Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia,

dengan prognosis yang sering kali buruk. Kanker paru biasanya tidak

dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan jalan

pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan

mampu bertahan selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul

dan hanya 16% klien yang penyebaran penyakitnya dapat dilokalisasi

pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis, penatalaksanaan

kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala)

di bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari

kanker paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu pencegahan yang

paling baik adalah”jangan memulai untuk merokok”(Somantri, 2012 : 112).

Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran

pernapasan itu sendiri dari jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari

saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel bronkus, alveolus,

atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi

maligna. Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan

bersifat infasif, proses kanker tersebut selalu sudah mengenai saluran

pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat .

1
B. Rumusan Masalah

a. Apa definisi kanker paru ?

b. Apa etiologi dan factor resiko kanker paru ?

c. Apa klasifikasi kanker paru ?

d. Bagaimana manifestasi kanker paru ?

e. Bagaimana patofisiologi kanker paru ?

f. Apa pemeriksaan diagnostic kanker paru ?

g. Bagaimana penatalaksaan kanker paru ?

C.Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui definisi kanker paru.

b. Untuk mengetahui etiologi dan factor resiko kanker paru.

c. Untuk mengetahui klasifikasi kanker paru.

d. Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.

e. Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.

f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic kanker paru.

g. Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIK

1. Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali

dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah

karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.

Menurut World Health Organization(WHO), kanker paru-paru

merupakan penyebab kematian utama dalam kelompok kanker baik pada

pria maupun wanita. Sebagaian besar kanker paru-paru berasal dari sel-

sel di dalam paru-paru, tetapi bisa juga berasal dari kanker di bagian

tubuh lain yang menyebar ke paru-paru.

Karsinoma bronkogenik atau kanker paru dapat berupa metastasis

atau lesi primer. Kebanyakan tumor ganas primer dari sistem pernapasan

bawah bersifat epithelial dan berasal dari mukosa percabangan bronkhus.

2. Etiologi Dan Faktor Resiko Kanker Paru

Sebagaimana diketahui bahwa asap rokok merupakan penyebab

utama kanker paru tipe karsinoma. Didalam asap rokok terkandung lebih

dari 4.000 zat kimia, 50 jenis di antaranya bersifat karsinogen dan

beracun. Data statistic membuktikan bahwa sekitar 90% penderita kanker

paru adalah perokok aktif atau mantan perokok.

Seperti umumnya kanker yang lain penyebab yang pasti daripada

kanker paru belum diketahui,tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan

3
suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama di

samping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain.

Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker

paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok. Lombard dan

Doering (1928), telah melaporkan tingginya insiden kanker paru pada

perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Terdapat hubungan

antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari dengan tingginya

insiden kanker paru. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan

menderita kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian

mengatakan bahwa perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru.

Anak-anak yang terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa

akan terkena resiko kanker paru dua kali lipat di bandingkan dengan yang

tidak terpapar, dan perempuan yang hidup dengan suami/pasangan

perokok juga terkena resiko kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25%

kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif. Insiden

kanker paru pada perempuan di USA dalam 10 tahun terakhir ini juga naik

menjadi 5% per tahun,antara lain karena meningkatnya jumlah

perempuan perokok atau sebagai perokok pasif. Efek rokok bukan saja

mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada

organ lain seperti mulut, laring dan esofagus.

Laporan dari NCl (National Cancer Institute) di USA tahun 1992

menyatakan kanker pada organ lain seperti ginjal, vesika urinaria,ovarium,

4
uterus, kolon, rektum, hati, penis dan lain-lain lebih tinggi pada pasien

yang merokok daripada yang bukan perokok.

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah di laporkan adalah:

Yang berhubungan dengan paparan zat karsinogen,seperti:

Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma

Radiasi ion pada pekerja tambang uranium

Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, vinil klorida

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih banyak di daerah urban yang

banyak polusi udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah rural.

Genetik. Terdapat perubahan /mutasi beberapa gen yang berperanan

dalam kanker paru, yakni: proto oncogen, Tumor supressor gene, Gene

encoding enzyme

Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru didasari dari tampilnya gen

supresor tumor dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen

supresor tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan

(insersi/inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1

dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk

mati secara alamiah programmed cell death) Perubahan tampilan gen

kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah

menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang otonom.

Rokok selain sebagai inisiator juga merupakan promotor dan progresor,

dan rokok diketahui sangat berkaitan (terbesar) dengan terjadinya kanker

paru. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik yang pada

5
permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada

jaringan sekitarnya bahkan mengenai organ lain.

Diet. Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi

terhadap betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya

resiko terkena kanker paru.

Beberapa faktor resiko kanker paru menurut Arif Muttaqin (2008: 198-199)

tersebut yaitu :

a. Merokok

Kanker paru beresiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat

dibandingkan dengan bukan perokok. Peningkatan faktor resiko ini

berkaitan dengan riwayat jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus

rokok yang digunakan setiap hari dikali jumlah tahun merokok) serta faktor

saat mulai merokok (semakin muda individu mulai merokok, semakin

besar resiko terjadinya kanker paru). Faktor lain yang juga

dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap

(kandungan tar, rokok filter, dan kretek).

b. Polusi udara

Ada berbagai karsinogen telah diidentifikasi, termasuk didalamnya

adalah sulfur, emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan

dan pabrik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih

besar didaerah perkotaan sebagai akibat penumpukan polutan dan emisi

kendaraan.

6
c. Polusi lingkungan kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya

merupakan suatu penyakit akibat polusi di lingkungan kerja. Dari berbagai

bahaya industri, yang paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak

sekali diproduksi dan digunakan pada bangunan. Resiko kanker paru

diantara para pekerja yang berhubungan atau lingkungannya

mengandung asbes ±10 kali lebih besar daripada masyarakat umum.

Peningkatan resiko ini juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan

uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan untuk

pertanian), besi, dan oksida besi. Resiko kanker paru akibat kontak

dengan asbes maupun uranium akan menjadi lebih besar lagi jika orang

itu juga perokok.

d. Rendahnya asupan vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang

dietnya rendah vitamin A dapat memperbesar resiko terjadinya kanker

paru. Hipotesis ini didapat dari berbagai penelitian yang menyimpulkan

bahwa vitamin A dapat menurunkan resiko peningkatan jumlah sel-sel

kanker. Hal ini berkaitan dengan fungsi utama vitamin A yang turut

berperan dalam pengaturan diferensiasi sel.

e. Faktor herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker

paru memiliki resiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama.

7
Walaupun demikian masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini

benar-benar herediter atau karena faktor-faktor familial.

3. Klasifikasi Kanker Paru

Menurut Tim CancerHelps (2010 : 64) Kanker paru terdiri atas dua

jenis yaitu, Small Cell Lung Cancer (SCLC) dan Non-Small Cell Lung

Cancer (NSCLC). Lebih dari 80% kasus kanker paru merupakan NSCLC

dengan subkategori adenokarsinoma, karsinoma, squamosa dan

karsinoma sel besar.

a. Non-Small Cell Lung ( NSCLC)

Kanker paru jenis ini terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

1. Karsinoma squamosa merupakan jenis kanker yang paling

umum terjadi. Proses ini berkembang di dalam sel yang

menggarisi saluran udara. NSCLC merupakan jenis kanker yang

sering terjadi. Penyebab utamanya adalah rokok.

2. Adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru yang

berkembang dari sel – sel yang memproduksi lendir atau dahak

di permukaan saluran udara. jenis ini lebih umum terjadi.

3. Karsinoma sel besar merupakan salah satu jenis sel kanker

paru yang apabila dilihat di bawah mikroskop bentuk bundar

besar. Sering juga di sebut undiferentiated carcinoma.

b. Small Cell Lung (SCLC)

SCLC atau kanker paru-paru sel kecil adalah jenis kanker yang

bermula dari bagian tengah paru-paru, di bagian bronkitis. Jika terkena

8
penyakit kanker paru-paru jenis SCLC, sel kanker akan sangat cepat dan

agresif menyebar pada stadium awal. Penyebaran sel kanker jenis SCLC

ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan NSCLC. 99% penderita kanker

SCLC adalah seorang perokok. Hanya sekitar 1 dari 100 kasus penderita

SCLC yang tidak berhubungan dengan rokok. SCLC kerap disebut pula

sebagai oat cell cancer. Sekitar 10-15% dari keseluruhan kasus kanker

paru-paru adalah kanker paru jenis SCLC.

4. Manifestasi Klinis Kanker Paru

Seseorang yang termasuk ke dalam golongan risiko tinggi jika

mempunyai keluhan napas, seperti batuk, sesak napas, atau nyeri dada

sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter spesialis paru. Gejala-

gejala tersebut membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui

sebagai gejala kanker paru karena sering terkecoh dengan gejalah sakit

pada umumnya. Berikut gejala kanker paru.

1. Terjadi sesak napas.

2. Batuk yang tak kunjung sembuh (lebih dari 2 minggu).

3. Bunyi menciut-ciut saat bernafas tetapi bukan penderita asma.

4. Batuk berdarah.

5. Perubahan pada warna dahak dan peningkatan jumlah dahak.

6. Perubahan suara,menjadi serak atau kasar saat bernafas.

7. Kelelahan kronis dan penururnan bobot badan secara drastis.

8. Bengkak di bagian leher dan wajah.

9
Fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-

gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam

stadium lanjut.

Gejala-gejala dapat bersifat :

Lokal (tumor setempat) :

- Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

- Hemoptisis

- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

- Aelektasis

Invasi local :

- Nyeri dada

- Dispnea karena efusi pleura

- Invasi ke pericardium

- Sindrom vena cava superior

- Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

- Suara sesak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

- Syndrome Pancoasta karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf

simpatis servikalis

Gejala penyakit metastasis :

- Pada otak, tulang, hati, adrenal

- Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis

10
Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru, dengan

gejala :

- Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

- Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

- Hipertrofi : osteoartropati

- Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

- Neuromiopati

- Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

- Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh

- Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)

Asimtomatik dengan kelainan radiologist :

- Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang terdeteksi

secara radiologis

- Kelainan berupa nodul soliter

5. Patofisiologi Kanker Paru

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan

karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka

menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang

disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada

kosta dan korpus vertebra.

11
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus

yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstruksi dan ulserasi bronkus

dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang

timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada

stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya

metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke

struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,

pericardium, otak, tulang rangka.

Jika sudah berada pada tahap lanjut, sering meluas ke dalam rongga

perikardium atau pleura menyebabkan peradangan dan efusi. Tumor akan

dapat menekan atau menginfiltrasi vena kava superior dan menyebabkan

bendungan vena kava superior. Neoplasma di apeks mungkin menginvasi

pleksus simpstikus servikalis atau brakialis dan menyebabkan nyeri hebat

dalam distribusi saraf ulnari atau menyebakan sindrom horner

6. Pemeriksaan Diagnostik Kanker Paru

Pemeriksaan diagnostik pada kanker paru meliputi :

1. Pemeriksaan radiologi

Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram

dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk awal untuk

mendeteksi adanya karsinoma bronkogenik meskipun dapat juga

ditemukan pada banyak keadaan lainnya. Penggunaan CT scan mungkin

12
dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang

dicurigai.

2. Bronkhoskopi

Bronkhoskopi yang disertai biopsi adalah teknik yang paling baik

dalam mendiagnosis karsinoma sel skuomosa yang biasanya terletak

didaerah sentral paru. Pelaksanaan bronkhoskopi yang paling sering

adalah menggunakan bronkhoskopi serat optik. Tindakan ini bertujuan

sebagai tindakan diagnostik, caranya dengan mengambil sampel

langsung ketempat lesi untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.

3. Sitologi

Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis

sel-sel kanker yang tidak terjangkau oleh bronkhoskopi. Pemeriksaan

sitologi sputum, bilasan bronkhus, dan pemeriksaan cairan pleura juga

memainkan peranan penting dalam rangka menegakkan diagnosis kanker

paru. Pemeriksaan histology maupun penetapan stadium penyakit sangat

penting untuk menentukan prognosis dan rencana pengobatan. Penetuan

stadium kanker paru terbagi dua, yakni pembagian stadium dari segi

anatomis untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan

kemungkinannya untuk dioperasi; dan stadium dari segi fisiologis untuk

menentukan kemapuan klien untuk bertahan terhadap berbagai

pengobatan antitumor.

13
7. Penatalaksanaan Kanker Paru

1. Penatalaksanaan Non-bedah (Nonsurgical Management)

a. Terapi Oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigenvia

masker atau nasal kanula sesuai dengan permintaan. Bahkan jika

klien tidak terlalu jelas hipoksemianya, dokter dapat memberikan

oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk memperbaiki dispnea dan

kecemasan.

b. Terapi Obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat memberikan

obat golongan bronkodilator (seperti pada klien asma) dan

kortikosteroid untuk mengurangi bronkospasme, inflamasi, dan

edema.

c. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien dengan

kanker, terutama pada small-cell lung cancer karena metastasis.

Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan terapi

bedah. Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk

menangani kanker, termasuk kombinasi dari obat berikut :

- Cyclophosphamide, Deoxorubicin, Methotrexate, dan

Procarbazine.

- Etoposide dan Cisplatin

- Mitomycin, Vinblastine dan Cisplatin.

14
d. Imunoterapi

Banyak klien kanker paru yang mengalami gangguan imun. Obat

imunoterapi (Cytokin) biasa diberikan.

e. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut ini:

o Klien tumor paru yang operable tetapi resiko jika dilakukan

pembedahan.

o Klien adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang

mengalami pembesaran kelenjar getah bening pada hilus

ipsilateral dan mediastinal.

o Klien kanker bronkhus dengan oat cell.

o Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumoektomi.

Dosis umum 5.000-6.000 rad dalam jangka waktu 5-6 minggu.

Pengobatan dilakukan dalam 5 kali seminggu dengan dosis 180-200

rad/hari.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebagai berikut :

- Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah

pengobatan.

- Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah

penyinaran.

f. Terapi Laser

g. Torakosentesis dan Pleurodesis

- Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.

15
- Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis

serta obstruksi kelenjar limfe mediastinal.

- Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah

akumulasi cairan.

2. Pembedahan (Surgical Management)

a. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma,

adenokarsinoma, dan karsinoma sel besar undifferentiated.

b. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup

tiga criteria berikut:

Karakteristik biologis tumor :

- Hasil baik : tumor dari sel skoamosa dan epidermoid.

- Hasil cukup baik : Aenokarsinoma dan karsinoma sel

besar undifferentiated.

- Hasil buruk : oat cell.

- Letak tumor dan pembagian stadium klinik

- Untuk menentukan reseksi terbaik.

16
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data

1. Identitas

Meliputi dari: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,

pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor

registrasi, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnose medis.

2. Keluhan utama

Pasien kanker paru biasanya mengalami nyeri pada bagian

dada, nyeri tersebut juga bias sampai ke lengan dan punggung.

Nyeri yang dialami biasanya bisa nyeri akut atau pun kronik.

Untuk memperoleh data nyeri lengkap di perlukan pengkajian

tentang rasa nyeri klien dapat menggunakan pengkajian PQRST:

a) Provoking: (pemicu), yaitu factor yang menimbulkan nyeri

dan memengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

b) Quality: (kualitas nyeri), misalnya rasa tajam atau tumpul.

c) Region: (daerah/lokasi), apa rasa nyeri menjalar atau

menyebar dan dimana lokasi nyeri.

d) Severity: (keparahan), yaitu intensitas nyeri,

e) Time: (waktu), yaitu waktu serangan dan frekuensi nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Karakteristik nyeri yang dirasakan pasien saat sekarang dan

upaya apa yang sudah dilakukan untuk mengurangi nyerinya.

17
4. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat merokok pada pasien yang perlu ditanyakan

frekuensi merokok dan lamanya merokok, dan ditanyakan

bagaimana udara di lingkungan rumah dan tempat kerja klien.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Ditanya tentang riwayat penyakit keturunan pada keluarga

seperti DM, hipertensi, dan penyakit menular seperti TBC

ataupun hepatitis.

6. Riwayat psikologis

Meliputi perasaan, prilaku dan emosi klien yang dialami pendetita

sehubungan dengan penyakitnya dan serta tanggapan keluarga

terhadap penyakit yang dialami klien.

b. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum: kesadaran pasien tergantung keadaan

pasien. Nyeri pada pasien kanker paru biasanya dari nyeri

akut sampai kronik. Tanda-tanda vital biasanya mrningkat dan

frekuensi nafas juga meningkat.

2. Kepala: tidak ada gangguan, simetris, tidak ada tonjolan, tidak

ada nyeri kepala.

3. Leher: tudak ada gangguan, simetris, tidak ada benjolan,

reflek menelan biasanya tidak ada gangguan.

4. Muka: wajah tampak menahan nyeri, tidak ada perubahan

fungsi maupun bentuk wajah, simetris, dan tidak ada edema.

18
5. Mata:bias terjadi anemis

6. Telinga: tidak ada gangguan, tidak ada lesi atau nyeri.

7. Hidung: terkadang ada pernafasan cuping hidung.

8. Mulut dan faring: pada mulut tidak masalah, faring biasanya


ada penumpukan sputum.
9. Thoraks
1) Paru:

a) inspeksi: pernapasan meningkat

b) palpasi: pergerakan dada tidak simetris

c) perkusi: redup

d) auskultasi: wheezing

2) Jantung:

a) inspeksi: tidak ada iktus cordis

b) palpasi: nadi meningkay, iktus tidak teraba

c) auskultasi: bunyi jantung normal

10. Abdomen:

a) inspeksi: bentuk normal

b) palpasi: tidak ada pembesaran hepar

c) perkusi:suara thympani

d) auskultasi: peristaltic usus

11. Ekstermitas: pada lengan pasien kanker paru biasanya


terkadang mengalami nyeri.
12. Data Psikologis

19
a) Status Emosional : status emosional menghadapi penyakit
yang di alami biasanya terganggu.

b) Kecemasan : kecemasaan dalam menghadapi penyakit


yang di alami

c) Pola koping : cara pasien menghadapi masalah


penyakit yang di alami

d) Gaya komunikasi :biasanya pasien mengalami gangguan


komunikasi karena nyeri pada kanker paru

e) Konsep diri : setelah mengalami penyakit yang di derita


kemungkinan konsep diri terganggu

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri kronik berhubungan dengan tekanan tumor pada jaringan

penunjang dan erosi jaringan.

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

kapasitas paru sekunder terhadap destruksi jaringan.

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen tubuh.

20
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
N
Keperawata Tujuan keperawatan Intervensi keperawatan
o
n
1 Nyeri kronik Noc: Manajemen Nyeri :
. berhubunga a. Level nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri
n dengan Kriteria hasil: secara komprehensif termasuk
tekanan 1. Nyeri berkurang lokasi, karakteristik, durasi,
tumor pada 2. Kecemasan frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan berkurang presipitasi.
penunjang 3.Ketakutan 2. observasi reaksi non verbal
dan erosi berkurang dan ketidaknyamanan.
jaringan 4. Stres berkurang 3. Gunakan teknik komunikasi
teraupetik untuk mengetahui
b. Kontrol Nyeri pengalaman nyeri pasien.
Kriteria hasil : 4. Kaji kultur yang
1. Mampu mempengaruhi respon nyeri.
mengontrol nyeri 5. kontrol lingkungan yang
(tahu penyebab dapat mempengaruhi nyeri
nyeri, mampu seperti suhu ruangan,
menggunakan pencahayaan dan kebisingan.
teknik non 6. pilih dan lakukan
farmakologis untuk penanganan nyeri
mengurangi nyeri) (farmakologi, non farmakologi
2. Melaporkan dan interpersonal)
bahwa nyeri 7. kaji tipe dan sumber nyeri
berkurang dengan untuk menentukan intervensi.
menggunakan 8. Berikan analgetik untuk
manajemen nyeri mengurangi nyeri.
3.Mampu mengenali 9. evaluasi keefektifan kontrol
nyeri (skala, nyeri
intensitas, frekuensi 10. tingkatkan istirahat.
dan tanda nyeri) 11. Kolaborasikan dengan
4. Menyatakan rasa dokter jika keluhan dan
nyaman setelah tindakan nyeri tidak berhasil.
nyeri berkurang.
c. Efek yang Manajemen Pengobatan
mengggu 1. Tentukan lokasi,
Kritesia Hasil: karakteristik dan derajat nyeri
1. tidak ada sebelum pemberian
kenyamanan pengobatan
2. tidak ada 2. cek instruksi dokter tentang
gangguan jenis obat, frekuesi, dan dosis.
interpersonal 3. Cek riwayat alergi
3. tidak ada 4. Pilih analgesik yang

21
gangguan dalam diperlukan
perasaan 5.Tentukan pilihan analgesic
mengontrol tergantung tipe dan beratnya
4. tidak ada nyeri
kehilangan nafsu 6. Tentukan analgesic pilihan,
makan rute pemberian, dan dosis
5. tidak ada optimal
gangguan 7.Pilih rute pemberian secara
menikmati hidup IV, IM untuk pengobatan nyeri
6. tidak ada secara teratur.
gangguan aktifitas 8. Monitor vital sign sebelum
fisik dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali

2 Pola napas NOC: Respiratory Monitoring


. tidak efektif a) respiratory status a. monitor pola nafas, irama,
berhubunga ventilation kedalaman dan usaha nafas
n dengan Kriteria hasil : b.perhatikan gerakan dan
penurunan 1. kesimetrisan menggunakan
ekspansi mendemonstrasikan otot bantu dan adanya retraksi
paru batuk efektif dan otot intercostals dan
suara nafas bersih, supraclavicular.
tidak ada sianosis c. monitor bunyi nafas
dan dyspneu misalnya mendengkur
(mampu d. moniltor pola nafas
mengeluarkan e. auskultasi bunyi nafas, catat
sputum, mampu peningkatan ventilasi
bernafas dengan f. monitor saturasi oksigen.
mudah, tidak ada g. monitor kemampuan pasien
pursed lips). dalam batuk efektif.

b) respiratory status Oxygen terapy


airway patency a. periksa mulut, hidung, dan
Kriteria hasil : sekret trakea.
1. menunjukkan b. pertahankan jalan nafas
jalan nafas yang yang paten
paten (klien tidak c. atur peralatan oksigenasi
merasa tercekik, d. monitor aliran oksigenasi
irama nafas, e. pertahankan posisi pasien
frekuensi f. monitor adanya kecemasan
pernafasan dalam pasien terhadap oksigenasi.
rentang normal,
tidak ada suara Vital Sign Monitoring :
nafas abnormal) a. Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR

22
c. vital sign status b. monitor vital sign saat
Kriteria Hasil: pasien berbaring, duduk dan
Tanda-tanda vital berdiri
dalam rentang c. monitor frekuensi dan dan
normal (tekanan irama pernafasan
darah, nadi, suhu, d. monitor pola pernafasan
pernafasan) abnormal
e. monitor suhu dan warna
kelembapan kulit
f. monitor sianosis perifer
3 Kerusakan NOC: Airway managemen
. pertukaran a) Respiratory a. buka jalan nafas dengan
gas status gas exchage teknik chin lift atau jaw trust
berhubunga Kriteria hasil: bila perlu
n dengan 1. b. posisikan pasien untuk
penurunan Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
kapasitas peningkatan c. identifikasi pasien perlu
paru ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
sekunder oksigenasi yang buatan
terhadap adekuat d. lakukan fisioterapi dada bila
destruksi 2. memelihara perlu
jaringan kebersihan paru dan e. auskultasi suara nafas, catat
bebas dari tanda- bila ada suara tambahan
tanda distress f. berikan bronchdilator kalau
pernafasan perlu
g. monitor status respirasi
b) respiratory status
ventilation Respiratory Monitoring
Kriteria hasil: a. monitor pola nafas, irama,
1. kedalaman dan usaha nafas
Mendemonstrasikan b.perhatikan gerakan dan
batuk efektif dan kesimetrisan menggunakan
suara nafas yang otot bantu dan adanya retraksi
bersih, tidak ada otot intercostals dan
sianosis dan supraclavicular.
dyspneu (mampu c. monitor bunyi nafas
mengeluarkan misalnya mendengkur
sputum, mampu d. moniltor pola nafas
bernafas dengan e. auskultasi bunyi nafas, catat
mudah, tidak ada peningkatan ventilasi
pursed lips) f. monitor saturasi oksigen.
g. monitor kemampuan pasien
c) Vital Sign Status dalam batuk efektif.
Kriteria hasil :
1. Tanda-tanda vital
dalam rentang

23
normal

4 Intoleransi NOC : Activity therapy


aktivitas a) Energy a. kolabirasi dengan tenaga
berhubunga concervasion rehabilitasi medik dalam
n dengan Kriteria hasil: merencanakan program terapi
ketidakseim 1. tanda-tanda vital yang tepat
bangan normal b. bantu klien untuk
suplai dan 2. energi kelemahan mengidentifikasi aktifitas yang
kebutuhan 3. level kelemahan mampu dilakukan
oksigen c. bantuk untuk memilih
tubuh b) activity tolerance aktivitas dengan kemampuan
Kriteria hasil : fisik, psikooologi dan sosial
1. berpartisipasi d. bantuk untuk
dalam aktivitas fisik mengidentifikasi dan
tanpa disertai medapatkan sumber yang
peningkatan diperlukan untuk aktifitas yang
tekanan darah, nadi, diinginkan
suhu, dan RR e. bantuk untuk mendapatkan
alat bantuk aktivitas seperti
c) Self care(ADLs) kursi roda,
Kriteria hasil : f. bantuk klien untuk membuat
1. Mampu jadwal latihan diwaktu luang
melakukan aktifitas g.bantu pasien atau keluarga
sehari-hari secara untuk mengidentifikasi
mandiri kekurangan dalam melakukan
2. mampu aktifitas
berpindah dengan h. sediakan penguatan positif
atau tanpa bantuan bagi yang aktif beraktivitas
alat. i. bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
j. monitor respon fisikk, emosi,
sosial dan spiritual.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama

akibat kanker pada pria dan wanita.

2. Kanker paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali

dalam jaringan paru-paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah

karsinogen lingkungan, terutama asap rokok.

3. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru.

4. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang

ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus

menerus atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan

makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit kepala, nyeri

atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara

makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

5. Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan

yang dapat dilakukan sebagai bentuk pengendalian dari Ca. Paru

B. Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan

sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat

mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba yang tak

luput dari salah, khilaf, dan lupa.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://keperawatanuinam.blogspot.com/2015/11/asuhan-keperawatan-
pada-pasien-kanker.html

http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NOPEBRIAN_BAZAR_YULIAS.pdf

26

Vous aimerez peut-être aussi