Vous êtes sur la page 1sur 8

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN


PENGENDALIAN BIAYA”

Oleh :

Ni Komang Bella Sri Lestari (1607531150/09)


Anak Agung Dwi Kristiyanthi (1607531158/11)

Ni Luh Putu Eka Suarniti (1607531168/19)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
KASUS ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN
PENGENDALIAN BIAYA

Tak Sanggup Bayar Utang, Mandala Air Ajukan Pailit


Maskapai penerbangan nasional, PT Mandala Airlines, mengajukan permohonan pailit.
Permohonan itu didaftarkan di Pengadilan Niaga (PN) Jakarta Pusat pada 9 Desember 2014. Kuasa
hukum Mandala Air, Zaky Tandjung, mengatakan, kliennya mengajukan permohonan pailit atas
diri sendiri karena sudah tak sanggup lagi menjalankan operasional perusahaan. Sementara itu,
tagihan kreditor dan pemegang saham kepada Mandala telah menumpuk. "Dengan alasan itu, kami
mengajukan pailit sendiri," ujar Zaky seusai persidangan di PN Jakarta Pusat, Senin (22/12/2014).
Zaky mengklaim bahwa permohonan pailit ialah untuk menyelamatkan kepentingan pemegang
saham dan kreditor. Soalnya, utang Mandala kepada pemegang saham mencapai Rp 1,5 triliun dan
kepada kreditor lain Rp 7 miliar. Nilai utang ini berbeda dengan nilai tagihan ke Mandala saat
restrukturisasi utang (PKPU) pada 2011 sebesar Rp 2,4 triliun. Namun, Zaky enggan menjelaskan
perbedaan nilai utang ini.

Menurut Zaky, operasional Mandala sudah dihentikan sejak 1 Juli 2014. Mandala tidak
mampu menanggung beban operasonal. Maskapai ini kewalahan menghadapi kenaikan harga
bahan bakar avtur dan depresiasi rupiah. Alhasil, Mandala tidak sanggup membayar utangnya
sesuai isi kesepakatan waktu PKPU pada Januari 2011. Karena itu, meskipun sudah ada beberapa
investor yang melirik Mandala, mereka mundur karena melihat kondisi utang Mandala yang besar.
Terlebih lagi, aset Mandala tidak sebanding dengan utang dan kemampuan operasionalnya. Jadi,
ke depan, Mandala diperkirakan tak akan mampu mengembalikan uang pemegang saham dan
kreditor. Hariadi Supangkat, Komisaris Mandala, keberatan atas permohonan pailit itu. Ia
mengatakan bahwa permohonan pailit hanya bisa dilakukan sepihak dari salah satu pemegang
saham di Singapura. Pemegang saham asal Indonesia tidak diikutsertakan. Menurut dia,
perusahaan ini masih memiliki potensi. "Kami menilai potensi Mandala masih bagus," kata
Hariadi seusai sidang. (Noverius Laoli)
A. ANALISA KASUS
1. Debitor
Sehubungan dengan Putusan Pengadilan Niaga yang kami baca, debitor dalam
perkara ini adalah PT.Mandala Airlines dan juga sebagai pemohon pailit. PT.Mandala
Airlines ini menjalankan usaha menggunakan kapal udara untuk mengangkut penumpang,
barang, dan mutan (padat, cair, benda, hewan, pos, dll) didalam negeri maupun luar negari
untuk satu perjalanan atau lebih dengan penerbaangan yang berjadwal tetap atau tidak
tetap.
2. Alasan Pailit
Adapun hal-hal yang membuat PT.Mandala Airlines ini tidak dapat melunasi
utang-utangnya kepada kreditor adalah :
a) Biaya yang besar yang timbul untuk perawatan pesawat-pesawat milik pihak ketiga yang
digunakan oleh PT.Mandala Airlines berdasarkan perjanjian leasing.
b) Kenaikan harga pembelian bahan bakar pesawat sejak tahun 2008 sampai dengan selesai
beroperasinya pesawat Mandala Airlines.
c) Infrastruktur bandara yang belum memadai untuk menyokong operasi ekonomi
perusahaan.
d) Penumpukan biaya-biaya operasional yang terakumulasi dalam waktu yang panjang
sehingga mencapai jumlah yang sangat besar.
e) Semakin melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang
Dollar Amerika Serikat, diman sebagian besar atau hampir seluruh biaya-biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan menggnakann mata uang Dollar Amerika Serikat.

Permasalahan diatas ini membuat semakin besarnya beban perusahaan yang dikeluarkan
untuk pengoperasian masakapai sangat berat dan sangat besar.

3. Kreditor

Adapun rincian atas beberapa kreditur-kreditur tersebut yang digunakan dasar permohonan sbb:

a) PT. Duta Kaliangga Pratama : dimana Pemohon dan DKP telah menandatangani Sales
Contract for Rental of Zebra Printers (for boarding pass application) dengan periode
kontrak 01 Desember 2013 sampai dengan 31 November 2014. Pemohon menyewa
peralatan Zebra Printers yang digunakan saat melakukan pemeriksaan boarding pass para
penumpang, dimana Pemohon memiliki utang sebesar USD 18.661,50 (Delapan belas ribu
enam ratus enam puluh satu Dollar Amerika Serikat lima puluh sen).
b) Nurjadin Sumono Mulyadi & Partners: Pemohon dan NSMP telah melakukan perjanjian
dimana NSMP mberikan jasa layanan hukum kepada Pemohon secara retaainer. Dimana
pemohon memiliki utang kepada NSMP dengan jumlah total sebesar USD 10.422,56 .

Kemudian NSMP mengeluarkan 4 invoice, yaitu :

 Invoice No. 0254/NSMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 2014 untuk pembayaran jasa hukum
periode 25 April-24 Mei 2014 sebesar USD 3.346,44 yang jatuh tempo pada saat pemohon
menerima invoice dimaksud yaitu pada tanggal 04 Agustus 2014.
 Invoice No. 0255/SNMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 2014 untuk pembayaran jasa hukum
periode 25 Mei-24 Juni 2014 sebesar USD 3.488,58 yang jatuh tempo pada saat Pemohon
menerima Invoice yang dimaksud pada tanggal 04 Agustus 2014.
 Invoice No. 0256/SNMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 204 untuk pembayaran jasa hukum
periode 25 Juni-24 Juli 2014 sebesar USD 3.587,54 yang jatuh tempo pada saat Pemohon
menerima Invoce dimaksud yaitu pada tanggal 04 Agustus 2014.
 Invoice No.0297/SNMP/INV/14 tertanggal 01 September 2014 untuk ppembayaran jasa
hukum periode 25 Juli-24 Agustus 2014 sebesar USD 3.633,72 yang jatuh tempo pada saat
Pemohon menerima Invoice.
c) PT Dinamika Praxis Komunikasi: terkait dengan penggunaan jasa public relations dari
Praxis, dimana Pemohon masih memiliki kewajiban yang harus dilunasi untuk periode
bulan Juli 2014 sebesar Rp. 65.824.000,-. Praxis telah mengeluarkan Invoice No. MDL-
DPK/VII/2014/046 tanggal 02 Juli 2014 yang meminta Pemohon untuk melakukan
pembayaran jasa public relations untuk periode Juli 2014 yang jatuh tempo tanggal 16 Juli
2014.
d) PT. GNV Condulting Service : pemohon memiliki utang kepada GCD dengan jumlah Rp.
34.909.003,-. GCS telah mengeluarkan Invoice No. 346/MA/GCS/VI/2014 tertanggal 23
Juni 2014 yang meminta Pemohon untuk melakukan pembayaran jasa penyusunan SPT
1771 pemohon yang jatuh tempo setelah tanggal invoice yaitu pada tanggal 30 Juni 2014.
Namun Pemohon tidak bisa memenuhi kewajibannya.
e) PT. Tiga Cipta Pariwara : pemohon memiliki utang kepada TCP dnegan jumah total
sebesar Rp. 276.509.750,-. Dimana TCP telah memberikan jasa kepada Pemohon berupa
pembuatan video viral dan pengawasan pembuatan video.
f) PT. Jaringan Delta Female Indonesia: Jaringan Delta Female Indonesia memberikan jasa
kepada Pemohon berupa penyiaran iklan di Jaringan Radio Delta Nasional. Berdasarkan
perjanjian pemohon memiliki utang sebesar Rp. 76.032.000,-
g) Hanafiah Ponggawa & Partners : dimana pemohon memiliiki utang dengan jumlah total
sebesar USD 3.300. sehubungan dengan utang Pemohon, HPRP telah mengeluarkan
Invoice untuk pembayaran jasa hukum.

Maka dengan sudah adanya utang yang telah jatuh tempo tersebut, maka pihak PT.Mandala
Airlines ini seharusnya mempunyai kewajiban membayar utang-utangnya kepada kreditor.
Permohonan pemohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
mempailitkan dirinya sendiri itu telah memenuhi syarat dari pasal 2 ayat (1) No.37 Tahun 2004
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, persayaratan pailit yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (1)
yaitu :

1) Debitor mempunyai dua atau lebih kreditor:

Debitor disini adalah PT. MANDAALA AIRLINES sedangkan para kreditor adalah:

• PT. Duta Kaliangga Pratama;

• Nurjadin Sumono Mulyadi & Partners;

• PT Dinamika Praxis Komunikasi;

• PT. GNV Condulting Service;

• PT. Tiga Cipta Pariwara;

• PT. Jaringan Delta Female Indonesia;

• Hanafiah Ponggawa & Partners;

2) Debitor tidak membayar setidaknya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih:
PT. MANDALA AIRLINES memiki utang yang belum dibayar dan utang PT. Mandala
Airlines sudah jatuh waktu, yaitu:
• PT. Duta Kaliangga Pratama: memiliki utang sebesar USD 18.661,50 (Delapan belas ribu enam
ratus enam puluh satu Dollar Amerika Serikat lima puluh sen) dengan Periode kontrak 01
Desember 2013 sampai dengan 31 November 2014.

• Nurjadin Sumono Mulyadi & Partners:

Invoice No. 0254/NSMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 2014 untuk pembayaran jasa hukum periode
25 April-24 Mei 2014 sebesar USD 3.346,44 yang jatuh tempo pada saat pemohon menerima
invoice dimaksud yaitu pada tanggal 04 Agustus 2014.

Invoice No. 0255/SNMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 2014 untuk pembayaran jasa hukum periode
25 Mei-24 Juni 2014 sebesar USD 3.488,58 yang jatuh tempo pada saat Pemohon menerima
Invoice yang dimaksud pada tanggal 04 Agustus 2014.

Invoice No. 0256/SNMP/INV/14 tertanggal 25 Juli 2014 untuk pembayaran jasa hukum periode
25 Juni-24 Juli 2014 sebesar USD 3.587,54 yang jatuh tempo pada saat Pemohon menerima Invoce
dimaksud yaitu pada tanggal 04 Agustus 2014.

Invoice No.0297/SNMP/INV/14 tertanggal 01 September 2014 untuk ppembayaran jasa hukum


periode 25 Juli-24 Agustus 2014 sebesar USD 3.633,72 yang jatuh tempo pada saat Pemohon
menerima Invoice.

• PT Dinamika Praxis Komunikasi: PT. Mandala Airlines memiliki kewajiban yang harus dilunasi
untuk periode bulan Juli 2014 sebesar Rp. 65.824.000,-. Praxis telah mengeluarkan Invoice No.
MDL-DPK/VII/2014/046 tanggal 02 Juli 2014 yang meminta Pemohon untuk melakukan
pembayaran jasa public relations untuk periode Juli 2014 yang jatuh tempo tanggal 16 Juli 2014.

• PT. GNV Condulting Service : pemohon memiliki utang kepada GCD dengan jumlah Rp.
34.909.003,-. GCS telah mengeluarkan Invoice No. 346/MA/GCS/VI/2014 tertanggal 23 Juni
2014, yang jatuh tempo setelah tanggal invoice yaitu pada tanggal 30 Juni 2014.

• PT. Tiga Cipta Pariwara : pemohon memiliki utang kepada TCP dnegan jumah total sebesar Rp.
276.509.750,-.

• PT. Jaringan Delta Female Indonesia: PT. Mandala Airlines memiliki utang sebesar Rp.
76.032.000,-
• Hanafiah Ponggawa & Partners : dimana pemohon memiliiki utang dengan jumlah total sebesar
USD 3.300.

3) Atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan seorang atau lebih kreditor: Dalam
Hal ini PT. Mandala Airlines yang mengajukan sendiri permohonan pailitnya karena sudah
tidak mampu membayar kewajiban utang-utangnya yang sudah ditagih dan telah jatuh
waktu.

B. TANGGAPAN KASUS
Biaya produksi merupakan faktor penting mempengaruhi tinggi rendahnya harga
jual dari produk yang dihasilkan. Oleh karena itu perusahaan perlukan melakukan
pengendalian biaya produksi yang efektif sehingga kegiatan operasionalnya dapat berjalan
dengan baik dan efisien (Edison dan Sapta, 2010). Suatu pengendalian biaya produksi yang
efektif dapat terlaksana dengan adanya perencanaan biaya produksi yang baik. Salah satu
bentuk perencanaan tersebut adalah dengan menyusun anggaran biaya produksi. Namun
dalam kasus tersebut PT. Mandala Airlines tidak mampu mengendalikan biaya nya seperti
permasalahan pada biaya yang besar yang timbul untuk perawatan pesawat-pesawat milik
pihak ketiga yang digunakan oleh PT.Mandala Airlines berdasarkan perjanjian leasing.
Kemudian kenaikan harga pembelian bahan bakar pesawat sejak tahun 2008 sampai
dengan selesai beroperasinya pesawat Mandala Airlines. Selanjutnya infrastruktur bandara
yang belum memadai untuk menyokong operasi ekonomi perusahaan. Adanya
penumpukan biaya-biaya operasional yang terakumulasi dalam waktu yang panjang
sehingga mencapai jumlah yang sangat besar. Serta semakin melemahnya nilai tukar
Rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang Dollar Amerika Serikat, dimana
sebagian besar atau hampir seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
menggnakann mata uang Dollar Amerika Serikat. Segala permasalahan tersebut
menyebabkan timbulnya berbagai utang yang membuat PT. Mandala Airlines kocar-kacir
untuk memenuhi kewajibannya.
Terkait akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan laba, akuntansi
biaya melayani kebutuhan pengguna eksternal seperti pemegang saham, kantor
pemeriksaan pajak, dan kreditor, namun perusahaan tersebut belum mampu memenuhinya.
Hasil umpan balik PT. Mandala Airlines kurang baik, seharusnya umpan balik yang positif
akan memberitahu mereka bahwa mereka ada pada jalur yang tepat dan akan memotivasi
mereka untuk meningkatkan nilai perusahaannya. Kurangnya pemaksaan yang ketat atas
kebijakan pengendalian akan menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan.
Sementara tekanan dapat menyegarkan individu-individu tertentu, tekanan tersebut dapat
mengintimidasi yang lain menurunkan kinerja mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi.

Vous aimerez peut-être aussi