Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
dengan prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak
kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala)
kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang
pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari
saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus,
1
B. Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIK
pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-
sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian
atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan
utama kanker paru tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih
3
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di
samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.
mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru.
Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa
akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang
perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25%
kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden
kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik
perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja
4
uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien
Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang
dalam kanker paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene
encoding enzyme
dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk
kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
5
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada
Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)
tersebut yaitu :
a. Merokok
rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor
b. Polusi udara
kendaraan.
6
c. Polusi lingkungan kerja
bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak
Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan
pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak
dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang
kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut
e. Faktor herediter
paru memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama.
7
Walaupun demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini
Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua
jenis yaitu, Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung
Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC
Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
SCLC atau kanker paru-paru sel kecil adalah jenis kanker yang
8
penyakit kanker paru-paru jenis SCLC, sel kanker akan sangat cepat dan
agresif menyebar pada stadium awal. Penyebaran sel kanker jenis SCLC
ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan NSCLC. 99% penderita kanker
SCLC adalah seorang perokok. Hanya sekitar 1 dari 100 kasus penderita
SCLC yang tidak berhubungan dengan rokok. SCLC kerap disebut pula
sebagai oat cell cancer. Sekitar 10-15% dari keseluruhan kasus kanker
mempunyai keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada
sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit
4. Batuk berdarah.
9
Fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-
stadium lanjut.
- Hemoptisis
- Aelektasis
Invasi local :
- Nyeri dada
- Invasi ke pericardium
simpatis servikalis
10
Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan
gejala :
- Hipertrofi : osteoartropati
- Neuromiopati
secara radiologis
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
11
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
Jika sudah berada pada tahap lanjut, sering meluas ke dalam rongga
1. Pemeriksaan radiologi
12
dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang
dicurigai.
2. Bronkhoskopi
3. Sitologi
stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi
pengobatan antitumor.
13
7. Penatalaksanaan Kanker Paru
a. Terapi Oksigen
kecemasan.
b. Terapi Obat
edema.
c. Kemoterapi
Procarbazine.
14
d. Imunoterapi
e. Terapi Radiasi
pembedahan.
rad/hari.
pengobatan.
penyinaran.
f. Terapi Laser
15
- Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis
akumulasi cairan.
besar undifferentiated.
16
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Identitas
2. Keluhan utama
Nyeri yang dialami biasanya bisa nyeri akut atau pun kronik.
17
4. Riwayat kesehatan dahulu
ataupun hepatitis.
6. Riwayat psikologis
b. Pemeriksaan Fisik
18
5. Mata:bias terjadi anemis
c) perkusi: redup
d) auskultasi: wheezing
2) Jantung:
10. Abdomen:
c) perkusi:suara thympani
19
a) Status Emosional : status emosional menghadapi penyakit
yang di alami biasanya terganggu.
2. Diagnosa keperawatan
paru
20
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
N
Keperawata Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan
o
n
1 Nyeri kronik Noc: Manajemen Nyeri :
. berhubunga a. Level nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
n dengan Kriteria hasil: secara komprehensif termasuk
tekanan 1. Nyeri berkurang lokasi, karakteristik, durasi,
tumor pada 2. Kecemasan frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan berkurang presipitasi.
penunjang 3.Ketakutan 2. observasi reaksi non verbal
dan erosi berkurang dan ketidaknyamanan.
jaringan 4. Stres berkurang 3. Gunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui
b. Kontrol Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Kriteria hasil : 4. Kaji kultur yang
1. Mampu mempengaruhi respon nyeri.
mengontrol nyeri 5. kontrol lingkungan yang
(tahu penyebab dapat mempengaruhi nyeri
nyeri, mampu seperti suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan dan kebisingan.
teknik non 6. pilih dan lakukan
farmakologis untuk penanganan nyeri
mengurangi nyeri) (farmakologi, non farmakologi
2. Melaporkan dan interpersonal)
bahwa nyeri 7. kaji tipe dan sumber nyeri
berkurang dengan untuk menentukan intervensi.
menggunakan 8. Berikan analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri.
3.Mampu mengenali 9. evaluasi keefektifan kontrol
nyeri (skala, nyeri
intensitas, frekuensi 10. tingkatkan istirahat.
dan tanda nyeri) 11. Kolaborasikan dengan
4. Menyatakan rasa dokter jika keluhan dan
nyaman setelah tindakan nyeri tidak berhasil.
nyeri berkurang.
c. Efek yang Manajemen Pengobatan
mengggu 1. Tentukan lokasi,
Kritesia Hasil: karakteristik dan derajat nyeri
1. tidak ada sebelum pemberian
kenyamanan pengobatan
2. tidak ada 2. cek instruksi dokter tentang
gangguan jenis obat, frekuesi, dan dosis.
interpersonal 3. Cek riwayat alergi
3. tidak ada 4. Pilih analgesik yang
21
gangguan dalam diperlukan
perasaan 5.Tentukan pilihan analgesic
mengontrol tergantung tipe dan beratnya
4. tidak ada nyeri
kehilangan nafsu 6. Tentukan analgesic pilihan,
makan rute pemberian, dan dosis
5. tidak ada optimal
gangguan 7.Pilih rute pemberian secara
menikmati hidup IV, IM untuk pengobatan nyeri
6. tidak ada secara teratur.
gangguan aktifitas 8. Monitor vital sign sebelum
fisik dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
22
c. vital sign status b. monitor vital sign saat
Kriteria Hasil: pasien berbaring, duduk dan
Tanda-tanda vital berdiri
dalam rentang c. monitor frekuensi dan dan
normal (tekanan irama pernafasan
darah, nadi, suhu, d. monitor pola pernafasan
pernafasan) abnormal
e. monitor suhu dan warna
kelembapan kulit
f. monitor sianosis perifer
3 Kerusakan NOC: Airway managemen
. pertukaran a) Respiratory a. buka jalan nafas dengan
gas status gas exchage teknik chin lift atau jaw trust
berhubunga Kriteria hasil: bila perlu
n dengan 1. b. posisikan pasien untuk
penurunan Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
kapasitas peningkatan c. identifikasi pasien perlu
paru ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
sekunder oksigenasi yang buatan
terhadap adekuat d. lakukan fisioterapi dada bila
destruksi 2. memelihara perlu
jaringan kebersihan paru dan e. auskultasi suara nafas, catat
bebas dari tanda- bila ada suara tambahan
tanda distress f. berikan bronchdilator kalau
pernafasan perlu
g. monitor status respirasi
b) respiratory status
ventilation Respiratory Monitoring
Kriteria hasil: a. monitor pola nafas, irama,
1. kedalaman dan usaha nafas
Mendemonstrasikan b.perhatikan gerakan dan
batuk efektif dan kesimetrisan menggunakan
suara nafas yang otot bantu dan adanya retraksi
bersih, tidak ada otot intercostals dan
sianosis dan supraclavicular.
dyspneu (mampu c. monitor bunyi nafas
mengeluarkan misalnya mendengkur
sputum, mampu d. moniltor pola nafas
bernafas dengan e. auskultasi bunyi nafas, catat
mudah, tidak ada peningkatan ventilasi
pursed lips) f. monitor saturasi oksigen.
g. monitor kemampuan pasien
c) Vital Sign Status dalam batuk efektif.
Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital
dalam rentang
23
normal
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang
atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara
B. Saran
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
25
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatanuinam.blogspot.com/2015/11/asuhan-keperawatan-
pada-pasien-kanker.html
http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NOPEBRIAN_BAZAR_YULIAS.pdf
26