Vous êtes sur la page 1sur 18

A.

Metabolit Sekunder

Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil

biosintetik turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh

organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun

dari serangan dari organisme lain (Murniasih,2013). Berikut merupakan

penjelasan mengenai metabolit primer pada tumbuhan.

1. Fenolik

a. Flavonoid

Gambar 1. Struktur umum flavonoid (Ekawati,2017)

Flavonoid merupakan suatusenyawa polifenol yang

strukturnyamerupakan turunan dari anti aromatikflavan atau 2-

fenilbenzopiran.Golonganflavonoid dapat digambarkan sebagaideretan

senyawa C6-C3-C6.Artinyakerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6

(cincin benzena tersubstitusi)disambungkan oleh rantai alifatik tiga

karbon.Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi

dankarena itu menunjukkan pita serapankuat pada daerah spektrum UV

danspektrum tampak.Cincin benzena yang dikombinasikan dengan gugus

–pyroneadalah golongan flavon dan flavonol atau dehidroderivatnya

adalah flavanon dan flavan-3-ols. Sedangkan berdasarkan posisi


substituen benzena flavonoid digolongkan menjadi 2 kelas yakni flavon

dan isoflavon (Illing, 2017).

Gambar 2. Struktur jenis-jenis flavonoid (Saxena,2013)

Flavonoid telah menjadi perhatian baru-baru ini karena efek

farmakologisnya yang luas. Flavonoid dikabarkan telah digunakan sebagai

antimikroba, sitotoksisitas, antiinflamasi serta aktivitas antitumor, namun

efek yang paling kuat adalah sebagai antioksidan yang dapat melindungi

tubuh manusia dari radikal bebas (Saxena, 2013).

Uji flavonoid dapat dilakukan dengan uji Wilstater.Pada identifikasi

flavonoid menggunakan uji Wilstater hasil positif menunjukkan warna

jingga.Magnesium dan asam klorida pada uji Wilstater bereaksi

membentuk gelembung-gelembung yang merupakan gas H2, sedangkan


Logam Mg dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti

benzopiran yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk

perubahan warna menjadi merah atau jingga. Jika dalam suatu ekstrak

tumbuhan terdapat senyawa flavonoid akan terbentuk garam flavilium

saat penambahan Mg dan HCl yang berwarna merah atau

jingga(Illing,2017). Berikut reaksinya:

Gambar 3. Reaksi uji flavonoid (Illing, 2017)

b. Tanin/ Polifenol

Gambar 4. Struktur umum tanin (Indrawati,2013)

Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman.Tanin merupakan

senyawa dengan jumlah gugus hidroksi fenolik yang banyak.Tanin


tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiksnya yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya.Tanin

dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan

tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer

gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah molekul gula,

sedangkan tanin terkondensasi merupakan polimer senyawa flavonoid

dengan ikatan karbon-karbon (Jayanegara,2008).

Gambar 5. Struktur tanin terhidrolisis (Hanani,2016)

Gambar 6. Tanin terkondensasi (Hanani,2016)


Tanin dapat berfungsi sebagai antioksidan karena memiliki

kamampuan dalam menstabilkan fraksi lipid. Selain itu, tanin memiliki

kemampuan dalam menghambat lipoksigenase (Indrawati,2013).

Uji tanin dapat dilakukan dengan penambahan ekstrak dengan FeCl3

1% dalam air menimbulkan warna hijau, merah, ungu, atau hitam yang

kuat. Terbentuknya warna hijau kehitaman pada ekstrak setelah

ditambahkan FeCl3 1% karena tanin akan beraksi dengan ion Fe3+

membentuk senyawa kompleks(Ergina,2014). Berikut adalah reaksinya:

Gambar 7. Reaksi uji tanin (Ergina,2014)

2. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa organiksiklik yang mengandung

nitrogendengan bilangan oksidasi negatif yangpenyebarannya terbatas

pada makhlukhidup.Alkaloid juga merupakan golongan zat metabolit

sekunder yang terbesar, pada saat ini telah diketahui sekitar 5500 buah

(Illing, 2017).

Penggolongan alkaloiddilakukan berdasarkan sistem cincinnya, yaitu

sebagai berikut (Saxena,2013):


a. Alkaloid pirolidin: mengandung cincin pirolidin (tetrahydropyrrole).

Misalnya hygrine ditemukan pada daun Erythroxylum coca.

Gambar 8.Pirolidin (Pubchem)

b. Alkaloid piperidin: memiliki cincin piperidin seperti coniine, piperine,

dan isopelletierine.

Gambar 9.Piperidin (Pubchem)

c. Alkaloid pirolidin-piridin: contoh tanaman yang mengandung struktur

ini yaitu, myosimine, alkaloid nikotin yang ditemukan di tembakau.

Gambar 10. Pirolidin-piridin (Pubchem)

d. Alkaloid piridin-piperidin: famili alkaloid ini mengandung cincin piridin

yang bergabung dengan piperidin, contohnya alkaloid anabasine yang

diisolasi dari tanaman Asiatis.


Gambar 11.Piridin-piperidin (Pubchem)

e. Alkaloid quinolin: memiliki cincin dasar quinolin. Misalnya terdapat

pada kulit batang pohon chincona (kina). Alkaloid golongan ini

telahdigunakan sebagai obat antimalaria selama berabad-abad.

Gambar 12.Quinolin (Diaz,2015)

f. Alkaloid isoquinolin: misal alkaloid opium sperti narkotika, papaverin,

morfin, kodein, dan heroin.

Gambar 13.Isoquinolin (Diaz,2015)


Gambar 14. Struktur jenis alkaloid (Saxena,2013)

Alkaloid memiliki banyak efek farmakologi termasuk efek

antihipertensi, antiaritmia, antikanker dan antimalaria. Beberapa alkaloid

juga memiliki efek stimulan seperti nikotin dan kafein yang dapat

digunakan sebagai analgesik (Saxena,2013).

Identifikasi alkaloid dapat ditempuh melalui tiga cara, yakni uji Mayer,

uji Wagner, dan uji Dragendorf.

a. Uji Mayer

Hasil positif alkaloid pada uji Mayer ditandai dengan terbentuknya

endapan putih.Diperkirakan endapan tersebut adalah kompleks kalium-

alkaloid. Pada pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkurium(II) klorida

ditambah kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah


merkurium(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditambahkan berlebih maka

akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat(II). Alkaloid mengandung atom

nitrogen yang mempunyai pasangan elektron bebas sehingga dapat

digunakan untuk membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.

Pada uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada

alkaloid akan bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium

tetraiodomerkurat(II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang

mengendap(Pubchem). Perkiraan reaksi yang terjadi pada uji Mayer:

Gambar 15. Reaksi uji Mayer(Setyowati,2014)

b. Uji Wagner

Hasil positif alkaloid pada uji Wagner ditandai dengan terbentuknya

endapan coklat muda sampai kuning.Diperkirakan endapan tersebut

adalah kalium-alkaloid.Pada pembuatan pereaksi Wagner, iodin bereaksi

dengan ion I- dari kalium iodida menghasilkan ion I3- yang berwarna

coklat.Pada uji Wagner, ion logam K+ akan membentuk ikatan kovalen

koordinat dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kompleks kalium-

alkaloid yang mengendap(Setyowati, 2014).


Gambar 16. Reaksi uji Wagner(Setyowati, 2014)

c. Uji Dragendorf

Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorf ditandai dengan

terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning.Endapan tersebut

adalah kalium-alkaloid.Pada pembuatan pereaksi Dragendorf, bismut

nitrat dilarutkan dalam HCl agar tidak terjadi reaksi hidrolisis karena

garam-garam bismut mudah terhidrolisis membentuk ion bismutil (BiO +).

Agar ion Bi3+ tetap berada dalam larutan, maka larutan itu ditambah asam

sehingga kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. Selanjutnya ion Bi 3+

dari bismut nitrat bereaksi dengan kalium iodida membentuk endapan

hitam Bismut(III) iodida yang kemudian melarut dalam kalium iodida

berlebih membentuk kalium tetraiodobismutat. Pada uji alkaloid dengan

pereaksi Dragendorf, nitrogen digunakan untuk membentuk ikatan kovalen

koordinat dengan K+ yang merupakan ion logam(Setyowati,2014).


Gambar 17. Reaksi uji Dragendorf(Setyowati, 2014)

3. Saponin

Gambar 18. Struktur beberapa jenis saponin(Saxena, 2013)

Saponin berasal dari bahasaLatin, sapo yang berarti

sabun,merupakan senyawa aktif permukaanyang kuat dan menimbulkan

busa jikadikocok dalam air.Saponin larutdalam air dan alkohol tapi tidak

dalam eter.Saponin adapada seluruh tanaman dengankonsentrasi tinggi

pada bagian-bagian tertentu dan dipengaruhi oleh varietastanaman dan

pertumbuhan.Saponinmerupakan metabolit sekunder danmerupakan

kelompok glikosidatriterpenoid atau steroid aglikon,terdiri dari satu atau

lebih gugus gulayang berikatan dengan aglikon atau sapogenin.Saponin

yang memiliki satu molekul gula yang melekat pada posisi C3 disebut

saponin monodesmosida, dan saponin yang memiliki minimal dua gula,


satu yang melekat pada C3 dan satu pada C22, disebut saponin

bidesmosidadapat membentuk Kristal berwarna kuning dan amorf,

sertaberbau menyengat. Rasa saponinsangat ekstrim, dari sangat

pahithingga sangat manis. Saponin biasadikenal sebagai senyawa non-

volatildan sangat larut dalam air (dinginmaupun panas) dan alkohol,

namunmembentuk busa koloidal dalam airdan memiliki sifat detergen

yang baik.Senyawa ini memiliki pita serapanpada daerah spektrum UV

(λmaks 200-350 nm)(Illing, 2011).

Peran fisiologis saponin telah diteliti dapat mempengaruhi

pertumbuhan, asupan makan, dan reproduksi pada hewan. Senyawa ini

juga diamati dapat membunuh protozoa dan moluska, berperan sebagai

antioksidan, penyerap vitamin dan mineral dalam usus, menyebabkan

hipoglikemia dan bertindak sebagai antijamur dan antivirus (Saxena,

2013).

Identifikasi adanya saponin dapat dilakukan dengan uji

Forth.Timbulnya busa pada uji Forth menunjukkan adanya glikosida yang

mempunyai kemampuan membentuk buih dalam air yang terhidrolisis

menjadi glukosa dan senyawa lainnya.Saponin padasaat digojok

terbentuk buih karena adanya gugus hidrofil yang berikatandengan air

sedangkan hidrofob akanberikatan dengan udara. Pada strukturmisel,

gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non-polar menghadap

ke dalam. Keadaan ini yang membentuk busa,jika hasil positif maka

penambahan HCl 2N bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga


gugus hidrofil akan berikatan lebih stabil dan buih yang terbentuk menjadi

stabil(7,19).Reaksi yang terjadi seperti pada gambar berikut:

Gambar 19. Reaksi uji Forth(Setyowati,2014)

4. Terpenoid

Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, istilah ini

digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa

tumbuhan itu berasal dari senyawayang sama. Jadi, semua terpenoid

berasal dari molekul isoprena CH2=C(CH3)−CH2 dan kerangkakarbonnya

dibangun olehpenyambungan dua atau lebih satuanC5. Kemudian

senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah

satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut; dua(C10), tiga (C5), empat

(C20), enam (C30) atau delapan (C40) satuan.Terpenoid terdiri atas

beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu

monoterpena dan seskuiterpena yang mudah menguap(C10 dan C15),

diterpena yang lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang

tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen


karotenoid (C40). Senyawa inimenunjukkan pita serapan yang kuat

didaerah spektrum (λmaks 400-500 nm) (Setyowati, 2014).

Gambar 20. Struktur terpenoid (Saxena, 2013)

Terpenoid diklasifikasikan berdasarkan jumlah unit isoprena,

pengelompokannya sebagai berikut(Saxena, 2013):

a. Hemiterpenoid: terdiri darisatu unit isoprena, satu-satunya hemiterpen

adalah isoprene itu sendiri.

b. Menoterpen: terdiri dari dua isoprena, memungkinkan dua jenis

meliputi linear atau siklik. Misalnya Geranyl pirofosfat, Eucalyptol,

Limonene.
c. Sesquiterpen: memiliki tiga unit isoprena misalnya Artemisinin,

Bisabolol, dan Fernesol.

d. Diterpen: terdiri atas empat isoprene.

e. Triterpen: terdiri atas 6 unit isoprene.

f. Tetrapenoid: terdiri atas delapan isoprene.

Terpenoid memiliki sifat obat seperti antikarsinogenik, antimalaria,

antiulkus, hepatisidal, antimikroba dan diuretik (Saxena, 2013).

Identifikasi terpenoid dan steroid dalam percobaan ini menggunakan

uji Liebermann-Burchard (anhidrida asetat-H2SO4 pekat) yang

memberikan warna hijau-biru pada hasil positifnya.Identifikasi terpenoid

dan steroid pada ekstrak methanol kulit durian memberikan hasil positif

baik pada terpenoid atau steroid yaitu terbentuknya cincin coklat pada

batas.Larutan saat ditambah dengan H2SO4 serta terlihat warna hijau saat

larutan diteteskan pada pelat tetes.Perubahan warna seperti disebutkan

diatas dikarenakan terjadinya oksidasi pada golongan senyawa

terpenoid/steroid melalui pembentukan ikatan rangkap

terkonjugasi.Prinsip reaksi dalam mekanisme reaksi uji terpenoid adalah

kondensasi atau pelepasan H2O dan penggabungan karbokation. Reaksi

ini diawali dengan proses asetilasi gugus hidroksil menggunakan asam

asetat anhidrida. Gugus asetil yang meupakan gugus pergi yang baik

akan lepas, sehingga terbentuk ikatan rangkap. Selanjutnya terjadi

pelepasan gugus hidrogen beserta elektronnya, mengakibatkan ikatan

rangkap berpindah.Senyawa ini mengalami resonansi yang bertindak


sebagai elektrofil atau karbokation.Serangan karbokation menyebabkan

adisi elektrofilik, diikuti dengan pelepasan hidrogen. Kemudian gugus

hidrogen beserta elektronnya dilepas akibatnya senyawa mengalami

perpanjangan konjugasi yang memperlihatkan munculnya cincin cokelat

(Saxena, 2013).

Gambar 21. Reaksi uji Liebermann-Burchard(Saxena, 2013)

5.Steroid

Steroid dan turunannya secara luas tersebar dialam, baik pada hewan

maupun pada tanaman.Senyawa-senyawa siklis dengan empat lingkar ini

larut dalam lemak, tidak dapat disabunkan, sifatnya menarik, dan

mempunyai fungsi khusus.Banyak macam steroid yang terdapat dalam

tubuh kita diantaranya, ada yang berperan sebagai hormon, pengemulsi

lemak dalam saluran cerna dan prazat vitamin antirakitis.Berbagai steroid

dibuat secara sintetik didalam laboratorium, beberapa diantaranya

dipergunakan sebagai obat (Sumardjo, 2008).


Beberapa steroid mengandung satu, dua, atau tiga ikatan rangkap

dua dan banyak diantaranya mempunyai satu atau lebih gugus

hidroksil.Cincin atau lingkar pada sebagian besar steroid bukanlah lingkar

aromatik.Steroid mempunyai substituen pada atom C10 dan atom C13

(Sumardjo, 2008).

Gambar 22. Struktur umum steroid (Sumardjo, 2008)


DAFTAR PUSTAKA

Murniasih T. Metabolit Sekunder dari Spons Sebagai Bahan Obat-Obatan.


J Oseana.2013
Ekawati M arna, Suirta W, Santi Sri Rahayu. Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Flavonoid pada Daun Sembukan (Paederia foetida L)
Serta Uji Aktivitasnya Sebagai Antioksidan. J Kim; 2017.
Illing I, Safitri W, Erfiana. Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen. J Din; 2017
Saxena M, Saxena J, Nema R, Singh D, Gupta A. Phytochemistry of
Medicinal Plants. J Pharmacogn Phytocemistry; 2013.
Indrawati Ni Luh, Razimin.Bawang Dayak Si Umbi Ajaib Penakluk Aneka
Penyakit. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka; 2013.
Jayanegara A, Sofyan A. Penentuan Aktivitas Biologis Tanin Beberapa
Hijauan secara in Vitro Menggunakan “Hohenheim Gas Test”
dengan Polientilen Glikol Sebagai Determinan. Media Peternak;
2008.
Hanani E. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC; 2016.
Ergina, Nuryanti S, Pursitasari ID. Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder Pada Daun Palado (Agave angustifolia) Yang Diekstraksi
Dengan Pelarut Air Dan Etanol. Akad Kim; 2014.
Pubchem. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound. diakses pada 15
Oktober 2018.
Diaz, Gaspar, Izabel Luzia Miranda, dan Marisa Alves Nogueria Diaz.
Quinolines, Isoquinolines, Angusturine, and Congeneric Alkaloids –
Occurrence,Chemistry, and Biological Activity;2015.
Setyowati WAE, Ariani SRD, Ashadi, Putri RC, Mulyani B. Skrining
Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Metanol Kulit
Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk. Kimia Organik
Bahan Alam; 2014.
Sumardjo, Damin. Pengantar Kimia Buku Panduan Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta: EGC;
2008.

Vous aimerez peut-être aussi