Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Antioksidan
Senyawa fitokimia merupakan zat alami yang terdapat dalam tanaman yang
memberikan cita rasa, aroma dan warna yang khas pada tanaman tersebut. Beberapa
khasiat senyawa fitokimia tersebut berfungsi sebagai antioksidan, meningkatkan
sistem kekebalan, mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol, serta mengatur
kadar gula darah. Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron
( elektron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat
menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara
mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga
aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal
bebas. Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar
atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat
proses oksidasi.
Tubuh manusia tidak mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah
berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak radikal maka tubuh membutuhkan
antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran kemungkinan efek samping yang belum
diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif
yang sangat dibutuhkan.
Antioksidan merupakan senyawa yang terdapat secara alami dalam bahan
pangan. Senyawa ini berfungsi untuk melindungi bahan pangan dari kerusakan yang
disebabkan terjadinya reaksi oksidasi lemak atau minyak yang sehingga bahan
pangan yang berasa dan beraroma tengik (Andarwulan 1995). Menurut Wildman
(2001) antioksidan merupakan agen yang dapat membatasi efek dari reaksi oksidasi
dalam tubuh. Secara langsung efek yang diberikan oleh antioksidan dalam tubuh,
yaitu dengan mereduksi radikal bebas dalam tubuh, dan secara tidak langsung, yaitu
dengan mencegah terjadinya pembentukan radikal. Antioksidan pertama kali
digunakan sebelum Perang Dunia II yang digunakan untuk pengawetan makanan.
B. Jenis-jenis Antioksidan
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh pada
dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase, glutathione
peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase. Tetapi jika senyawa
radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas kemampuan proteksi
antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau antioksidan
eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk (Reynertson, 2007). Antioksidan
mempunyai kemampuan mendonorkan elektron dan bisa berfungsi sebagai agen
pereduksi sehingga dapat mengkhelat ion metal dan mengurangi potensi radikal dalam
tubuh (Vaya dan Aviram, 2001).
Antioksidan Primer
Antioksidan sekunder
Antioksidan tersier
3. Berdasarkan Sumbernya
Antioksidan Alami
Vitamin A
Vitamin C
Salah satu contoh antioksidan alami yaitu vitamin C. Menurut deMan (1999),
vitamin C (Ascorbic Acid) terdapat dalam seluruh jaringan hidup dan dapat
mempengaruhi reaksi oksidasi-reduksi dalam jaringan tersebut. Sumber utama
vitamin C terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Manusia dan kelinci untuk
percobaan merupakan satu-satunya jenis primata yang tidak dapat mensintesis vitamin
C. Kebutuhan manusia akan vitamin C belum dapat ditentukan secara pasti. Namun,
telah diketahui rata-rata kebutuhan vitamin C pada manusia per hari antara 45 sampai
75 mg. Keadaan stres yang berkelanjutan dan terapi obat-obatan bisa meningkatkan
kebutuhan akan vitamin C.
Vitamin E
Antosianin
Isoflavon
fungsional.
Peroksidasi lipid merupakan reaksi kimia yang sering terjadi pada bahan
pangan yang memproduksi asam, aroma tak sedap dan toksik selama proses pengolahan
dan penyimpanan sehingga mempengaruhi mutu dan keamanan produk pangan (Heo et
al., 2005). Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa diturunkan dengan
mengkosumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup. Konsumsi makanan yang
mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat
timbulnya penyakit degeneratif akibat penuaan. Kecukupan antioksidan secara optimal
dibutuhkan oleh semua kelompok usia (Winarsi, 2007).
Selain untuk mencegah kanker atau menjaga kesehatan kulit antioksidan yang
terdapat dalam vitamin C dan E juga dapat membantu menjaga kekuatan otot. Sebuah
penelitian pada orang dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan E yang cukup
dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang tinggi antioksidan
mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi otot pada orang dewasa. Resiko
utama yang terjadi apabila kekuatan otot menurun adalah dapat mengakibatkan cacat
atau kerapuhan. Konsumsi vitamin C yang baik adalah sebesar 144 miligram dan
vitamin E sebesar 11 miligram per hari.
3. Pencegahan Penyakit