Vous êtes sur la page 1sur 48

LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN

Pada PASIEN DENGAN TYPOID

Pembimbing :
Eny Virda, M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 1/Kelas A/Semester 4
1. Lhing Lhing Meilisa (201604025)

2. Mamik Sri Hidayati (201604012)

3. Vivin Nurandika Sari (201604045)

4. M. Ilham Adi Kurniawan (201604069)

5. Dely Wahyu Agustina (201604083)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Typhoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan

oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B,

salmonella typhi C. Penyakit ini mempunyai tanda – tanda khas berupa

perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai gejala

demam, nyeri perut, dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit

daerah tropis dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di

Indonesia. (Widodo Djoko, 2009)

Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah banyak

menyelamatkan nyawa manusia. Penyakit – penyakit yang selama ini tidak

terdiagnosis dan terobati, sekarang sudah banyak teratasi. Tetapi untuk

memperbaiki taraf kesehatan secara global tidak dapat mengendalkan hanya

pada tindakan kuratif, karena penyakit yang memerlukan biaya mahal itu

sebagian besar dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan menjauhi pola

hidup beresiko. Artinya para pengambil kebijakan harus mempertimbangkan

untuk mengalokasi dana kesehatan yang lebih menekankan pada segi

preventif dari pada kuratif. (Muttaqin Arif, 2011)

Didunia pada tanggal 27 September 2011 sampai dengan 11 Januari 2012

WHO mencatat sekitar 42.564 orang menderita Typhoid dan 214 orang

meninggal. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak usia pra sekolah

1
maupun sekolah akan tetapi tidak menutup kemugkinan juga menyerang

orang dewasa. Demam Typhoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan

dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan pribadi dan

sanitasi lingkungan seperti lingkungan kumuh, kebersihan tempat-tempat

umun yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk

hidup sehat.

Di Indonesia penyakit ini bersifat endemik. Telaah kasus di rumah sakit

besar di Indonesia kasus Demam Typhoid menunjukan kecenderungan

meningkat dari tahun ke tahun. ( Sudoyo, 2006 )

2
I.2 Rumusan Masalah

I.2.1 Apakah definisi APB?

I.2.2 Apasajakah klasifikasi APB?

I.2.3 Apakah etiologi solusio plesenta dan plasenta


previa?

I.2.4 Apasajakah manifestasi klinis solusio plesenta


dan plasenta previa?

I.2.5 Bagaimanakah patofisiologi solusio plesenta dan


plasenta previa?

I.2.6 Bagaimanakah pathway solusio plesenta dan


plasenta previa?

I.2.7 Apasajakah komplikasi solusio plesenta dan


plasenta previa?

I.2.8 Bagaimanakah pemeriksaan penunjang solusio


plesenta dan plasenta previa?

I.2.9 Bagaimanakah penatalaksanaan solusio plesenta


dan plasenta previa?

I.2.10 Bagaimanakah konsep proses keperawatan


solusio plesenta dan plasenta previa?

I.3 Tujuan

I.3.1 Untuk mengetahui dan memahami konsep teori


dari APB dan solusio plesenta dan plasenta previa

I.3.2 Untuk mengetahui dan memahami proses


keperawatan pada pasien dengan APB

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

II.1 Definisi

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus, yang

disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella paratyphi A, salmonella

paratyphi B, salmonella paratyphi C, paratifoid biasanya lebih ringan, dengan

gambaran klinis sama. ( Widodo Djoko, 2009 )

Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi

salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang

sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman

salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).

Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari

penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer,

1996).

Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-

gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type

A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman

yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).

II.2 Etiologi

Demam Typhoid merupakan penyakit yang ditularkan melalui makanan

dan minuman yang tercemar oleh bakteri Salmonella typhosa. Seseorang

4
yang sering menderita penyakit demam typhoid menandakan bahwa ia

mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri ini.

Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan

C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam

typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari

demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan

air kemih selama lebih dari 1 tahun.

II.3 Manifestasi klinis

Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan

gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu : demam,

nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare,

perasaan tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik

hanya didapatkan suhu tubuh meningkat. Sifat demam adalah meningkat

perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari. ( Widodo Djoko,

2009 ).

Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-

NOC. 2013) :
1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan shock, Stupor dan koma.


4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari
5. Nyeri kepala
6. Nyeri perut
7. Kembung
8. Mual muntah
9. Diare
10. Konstipasi

5
11. Pusing
12. Nyeri otot
13. Batuk
14. Epistaksis
15. Bradikardi
16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)
17. Hepatomegali
18. Splenomegali
19. Meteroismus
20. Gangguan mental berupa samnolen
21. Delirium atau psikosis
22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda

sebagai penyakit demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

II.4 Patofisiologi

Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada

dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus

(terutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan

peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke

aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati

dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan

limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.


Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah

(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam

kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak

Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.

Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai

peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.


Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan

endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada

6
jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan

mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala

demam. (PPNI Klaten. 2009)

II.5 Pathway

Kuman Salmonela Typosa

masuk ke dalam gastrointestinal

Lolos dari Asam Dimusnakan oleh asam

Bakteri masuk Ke Usus

Halus

Pembuluh darah Limfe

Masuk ke RES (retikulo endothelial)

terutama hati dan limfa

Endotoksin

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat epirogen

oleh leukosit

7
Mempengaruhi pusat

thermoregulasi di hipothalamus

Hipertermi

II.6 Komplikasi

1) Usus : perdarahan usus, melena: perforasi usus, peritonitis


2) Organ lain : meningitis, kolesistitis, ensefalopati, bronkopneumoni

II.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan

typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

1) Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid

terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya

leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam

typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas

normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada

komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah

leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.


2) Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt
Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi

dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.


3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi

bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

8
typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa

faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium

yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan

yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.


b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada

minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada

waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.


c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat

menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan

bakteremia sehingga biakan darah negatif.


4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti

mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil

biakan mungkin negatif.


5) Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

9
a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).
b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).
c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar

klien menderita tifoid.


Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap

kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat

kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau

titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall

kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam

tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif

belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan,

yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi.

Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit

demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:


1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan

gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air

besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum

lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan

dasar.
2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir

lengkap, serta didukung oleh gambaran laboratorium yang

10
menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160

satu kali pemeriksaan).


3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada

pemeriksaan biakan ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR

atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada

pemeriksaan sekali).

II.8 Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi

penatalaksanaan yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi

penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta pemberian antimikroba.

Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi

komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.


1) Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan. Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di

tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien

diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene

perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.


2) Diet dan Terapi Penunjang
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala

meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan

meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga

11
diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat

proses penyembuhan.
b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan

diare.
c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual

muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat

dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi.


3) Pemberian Antimikroba
Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan

tatalaksana tifoid adalah:


Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah

chloramphenicol dengan dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara

oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.

Chloramphenicol bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman

salmonella, menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis

protein. Chloramphenicol memiliki spectrum gram negative dan positif.

Efek samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi agranulositosis.

Sementara kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan

yang tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali

menyebabkan timbulnya karier.


Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama

dengan kloramfenikol yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun

pada hari ke-5 sampai ke-6. Komplikasi hematologi seperti kemungkinan

terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan

kloramfenikol.

12
Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan

demam lebih rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150

mg/kgBB selama 2 minggu.


Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan

secara oral atau intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah

800 mg SMZ dua kali tiap hari pada dewasa.

Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram

dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari,

diberikan selama 3-5 hari.


Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin). Secara

relatif obat – obatan golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan

baik, dan lebih efektif dibandingkan obat – obatan lini pertama

sebelumnya (klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan trimethoprim-

sulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk menembus

jaringan yang baik, sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada

dalam stadium statis dalam monosit/makrophag dan dapat mencapai level

obat yang lebih tinggi dalam gallblader dibanding dengan obat yang lain.

Obat golongan ini mampu memberikan respon terapeutik yang cepat,

seperti menurunkan keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari.

Penggunaan obat golongan fluriquinolon juga dapat menurunkan

kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.


Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan

tertentu seperti toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik.

Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3

karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey

13
syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester

pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah

ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon. (Yudhistira.W.2009)

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

III.1 Pengkajian

III.1.1 Pengumpulan data

2. Identitas klien
Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan,

suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah

sakit, nomor register dan diagnosa medik.


3. Keluhan utama
Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam

yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah,

anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.


4. Riwayat penyakit sekarang
Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman

salmonella typhi ke dalam tubuh.


5. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
6. Riwayat penyakit keluarga
Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes

melitus.
7. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual

dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan

tidak makan sama sekali.


b) Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh

karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak

mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning

15
kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan

suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa

haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.


c) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring

total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien

dibantu.
d) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan

suhu tubuh.
e) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap

keadaan penyakitanaknya.
f) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan

penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak

terdapat suatu waham pad klien.


g) Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien

di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.


h) Pola penanggulangan stress
Biasanya orang tua akan nampak cemas.

III.1.2 Pemeriksaan fisik

8. Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat

38 – 410 C, muka kemerahan.


9. Tingkat kesadaran
Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
10. Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam

dengan gambaran seperti bronchitis.


11. Sistem kardiovaskuler

16
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin

rendah.
12. Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut

agak kusam.
13. Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor

(khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut

terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.


14. Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
15. Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan

konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi

didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus

meningkat.

III.2 Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella

thypii.
2. Nyeri berhubungan dengan agens cidera biologi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual muntah.
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh.


5. Konstipasi berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola makan).
6. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di

lidah.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

17
III.3 Intervensi Keperawatan

1) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella

thypii.
Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
Tujuan :Setelah dilakuakan tindakan keperawatan 2x24 jam suhu

tubuh dalam rentang normal


Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal 36.5-37.5°C.
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi :
1. Evaluasi lingkungan rumah tentang faktor-faktor lingkungan rumah

yang dapat mngganggu suhu tubuh


2. Observai tanda-tanda vital
3. Kaji tanda dan gejala hipertermi
4. Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara adekuat
5. Instruksikan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala awal

hipertermi suhu>37.8°C, lemah, sakit kepala


6. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan Pasien
7. Anjurkan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila
8. Kolaborasi dalam pemberian antiseptik sesuai kebutuhan
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
2) Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.


Tujuan :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria hasil :
a. Mampu mngontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri tulang berkurang

18
Intervensi :
Pain management
1. Lakukan pengakjian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.


2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non faramakologi

dan interpersonal)
4. Ajarkan tentang teknik non faramakologi
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
6. Tingkatkan istirahat

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.


Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan metabolic
Tujuan :
a. Nutritional status
b. nutristional status : food and fluid intake
c. Intake
d. Weight control

Kriteri hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
a. Nutrition Management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien


3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
b. Nutrition Monitoring
1. Monitor adanya penurunan berat badan
2. Monitor lingkungan selama makan

19
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
4) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh.


Defenisi : Beresiko mengalami dehidrasi vaskluar, selular,

atau intraseluler.
Tujuan :
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional status : food and Fluid intake

Criteria hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine

normal, HT normal
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik,

membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan


Intervensi :
a. Fluid Management
1. Monitor vital sign
2. Monitor masukan makanan/caoran dan hitung intake kalori harian
3. Kolaborasikan pemberian cairan intravena
a. Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
2. Monitor hb dan hematokrit
3. Dorong pasien untuk menambah intake oral
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
5) Konstipasi berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola makan)
Defenisi : penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai

oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses

yang kering, keras, dan banyak.


Tujuan :
a. Bowel elimination
b. Hydration

Criteria hasil :

20
a. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1 – 3 hari
b. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
d. Feses lunak dan berbentuk
Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
2. Monitor bising usus
3. Identifikasi factor penyebab dan kontribuais konstipasi
4. Dukung intake cairan
5. Kolaborasikan pemberian laktasif
6. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat.
(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)
6) Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di

lidah
Defenisi : Sensasi seperti gelombang di belakang tenggorokan,

epigastrium, atau abdomen yang bersifat subyektif yang mengarah pada

keinginan atau desakan untuk muntah.


Tujuan :
a. Nausea
b. Fluid volume, Risk For Dificient

Criteria hasil :

a. Pasien menyatakan penyebab mual dan muntah


b. Pasien mengambil langkah untuk mengatasi episode mual dan

muntah
c. Pasien mengingesti gizi yang cukup untuk mempertahankan

kesehatan
d. Pasien mengambil langkah untuk meyakinkan nutrisi yang adekuat

pada saat mual


e. Pasien mempertahan berat badan dalam rentang tertentu yang

diharapkan.
Intervensi :
1. Kaji kemampuan makan klien
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
3. Berikan nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein
4. Anjurkan untuk menghindari makanan yang menusuk hidung dan

berbau tidak sedap

21
5. Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
6. Ajarkan teknik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan

teknik tersebut selama waktu makan.

( Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

22
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM

TYPOID

A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Tn.S
Jenis kelamin : Laki laki
Umur : 25 Tahun
Alamat : Mutiara Baru,RT 02 RW 11,kec
Bojong Gede
Pekerjaan :Karyawan swasta
Status perkawinan :Belum kawin
Agama :Islam
Tanggal masuk RS :02Aapril 2014
Tanggal Pengkajian :03 April 2014
Diagnosa Medis :Demam Thipoid
No. RM :10868105

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama :Tn.A
Jenis kelamin :Laki-laki
Umur :61 Tahun
Pekerjaan :Pedagang
Alamat :Mutiara Baru,RT 02 RW 11,kec
Bojong Gede
Hubungan dengan klien :Ayah
2) Keluhan Utama
Klien mengatakan demam
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelum klien di rawat di rumah sakit klien mengatakan mengalami demam,
belum BAB selama 2 hari,tidak nafsu makan, selama 4 hari dan sudah di tangani
dengan obat warung dan keadaan klien Tidak ada perubahan. Pada tanggal 02
april 2014 keluarga klien membawa klien ke rumah sakit RSUD Cibinong dengan

23
keluhan yang samadengan di rumah, setelah di observasi dokter
menyarankan agar klien di rawat di rumah sakit ini di ruang flamboyan bagian
penyakit dalam.

b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Saat di lakukan pengkajian klien mengatakan tidak mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya, biasanya hanya demam biasa dan sembuh setelah di beri obat warung
dank lien juga mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan bahwa ibunya pernah mempunyai penyakit thypoid dan sempat
di rawat di rumah sakit sentra medika selama 3 hari pada tahun 2012. Kakek klien
meninggal di akibatkan karena kecelakan dan cidera di bagian kepala
d. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan khawatir dan cemas terhadap penyakitnya, klien dapat
bersosialisasi dengan baik dengan keluarga dank lien yang lain. Klien juga dapat
merespon terhadap tim medis yaitu perawat dan dokter.
e. Riwayat Spiritual
Klien beragama islam, sebelum masuk RS klien taat beribadah sholat rajin
5 waktu full, di rumah sakit klien jarang sholat. Klien selalu berdoa agar cepat
sembuh.
f. Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Pola kebiasaan Di rumah Di rumah sakit
1 Pola nutrisi
Makan
Jenis makan nasi lauk pauk dan Nasi tim
sayur mayur
3x sehari 1 porsi
frekuensi penuh 3x sehari, hanya
habis 6 sendok atau ½
porsi.
Minum
Jenis minum Air putih, teh dan Air putih
kopi
Frekuensi Kurang lebih 1 liter Kurang lebih3 gelas
aqua 1 gelas aqua 220
ml
2 Pola eliminasi
BAB

24
Konsistensi lembek Tidak bias bab
Warna kuning dengan bau Tidak bias bab
khas
frekuensi 1x setiap hari Selama di rumah
sakit belum pernah
bab
BAK
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Frekuensi 6x sehari 3x sehari
Volume Kurang lebih 850cc Kurang lebih425
3 Pola aktivitas Bekerja selama di rumah
sakit klien hanya
beristirahat dan
berbaring di tempat
tidur
4 Pola istirahat tidur
Malam Klien tidur dari jam Klien tidur dari jam
21.00 s/d 05.00 23.00 s/d 05.00
Klien tidak pernah Klien tidur siang 2
Siang tidur siangj sampai 3 jam per hari
5 Pola personal
hygiene 2x sehari 1x sehari
Mandi 2x 1 minggu Belum
Keramas 1x 1 minggu Belum
Gunting kuku
g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmetis (CM)
pada saat di kaji GCS klien
 Respon Motorik : 6 (mengikuti perintah)
 Respon Bicara : 5(orientasi baik)
 Respon Mata : 4(spontan membuka mata)
+
Jumlah score : 15(normal)
c. tanda – tanda vital
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Nadi :110x/menit
 Respirasi : 22x/menit
 Suhu : 38,oC
d. Pemeriksaan antropometri

25
 BB sblm masuk RS : 67 Kg
 BB saat pengkajian : 64 kg
 TB : 165 Cm
 BB Ideal : ( TB – 100 ) x 90 %
= ( 165 – 100 ) x 90 %
= 65 x
= 58,5 Kg
e. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala
 Inspeksi : bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tampak bersih tidak
Nampak luka atau benjolan
 Palpasi :tidak teraba nyeri tekan, ataubenjolan
2. Wajah
 Inspeksi : wajah tampak pucat.wajah tampa kkemerahan bentuk wajah oval,
warna kulit sawo matang tidak terdapat luka parut kulit bersih tidak berminyak
dan berjerawad
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan atau benjolan
3. Mata
 Inspeksi : bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sclera berwarna putih dan
mata tampak cembung
 Palpasi : tidak teraba nyeri tekan ataubenjolan, dan tekanan kedua mata sama
 Fungsi : mata masih berfungsi dengan baik dapat melihat dan dapat membaca
dalam jarak jauh mau jarak dekat
4. Hidung
 Inspeksi : bentuk hidung simetris, tampak bersih tidak terdapat scretdan tidak
terdapat benjolan atau luka
 Palpasi : tidak teraba nyari tekanatau benjolan
 Fungsi : indera penciuman masih berfungsi dengan baik tanpa ada
gangguan. Klien dapat membedakan antara bau wangi-wangian dan bau minyak
angin.
5. Telinga
 Inspeksi : bentuk telingan simetris tampak bersih tidak terlihat serumendi
sekitar telingan
 Palpasi : tidak teraba nyeri tekanatau benjolan
 Fungsi : telinga masih berfungsi dengan baik bias mendengan secara normal
tanpa bantuan alat.
6. Mulut
 Inspeksi : mulut tampak bersih, gigi lengkap dengan warna kekuning
kuningan, lidah tampak bersih dengan warna merah muda.

26
 Fungsi : pengecapan baik,klien bisa merasakan macam macam rasa, dan
tidak ada gangguan.
7. Leher
 Inspeksi : leher tampak bersih turgor kulit sedang tidak terlihan
pembengkakan di area leher.
 Palpasi : tidak teraba nyeri tekan atau benjolan.Dan tidak ada
pembengkakan di area sekitar leher.

8. Thorax / punggung
 Inspeksi : bentuk thorax simetris, pada saat bernafas pengembangan paru
paru kanan dan kiri sama, respirasi normal 22x/menit
 Palpasi : tekanan vocal fremitussama, tidak terdapat nyeri tekan pada
bagian dada.
 Perkusi : terdapat bunyi hiper sonor
 Auskultasi : suara nafas klienbronchovesikuler (inspirasi sama dengan
ekspirasi) tidak terdapat suara tambahan
9. Abdomen
 Inspeksi :perut klien terlihat buncit, umbilicus tidak menonjol dan berada di
tengah, terlihat adanya massa di perut bagian bawah dan disentri abdomen
(kembung)
 Auskultasi : terdengar bising usus klien dengan frekuensi 9x/ menit
 Palpasi : teraba massa feces dibagian perut bawah kuadran kiri.
 Perkusi : saat di ketuk terdengar bunyi suara tympani
10. Ekstermitas atas
 Inspeksi : kedua tangan dapat di gerakkan tetapi tanagn kiri terganggu
pergerakannya karena terpasang infus RL,tampak berkeringat
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan , benjolan
11. Ekstermitas bawah
 Inspeksi : kedua kaki dapat di gerakkan dengan normal tanpa bantuan alat
apapun
 Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, benjolan
 Fungsi : ekstermitas bawah masih berfungsi dengan baik, tidak ada
gangguan bias berjalan , jongkok, hingga lari.
12. Genetalia
 Tidak ada keluhan atau masalah di daerah genetalia,

13. Pemeriksaan penunjang


a. Pemeriksaan Urine
Hasil Laboratorium tanggal 03 April 2014

27
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Satu
I.Urine
* Urine rutin
-Warna Kuning Kuning
-Kekeruhan Jernih Jernih
-PH 7,0 4,7-7,0
-Glukosa (-) neg (-) neg
-Protein (-) neg (-) neg
-Billirubin (-) neg (-) neg
-Urobilin Normal Normal
-Blood (-) neg (-) neg
-leucocytes (-) neg (-) neg
-Nitrite (-) neg (-) neg
-keton (-) neg (-) neg
-spesific gravity (-) neg (-)neg
* Sendimen 1,010 1.000-1.030
-Eritrosit 1 0-1 /Lp
-Leukosit 2 1-3 /Lp
-Eoitel 2 <6 /Lp

b. Pemeriksaan Darah
Hasil Laboratorium pada tanggal 03 April 2014

JenisPemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


1. Haematologi
-Hb 10,9* 12.6 g/dL
-Leuco 6,55 4,5 – 10,5 103sel/uL
-Diff count
-Basofil 0 0–1 %
-Fasinofil 0* 1–3 %
-Batang 0* 2–6 %
-Segmen 55 50 – 70 %
-Limfosit 44* 20 – 40 %
-Monosit 1* 2–8 %
-Hematokrit 33* 36 – 48 %
-Trombosit 212 150 – 400 103sel/uL

28
2. Kimia darah
-SGPT 18 <36 U/L
-SGOT 19 <35 U/L
-Glukosasewaktu 91,4 70-110 mg/dL
3.Immunulogi seralogi
-Widal test
-H
-AH 1/160* 1/80
-O 1//160* 1/80
-AO 1/80 1/80
1/80 1/80

Therapy klien
1. Therapy oral :
 Paracetamol 2 x 500 mg tab
 Dulcolax susp 5 mg
2. Therapy inject :
 Ceftriaxone 2 x 1 gr melalui intra vena (iv)
 Ondansetron 2 x 4 mg melalui intra vena (iv)
 Ranitidine 2 x 25 mg melalui intra vena (iv)
 Infus RL 500 cc dalam 8 jam, 20 tpm
2) Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengatakan Kuman salmonella Peningkatan suhu
demam semenjak 4 hari yang thypi dan parathypi masuk ke dalam tubuh (hipertermi)
lalu saluran pencernaan
DO :
S : 380C Invasi kuman salmonella thypi
Wajah tampakkemerahan,
Ekstrimitas atas tampakklien Sebagian di musnahkan oleh asam
berkringat lambung
Hasil pemeriksaan widal
(+) Menyerang vili usus halus

Masuk ke peredaran darah

Respon peradangan oleh endotoksin

Demam

29
Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi)
2 DS : Klien mengatakan mual Kumah salmonella Ketidak seimbangan
dan tidak nafsu makan. thypi dan parathypi masuk ke dalam nutrisi kurang dari
DO : saluran pencernaan kebutuhan
klien tampak lemas,
konjungtiva anemis,
klien hanya menghabiskan 6
sendok makan atau ½ porsi Invasi kuman salmonella thypi

Sebagian di musnahkan oleh asam


lambung

Mengekresikan asam lambung


berlebih

Merangsang rasa mual di medulla


oblongata

Anoreksia

Ketidak seimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan
3 DS : Klien mengatakan cemas Kurangnya pengetahuan pasien Cemas
dan khawatir dengan tentang penyakitnya
penyakitnya
DO: Merupakan stressor psikologis
Klien tampak lemas, klien dan
keluarga klien sering Cemas
menanyakan tentang
penyakitnya, nadi cepat
110x/menit
4 DS : Klien mengatakan tidak Kuman salmonella Gangguan eliminas
bisa BAB semenjak 2 hari thypi danparathypi masuk ke BAB (konstipasi)
yang lalu saluran pencernaan
DO :
teraba massa di perut bagian
bawah ,
bising usus 9x/menit Sebagian di musnahkan oleh asam

30
os belum BAB sejak di RS lambung

Menyerang vili usus halus

Masuk ke peredaran darah

Respon peradangan oleh endotoksin

Demam

Meningkatkan permeabilitas kapiler

Meningkatkan penyerapan air


berlebih

Absorpsi air di usus berlebih

Feces keras

Konstipasi

Gangguan eliminasi BAB

3) Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Berdasarkan Prioritas


Setelah merumuskan analisa data di dapatkan diagnose yang muncul berdasarkan
masalah klien adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertensi ) berhubungan dengan proses infeksi
bakterisalmonella thypi
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat (anoreksia)
3. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya
4. Gangguan eliminasi BAB (konstipasi) berhubungan dengan peningkatan
reabsorpsi cairan di usus.

31
4). Rencana asuhan keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
O Keperawatan
1 Peningkatan suhuTujuan umum : 1. Lakukan Memberikan rasa
tubuh (hipertermi)Setelah di lakukanpendekatan nyaman terhadap klien
berhubungan perawatan suhukepada klien serta agar timbil rasa
dengan prosestubuh dapat percaya serta
infeksisalmonella menurun keterbukaan klien
thypi Tujuan khusus : terhadap tenaga
Di tandai dengan : Setelah di lakukan 2. Kaji tingkatkesehatan
DS : klienasuhan kesadaran dan Mengetahui keadaan
mengatakan keperawatan keadaan umumumum klien sehingga
demam semenjakselama 1 x 24 jampasien perawat dapat
4 hari yang lalu di harapkan suhu menganalisa adanya
DO: tubuh menurun penurunan tingkat
klien tampakDengan kretria
3. Kaji penyebabkesadaan.
lemas hasil : peningkatan Mengetahui penyebab
mukosa bibir Klien tampaksuhu tubuh. peningkatan suhu tubuh
kering segar 4. Beri kompres
kulit kemerahan Mukosa bibirair hangat pada Mengompres dengan
klien tampaklembab kening. Ketiak,air hangat dapat
berkringat, Kulit tidakdan daerahmenimbulkan
TTV : kemerahan lipatan paha. vasodilatasi pori pori
TD : 130/90 Suhu tubuh dalam karena dengan adanya
MmHg batas normal (36– rangsangan dari luar,
0
N : 110 x/ menit 37 c) saraf mengirimkan
Rr : 22x/menit implus ke hipotalamus
0
S : 38 C sehingga menyebabkan
pelebaran pembuluh
darah di kulit membuat
lebih banyak darah
mengalir ke area

32
tersebut dan
menyebabkan panas
terlepas dari permukaan
kulit sehingga
5. Anjurkan klien membantu menurunkan
minum sesuaidemam.
kebutuhan dan
teratur Minum yang banyak
dapat membantu
6. Observasi tandamenurunkan demam
tanda vital klien dan mengganti cairan
yang hilang

7. Anjuran klien Mengetahui keadaan


menghindari vital klien
aktivitas
berlebih. Mengistirahatkan atau
meminimalisir kerja
organ tubuh sehingga
8. Kolaborasi peningkatan panas
dengan timdapat di kurangi
medis dalam
memberikan Cairan infus berguna
cairan infus atauuntuk memenuhi
pariental kebutuhan cairan dalam
9. Kolaborasi tubuh.
dengan tim
Obat antipiretik dapat
medis dalam
menurunkan demam
pemberian obat
dan antibiotic untuk
anti piretik dan
mengatasi
antibiotik
infeksisalmonella thypi
2 Ketidak Tujuan umum : 1. Lakukan Memberikan rasa
seimbangan Setelah dipendekatan nyaman terhadap klien
nutrisi kurang darilakukan perawatan kepada klien serta agar timbil rasa
kebutuhan tubuhnafsu makan percaya serta
berhubungan bertambah keterbukaan klien
dengan intakeTujuan khusus : terhadap tenaga
yang tidakSetelah di lakukan
2. Kaji kesehatan
adekuat asuhan keadaan umum Mengetahui keadaan
(anoreksia) keperawatan klien umum klien

33
Di tandai dengan : selama 1 x 24 jam3. Kaji makanan Dapat mengantisipasi
DS : Kliendi harapkan klienyang di sukaipemberian diit kepada
mengatakan tidakmenghabiskan 1dan tidak dipasien agar pemberian
nafsu makan porsi penuhsukai klien diit dan pemasukan
DO : makanannya. nutrisi dapat maksimal
Klien tampakDengan kriteria kecukupan gizi dapat di
lemas hasil : ketahui dengan
Wajah klien Klien tampak melakukan
tampak pucat segar penimbangan
Konjungtiva Wajah klien tidak
4. Pantau berat Mengetahui
anemis pucat badan klienperkembangan berat
Berat badan Nafsu makanselama 3 hari badan klien
menurun bertambah 5. Anjurkan klien Membangkitkan nafsu
Klien hanya Berat badan naik memakan makan klien.
menghabiskan 6 Porsi makan dapatmakanannya
sendok makandi habiskan selagi hangat Mengetahui tanda tanda
atau ½ porsinya Tanda tanda vital 6. Observasi tandavital klien
Tanda tanda vital dalam rentan norm tanda vital Dapat mempengaruhi
TD : 130/90ah 7. Dorong makanpilihan diit dan
MmHg sedikit sedikitmengidentifikasi area
N : 110x/menit tapi sering pemecahan masalah un
Rr : 22x/menit tuk
0
S : 38 C meningkatkan pemasuk
an/ penggunaan nutrient
Membantu keluarga
8. Jelaskan klien dapat mengerti
pentingnya dan
intake nutrisisemakin mendukung int
yang adekuatake nutrisi lebih
untuk adekuat
penyembuhan
penyakit. Membantu menambah
9. Berikan terapicairan tubuh yang
cairan infus hilang akibat euaporasi

10. Membantu menambah


10. Kolborasi nafsu makan klien dapat
dengan timmengetahui
medis untukperkembangan klien
memberikan dan memberikan diit

34
therapy obatyang sesuai dengan
penambah nafsu kebutuhan.
makan. 11. Diit rendah serat dapat
memudahkan proses
11. Kolaborasi pencernaan makanan
dengan ahli gizidan penyerapan oleh
untuk usus halus sehingga
menentukan diitmengurangi kerja usus
tinggi serat danhalus
rendah garan.
3 Gangguan rasaTujuan umum : bina hubungan memberikan rasa aman
aman (cemas)Setelah di lakukansaling percayaterhadap klien serta
berhubungan perawatan kliendengan klienagar timbul rasa
dengan kurangnyatampak tenang dan percaya serta
pengetahuan klienTujuan khusus : keluarganya, keterbukaan klien
tentang penyakit Setelah di lakukan terhadap tenaga
DS : Klien asuhan kesehatan
mengatakan keparawatan kaji tingkat mengetahui tingkan
cemas dan selama 1x24 jamkesemasan klien kecemasan yang di
khawatir akan kepada klien, klien alami klien
penyakitnya di harapkan rasa berikan agar klien mengerti dan
DO : aman terpenuhi penjelasan dapat melakukan
Klien tampak Dengan kriteriatentang pencegahan dengan
cemas hasil : penyakit, mandiri
Klien tampak cemas berkurang /penyebab, dan
gelisah hilang pengobatannya. agar klien tenang dan
klien dan klien tampak Ajarkan teknikmempercepat
keluarga klientenang relaksasi danpengobatan
sering klien dandistraksi menciptakan rasa aman
menanyakan keluarganya Batasi jumlahklien
penyakitnya mengarti tentangpengunjung. agar klien merasa aman
klien merasapenyakitnya Anjurkan karena mendapatkan
penyakitnya klien tidak merasakeluarga untukperlindungan.
semakin parah penyakitnya selalu menemani
nadi cepatsemakin parah klien
(tachycardia) nadi dalam rentan
110x/menit. normal (60 s/d
100)
4 Gangguan polaTujuan umum : Kaji kebutuhan Mengetahui kebutuhan
eliminasi BABSetelah di lakukaneliminasi klien eliminasi klien

35
(konstipasi) perawatan klien Anjurkan klien Membantu melunakkan
berhubungan dapat bab secarauntuk minum airmakanan yang sudah di
dengan normal hangat cerna
peningkatan Tujuan khusus : Mengetahui adanya
reabsorpsi cairanSetelah di lakukan Monitoring perubahan bising usus
di usus halus asuhan bising usus. Mengetahui perubahan
Di tandai dengan : keperawatan Monitoring eliminasi
DS : Klienkepada klienfeces, frekuensi,
mengatakan tidakselama 1x24 jam dikonsistensi dan Mengetahui penyabab
bias bab semenjakharapkan volume. dan komplikasi yang
2 hari yang lalu kebutuhan Monitor resikomungkin timbul.
DO : eliminasi klienadanya tanda
klien belum kedapat terpenuhi dan gejala Mengetahui penyebab
kamar mandiDengan kriteriarufture usus /konstipasi
untuk bab hasil : peritonitis
teraba massa di BAB normal Identifikasi
Untuk melunakkan dan
daerah perut Tidak terdapatfactor penyebab
merangsang peristaltic
bawah, massa di daerahdan konstribusi
usus sehingga klien
perut tampakperut bawah konstipasi
dapat buang air besar
kembung Perut tidak Kolaborasi
(BAB)
bising ususkembung dengan dokter
Untuk membantu
9x/menit Bising usus dalamdalam
mengurangi penyerapan
aktivitas di bantu rentan normal pemberian obat
air di usus halus
tanda tanda vital: Aktivitas dapat dilaktatif
TD : 130/90lakukan secara Kolaborasi
MmHg mandiri dengan ahli gizi
N : 110x/menit Tanda tanda vitaluntuk pemberian
Rr : 22x/menit dalam rentandiit tinggi serat.
0
S : 38 C normal

36
5). Implementasi
Hari/tanggal waktu No.Dx Implementasi Paraf
Kamis 3 14.15 1,2,3,4
1. Melakukan pendekatan kepada
april 2014 klien
(dinas Respon :
siang) DS: Klien mengatakan percaya
terhadap tindakan perawat
DO : Klien dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap perawat
Mengkaji tingkat kesadaran dan
14.32 1,2,3,4 keadaan umum klien
Respon :
DS :
DO: Keadaan umum lemas, tingkat
kesadaran composmetis
Mengkaji penyebab peningkatan
14.46 1 suhu tubuh
Respon :
DS :Klien mengatakan tidak
mengetahui penyebab suhu tubuh
meningkat
DO : klien tampak kebingungan
Mengkaji tingkat kecemasan klien
15.00 3 Respon :
DS : Klien mengatakan khawatir
dengan penyakitnya
DO : Klien tampak cemas
5. Mengkaji kebutuhan eliminasi
klien
15.27 4 Respon :
DS : Klien mengatakan tidak bias
bab dari 2 hari yang lalu
DO : Klien tidak terlihat ke kamar
mandi untuk bab hanya berbaring
di tempat tidur.
Menganjurkan klien makan
makanan selagi hangat
15.39 2 Respon :
DS : Klien mengatakan nafsu
makannya bertambah

37
DO: Klien menghabiskan 10
sendok makan dari porsinya.
Menganjurkan klien untuk minum
air hangat
16.00 4 Respon:
DS:
DO: reaksi dari intervensi tidak
terlihat
Memberikan kompres air hangat
pada kening, ketiak dan daerah
16.43 1 lipatan paha
Respon :
DS: Klien mengatakan panas di
badannya sudah berkurang
DO: Suhu tubuh klien menurun
Mengobservasi tanda tanda vital
Respon:
17.00 1,2,3,4 DS:
DO:
TD: 130/90 MmHg
N :110x/menit
Rr : 22x/menit
S :380C
10. Membantu perawat dalam
pemberian terapi obat antipiretik
dan antibiotic berupa : paracetamol
18.00 1 3x500 mg(oral), ceftriaxone 2x1 gr
(iv)
Respon:
DS: Klien mengatakan suhu tubuh
menurun setelah di beri obat
DO: Suhu 37,60C
11. Membantu perawat memberikan
terapi obat mual ondansetron 2x4
mg (iv)
Respon :
DS: klien mengatakan setelah di
18.05 2 beri obat rasa mual berkurang
DO: nafsu makan bertambah
12. Membantu perawat memberikan

38
terapi obat laktatif berupa dulcolox
susp
Respon:
DS : Klien mengatakan dapat BAB
setelah di beri obat
DO : Tidak terdapat massa di perut
18.10 4 bawah
13. Memberikan penjelasan tentang
penyakit thypoid penyebab dan
pengobatannya
Respon:
DS: Klien mengatakan tidak terlalu
cemas dengan penyakitnya
DO: klien tampak tenang nadi :
100x/menit
19.00 3

Jumat 4 14.15 1,2,4 Melakukan pendekatan kepada


april 2014 klien
(dinas Respon :
siang) DS: Klien mengatakan percaya
terhadap tindakan perawat
DO : Klien dapat berkomunikasi
dengan baik terhadap perawat
14.32 1,2,4 Mengkaji tingkat kesadaran dan
keadaan umum klien
Respon :
DS :
DO: Keadaan umum lemas, tingkat
kesadaran composmetis
15.00 1 Mengkaji peningkatan suhu tubuh
Respon :
DS: klien mengatakan badannya
tidak demam lagi
DO: Suhu tubuh klien menurun
suhu 37,60C
Mencatat status nutrisi pasien,
15.27 2 turgor kulit, berat badan,riwayat

39
mual/muntah dan diare
Respon:
DS: Klien mengatakan nafsu
makan bertambah
DO: status nutrisi bertambah, berat
badan 64 kg, riwayat mual ada,
muntah tidak ada, diare tidak ada.
5.Memberikan kompres air hangat
pada kening klien
Respon :
16.00 1 DS: Klien mengatakan
tubuhnya tida terlalu demam lagi./
menurun
DO: suhu klien 370C
Mengobservasi tanda-tanda vital
Respon:
DS :
17.00 1,2,4 DO:
TD: 130/80 MmHg
N : 100x/menit
S : 370C
Rr: 22x/menit
Mengkaji kebutuhan eliminasi
klien
Respon :
DS : Klien mengatakan sudah bias
17.20 4 BAB seperti biasanya
DO : Tidak terdapat massa di
bagian perut bawah
Membantu perawat dalam
memberikan obat antipiretik dan
antibiotic berupa: paracetamol
3x500 mg (oral), ceftriaxone 2x1
18.00 1 gr (iv)
Respon :
DS: Klien mengatakan badannya
sudah tidak demam lagi setelah di
beri obat
DO : Suhu tubuh klien 370C
Membantu perawat memberikan

40
terapi obat mual berupa
ondansetron 2x4 mg (iv)
Respon :
DS: Klien mengatakan rasa mual
18.05 2 berkurang
DO : Nafsu makan klien
bertambah

Sabtu 3 14.15 1,2 Melakukan pendekatan kepada


april 2014 klien
(dinas Respon :
siang) DS: Klien mengatakan percaya
terhadap tindaka perawat
DO: klien dapat mengungkapkan
perasaannya dan dapat memberi
informasi dengan jelas.
Mengkaji tingkat kesadaran dan
14.32 1,2 keadaan umum klien
Respon :
DS :
DO : Keadaan umum baik,
kesadaran composmetis
Mencatat status nutrisi klien,
15.00 2 turgor kulit,berat badan dan
riwayat mual/muntah dan diare
Respon :
DS : Klien mengatakan nafsu
makannya semakin bertambah
DO : Nutrisi klien bertambah,
turgor kulit baik, berat badan 64
kg, riwayat mual berkurang
muntah tidak ada, diare tidak ada.
Mengobservasi tanda tanda vital
Respon :
DS :

41
16.00 1,2 DO :
TD : 130/90 MmHg
N : 92x/menit
S : 36,50C
Rr : 22x/menit
Membantu perawat dalam
memberikan obat antipiretik dan
antibiotic berupa: paracetamol
3x500 mg (oral), ceftriaxone 2x1
17.55 1,2 gr (iv)
Respon :
DS: Klien mengatakan badannya
sudah tidak demam lagi setelah di
beri obat
DO : Suhu tubuh klien 36,50C
Membantu perawat memberikan
terapi obat mual berupa
ondansetron 2x8mg (iv)
Respon :
DS: Klien mengatakan rasa mual
18.00 1 sudah tidak ada
DO :Klien tampak segar dan nafsu
makan klien bertambah

6). Evaluasi
Hari/ tanggal No. Dx Catatan perkembangan Paraf
Kamis 3 1 S : Klien mengatakan demam, setelah di
april 2014 beri obat panas menurun kemudian naik
(siang) lagi
O:
Keadaan umum lemah
Klien mengeluarkan keringat
Terpasang infus RL 20 tpm

42
Suhu bada 380C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

2 S : Klien mengatakan tidak nafsu makan


O:
Klien tampak lemas
Wajah klien tampak pucat
Berat badan menurun
Klien hanya menghabiskan 6 sendok
makan atau ½ porsinya
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

S : Klien mengatakan cemas dan khawatir


3 dengan penyakitnya
O:
Klien tampak cemas
Klien dan keluarganya sering
menanyakan penyembuhan penyakitnya
Nadi cepat (tachycardia) 110x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

S : Klien mengatakan tidak bias BAB


semenjak 2 hari yang lalu
O:
4 Teraba massa di daerah perut bawah
Perut tampak kembung
Bising usus 9x/menit
Aktivitas di bantu
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan

Jumat 4 april 1 S :Klien mengatakan demamnya sudah


2014 (siang) menurun
O:
Keadaan umum sedang
Keringat klien berkuranh

43
Terpasang infus RL 20 tpm
Suhu bada 37,60C
A : Masalah teratasisebagian
P : Intervensi di lanjutkan

2 S : Klien mengatakan nafsu makan


sudah bertambah dari pada sebelumnya
O:
Keadaan umumsedang
Wajah klien tidak terlalu pucat
Berat badan masih sama 64 kg
Klien menghabiskan 10 sendok makan
dalam 1 porsinya
A : Masalah teratasisebagian
P : Intervensi di lanjutkan

S : Klien mengatakan sudah tidak cemas


3 dan khawatir dengan penyakitnya setelah
di beri penjelasan oleh perawat
O:
Klien tidak tampak cemas lagi
Klien dan keluarganya tidak menanyakan
lagi tentang penyembuhan penyakitnya
Nadi normal 92x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan

S : Klien mengatakan sudah bias BAB


seperti biasanya
O:
4 Tidak teraba massa di daerah perut
bawah
Perut tidak kembung
Bising usus 11x/menit
Sudah bias beraktivitas sendiri namun
tangan kiri di batasi oleh selang infus
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
Sabtu 5 april 1 S : Klien mengatakan sudah tidak demam
2014 (siang) lagi, badan tidak terasa panas lagi

44
O:
Keadaan umum baik
Klien tidak tampak berkeringat lagi
Terpasang infus RL 20 tpm
Suhu bada 36,50C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

S : Klien mengatakan nafsu makan


bertambah
2 O:
Keadaan klien baik
Wajah klien sudah tidak pucat
Berat badan masih sama 64 kg
Klien menghabiskan1 porsi makannya
TD : 120/90 MmHg
N : 92x/menit
S : 36,50C
Rr : 22x/menit
A : Masalahteratasi
P : Intervensi di hentikan

Dokter menganjurkan agar klien di rawat


di rumah atau klien sudah bias pulang.

PENUTUP

IV.1 Simpulan

Ante Partum Bleeding (APB) atau Perdarahan antepartum adalah

perdarahan pervaginam semasa kehamilan di mana umur kehamilan telah

melebihi 28 minggu atau berat janin lebih dari 1000 gram. (Manuba, 2010)

45
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir, dengan masa kehamilan 22 minggu / berat
janin di atas 500 gr.

Plasenta previa adalah plasenta atau biasa disebut dengan ari-ari yang

letaknya tidak normal, yaitu pada bagian bawah rahim sehingga dapat

menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan rahim. Pada keadaan

normal ari-ari terletak dibagian atas rahim (Wiknjosastro, 2005).

IV.2 Saran

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana

peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.

Hal ini akan bermafaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan

pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir. Selain itu dokumentasi

keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat.

46
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I. M., & Jensen, M. D. (2000). Perawatan Maternitas dan Ginekologi.

Bandung: YIA-PKP.

Chapman, v. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta: EGC.

Cinningham, F. G., Gant, N. F., & Lenevo, K. J. (2005). OBSTETRI WILLIAMS,

Ed. 21, Vol.1. Jakarta: EGC.

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Manuba, I. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka.

47

Vous aimerez peut-être aussi