Vous êtes sur la page 1sur 16

PENCEMARAN UDARA

A. Pengertian pencemaran
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982).
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya
tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara / tekanan udara dan lingkungan
sekitarnya. Udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang
sehari-hari kita hirup. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernapas,
karbondioksida untuk proses fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk
menahan sinar ultra violet. Gas-gas lain yang terdapat dalam udara antara lain gas-
gas mulia, nitrogen oksida, hidrogen, methana, belerang dioksida, amonia dan
lain-lain.
Pencemaran udara dapat diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-
zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi)
udara dari keadaan normalnya. Masuknya bahan-bahan atau zat-zat asing ke
dalam udara selalu menyebabkan perubahan kualitas udara. Masuknya bahan-
bahan atau zat-zat asing tersebut tidak selalu menyebabkan pencemaran udara.
Mengacu pada defenisinya, pencemaran udara baru terjadi jika masuknya bahan -
bahan atau zat-zat asing tersebut menyebabkan mutu udara turun sampai ke
tingkat dimana kehidupan manusia, hewan dan binatang terganggu atau
lingkungan tidak berfungsi sebagai mana mestinya. Secara umum jenis-jenis
pencemaran udara yaitu sebagai berikut :
a. Karbon monoksida
b. Oksida nitrogen
c. Oksida sulfur
d. CFC
e. Hidrokarbon
f. Senyawa organik volatil
g. Partikulat
(Wardhana, 1995).
Berikut merupakan tabel kesetimbangan komposisi udara :
Komponen Rumus Molekul Persen Volume Ppm
Nitrogen N2 78,08 780.800
Oksigen O2 20,95 209.500
Argon Ar 0,934 9.340
Karbon Dioksida CO2 0,0314 314
Neon Ne 0,00182 18
Helium He 0,000524 5
Metana CH4 0,0002 2
Kripton Kr 0,000114 1
Ozon O3 0,000002 0,02
Nitrogen Dioksida NO2 0,0000001 0,001
Nitrogen Oksida NO 0,00000006 0,0006
(Gidding, 1973)
Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter
yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnya melewati
ambang batas (konsentrasi yang masih bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam
keadaan tercemar. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam
atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO,
CO2, SO2, SO3, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu
yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuhtumbuhan. Adanya
gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi melewati ambang
batas, maka udara di daerah tersebut dinyatakan sudah tercemar. Dengan
menggunakan parameter konsentrasi zat pencemar dan waktu lamanya kontak
antara bahan pencemar atau polutan dengan lingkungan (udara), WHO
menetapkan empat tingkatan pencemaran sebagai berikut:
1. Pencemaran tingkat pertama yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan
kerugian bagi manusia.
2. Pencemaran tingkat kedua yaitu pencemaran yang mulai menimbulkan
kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
3. Pencemaran tingkat ketiga yaitu pencemaran yang sudah dapat bereaksi
pada faal tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis.
4. Pencemaran tingkat keempat yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-
tumbuhan.
Pemerintah daerah di Indonesia dalam melaksanakan pengelolaan dan
pengendalian pencemaran udara menggunakan nilai Indeks Standar Pencemaran
Udara (ISPU) sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dan sebagai
sumber informasi untuk masyarakat mengenai kualitas udara ambien di setiap
daerah dalam waktu tertentu. Indeks Standar Pencemaran Udara adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap
manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya (Nurul Inayah, 2015).
Berikut merupakan batas Indeks Standar Pencemar Udara untuk setiap parameter
Pencemar :

PENGARUH INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA UNTUK SETIAP


PARAMETER PENCEMAR

Carbon Sulfur
Kateg Renta Nitrogen Partikul
Monoksida Ozon O3 Dioksida
ori ng (NO2) at
(CO) (SO2)
Baik 0-50 Tidak ada Sedikit Luka pada Luka Tidak ada
efek berbau Beberapa pada efek
spesies Beberapa
tumbuhan spesies
akibat tumbuhan
Kombinas akibat
i dengan kombinas
SO2 i dengan
(Selama 4 O3
Jam) (Selama
4 Jam)

Sedang 51 - Perubahan Berbau Luka pada Luka Terjadi


100 kimia darah Babarapa pada penuruna
tapi tidak spesies Beberapa n pada
terdeteksi tumbuhan spesies jarak
lumbuhan pandang

Tidak 101 – Peningkatan Bau dan Penuruna Bau, Jarak


Sehat 199 pada kehilanga n Meningk pandang
kardiovaskul n warna. kemampu atnya turun dan
arpada Peningkat an pada kerusaka terjadi
perokok an atlit yang n pengotora
yang sakit reaktivita berlatih tanaman n debu di
jantung s keras mana-
pembuluh mana
tenggoro
kan pada
penderita
asma
Sangat 200- Maningkatny Meningk Olah raga Meningk Meningk
Tidak 299 a atnya ringan atnya atnya
Sehat kardiovaskul sensitivit mangakib sensitivit sensitivit
ar pada orang as pasien atkan as pada as pada
bukan yang pengaruh pasien pasien
perokok berpenya parnafasa berpenya berpenya
yang klt asma n pada kit kit
berpanyakit dan pasien asthma asthma
Jantung, dan bronhitis yang dan dan
akan tampak berpenyak bronhitis bronhitis
beberapa lt paru-
kalemahan paru
yang terlihat kronis
secara nyata

Berbah 300 -
Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
aya lebih

Sumber: Lampiran Kep. BAPEDAL No.107 tahun 1997

B. Jenis-jenis pencemaran udara


Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,
yakni:
a. Pencemaran Udara Alami Adalah : Masuknya zat pencemar ke
dalam udara / atmosfer, akibat proses proses alam seperti asap
kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut,
debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non- Alami Adalah : Masuknya zat pencemar
oleh aktivitas manusia, yang pada umumnya tanpa disadari dan
merupakan produk sampingan, berupa gas-gas beracun, asap,
partikel-partikel halus, senyawa belerang, senyawa kimia, buangan
panas dan buangan limbah nuklir. (Nurhasmawaty, 2002)
C. Sumber-sumber penyebab terjadinya pencemaran udara
Berdasarkan jenisnya, sumber pencemar dapat dikatagorikan
menjadi:
a. Sumber pencemar alamiah, misalnya serbuk sari tanaman, debu
terbang akibat pergeraan angin dan aktivitas dan letusan gunung
berapi.
b. Sumber pencemar akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan
transportasi, proses industri, pembangkit listrik,incinerator, kebakaran
hutan dsbnya.
Menurut Suhedi (2005), jenis sumber-sumber pencemar dibedakan
berdasarkan proses yang dihasilkan yang digolongkan menjadi 2 (dua)
golongan yaitu:
a. Emisi langsung, emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau
sumber dalam ruang batas yang ditetapkan. Contohnya emisi CO
dari kendaraan bermotor.
b. Emisi tidak langsung, hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang
ditetapkan misalnya konsumsi energi listrik di rumah tangga,
konsumsi gas pada kompor.
Dapat disimpulkan bahwa sumber sumber pencemaran udara
dibagi menjadi dua yaitu sumber polusi alami yang disebabkan aktivitas
alam seperti terbangnya sebuk sari tumbuhan oleh angin, debu vulkanik
gunung berapi, debu tanah yang tertiup angin dsbnya. Sedangkan,
sumber polusi non alami disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
pembakaran sampah, tempat pembuangan sampah yang menumpuk,
limbah pembakaran industri, transportasi, pembangkit listrik,
pembuangan limbah uji coba nuklir, partikulat dan gas-gas sisa
kebakaran hutan, dsb. (Ryadi, 1982).
Berikut sumber-sumber dari pencemaran udara terkhusus sumber
pencemaran non-alamiah akibat aktivitas manusia.
a. Gas kabon oksida (COx)
Sumber dari gas ini adalah hasil pembakaran bahan-bahan organik
seperti hidrokarbon, hasil pembakaran batu bara, hasil pembakaran
sampah, hasil dari respirasi baik tumbuhan maupun hewan dan
manusia, hasil sisa industri, pembangkit listrik, transportasi, dan
alat-alat rumah tangga dsbnya.
b. Gas Nitrogen oksida (NOx)
Seperti halnya CO, emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan
penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia
adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan
oleh kendaraan bermotor, produksi energi dan pembuangan
sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin.
c. Gas Sulfur oksida (SOx)
Sulfur oksida secara alami di hasilkan dari proses aktivitas
vulkanologi di dalam perut bumi terkhusus gunung berapi. Secara
non-alami gas sulfur oksida banyak dihasilkan dari hasil sisa
pembakaran bahan bakar, seperti pembakaran batu arang, minyak
bumi mentah, gas, kayu dan sebagainya. Unsur belerang terdapat
pada batubara dengan kadar bervariasi dari rendah (jauh di bawah
1%) sampai lebih dari 4%. Unsur ini terdapat dalam batubara
dalam 3 bentuk yakni belerang organik, pirit dan sulfat. Dari ketiga
bentuk belerang tersebut, belerang organik dan belerang pirit
merupakan sumber utama emisi oksida belerang. Dalam
pembakaran batubara, semua belerang organik dan sebagian
belerang pirit menjadi SO2. Oksida belerang ini selanjutnya dapat
teroksidasi menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping
stabil dan sulit menjadi oksida belerang, kadar relatifnya sangat
rendah dibanding belerang bentuk lainnya.
d. Partikulat
Partikulat secara alami bersumber dari debu tanah atau pasir kering
yang tertiup angin kencang, atau debu vulkanis dari gunung berapi,
selain itu juga serbuk sari yang tertiup oleh angin. Asap hasil
kebaran hutan juga termasuk dari jenis partikulat. Di udara,
partikulat dapat berbentuk sebagai berikut :
1) Dust merupakan suatu satuan campuran material atau partikel
padat dalam berbagai ukuran yang berada di bawah diameter 75
μm
2) Fibres merupakan material atau partikel padat dalam bentuk
filamen-filamen yang mempunyai diameter kurang dari 3 μm
dan panjangnya lebih dari 5μm
Contoh : fibreglass, rockwool/ stonewool, ceramic fibres,
asbestos fibres
3) Fume merupakan bentuk dari proses kimia atau fisika suatu
partikel atau material padat yang berubah menjadi gas karena
adanya pemanasan. Dalam beberapa menit dapat kembali
berubah menjadi padatan atau dalam bentuk partikel cair.
Biasanya mengandung unsur logam seperti Zn, Mg, Fe, Pb, dan
lain-lain. Umumnya berukuran ≤ 1 μm.
4) Smokes terdiri dari partikel padat dan cairan berukuran < 1 μm,
biasanya < 0,05 μm; dihasilkan selama pembakaran tidak
sempurna dan penyulingan (Yusrianti, 2017).
D. Reaksi-Reaksi yang tejadi dalam Pencemaran Udara dan Sifat-sifat
senyawanya
Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat, udaranya relatif sudah tidak bersih lagi.
Udara di daerah industri kotor terkena bermacam-macam pencemar. Dari
beberapa macam komponen pencemar udara, yang paling banyak berpengaruh
dalam pencemaran udara adalah komponen-komponen berikut ini :
a. Karbon oksida (COx)
Karbon monoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak
berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawa
-129 OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan
udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak
menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam uadra relatif tinggi dibandingkan
dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses
industri.
2C(s) + O2 (g) 2CO(g)
2 C₈H₁₈ (g) + 25 O₂ (g) → 16 CO₂ (g) + 18 H₂O (g)
b. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida nitrogen
mempunyai 2 bentuk yang sifatnya berbeda, yakni gas NO2 dan gas NOx. Sifat
gas NO2 adalah berwarna dan berbau, sedangakn gas NO tidak berwarna dan tidak
berbau. Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat
hidung. Kadar NOx diudara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan lebih
tinggi dari daerah pedesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena
berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah
kadar NOx diudara Pencemaran gas NOx diudara teruatam berasal dari gas
buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listri stasioner
atau mesin-mesin yang menggunakan bahan bakar gas alami. Keberadaan NOx
diudara dapat dipengaruhi oleh sinar matahari yang mengikuti daur reaksi fotolitik
NO2 sebagai berikut :
1. NO2 + sinar matahari NO + O
2. O + O2 O3 (ozon)
3. O3 + NO NO2 + O2
Nitrogen dioksida biasanya terbentuk melalui oksidasi oleh oksigen di udara:
2NO + O2 → 2NO2
Di laboratorium, NO2 dapat dibuat dengan cara pentoksida dinitrogen, yang
diperoleh melalui dehidrasi asam nitrat:

2HNO3→N2O5+H2O
2 N2O 5 → 4 NO2 + O2

Reduksi asam nitrat oleh logam (seperti tembaga).


4 HNO3 + Cu → Cu(NO3)2 + 2NO2 +2H2O
c. Belerang Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2
dan gas SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan
tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah
bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi benda-benda lain yang
mengakibatkan kerusakan, seperti proses perkaratan (korosi) dan proses kimiawi
lainnya. Konsentrasi gas SO2 diudara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia
(tercium baunya) manakala kensentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm. Gas dari
pada gas SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO2. Namun demikian
gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada diudara dan kemudian
membentuk gas SO3 melalui reaksi berikut :
2SO2 + O2 (udara) 2SO3
Pada proses peleburan sulfida logam diubah menjadi oksida logam. Proses ini
juga sekaligus menghilangkan belerang dari kandungan logam karena belerang
merupakan pengotor logam. Pada suhu tinggi sulfida logam mudah dioksida
menjadi oksida logam melalui reaksi berikut :
2ZnS + 3O2 2ZnO + 2SO2
2PbS + 3O2 2PbO + 2SO2 (Prawiro, 1988)
E. Dampak-dampak Pencemaran Udara
1). Dampak Pencemaran oleh Karbon oksida (COx)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal
konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 - 15
ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara lain:
Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sampai kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara
metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 → O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO → COHb (karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan
yang lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun, gangguan pada
sistem kardiovaskular, serangan jantung, sampai dengan kematian.
Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya
tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan.
Sedangkan dampak dari gas CO2 jika berlebihan di udara akan
menyebabkan efek rumah kaca, efek rumah kaca ini jika terus menerus berlanjut
akan menyebabkan pemanasan global sehingga dapat berdampak luas bagi
makhluk hidup di bumi, akan ada spesies yang punah, kebarakan hutan, penderita
kanker kulit akan meningkat, es di kutup akan mencair, naikknya permukaan air
laut, terendamnya daerah pesisir secara permanen. Penyumbang terbesar gas CO2
berasal dari aktivitas industri dan kendaraan transportasi. (Fardiaz.1992).

2) Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)


Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat,
berwarna coklat kemerahan. Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO.
Organ yang paling peka paru-paru, jika terkena NO2 akan membengkak sehingga
sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi mengakibatkan
kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan
lebih berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2. Oksida nitrogen bagi tumbuhan
menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila konsentrasinya tinggi
mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis
terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosintesis
60 – 70 %. Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl
Nitrates) yang dapat menyebabkan iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama
senyawa yang lain akan menimbulkan kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog)
3) Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)
SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama
batubara. Gas buang lebih banyak mengandung SO2 dibanding SO3. Gas SO2
berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO3 sangat reaktif. Dengan uap air dari
udara:
SO2 + H2O → H2SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan hujan
asam.
a. Bagi tumbuhan kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya
bintik-bintik pada daun. Jika paparan lama daun menjadi berguguran.
b. Bagi manusia SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah
menjadi asam akan menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan
dan saluran napas yang lain sampai ke paru-paru. SO2 dapat menimbulkan
iritasi tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing (ada yang 1 - 2
ppm, atau 6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang
yang menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami
kejang (spasma). Akan lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan
suhu udara rendah. Pada paparan lama akan terjadi peradangan yang hebat
pada selaput lendir yang diikuti paralysis cilia (kelumpuhan sistem
pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian. Pada
konsentrasi 6 - 12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat
menyebabkan hiperplasia dan metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya
menjadi kangker.
c. Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung
warnanya menjadi kusam kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan
SOx menghasilkan PbS. Jembatan menjadi rapuh karena mempercepat
pengkaratan
4) Dampak Pencemaran oleh Partikulat
Partikulat adalah padatan atau liquid di udara dalam bentuk asap, debu dan
uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam waktu yang lama. Di samping
mengganggu estetika, partikel berukuran kecil di udara dapat terhisap ke dalam
sistem pernafasan dan menyebabkan penyakit gangguan pernafasan dan kerusakan
paru-paru. Partikulat juga merupakan sumber utama haze (kabut asap) yang
menurunkan visibilitas (Wardhana, 2004).

F. Penanggulangan
Penanggulangan yang dapat dilakukan dapat berupa pencegahan dan
pengendalian seperti :
Pencegahan pencemaran udara pada
1. Sumber Bergerak
 Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
 Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
 Memasang filter pada knalpot
2. Sumber Tidak Bergerak
 Memasang scruber pada cerobong asap.
 Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara
berkala.
 Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar Sulfur,
CO rendah.
 Memodifikasi pada proses pembakaran sehingga pembakaran sampah
terjadi secara sempurna, contoh menggunakan alat incinerator.
 Pembersihan ruangan dengan sistem basah
Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemeritah pusat untuk mencegah dan
mengendalikan pencemaran udara antara lain:
1. Penetapan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pencemaran
udara seperti Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
2. Penentuan pengelola pengawasan dan penanggungjawab pengendalian
pencemaran udara serta dampaknya, yaitu:
 Kementerian Negara Lingkungan Hidup bertanggungjawab terhadap
regulasi emisi dan pemantauan dampak lingkungan yang terjadi;
 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral bertanggungjawab terhadap
pengawasan dan pengendali mutu bahan bakar;
 Departemen Perindustrian bertanggungjawab mengawasi produk
komponen kendaraan yang ramah lingkungan dan mengawasi dan
sertifikasi bengkel dalam rangka meningkatkan kualitas udara di
perkotaan;
 Departemen Perhubungan bertanggungjawab pengujian tipe untuk
kendaraan bermotor produksi baru termasuk uji emisi gas buang dan
pengadaan dan pemasangan converter kita.
 Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap pengujian kendaraan
bermotor yang sedang berjalan.
3. Melaksanakan kegiatan pengendalian pencemaran udara antara lain dengan
pencanangan Program Langit Biru yaitu : Menetapkan regulasi tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor baik yang sedang
diproduksi maupun kendaraan lama.
4. Relokasi kawasan industri yang berada di tengah kota ke daerah pinggiran
kotadan pengembangan daerah hijau yang mengitari kawasan industri yang
akandibangun. Seharusnya sebelum membangun daerah industri
harusmemperhatikan konsentrasi senyawa gas dalam udara sebelum dan
sesudahadanya emisi industri, disinilah peran ilmu fisika lingkungan
dalammenentukan dan memperhitungkan konsentrasi senyawa gas dalam
udara. (Ekasatya, 1991)
G. Pembahasan Studi Kasus
Pada lampiran studi kasus yang berasal dari jurnal dengan judul “Analisis
Kualitas Udara Pada Kawasan Terminal Daya Di Kota Makassar” di dapat hasil
perhitungan ISPU pada lokasi penelitian berkisar :
No. Parameter Hasil ISPU Rentang Kategori
1. SO2 19.44 0-50 Baik
2. CO 163.11 100-199 Tidak sehat
3. NO2 8.10 0-50 Baik
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, kadar SO2 masih dalam kategori
baik dengan kadar relatif kecil. Sehingga, tidak terlalu berdampak pada kehidupan
hanya akan menimpulkan sedikit luka pada beberapa spesies tumbuhan akibat
kombinasi dengan O3 (Selama 4 Jam). Untuk kadar CO masuk dalam kategori
tidak sehat. Sehingga, dapat berdampak Peningkatan pada kardiovaskular pada
perokok yang sakit jantung. Dan yang terakhir kadar NO2 masuk dalam kategori
baik dengan kadar yang relatif sangat kecil, sehingga dampaknya hanya akan
menghasilkan sedikit bau.
DAFTAR PUSTAKA
Ekasatya. 1991. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
Jakarta: Departemen Perindustrian R.I
Gidding. 1973. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran : Hubungan Dengan
Toksiologi Senyawa Logam. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Nurhasmawaty. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara press.
Nurul Inayah. 2015. Toksikologi Lingungan. Surabaya: Air Langga Universal
Press.
Prawiro. 1988. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI Publisher.
Republik Indonesia. 1982. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekretariat
Negara. Jakarta
Republik Indonesia. 1997. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tentang Pedoman Teknis Perhitungan
Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Sekretariat
Negara. Jakarta
Ryadi. 1982. Pencemaran Udara. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Wardhana. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: ANDI
Publisher.
Yusrianti. 2017. Studi Literatur Tentang Pencemaran Udara Akibat Aktivitas
Kendaraan Bermotor Di Jalan Kota Surabaya. Jurnal Teknik Lingkungan.
Vol.1(1) :13-14.

Vous aimerez peut-être aussi