pelatihan, namun setelah Hasil penelitian menunjukkan
lima bulan berselang dari pelatihan (saat bahwa variabel dukungan penghargaan
penelitian ini dilakukan) pengetahuan keluarga secara statistik tidak memiliki

68
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

perbedaan yang signifikan antara perawatan diri pada penderita kusta dan
responden yang ikut pelatihan perawatan keluarganya di Paguyuban Harapan Kita
diri dengan responden yang tidak ikut efektif terhadap peningkatan dukungan
pelatihan perawatan diri (p = 0,145; CI95% = emosional dan dukungan instrumental
-0,246 s.d. 1,639). Hal ini menunjukkan keluarga, namun tidak efektif terhadap
jumlah responden yang ikut dan peningkatan dukungan informatif dan
responden yang tidak ikut dalam pelatihan dukungan penghargaan keluarga.
perawatan diri mendapatkan dukungan Pembina Paguyuban Harapan Kita yang
penghargaan yang sama dari anggota berdinas di Puskesmas Padas Kabupaten
keluarganya. Dengan kata lain, pelatihan Ngawi diharapkan dapat memberikan
ini tidak efektif terhadap peningkatan komunikasi dan edukasi bagi keluarga
dukungan penghargaan keluarga kepada penderita kusta agar keluarga dapat
penderita kusta. memberikan dukungan informatif pada
Dukungan penghargaan yang penderita. Media yang digunakan dapat
diberikan keluarga ini tergantung dari sikap berupa pemberian leaflet, pemberian buku
individu masing-masing keluarga tersebut. saku, siaran radio, maupun video
Dalam pelatihan perawatan diri yang perawatan diri kusta disesuaikan dengan
dilakukan dalam penelitian ini memang kemampuan membaca dan kepemilikan
tidak mengajarkan bagaimana cara radio maupun video player. Peneliti lain
memberikan dukungan penghargaan dapat menggunakan metode eksperimen
terhadap penderita, namun dalam murni atau cohort prospektif agar
pelatihan ini diberikan materi yang mendapatkan jawaban yang kuat tentang
menekankan harapan pada keluarga untuk keefektifan pelatihan perawatan diri
ikut serta mendukung perawatan diri terhadap dukungan keluarga. Penelitian ini
penderita kusta tersebut. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan
tidak sejalan dengan penelitian Widyastuti menggunakan anggota keluarga penderita
(2008) di Rawat Inap RSUD Tugurejo kusta sebagai respondennya agar
dimana penelitian tersebut menyimpulkan mengetahui dukungan keluarga yang
terdapat hubungan yang bermakna antara diberikan kepada penderita kusta dari
dukungan keluarga dengan harga diri persepsi keluarga penderita.
penderita kusta. Dukungan penghargaan
keluarga ini meliputi dukungan yang DAFTAR PUSTAKA
diberikan keluarga dalam umpan balik Afandi, A. 2010. Analisis Faktor yang
keluarga dan pemberian rasa nyaman Berhubungan dengan Upaya
serta aman dalam melakukan perawatan Pencegahan Kecacatan Penderita
diri penderita. Dari hasil penelitian ini, Kusta di Kabupaten Ngawi
responden sama-sama mendapatkan rasa (Skripsi). Surakarta: Fakultas Ilmu
percaya diri dan nyaman yang tinggi dari Kesehatan Universitas
keluarga dalam melakukan perawatan diri. Muhammadiyah Surakarta.
Amiruddin, M. D., Zainal, H., Emil, D. 2003.
SIMPULAN DAN SARAN Diagnosis Penyakit Kusta. Dalam
Kesimpulan yang dapat diambil Daili, E. S. S., Sri, L. M., Srie, P. I.,
dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan Hanny, N (ed). Kusta. Jakarta:

69
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

Fakultas Kedokteran Universitas Universitas Muhammadiyah


Indonesia. Semarang.
Depkes RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Kementrian Kesehatan RI. 2010. Profil
Pengendalian Kusta. Jakarta: Kesehatan Indonesia Tahun 2009.
Depkes RI, Dirjen P2PL. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan RI.
Indonesia 2008. Jakarta: Mukhlis. 2010. Hubungan Pengetahuan
Departemen Kesehatan RI. dan Sikap Keluarga dengan
Dinkes. 2011. Data Pokok Penemuan Proses Penyembuhan Penderita
Penderita Baru Lima Tahun Kusta di Kabupaten Bengalis Riau
Terakhir. Ngawi: Dinas Kesehatan tahun 2010 (Skripsi). Medan:
Kabupaten Ngawi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dinkes Provinsi Jawa Timur. 2011. Profil Universitas Sumatra Utara.
Kesehatan Provinsi Jawa Timur Pratiwi, Q., Nasrudin, P., Bherta E. A.
Tahun 2010. Jawa Timur: Dinas 2011. Pelatihan Keterampilan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Merawat Diri pada Penderita Kusta
Estiningsih, Y. 2006. Faktor-Faktor yang dan Keluarganya di Wilayah Kerja
Berhubungan dengan Perawatan Puskesmas Kecamatan Padas
Diri dalam Upaya Pencegahan Kabupaten Ngawi Jawa Timur.
Kecacatan Penderita Kusta di Surakarta: Fakultas Ilmu
Puskesmas Kalinyamatan Kesehatan Universitas
Kabupaten Jepara (Skripsi). Muhammadiyah Surakarta.
Medan: Fakultas Kesehatan Soewono, J. P. H. 2009. Lepra Siapa
Masyarakat Universitas Sumatra Takut? (Apakah Kusta Penyakit
Utara. Kutukan). Bekasi: Yayasan
Firnawati, A. F. 2010. Analisis Faktor Transformasi Lepra Indonesia.
Risiko Tingkat Kecacatan pada Widodo, T. 2004. Analisis Pengaruh Faktor
Penderita Kusta di Puskesmas Situasional dan Faktor Individual
Padas Kabupaten Ngawi (Skripsi). terhadap Pelatihan Perawatan Diri
Surakarta: Fakultas Ilmu (Thesis). Semarang: Universitas
Kesehatan Universitas Diponegoro.
Muhammadiyah Surakarta. Widyastuti, S. 2008. Hubungan antara
Japardi, I. 2002. Learning and Memory. Dukungan Keluarga dengan Harga
Medan: Fakultas Kedokteran Diri Penderita Kusta di Rawat Inap
Bagian Bedah Universitas RSUD Tugurejo (Skripsi).
Sumatra Utara. Semarang: Fakultas Ilmu
Moksin, M. K. 2010. Hubungan antara Keperawatan dan Kesehatan
Dukungan Keluarga dengan Universitas Muhammadiyah
Pemanfaatan Puskesmas dalam Semarang.
Pengobatan di Desa World Health Organization. 2009. Global
Gondangmanis Kecamatan Bae Leprosy Situation 2009. Weekly
Kabupaten Kudus (Skripsi). Epidemiological Record. No. 33,
Semarang: Fakultas Keperawatan 2009, 84, 333-340.

70
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 6, No.2, Juli 2011

World Health Organization. 2010. Global


Leprosy Situation 2010. Weekly
Epidemiological Record. No. 35,
2010, 85, 337-348.
Zulkifli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah
yang Ditimbulkannya. Sumatra
Utara: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatra
Utara.

71

Vous aimerez peut-être aussi