Vous êtes sur la page 1sur 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembangunan nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir semua aspek

kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan

keadaan demografi, kondisi ekonomi masyarakat dan pendidikan mereka. Meskipun

tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat,

secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan

mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana

maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak,

karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan

bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat

sentosa.1

Oleh karena itu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia mencanangkan

Millenium Development Goals (MDGs) 2015 sebagai langkah nyata pembangunan

kesehatan. Terdapat 3 poin dari MDGs yang menerangkan pentingnya kesehatan pada

pembangunan sumber daya manusia, yaitu pada poin 4, 5 dan 6 :1

1. Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan

2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua

3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

4. Menurunkan Kematian Anak

5. Meningkatkan Kesehatan Ibu

1
6. Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan (TB)

7. Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup

8. Mengembangkan Kemitraan Pembangunan di Tingkat Global

Salah satu upaya meningkatkan derajat kesehatan adalah Upaya Perbaikan

Gizi (UPG) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan

pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah,

remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui serta usia lanjut.3

UPG perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar

lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara

nyata dan bertanggung jawab dengan memperhatikan faktor epidemiologi, geografi,

sosial ekonomi dan budaya masyarakat setempat.3

Pemberian ASI secara Eksklusif dapat mempercepat penurunan angka

kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan

meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya

manusia yang memadai.3

Kebijakan Nasional untuk memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan telah

ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No. 450/Menkes/SK/IV/2004.4

Masalah pelaksanaan ASI Eksklusif masih memprihatinkan. Berdasarkan hasil

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, pemberian ASI Eksklusif

di bawah 6 bulan menurun, di bandingkan dengan survei yang sama dilakukan pada

tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata membaik selama 5

tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi

dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Strategi komprehensif

2
kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk dimulai termasuk mengukur

bagaimana meningkatkan cakupan pemberian ASI.5

Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health

Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller

International menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan antara 4%-12%

dan pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan berkisar antara 1%-13%. Selain itu

gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman

secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian

ASI Eksklusif.6

Cakupan pemberian ASI Eksklusif dipengaruhi beberapa hal, terutama masih

sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Pemerintah tentang

Pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan

kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan

sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina

kelompok pendukung ASI dan MP-ASI.6

Pemberian ASI Eksklusif juga dimaksudkan dalam rangka Mencapai tujuan

Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 untuk menurunkan angka

kematian bayi dari 68 menjadi 23/1000 KH dan angka kematian balita dari 97 menjadi

32/1000 KH pada tahun 2015.7

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif

hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun

2007 yang mencapai 27,35%. 4

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menargetkan bayi yang mendapatkan

ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada di Standar Pelayanan

3
Minimal Puskesmas Secang 1 pada periode Januari-Mei 2011 adalah cakupan hasil

kegiatan bayi yang mendapat ASI Eksklusif belum tercapai yaitu 28% dengan

pencapaian 36% dari 11 desa yang berada di bawah wilayah kerja Puskesmas Secang

1.5 Untuk cakupan di Kelurahan Secang sendiri yaitu 43% dari 10 dusun yang berada

pada desa tersebut, dan dusun Sumber Agung III menjadi pilihan dalam laporan ini

karena jumlah balita usia ≥6 - 24 bulan di dusun tersebut mempunyai persentase

yang paling besar dari 9 dusun lainnya yaitu 28,57%. Berdasarkan hal tersebut di

atas, maka perlu dicari apa penyebab dari permasalahan bayi yang diberi ASI

Eksklusif pada dusun Sumber Agung III, serta menemukan alternatif pemecahan

masalahnya.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut di atas, permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan program pemberian ASI Eksklusif

di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten

Magelang belum berjalan dengan baik di mana didapatkan hasil cakupannya yaitu 0%.

C. TUJUAN

Penulisan evaluasi kegiatan yang berjudul “Evaluasi Program Cakupan Bayi

Yang Mendapat ASI Eksklusif Di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang,

Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Periode Januari – Mei 2011 dan Rencana

Tindak Lanjut” ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.

4
a. Tujuan Umum

Mengetahui, mengidentifikasi, dan menganalisis pemecahan masalah

serta melakukan evaluasi penerapan ASI Ekslusif di Dusun Sumber Agung III,

Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

b. Tujuan Khusus

a. Mengetahui cakupan ASI Ekslusif di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan

Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

b. Mampu menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI

Eksklusif di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan

Secang, Kabupaten Magelang.

c. Mampu menganalisis masalah ASI Eksklusif di Dusun Sumber Agung III,

Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

d. Mampu menyelesaikan masalah ASI Eksklusif di Dusun Sumber Agung III,

Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.

e. Mampu membuat rencana tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah ASI

Eksklusif di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan

Secang, Kabupaten Magelang.

D. MANFAAT KEGIATAN

a. Bagi Mahasiswa

a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ditemukan

di dalam survei yang dilaksanakan.

5
c. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

b. Bagi Puskesmas

Sebagai evaluasi kinerja petugas Puskesmas maupun petugas kesehatan di

Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, sehingga dapat meningkatkan

kualitas pelayanan dan meningkatkan cakupan bayi yang dapat ASI Eksklusif.

c. Bagi Masyarakat

a. Menambah pengetahuan, khususnya bagi para ibu mengenai pentingnya manfaat

pemberian ASI Eksklusif pada bayinya.

b. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan keterampilan masyarakat dengan

mensosialisasikan program ASI Eksklusif.

c. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI Eksklusif sebagai satu-

satunya makanan yang diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan. Tetap memberi ASI

setelah 6 bulan ditambah makanan pendamping ASI dari makanan keluarga

yang tepat waktu, kualitas serta kuantitasnya.

E. METODOLOGI

Survei dilakukan di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan

Secang, Kabupaten Magelang pada tanggal 22-24 Juli 2011. Jenis data yang diambil

adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara

wawancara dan kuisioner kepada bidan juga kader, serta pengisian kuesioner

terhadap 14 responden yang merupakan ibu yang mempunyai bayi usia ≥ 6-24 bulan

di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten

6
Magelang. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Puskesmas Secang 1, laporan bulanan bagian gizi Puskesmas Secang 1, dan data

Kohort balita Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang ASI

Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin bagi bayi dan ibunya

mencapai kesehatan yang optimal jika tidak diciptakan suasana yang membolehkan

ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan dan melanjutkan pemberian

ASI bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) hingga usia dua tahun

atau lebih. Menyusui adalah hak asasi ibu dan memberikan sumbangan yang besar

untuk mewujudkan hak anak untuk pangan, kesehatan dan perawatan.8

a. Definisi ASI dan ASI Eksklusif

Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk

konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat

mencerna makanan padat.9

ASI diproduksi karena pengaruh hormon prolactin dan oxytocin setelah

kelahiran bayi. ASI pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan

mengandung banyak IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan

penyakit.9

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,

diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air

putih sampai bayi berusia 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap

ASI Eksklusif ini.9

8
b. Keunggulan dan Manfaat ASI

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek

yaitu: aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,

neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.8

1. Aspek Gizi

Manfaat Kolostrum :8

 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.

 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan

bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup

untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus

diberikan pada bayi.

 Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung

karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi

bayi pada hari-hari pertama kelahiran.

 Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama

berwarna hitam kehijauan.

Komposisi ASI :8

 ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga

mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat

dalam ASI tersebut.

 ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk

pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak.

9
 Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan

antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan

Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu

sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini

menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu

sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga

tidak mudah diserap.

Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI :8

 Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI

yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk

proses maturasi sel otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa

defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.

 Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam

lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang

diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA

dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan

dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat

dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu

masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam

linoleat).

2. Aspek Imunologik8

 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.

10
 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup

tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri

patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran pencernaan.

 Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat

kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan.

 Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan

salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak

daripada susu sapi.

 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per

mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue

(BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT)

antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte

Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.

 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen,

menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini

menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3. Aspek Psikologik8

 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui

dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui

dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan

meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya

akan meningkatkan produksi ASI.

11
 Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi

tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut.

 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi

karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact).

Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan

tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak

bayi masih dalam rahim.

4. Aspek Kecerdasan8

 Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk

perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan

bayi.

 Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki

IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi

pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun,

dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.

5. Aspek Neurologis8

 Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan

bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

6. Aspek Ekonomis8

 Dengan menyusui secara Eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya

untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian

12
akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu

formula dan peralatannya.

7. Aspek Penundaan Kehamilan8

 Dengan menyusui secara Eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,

sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara

umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).

c. Perbedaan ASI dengan Susu Sapi

Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada

ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa

protein whey yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini

menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi

mempunyai kandungan whey yang lebih sedikit, sehingga tidak mudah diserap.10

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari

lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan

lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak

(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya,

dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung

sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu

memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut

“Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak.

Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga

penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.10

13
Tabel 1. Perbedaan ASI dengan Susu lain10

Komponen ASI Susu Sapi Susu Formula

Kontaminan Tidak ada Mungkin ada Mungkin ada bila

bakteri dicampurkan

Faktor anti- Ada Tidak ada Tidak ada

infeksi

Faktor Ada Tidak ada Tidak ada

pertumbuhan

Protein Jumlah sesuai Terlalu banyak Sebagian diperbaiki

dan mudah dan sukar dicerna

dicerna

Kasein:whey Kasein:whey Disesuaikan dengan

40:60 80:20 ASI

Whey: Alfa Whey:

Betalaktoglobulin

Lemak Cukup Kurang ALE Kurang ALE

mengandung Tidak ada DHA dan

asam lemak AA

essensial (ALE),

DHA dan AA

Mengandung
Tidak ada lipase Tidak ada lipase
Lipase

14
2.2. Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan

mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary

Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan

pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down

Reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk

menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam

dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.10

Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk

menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan

tenunan aktif yang tersusun seperti “pohon tumbuh” di dalam putting dengan cabang

yang menjadi “ranting” semakin mengecil.11

Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir ke dalam cabang-cabang

besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan

sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mensekresi di mana

setiap selnya mampu memproduksi susu. Bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding

alveoli berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam

ranting yang mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan

bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferus. Pusat dari areola (bagan

yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah

dihisap (masuk ke dalam) mulut bayi.11

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:10

 Kolostrum, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae

yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli

dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.

15
 Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat, dari masa laktasi.

 Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.

 Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih

kuning dibandingkan ASI Matur.

 Merupakan suatu laxatif yang ideal untuk membersihkan meconium usus

bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk

menerima makanan selanjutnya.

 Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi berlainan

dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah kasein pada kolostrum

protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan daya

perlindungan tubuh terhadap infeksi.

 Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang dapat

memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.

 Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI

Matur.

 Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Matur yaitu 58 kalori/100 ml

kolostrum.

 Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat

lebih tinggi atau lebih rendah.

 Bila dipanaskan menggumpal, ASI Matur tidak.

 PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.

 Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin di bandingkan

ASI Matur.

16
 Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi

menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.

 Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

 Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

 Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI Matur.

 Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula

yang berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada minggu ke 3

hingga ke 5.

 Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat

semakin tinggi.

 Volume semakin meningkat.

 Air Susu Matur

 ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan

komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa

minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

 Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, merupakan makanan

satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

 ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan

pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk

bayi.

 Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung kaseinat,

riboflavin dan karoten.

 Tidak menggumpal bila dipanaskan.

 Volume: 300 – 850 ml/24 jam

17
 Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu:

 Antibodi terhadap bakteri dan virus.

 Cell (phagocyte, granulocyte, macrophag, lymhocycte type T)

 Enzim (lysozime, lactoperoxidase)

 Protein (laktoferin, B12 Binding Protein)

 Faktor resisten terhadap staphylococcus.

2.3. Komposisi ASI

Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena kolostrum

hanya sekitar 1% dalam air susu matur, dan lebih banyak mengandung imunoglobin A

(Iga), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat penting untuk

pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (infeksi). Lebih sedikit mengandung

lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan mineral-mineral natrium

(Na) dan seng (Zn).10

Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research Council

Washington tahun 1990 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi

untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel berikut:10

Tabel 2. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml10

Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi

Energi (K Cal) 58 70 65

Protein (g) 2,3 0,9 3,4

- Kasein/whey 1 : 1,5 1 : 1,2

- Kasein (mg) 140 187 -

18
- Laktamil bumil (mg) 218 161 -

- Laktoferin (mg) 330 167 -

- Ig A (mg) 364 142 -

Laktosa (g) 5,3 7,3 4,8

Lemak (g) 2,9 4,2 3,9

Vitamin

- Vit A (mg) 151 75 41

- Vit B1 (mg) 1,9 14 43

- Vit B2 (mg) 30 40 145

- Asam Nikotinmik (mg) 75 160 82

- Vit B6 (mg) - 12-15 64

- Asam pantotenik 183 246 340

- Biotin 0,06 0,6 2,8

- Asam folat 0,05 0,1 ,13

- Vit B12 0,05 0,1 0,6

- Vit C 5,9 5 1,1

- Vit D (mg) - 0,04 0,02

- Vit Z 1,5 0,25 0,07

- Vit K (mg) - 1,5 6

Mineral

- Kalsium (mg) 39 35 130

- Klorin (mg) 85 40 108

19
- Tembaga (mg) 40 40 14

- Zat besi (ferrum) (mg) 70 100 70

- Magnesium (mg) 4 4 12

- Fosfor (mg) 14 15 120

- Potassium (mg) 74 57 145

- Sodium (mg) 48 15 58

- Sulfur (mg) 22 14 30

Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel

2. Di mana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI.

Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey

yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini menyebabkan protein

ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai kandungan whey yang

lebih sedikit, sehingga tidak mudah diserap.10

Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak,

yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi,

sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total

lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang

pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air

susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui.

Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat

kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan

oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.10

20
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air

susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak

dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga

didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam

laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan

juga membantu penyerapan kalsium serta mineral-mineral lain.10

ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah

diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama

kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor

dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.

Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi

selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.

Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi

pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D

yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin

ini merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak. 10

2.4. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang

keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,

segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya

yang dilakukan adalah sebagai berikut: 8

21
1. Masa kehamilan atau antenatal8

 Memberikan komunikasi,informasi dan edukasi mengenai manfaat dan

keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara

pelaksanaan manajemen laktasi.

 Meyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

 Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu,

perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.

 Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk

mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah

mulai kehamilan trimester kedua ( minggu ke13-26) menjadi 1-2 kali porsi

dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil.

 Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian

keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan

dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah

dan tugas yang mulia.

2. Saat segera setelah bayi lahir8

 Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotifasi agar

mulai kontak dengan bayi dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi ( skin

to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena sat ini bayi dalam keadaan

paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu

secara naluriah.

 Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk meberikan rasa

aman dan kehangatan.

3. Masa neonatus8

 Bayi hanya diberikan ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.

22
 Ibu selalu dekat dengan bayi atau dirawat gabung.

 Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta ( on demand).

 Melaksanakan cara menyusui ( meletakkan dan melekatkan ) yang baik dan

benar.

 Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap

mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar

produksi ASI tetap lancar.

 Ibu nifas diberi kapsul Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu

kurang dari 30 hari setelah melahirkan.

4. Masa menyusui selanjutnya (post neonatal)8

 Menyusui dilanjutkan secara Eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu

hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

 Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu

menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan

minum minimal 10 gelas sehari.

 Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran

dan menghindarkan kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak

terhambat.

 Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang

keberhasilan menyusui.

 Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau

menyusu, putting lecet,dll)

 Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur

6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun

kuantitasnya secara bertahap.

23
BAB III

DATA UMUM KELURAHAN SECANG

DAN

DATA KHUSUS DUSUN SUMBER AGUNG III

A. DATA UMUM KELURAHAN SECANG

2. 1. Keadaan Geografis

2.1.1 Letak wilayah

Puskesmas Secang I terletak antara 110°13’00” BT – 110°18’00” BT dan

07°22’00” LS – 07°28’00” LS.

2.1.2 Batas wilayah

Wilayah kerja Puskesmas Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten

Magelang meliputi batas-batas wilayah sebagai berikut :

a) Sebelah utara : Desa Krincing

b) Sebelah selatan : Desa Madusari

c) Sebelah timur : Desa Candisari

d) Sebelah barat : Desa Madyocondro

24
Gambar 1. Peta Kelurahan Secang

2.1. 3. Luas Wilayah

Luas wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah 2.684 km2. Luas

wilayah tersebut dipergunakan untuk berbagai macam kebutuhan dengan

perincian penggunaannya sebagai berikut :

- Tanah kering seluas : 1.492 km2.

- Tanah sawah seluas : 1.192 km2.

2.2. Keadaan Demografi

2.2.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk kelurahan Secang pada tahun 2010 berdasarkan data

statistik kantor kelurahan Secang adalah 6.197 jiwa.

2.2.2 Data Penduduk

Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk

Kelurahan Secang menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian dan pendidikan.

25
Tabel 3. Jumlah penduduk Kelurahan Secang menurut

Jenis Kelamin pada tahun 2010

PENDUDUK TOTAL

Laki-laki Perempuan

3.075 3.122 6.197

(Sumber: Daftar isian tingkat perkembangan kelurahan Secang, 2010)

Berdasarkan tabel di atas, jumlah laki – laki di Kelurahan Secang lebih

sedikit dibandingkan perempuan yaitu sebesar 47 jiwa.

Dengan data lebih rinci penduduk Kelurahan Secang dikelompokkan

berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2010, sebagai berikut:

Tabel 4. Jumlah penduduk Kelurahan Secang

berdasarkan Usia pada tahun 2010

Umur (tahun) Penduduk (orang)

0-12 bulan 82

1-5 tahun 434

5-7 tahun 562

7-15 tahun 677

15-56 tahun 3.781

> 56 tahun 661

Total 6.197

(Sumber: Daftar isian tingkat perkembangan kelurahan Secang, 2010)

26
Berdasarkan tabel jumlah penduduk kelompok umur disimpulkan bahwa

kelompok umur terbanyak di kelurahan Secang adalah kelompok umur 15-56

tahun yaitu 3.781 jiwa

2.3 Keadaan Sosioekonomi dan Pendidikan

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Secang

Menurut Mata Pencaharian pada bulan tahun 2010

Mata pencaharian Jumlah

Petani 351

Buruh tani 2.560

Pengusaha 228

Buruh industry 270

Buruh bangunan 867

Buruh 870

Pedagang 310

Pegawai Negeri Sipil 301

TNI/POLRI 56

Pensiun 172

Pengangguran 212

Total 6.197

(Sumber: Daftar isian tingkat perkembangan kelurahan Secang, 2010)

27
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian

terbanyak pada masyarakat di wilayah kelurahan Secang adalah di bidang

pertanian.

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan (untuk usia > 10 tahun)

Pendidikan Jumlah

Tamat Kuliah 291

Tamat SMA 1.148

Tamat SMP 1.261

Tamat SD 1.566

Tidak Tamat SD 345

Total 4.611

(Sumber: Daftar isian tingkat perkembangan kelurahan Secang, 2010)

Pada tabel di atas dapat kita lihat, bahwa sebagian besar tingkat pendidikan

Kelurahan Secang adalah tamatan SD yaitu sebanyak 1.156 orang.

B. DATA KHUSUS DUSUN SUMBER AGUNG III

2.1. Batas wilayah

Utara : Desa Krincing

Selatan : Sumber Agung I

Timur : Sumber Agung IV

Barat : Sumber Agung II

28
2.2. Keadaan Demografi

Pada Dusun Sumber Agung III terdapat 275 jiwa, yang terdiri dari 128

laki-laki dan 147 perempuan.

2.3. Keadaan Sosioekonomi dan Pendidikan

Sebagian besar masyarakat Dusun Sumber Agung III bermata pencaharian

sebagai buruh tani (75%), pensiunan (10%), buruh ternak (10%) dan pegawai

negeri sebanyak (5%).

Dari tingkat pendidikan warga masyarakat Dusun Sumber Agung III

yaitu SD (20%), SMP (70%), SMA (5 (%), pegawai negeri (5%).

29
BAB IV

HASIL SURVEY DAN PENGAMATAN

A. HASIL SURVEY

Pada tanggal 22-24 Juli 2011, telah dilaksanakan wawancara dan pengisian

kuisioner terhadap bidan desa dan 7 orang kader di Dusun Sumber Agung III,

Kelurahan Secang, dan 14 responden yang merupakan ibu yang mempunyai bayi usia

≥ 6 bulan di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan Secang,

Kabupaten Magelang. Pada tanggal 21 Juli 2011 telah dilakukan wawancara dengan

koordinator gizi .

Hasil Wawancara Bidan:

Terdapat satu bidan di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang yaitu Ibu

Endang Purwanti, berdasarkan penjelasan yang disampaikan bidan tersebut, beliau

dengan bantuan kader sudah berusaha untuk menjelaskan pentingnya ASI Ekslusif

secara individu kepada ibu-ibu yang sedang hamil ataupun yg mempunyai bayi usia <

6 bulan. Penjelasan tersebut disampaikan terutama pada saat pemeriksaan ANC

ataupun PNC. Beliaupun sudah menerapkan IMD kepada ibu-ibu yang melahirkan

terutama di tempat prakteknya. Beliau mengutarakan bahwa secara garis besar

masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi, tahu tentang pentingya ASI

Eksklusif hanya saja mereka menghiraukannya dengan alasan mereka masing-masing.

Kesulitan yang dihadapi bidan adalah sulitnya pengawasan terhadap ibu-ibu yang

memiliki bayi < 6 bulan untuk tetap menerapkan ASI Eksklusif.

30
Bidanpun mengaku, walaupun telah diberikan penyuluhan tentang manfaat ASI

Eksklusif tetapi tetap saja, para ibu memberikan makanan tambahan selain ASI,

sehingga penerapan ASI Eksklusif tidak tercapai.

Hasil Pengisian Kuisioner oleh Bidan:

Dari 5 pertanyaan pengetahuan, bidan dapat menjawab pertanyaan yang

meliputi tentang langkah kegiatan dalam manajemen laktasi, cara mengatasi kesulitan

menyusui. Namun bidan belum mengetahui tentang 10 LMKM, hal ini menunjukkan

bahwa kurangnya wawasan bidan dalam mengetahui program penunjang manajemen

laktasi.

Hasil Wawancara Koordinator Gizi:

Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator Gizi didapatkan bahwa

kendala utama yang dihadapi pihak puskesmas dalam mengatasi cakupan bayi yang

mendapat ASI Eksklusif di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang adalah

karena kurangnya kesadaran para ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi

mereka, selain itu walaupun telah diberikan penjelasan mengenai ASI Eksklusif,

masih saja para ibu memberikan makanan tambahan kepada bayinya, dan pendataan

yang dilakukan bersifat pasif, sehingga masih ada kemungkinan bayi yang tidak

terdata, jika pada saat dilaksanakan posyandu tidak datang.

31
Hasil Pengisian Kuisioner oleh Kader :

Dari 15 pertanyaan tentang pengetahuan ASI Eksklusif yang diajukan kepada

kader, hanya satu jawaban yang salah. Sedangkan pada pertanyaan essay kader

menjawab kurang tepat. Hal ini menunjukkan masih terbatasnya pengetahuan kader

tentang manajemen laktasi.

Hasil Wawancara Kader:

Berdasarkan hasil wawancara dengan dua kader, didapatkan bahwa jumlah

kader di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang sebanyak 7 orang, mereka sudah

sering memberikan informasi secara individu kepada ibu-ibu yang datang di posyandu.

Mereka mengaku tidak ada catatan khusus tentang cakupan pemberian ASI Eksklusif.

Pendataan hanya berdasarkan pada tanya jawab langsung kepada ibu yang membawa

bayinya ke posyandu tapi tidak dicatat di kartu KMS yang dibawa ibu.

Tabel 7. Hasil Kuisioner Terhadap 15 Ibu Responden yang Memiliki bayi ≥ 6-24 bulan

PENGETAHUAN IBU B % S %

1. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja 13 92,86% 1 7,14%

tanpa tambahan makanan atau minuman lain

sampai usia bayi 6 bulan.

2. ASI sebagai makanan tunggal akan cukup 13 92,86% 1 7,14%

memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal

sampai usia 6 bulan.

3. Kolostrum yang keluar pada hari ke-1 sampai 10 71,43% 4 28,57%

32
hari ke-4 dan berwarna kuning keemasan bisa

menyebabkan diare.

4. Bayi yang baru lahir akan mendapat 14 100% 0 0%

kekebalan dari ibunya melalui ASI

5. Proses pengecilan rahim pada ibu yang 9 64,29% 5 35,71%

menyusui akan lebih lambat dibandingkan

pada ibu yang tidak menyusui.

6. Pemberian ASI Eksklusif dapat mengurangi 11 78,57% 3 21,43%

kejadian kanker payudara dan indung telur

STATUS ASI EKSKLUSIF B % S %

1. Mulai usia berapa bayi ibu diberikan

makanan atau minuman selain ASI?

a. 0-2 bulan 0 0

b. 2-4 bulan
1 7,14%
c. 4-6 bulan
8 57,14%
d. ≥ 6 bulan
5 35,72%

2. Makanan apa yang ibu berikan ?

a. Bubur bayi, susu formula 12 85,71%

b. Sari buah, madu 2 14,29%

c. Nasi tim, roti - -


d. Biskuit, mie

33
3. Mengapa ibu memberikan makanan tersebut?

a. Anjuran orang tua/mertua 5 35,71%

b. Kebiasaan masyarakat sekitar 7 50%

c. Agar bayi merasa kenyang (tidak 2 14,29%


menangis)
- -
d. Lain-lain

TENAGA KESEHATAN Ya % Tidak %

1. Sewaktu ibu memeriksakan kehamilan, 14 100% 0 0

apakah petugas kesehatan memberikan

penjelasan mengenai ASI dan menyarankan

ibu untuk memberikan ASI Eksklusif?

2. Dimana ibu melahirkan ?

a. Puskesmas - - -

b. Rumah bidan 12 85,71%

c. Rumah sakit/praktek dokter 2 14,29%

3. Apakah sesaat setelah melahirkan, bayi ibu 12 85,71% 2 14,29%

diletakkan pada dada ibu untuk langsung

menyusui bayinya?

4. Setelah ibu melahirkan apakah petugas 13 92,86% 1 7,14%

kesehatan memberikan

penjelasan/penyuluhan?

34
5. Apakah saat posyandu pernah diadakan 9 64,29% 5 35,71%

penjelasan/penyuluhan khusus tentang ASI

Eksklusif

6. Apakah pada tempat ibu melahirkan, ada 2 14,29% 12 85,71%

promosi susu formula untuk bayi?

SIKAP IBU S % TS %

1. Ibu harus membersihkan payudaranya dan

mencuci tangan sebelum menyusui bayinya 14 100% 0 0

menggunakan air bersih dan sabun.

2. Saya lebih mementingkan pekerjaan daripada 14 100% 0 0

menyusui bayi saya.

3. Jika puting susu ibu terbenam dapat

ditanggulangi dengan memijat dan menarik 13 92,86% 1 7,14%


puting susu 2 bulan sebelum persalinan.

4. Ibu harus memberikan kolostrum pada 10 71,43% 4 28,87%

bayinya dari hari pertama sampai hari ketiga.

5. Bagi ibu yang bekerja ASI dapat diganti 2 14,29% 12 85,71%

dengan susu formula

Dari hasil survey menggunakan kuisioner di atas, dapat dilihat bahwa 92,86% ibu

yang memiliki bayi mengetahui tentang pengertian ASI Eksklusif. Sedangkan hanya 64,29%

ibu mengetahui bahwa manfaat menyusui terhadap proses pengembalian rahim setelah

35
melahirkan, dan hanya 71,43% ibu yang mengetahui tentang kolostrum. Berdasarkan hasil

survey tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat dalam hal ini ibu yang

memiliki balita sudah cukup tentang ASI Eksklusif dan manfaatnya, hanya saja mereka

masih belum mengerti betul tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI,

sehingga diperlukan adanya penyuluhan untuk menambah tingkat pengetahuan mereka.

Berdasarkan survey yang dilakukan tentang status ASI Eksklusif, hanya 35,72% bayi

yang mendapat ASI Eksklusif, selebihnya, masih banyak bayi yang tidak mendapat ASI

Eksklusif. Makanan yang banyak diberikan adalah bubur bayi ataupun susu formula yaitu

sekitar 85,71%. Kebanyakan alasan para ibu memberikan makanan selain ASI adalah karena

sudah menjadi kebiasaan masyarakat (50%). Alasan tersebut karena sebagian masyarakat

masih mengikuti tradisi yang sulit dihilangkan.

Pada pertanyaan tentang tenaga kesehatan, didapatkan bahwa sekitar 85% ibu

menjawab bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan penjelasan mengenai ASI Eksklusif

dan manfaatnya. 85,71% ibu menjawab bahwa tenaga kesehatan sudah menjalankan program

IMD sesaat setelah melahirkan.

Berdasarkan hasil survei tentang sikap ibu, didapatkan bahwa kebanyakan ibu

menyetujui pemberian susu formula bagi ibu yang bekerja dan tidak sempat menyusui, yaitu

sekitar 14,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu masih kurang tentang pentingnya

pemberian ASI Eksklusif.

36
BAB V

ANALISIS MASALAH

5.1. KEGIATAN/ INDIKATOR KEGIATAN YANG BERMASALAH

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menargetkan bayi yang mendapatkan ASI

Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada di Standar Pelayanan Minimal

Puskesmas Secang 1 pada periode Januari-Mei 2011 adalah cakupan hasil kegiatan bayi

yang mendapat ASI Eksklusif belum tercapai yaitu 28% dengan pencapaian 36% dari 11

desa yang berada di bawah naungan Puskesmas Secang 1.

Untuk cakupan di Kelurahan Secang sendiri yaitu 43% dari 10 dusun yang berada pada

desa tersebut, dan dusun Sumber Agung III menjadi pilihan dalam laporan ini karena jumlah

balita usia ≥6 - 24 bulan di dusun tersebut mempunyai persentase yang paling besar dari

Sembilan dusun lainnya yaitu 28,57%. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dicari apa

penyebab dari permasalahan bayi yang diberi ASI Eksklusif pada dusun Sumber Agung III, serta

menemukan alternatif pemecahan masalahnya.

5.2. KERANGKA PIKIR PEMECAHAN MASALAH

Dalam pemecahan masalah, langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah

yag ada, lalu menganalisis penyebab masalah dengan cara menggali berdasarkan data

atau kepustakaan. Untuk membantu menentukan kemungkinan penyebab masalah

digunakan diagram Fish Bone. Kemudian, mencari penyebab dilakukan dengan

mengkonfirmasikan kemungkinan penyebab yang ditemukan pada bagian program

tersebut. Setelah itu, dicari penanggulangan penyebab masalah dengan menyusun

alteratif pemecahan masalah. Selanjutnya, menetapkan pemecahan masalah terpilih

37
dengan kriteria matriks. Setelah menemukan urutan prioritasnya, disusunlah Plan of

Action (POA).

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah

38
BAB VI

ANALISIS PENYEBAB MASALAH

Upaya penyelesaian dari masalah hasil cakupan kegiatan puskesmas yang belum

memenuhi target tersebut dapat dilaksanakan melalui proses pengkajian masalah berdasarkan

metode pendekatan sistem sebagai berikut:

INPUT PROSES OUT PUT

Man, P1 Cakupan OUT


Money, P2 COME
Program
Method, P3
Material,

Machine

LINGKUNGAN

Fisik

Kependudukan

Sosial Budaya

Sosial Ekonomi

Kebijakan

Gambar 3. Kerangka Pikir Pendekatan Sistem

Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system seperti tersebut di atas,

untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah. Dari

39
pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan munculnya permsalahan

di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang Kabupaten Magelang.

Tabel 8. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah

Tahap Analisis Pendekatan Sistem

INPUT Kelebihan Kekurangan

Man  Jumlah bidan dan kader sudah  Petugas tidak mencatat bayi yang

cukup (1 bidan desa dan 7 diberikan ASI Eksklusif

kader).  Petugas kesehatan belum secara

optimal memberi penyuluhan

tentang pentingnya ASI kepada

masyarakat

 Kurangnya pengetahuan kader

tentang manajemen laktasi

 Kurangnya wawasan bidan dalam

mengetahui program penunjang

manajemen laktasi (10 LMKM)

Money  Tersedianya dana bantuan  Tidak adanya dana khusus untuk

operasional dari puskesmas program penyuluhan dan

dan dana swadaya mandiri sosialisasi ASI Eksklusif untuk

dari posyandu daerah masyarakat pada umumnya dan

setempat. ibu bayi pada khususnya.

40
Method  Pemberitahuan secara lisan  Kurangnya materi yang

oleh bidan kepada ibu-ibu disampaikan tentang keunggulan

yang memeriksa kandungan, ASI Eksklusif

setelah melahirkan dan saat  Pendataan bayi yang diberikan


membawa anak-anak mereka ASI Eksklusif bersifat pasif.
ke posyandu tentang ASI

Eksklusif melalui ANC dan

PNC

 Pengambilan data bayi yang

diberikan ASI Eksklusif di

dapat dari tanya jawab

langsung kepada ibu yang

datang memeriksakan

anaknya ke posyandu

Material  Terdapat 1 unit posyandu di  Posyandu yang ada sempit dan

daerah setempat terbatas, dan hanya dilakukan di

rumah kader.

Machine  Terdapat buku tersendiri  Tidak adanya brosur, pamflet dan

untuk pencatatan bayi poster sebagai sarana edukasi

dengan ASI Eksklusif (buku mengenai pentingnya ASI

kohort bayi) Eksklusif.

Lingkungan  Adanya warga yang dapat  Kurangnya pengetahuan dan

direkrut sebagai kader kesadaran ibu mengenai faktor-

 Terjangkaunya posyandu faktor yang mempengaruhi

41
balita dari wilayah tempat produksi ASI.

tinggal masyarakat.  Ketidakpercayaan diri para ibu

apabila hanya memberikan ASI

saja tanpa disertai makanan

tambahan.

 Permasalahan yang dihadapai oleh

para ibu dalam manajemen laktasi

(puting susu datar/terbenam,

puting susu nyeri, payudara

bengkak, ASI tidak keluar, dll).

P1  Tersedianya jadwal pelayanan  Tidak adanya penjadwalan

(Perencanaan) posyandu setiap tanggal 6 kunjungan rumah terhadap bayi

awal bulan. yang tidak mendapat ASI

 Pembentukan kader Eksklusif.

 Tidak ada penjadwalan untuk

kegiatan penyuluhan mengenai

ASI Eksklusif.

 Tidak ada rencana kegiatan

pembinaan khusus untuk petugas

kesehatan dan kader tentang

manajemen laktasi.

P2  Jadwal pelayanan sesuai  Belum ada kunjungan rumah

(Pelaksanaan) dengan perencanaan terhadap bayi yang tidak ASI

 Kader sudah terbentuk ekslusif

42
sebanyak 7 orang  Tidak adanya program dari

 Dilakukan pencatatan bumil Puskesmas atau Posyandu

dan bayi serta balita yang setempat untuk mengadakan

datang ke posyandu penyuluhan dan pelatihan

masyarakat mengenai pengetahuan

dan manajemen laktasi.

 Tidak ada pembinaan khusus

untuk kader dan petugas kesehatan

tentang manajemen laktasi.

 Sulitnya pengawasan terhadap para

ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif

P3  Terdapatnya laporan mengenai  Tidak ada tindak lanjut hasil

(Pengawasan, jumlah bayi yang mendapat evaluasi oleh bidan desa dan

Pengendalian ASI Eksklusif kader.

dan penilaian)  Adanya evaluasi tiap 3 bulan

sekali melalui pertemuan

bidan desa dengan kader

setiap akhir bulan.

43
Fishbone !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

44
6.1. Kemungkinan Penyebab Masalah

1. Petugas tidak mencatat bayi yang diberikan ASI Eksklusif.

2. Petugas kesehatan belum secara optimal memberi penyuluhan tentang pentingnya

ASI kepada masyarakat.

3. Kurangnya pengetahuan kader tentang manajemen laktasi.

4. Kurangnya wawasan bidan dalam mengetahui program penunjang manajemen

laktasi (10 LMKM).

5. Tidak adanya dana khusus untuk program penyuluhan dan sosialisasi ASI

Eksklusif untuk masyarakat pada umumnya dan ibu bayi pada khususnya.

6. Kurangnya materi yang disampaikan tentang keunggulan ASI Eksklusif.

7. Pendataan bayi yang diberikan ASI Eksklusif bersifat pasif.

8. Posyandu yang ada sempit dan terbatas, dan hanya dilakukan di rumah kader.

9. Tidak adanya brosur, pamflet dan poster sebagai sarana edukasi mengenai

pentingnya ASI Eksklusif.

10. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI.

11. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI.

12. Ketidakpercayaan diri para ibu apabila hanya memberikan ASI saja tanpa disertai

makanan tambahan.

13. Permasalahan yang dihadapai oleh para ibu dalam manajemen laktasi (puting

susu datar/terbenam, puting susu nyeri, payudara bengkak, ASI tidak keluar, dll).

14. Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak mendapat

ASI Eksklusif.

45
15. Tidak ada penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif.

16. Tidak ada rencana kegiatan pembinaan khusus untuk petugas kesehatan dan kader

tentang manajemen laktasi.

17. Belum ada kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak ASI ekslusif.

18. Tidak adanya program dari Puskesmas atau Posyandu setempat untuk

mengadakan penyuluhan dan pelatihan masyarakat mengenai pengetahuan dan

manajemen laktasi.

19. Tidak ada pembinaan khusus untuk kader dan petugas kesehatan tentang

manajemen laktasi.

20. Sulitnya pengawasan terhadap para ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.

21. Tidak ada tindak lanjut hasil evaluasi oleh bidan desa dan kader.

6.2. Penyebab Masalah Yang Paling Mungkin

1. Petugas tidak mencatat bayi yang diberikan ASI Eksklusif.

2. Kurangnya pengetahuan kader tentang manajemen laktasi.

3. Kurangnya wawasan bidan dalam mengetahui program penunjang manajemen

laktasi (10 LMKM).

4. Kurangnya materi yang disampaikan tentang keunggulan ASI Eksklusif.

5. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI.

6. Ketidakpercayaan diri para ibu apabila hanya memberikan ASI saja tanpa disertai

makanan tambahan.

7. Permasalahan yang dihadapai oleh para ibu dalam manajemen laktasi (puting

susu datar/ terbenam, puting susu nyeri, payudara bengkak, dll).

8. Sulitnya pengawasan terhadap para ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.

46
BAB VII

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

7.1. Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu

dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan

penyebab masalah yang ada :

Tabel 9. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah

1. Petugas tidak mencatat bayi yang Melakukan pembinaan kepada petugas

diberikan ASI Eksklusif dalam pencatatan bayi yang diberi ASI

Eksklusif

2. Kurangnya pengetahuan kader tentang Mengadakan penyuluhan/pelatihan

manajemen laktasi tentang ASI Eksklusif dan manajemen

laktasi

3. Kurangnya wawasan bidan dalam Mengadakan penyuluhan kepada bidan

mengetahui program penunjang tentang manajemen laktasi dan sosialisasi

manajemen laktasi (10 LMKM) tentang 10 LKMK

4. Kurangnya materi yang disampaikan Mengadakan penyuluhan/pelatihan

tentang keunggulan ASI Eksklusif tentang ASI Eksklusif dan manajemen

laktasi

5. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran melakukan penyuluhan mengenai ASI

47
ibu mengenai faktor-faktor yang Eksklusif

mempengaruhi produksi ASI

6. Ketidakpercayaan diri para ibu apabila Meningkatkan pengetahuan ibu tentang

hanya memberikan ASI saja tanpa cukupnya pemberian ASI saja sampai

disertai makanan tambahan. bayi berusia 6 bulan dengan cara

penyuluhan

7. Permasalahan yang dihadapai oleh para Penyuluhan tentang cara menangani

ibu dalam manajemen laktasi ( puting permasalahan dalam manajemen laktasi

susu datar/ terbenam, puting susu nyeri,

payudara bengkak, dll)

8. Sulitnya pengawasan terhadap para ibu Mengupayakan terbentuknya kelompok

dalam memberikan ASI Eksklusif pendukung ASI

48
7.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah Paling Mungkin Alternatif Pemecahan Masalah

Petugas tidak mencatat bayi yang


diberikan ASI Eksklusif.

Kurangnya pengetahuan kader tentang


manajemen laktasi

Kurangnya wawasan bidan dalam Melakukan pembinaan kepada petugas


mengetahui program penunjang dalam pencatatan bayi yang diberi ASI
manajemen laktasi (10 LMKM) Eksklusif

Kurangnya materi yang disampaikan


tentang keunggulan ASI eksklusif

Mengadakan penyuluhan/pelatihan
kepada bidan dan kader serta
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai ASI eksklusif
ibu mengenai faktor-faktor yang dan manajemen laktasi
mempengaruhi produksi ASI

Ketidakpercayaan diri para ibu apabila


hanya memberikan ASI saja tanpa
disertai makanan tambahan.

Mengupayakan terbentuknya kelompok


Permasalahan yang dihadapai oleh para pendukung ASI
ibu dalam manajemen laktasi ( puting
susu datar/ terbenam, puting susu nyeri,
payudara bengkak, dll)

Sulitnya pengawasan terhadap para ibu


dalam memberikan ASI Eksklusif

Gambar 5. Kerangka Alternatif Pemecahan Masalah

49
7.3. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif pemecahan masalah

sebagai berikut :

1. Melakukan pembinaan kepada petugas dalam pencatatan bayi yang diberi ASI

Eksklusif.

2. Mengadakan penyuluhan/pelatihan kepada bidan dan kader serta masyarakat

mengenai ASI Eksklusif dan manajemen laktasi

3. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan Kriteria

Matriks. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan

𝑴.𝑰.𝑽
menggunakan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus
𝑪

1. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

a. Magnitude (M) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

b. Importancy (I) : Pentingnya cara penyelesaian masalah

c. Vulnerability (V) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah

2. Efisiensi pogram

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c)

diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

50
Tabel 10. Skor Penentuan Pemecahan Masalah

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

2=Kurang magnitude 2 = Kurang penting 2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3= Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = Sedikit Mahal

5= Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = Mahal

Tabel 11. Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

NO Alternatif pemecahan Nilai Kriteria Hasil Prioritas


masalah (m x i x v)/c
M I V C

1. Melakukan pembinaan 3 4 4 2 24 II
kepada petugas dalam
pencatatan bayi yang diberi
ASI Eksklusif.
2. Mengadakan penyuluhan/ 4 5 5 4 25 I
pelatihan kepada bidan dan
kader serta masyarakat
mengenai ASI Eksklusif dan
manajemen laktasi
3. Mengupayakan terbentuknya 2 3 4 3 8 III
kelompok pendukung ASI

Setelah menentukan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah dengan

menggunakan M.I.V/C maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah

cakupan ASI Eksklusif di Dusun Sumber Agung III sebagai berikut :

51
1. Mengadakan penyuluhan/ pelatihan kepada bidan dan kader serta masyarakat

mengenai ASI Eksklusif dan manajemen laktasi

2. Melakukan pembinaan kepada petugas dalam pencatatan bayi yang diberi ASI

Eksklusif.

3. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI.

52
POA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

53
54
55
BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Sebagai perwujudan komitmen terhadap innocent declaration, Depkes RI

mengeluarkan sejumlah peraturan untuk menjamin pemberian ASI pada bayi.

Peraturan itu diantaranya Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 450

tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada bayi di Indonesia.

Untuk pengawasan dan evaluasi peraturan ini, pemerintah menyerahkan sepenuhnya

kepada Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten atau Kota.

Dalam upaya pengawasan dan evaluasi pemberian ASI Eksklusif, pemerintah

Kabupaten Magelang memasukkan program ASI Eksklusif ke dalam Stamdar

Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang

menargetkan pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada

dalam Standar Pelayanan minimal Puskesmas Secang 1 periode Januari-Mei 2011

adalah tidak tercapainya cakupan ASI Eksklusif pada periode tersebut yaitu 28%.

Bayi yang mendapatkan ASI Esklusif di Desa Sumber Agung III, Kecamatan Secang,

kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2011 yaitu 28,57%,

Dari hasil wawancara dengan bidan dan kader desa maka dapat diketahui

bahwa masih ada bayi < 4 bulan yang telah diberi MP-ASI, Hal ini disebabkan karena

kurangnya pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai akibat pemberian makanan

tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Maka perlu ditingkatkan

penyuluhan kepada ibu – ibu tentang pentingnya pemberian ASI esklusif dan

makanan pendamping ASI pada usia anak yang tepat dalam masa pertumbuhan anak

56
8.2. Saran

1. Bagi Ibu yang Memiliki Bayi

 Bagi ibu- ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,

diharapkan dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.

2. Bagi Puskesmas

 Perlunya dilakukan penyuluhan dan pembinaan kepada ibu- ibu di Dusun

Sumber Agung III, Kelurahan Secang, Kecamatan Secang, Kabupaten

Magelang, mengenai manfaat memberikan ASI Eksklusif, cara memberikan

ASI yang membantu produksi kelancaran ASI sejak lahir terutama bagi ibu-

ibu yang akan melahirkan pertama kali untuk meningkatkan pengetahuan ibu

tentang pentingnya memberikan ASI Eksklusif.

 Perlunya peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum, khususnya tentang

ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang

gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI

cukup.

 Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di Puskesmas, Poliklinik

Desa, ataupun Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk

kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan

menyusui.

57
DAFTAR PUSTAKA

1. Supraptini, Lubis A, Irianto J. Cakupan Imunisasi Balita Dan ASI Eksklusif Di

Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta : 2001. Hal

249-54.

2. Waluyono K, et al. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di Puskesmas. Magelang :

Bapelkes. 2000.

3. Depkes RI. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan ASI Eksklusif, bagi Petugas

Kesehatan, Jakarta; 1997.

4. Dinkes Jawa Tengah. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah Tahun 2008. Available

at : http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2008/profil2008.pdf

5. Sambutan Kepala Perwakilan WHO Indonesia Pada Pekan ASI Sedunia 2010.

Available at : http://gizi.net/download/pekanasi-2010.pdf

6. Minarto DR, MPS. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM)

tahun 2010 – 2014. Available at :

http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/category/warta-gizi-kia/w201012

7. Depkes RI. Pedoman Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-

KIA), Jakarta;2009.

8. Depkes RI. Panduan Manajemen Laktasi : Dit. Gizi Masyarakat. Jakarta, 2001

9. Wikipedia. Air Susu Ibu. Available at : http://id.wikipedia.org/wiki/Air_susu_ibu

10. Siregar. A, Pemberian ASI Eksklusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Medan 2004.

11. Afifah D. N. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI

Eksklusif. Semarang.

58
59

Vous aimerez peut-être aussi