Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan manusia. Oleh sebab itu pembangunan kesehatan sangat terkait dengan
tujuan akhir dari upaya pembangunan kesehatan adalah seluruh lapisan masyarakat,
secara operasional dipilih golongan sasaran secara bertahap. Hal ini dilakukan
mengingat kepentingan yang mendesak dan keterbatasan dana, sarana dan prasarana
maka diadakan urutan prioritas. Prioritas utama yang dipilih adalah kesehatan anak,
karena kesehatan anak merupakan salah satu modal bagi keberhasilan pembangunan
bangsa, yang pada akhirnya akan menghasilkan bangsa dan negara yang sehat
sentosa.1
kesehatan. Terdapat 3 poin dari MDGs yang menerangkan pentingnya kesehatan pada
1
6. Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan (TB)
Gizi (UPG) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan
pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah,
UPG perlu dilakukan secara terpadu, lintas program dan lintas sektor agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna sehingga dapat terlaksananya kegiatan secara
kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, pemberian ASI Eksklusif
di bawah 6 bulan menurun, di bandingkan dengan survei yang sama dilakukan pada
tahun 2002. Angka kematian bayi dan balita belum secara nyata membaik selama 5
tahun tersebut. Selain itu, angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi
2
kelangsungan hidup anak merupakan upaya wajib untuk dimulai termasuk mengukur
Survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health
International menunjukan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan antara 4%-12%
dan pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan berkisar antara 1%-13%. Selain itu
secara dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian
ASI Eksklusif.6
sangat terbatasnya tenaga konselor ASI, belum adanya Peraturan Pemerintah tentang
Pemberian ASI serta belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi, dan
sarana dan prasarana KIE ASI dan MP-ASI dan belum optimalnya membina
Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 untuk menurunkan angka
kematian bayi dari 68 menjadi 23/1000 KH dan angka kematian balita dari 97 menjadi
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008 menunjukkan cakupan pemberian ASI Eksklusif
hanya sekitar 28,96%, terjadi sedikit peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada di Standar Pelayanan
3
Minimal Puskesmas Secang 1 pada periode Januari-Mei 2011 adalah cakupan hasil
kegiatan bayi yang mendapat ASI Eksklusif belum tercapai yaitu 28% dengan
pencapaian 36% dari 11 desa yang berada di bawah wilayah kerja Puskesmas Secang
1.5 Untuk cakupan di Kelurahan Secang sendiri yaitu 43% dari 10 dusun yang berada
pada desa tersebut, dan dusun Sumber Agung III menjadi pilihan dalam laporan ini
yang paling besar dari 9 dusun lainnya yaitu 28,57%. Berdasarkan hal tersebut di
atas, maka perlu dicari apa penyebab dari permasalahan bayi yang diberi ASI
Eksklusif pada dusun Sumber Agung III, serta menemukan alternatif pemecahan
masalahnya.
B. PERUMUSAN MASALAH
akan dibahas dalam penelitian ini adalah penerapan program pemberian ASI Eksklusif
Magelang belum berjalan dengan baik di mana didapatkan hasil cakupannya yaitu 0%.
C. TUJUAN
Yang Mendapat ASI Eksklusif Di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang,
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang Periode Januari – Mei 2011 dan Rencana
4
a. Tujuan Umum
serta melakukan evaluasi penerapan ASI Ekslusif di Dusun Sumber Agung III,
b. Tujuan Khusus
D. MANFAAT KEGIATAN
a. Bagi Mahasiswa
Masyarakat.
5
c. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.
b. Bagi Puskesmas
kualitas pelayanan dan meningkatkan cakupan bayi yang dapat ASI Eksklusif.
c. Bagi Masyarakat
satunya makanan yang diperlukan oleh bayi usia 0-6 bulan. Tetap memberi ASI
E. METODOLOGI
Secang, Kabupaten Magelang pada tanggal 22-24 Juli 2011. Jenis data yang diambil
adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara
wawancara dan kuisioner kepada bidan juga kader, serta pengisian kuesioner
terhadap 14 responden yang merupakan ibu yang mempunyai bayi usia ≥ 6-24 bulan
6
Magelang. Data sekunder didapat dari data Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Puskesmas Secang 1, laporan bulanan bagian gizi Puskesmas Secang 1, dan data
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin bagi bayi dan ibunya
mencapai kesehatan yang optimal jika tidak diciptakan suasana yang membolehkan
ibu untuk memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan dan melanjutkan pemberian
ASI bersama pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) hingga usia dua tahun
atau lebih. Menyusui adalah hak asasi ibu dan memberikan sumbangan yang besar
Air susu ibu atau ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk
konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat
kelahiran bayi. ASI pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan
mengandung banyak IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan
penyakit.9
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air
putih sampai bayi berusia 6 bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap
8
b. Keunggulan dan Manfaat ASI
1. Aspek Gizi
Manfaat Kolostrum :8
untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus
Komposisi ASI :8
ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
9
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan
sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI
dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
linoleat).
2. Aspek Imunologik8
10
Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup
Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
3. Aspek Psikologik8
Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui
dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying terhadap bayi akan
11
Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi
Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan
tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak
4. Aspek Kecerdasan8
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
bayi.
IQ point 4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi
pada usia 3 tahun, dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun,
5. Aspek Neurologis8
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6. Aspek Ekonomis8
12
akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu
Susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada
ASI. Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa
protein whey yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai kandungan whey yang lebih sedikit, sehingga tidak mudah diserap.10
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari
lemak, yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan
lemak susu sapi, sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak
(lipase). Kandungan total lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya,
dari satu fase lakatasi air susu yang pertama kali keluar hanya mengandung
sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang encer ini akan membantu
memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut
“Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak.
Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga
13
Tabel 1. Perbedaan ASI dengan Susu lain10
bakteri dicampurkan
infeksi
pertumbuhan
dicerna
Betalaktoglobulin
asam lemak AA
essensial (ALE),
DHA dan AA
Mengandung
Tidak ada lipase Tidak ada lipase
Lipase
14
2.2. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan
mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitary
pengeluaran Air Susu. Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down
Reflex, dimana hisapan putting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk
menghasilkan hormon oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam
dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.10
menampung air susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan
tenunan aktif yang tersusun seperti “pohon tumbuh” di dalam putting dengan cabang
besar menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan
sebagai setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mensekresi di mana
setiap selnya mampu memproduksi susu. Bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding
bertemu di dalam areola dan membentuk sinus lactiferus. Pusat dari areola (bagan
yang berpigmen) adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah
Kolostrum, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli
dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
15
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah kasein pada kolostrum
Matur.
kolostrum.
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat
ASI Matur.
16
Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antibodi pada bayi.
Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
yang berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada minggu ke 3
hingga ke 5.
semakin tinggi.
ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap diberikan
pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk
bayi.
17
Terdapat anti mikrobaterial faktor, yaitu:
Kandungan kolostrum berbeda dengan air susu yang mature, karena kolostrum
hanya sekitar 1% dalam air susu matur, dan lebih banyak mengandung imunoglobin A
(Iga), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang kesemuanya sangat penting untuk
pertahanan tubuh bayi, terhadap serangan penyakit (infeksi). Lebih sedikit mengandung
lemak dan laktosa, lebih banyak mengandung vitamin dan mineral-mineral natrium
Berdasarkan sumber dari Food and Nutrition Boart, National research Council
Washington tahun 1990 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi
Tabel 2. Komposisi Kolostrum, ASI dan susu sapi untuk setiap 100 ml10
Energi (K Cal) 58 70 65
18
- Laktamil bumil (mg) 218 161 -
Vitamin
Mineral
19
- Tembaga (mg) 40 40 14
- Magnesium (mg) 4 4 12
- Sodium (mg) 48 15 58
- Sulfur (mg) 22 14 30
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel
2. Di mana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI.
Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey
yang larut. ASI mengandung whey lebih banyak. Komposisi ini menyebabkan protein
ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai kandungan whey yang
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak,
yang lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi,
sebab ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total
lemak sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase lakatasi air susu yang
pertama kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air
susu yang encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui.
Air susu berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat
kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan
oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.10
20
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air
susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak
dibandingkan dengan susu sapi. Disamping fungsinya sebagai sumber energi, juga
didalam usus sebagian laktosa akan diubah menjadi asam laktat. Didalam usus asam
laktat tersebut membantu mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
kehidupannya ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan bayi
selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi
pada aanak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D
yang terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya
21
1. Masa kehamilan atau antenatal8
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
Meyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
mulai kehamilan trimester kedua ( minggu ke13-26) menjadi 1-2 kali porsi
keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotifasi agar
mulai kontak dengan bayi dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi ( skin
to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena sat ini bayi dalam keadaan
paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu
secara naluriah.
3. Masa neonatus8
Bayi hanya diberikan ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
22
Ibu selalu dekat dengan bayi atau dirawat gabung.
benar.
Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
Ibu nifas diberi kapsul Vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
Menyusui dilanjutkan secara Eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan
dan menghindarkan kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
keberhasilan menyusui.
Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun
23
BAB III
DAN
2. 1. Keadaan Geografis
24
Gambar 1. Peta Kelurahan Secang
Kelurahan Secang menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian dan pendidikan.
25
Tabel 3. Jumlah penduduk Kelurahan Secang menurut
PENDUDUK TOTAL
Laki-laki Perempuan
berdasarkan umur dan jenis kelamin pada tahun 2010, sebagai berikut:
0-12 bulan 82
Total 6.197
26
Berdasarkan tabel jumlah penduduk kelompok umur disimpulkan bahwa
Petani 351
Pengusaha 228
Buruh 870
Pedagang 310
TNI/POLRI 56
Pensiun 172
Pengangguran 212
Total 6.197
27
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian
pertanian.
Pendidikan Jumlah
Tamat SD 1.566
Total 4.611
Pada tabel di atas dapat kita lihat, bahwa sebagian besar tingkat pendidikan
28
2.2. Keadaan Demografi
Pada Dusun Sumber Agung III terdapat 275 jiwa, yang terdiri dari 128
sebagai buruh tani (75%), pensiunan (10%), buruh ternak (10%) dan pegawai
29
BAB IV
A. HASIL SURVEY
Pada tanggal 22-24 Juli 2011, telah dilaksanakan wawancara dan pengisian
kuisioner terhadap bidan desa dan 7 orang kader di Dusun Sumber Agung III,
Kelurahan Secang, dan 14 responden yang merupakan ibu yang mempunyai bayi usia
Kabupaten Magelang. Pada tanggal 21 Juli 2011 telah dilakukan wawancara dengan
koordinator gizi .
Terdapat satu bidan di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang yaitu Ibu
dengan bantuan kader sudah berusaha untuk menjelaskan pentingnya ASI Ekslusif
secara individu kepada ibu-ibu yang sedang hamil ataupun yg mempunyai bayi usia <
ataupun PNC. Beliaupun sudah menerapkan IMD kepada ibu-ibu yang melahirkan
masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki bayi, tahu tentang pentingya ASI
Kesulitan yang dihadapi bidan adalah sulitnya pengawasan terhadap ibu-ibu yang
30
Bidanpun mengaku, walaupun telah diberikan penyuluhan tentang manfaat ASI
Eksklusif tetapi tetap saja, para ibu memberikan makanan tambahan selain ASI,
meliputi tentang langkah kegiatan dalam manajemen laktasi, cara mengatasi kesulitan
menyusui. Namun bidan belum mengetahui tentang 10 LMKM, hal ini menunjukkan
laktasi.
kendala utama yang dihadapi pihak puskesmas dalam mengatasi cakupan bayi yang
mendapat ASI Eksklusif di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang adalah
karena kurangnya kesadaran para ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi
mereka, selain itu walaupun telah diberikan penjelasan mengenai ASI Eksklusif,
masih saja para ibu memberikan makanan tambahan kepada bayinya, dan pendataan
yang dilakukan bersifat pasif, sehingga masih ada kemungkinan bayi yang tidak
31
Hasil Pengisian Kuisioner oleh Kader :
kader, hanya satu jawaban yang salah. Sedangkan pada pertanyaan essay kader
menjawab kurang tepat. Hal ini menunjukkan masih terbatasnya pengetahuan kader
kader di Dusun Sumber Agung III, Kelurahan Secang sebanyak 7 orang, mereka sudah
sering memberikan informasi secara individu kepada ibu-ibu yang datang di posyandu.
Mereka mengaku tidak ada catatan khusus tentang cakupan pemberian ASI Eksklusif.
Pendataan hanya berdasarkan pada tanya jawab langsung kepada ibu yang membawa
bayinya ke posyandu tapi tidak dicatat di kartu KMS yang dibawa ibu.
Tabel 7. Hasil Kuisioner Terhadap 15 Ibu Responden yang Memiliki bayi ≥ 6-24 bulan
PENGETAHUAN IBU B % S %
32
hari ke-4 dan berwarna kuning keemasan bisa
menyebabkan diare.
a. 0-2 bulan 0 0
b. 2-4 bulan
1 7,14%
c. 4-6 bulan
8 57,14%
d. ≥ 6 bulan
5 35,72%
33
3. Mengapa ibu memberikan makanan tersebut?
a. Puskesmas - - -
menyusui bayinya?
kesehatan memberikan
penjelasan/penyuluhan?
34
5. Apakah saat posyandu pernah diadakan 9 64,29% 5 35,71%
Eksklusif
SIKAP IBU S % TS %
Dari hasil survey menggunakan kuisioner di atas, dapat dilihat bahwa 92,86% ibu
yang memiliki bayi mengetahui tentang pengertian ASI Eksklusif. Sedangkan hanya 64,29%
ibu mengetahui bahwa manfaat menyusui terhadap proses pengembalian rahim setelah
35
melahirkan, dan hanya 71,43% ibu yang mengetahui tentang kolostrum. Berdasarkan hasil
survey tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat dalam hal ini ibu yang
memiliki balita sudah cukup tentang ASI Eksklusif dan manfaatnya, hanya saja mereka
masih belum mengerti betul tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI,
Berdasarkan survey yang dilakukan tentang status ASI Eksklusif, hanya 35,72% bayi
yang mendapat ASI Eksklusif, selebihnya, masih banyak bayi yang tidak mendapat ASI
Eksklusif. Makanan yang banyak diberikan adalah bubur bayi ataupun susu formula yaitu
sekitar 85,71%. Kebanyakan alasan para ibu memberikan makanan selain ASI adalah karena
sudah menjadi kebiasaan masyarakat (50%). Alasan tersebut karena sebagian masyarakat
Pada pertanyaan tentang tenaga kesehatan, didapatkan bahwa sekitar 85% ibu
menjawab bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan penjelasan mengenai ASI Eksklusif
dan manfaatnya. 85,71% ibu menjawab bahwa tenaga kesehatan sudah menjalankan program
Berdasarkan hasil survei tentang sikap ibu, didapatkan bahwa kebanyakan ibu
menyetujui pemberian susu formula bagi ibu yang bekerja dan tidak sempat menyusui, yaitu
sekitar 14,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu masih kurang tentang pentingnya
36
BAB V
ANALISIS MASALAH
Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada di Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas Secang 1 pada periode Januari-Mei 2011 adalah cakupan hasil kegiatan bayi
yang mendapat ASI Eksklusif belum tercapai yaitu 28% dengan pencapaian 36% dari 11
Untuk cakupan di Kelurahan Secang sendiri yaitu 43% dari 10 dusun yang berada pada
desa tersebut, dan dusun Sumber Agung III menjadi pilihan dalam laporan ini karena jumlah
balita usia ≥6 - 24 bulan di dusun tersebut mempunyai persentase yang paling besar dari
Sembilan dusun lainnya yaitu 28,57%. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dicari apa
penyebab dari permasalahan bayi yang diberi ASI Eksklusif pada dusun Sumber Agung III, serta
yag ada, lalu menganalisis penyebab masalah dengan cara menggali berdasarkan data
37
dengan kriteria matriks. Setelah menemukan urutan prioritasnya, disusunlah Plan of
Action (POA).
38
BAB VI
Upaya penyelesaian dari masalah hasil cakupan kegiatan puskesmas yang belum
memenuhi target tersebut dapat dilaksanakan melalui proses pengkajian masalah berdasarkan
Machine
LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi
Kebijakan
Dalam menganalisis masalah digunakan metode pendekatan system seperti tersebut di atas,
untuk mencari kemungkinan penyebab dan menyusun pendekatan – pendekatan masalah. Dari
39
pendekatan system ini dapat ditelusuri hal – hal yang mungkin menyebabkan munculnya permsalahan
Man Jumlah bidan dan kader sudah Petugas tidak mencatat bayi yang
masyarakat
40
Method Pemberitahuan secara lisan Kurangnya materi yang
PNC
datang memeriksakan
anaknya ke posyandu
rumah kader.
41
balita dari wilayah tempat produksi ASI.
tambahan.
ASI Eksklusif.
manajemen laktasi.
42
sebanyak 7 orang Tidak adanya program dari
Eksklusif
(Pengawasan, jumlah bayi yang mendapat evaluasi oleh bidan desa dan
43
Fishbone !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
44
6.1. Kemungkinan Penyebab Masalah
5. Tidak adanya dana khusus untuk program penyuluhan dan sosialisasi ASI
Eksklusif untuk masyarakat pada umumnya dan ibu bayi pada khususnya.
8. Posyandu yang ada sempit dan terbatas, dan hanya dilakukan di rumah kader.
9. Tidak adanya brosur, pamflet dan poster sebagai sarana edukasi mengenai
12. Ketidakpercayaan diri para ibu apabila hanya memberikan ASI saja tanpa disertai
makanan tambahan.
13. Permasalahan yang dihadapai oleh para ibu dalam manajemen laktasi (puting
susu datar/terbenam, puting susu nyeri, payudara bengkak, ASI tidak keluar, dll).
14. Tidak adanya penjadwalan kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak mendapat
ASI Eksklusif.
45
15. Tidak ada penjadwalan untuk kegiatan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif.
16. Tidak ada rencana kegiatan pembinaan khusus untuk petugas kesehatan dan kader
17. Belum ada kunjungan rumah terhadap bayi yang tidak ASI ekslusif.
18. Tidak adanya program dari Puskesmas atau Posyandu setempat untuk
manajemen laktasi.
19. Tidak ada pembinaan khusus untuk kader dan petugas kesehatan tentang
manajemen laktasi.
20. Sulitnya pengawasan terhadap para ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
21. Tidak ada tindak lanjut hasil evaluasi oleh bidan desa dan kader.
6. Ketidakpercayaan diri para ibu apabila hanya memberikan ASI saja tanpa disertai
makanan tambahan.
7. Permasalahan yang dihadapai oleh para ibu dalam manajemen laktasi (puting
46
BAB VII
Setelah diperoleh daftar masalah, maka dapat dilakukan langkah selanjutnya yaitu
dibuat alternatif pemecahan penyebab masalah. Berikut ini adalah alternatif pemecahan
Eksklusif
laktasi
laktasi
47
ibu mengenai faktor-faktor yang Eksklusif
hanya memberikan ASI saja tanpa cukupnya pemberian ASI saja sampai
penyuluhan
48
7.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Mengadakan penyuluhan/pelatihan
kepada bidan dan kader serta
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai ASI eksklusif
ibu mengenai faktor-faktor yang dan manajemen laktasi
mempengaruhi produksi ASI
49
7.3. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
sebagai berikut :
1. Melakukan pembinaan kepada petugas dalam pencatatan bayi yang diberi ASI
Eksklusif.
Matriks. Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah dengan
𝑴.𝑰.𝑽
menggunakan Kriteria Matriks Menggunakan Rumus
𝑪
1. Efektivitas program
2. Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c)
diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.
50
Tabel 10. Skor Penentuan Pemecahan Masalah
1. Melakukan pembinaan 3 4 4 2 24 II
kepada petugas dalam
pencatatan bayi yang diberi
ASI Eksklusif.
2. Mengadakan penyuluhan/ 4 5 5 4 25 I
pelatihan kepada bidan dan
kader serta masyarakat
mengenai ASI Eksklusif dan
manajemen laktasi
3. Mengupayakan terbentuknya 2 3 4 3 8 III
kelompok pendukung ASI
51
1. Mengadakan penyuluhan/ pelatihan kepada bidan dan kader serta masyarakat
2. Melakukan pembinaan kepada petugas dalam pencatatan bayi yang diberi ASI
Eksklusif.
52
POA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
53
54
55
BAB VIII
8.1. Kesimpulan
tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu secara Eksklusif pada bayi di Indonesia.
Pelayanan Minimal (SPM). Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang
menargetkan pemberian ASI Eksklusif sebesar 80%. Namun permasalahan yang ada
adalah tidak tercapainya cakupan ASI Eksklusif pada periode tersebut yaitu 28%.
Bayi yang mendapatkan ASI Esklusif di Desa Sumber Agung III, Kecamatan Secang,
Dari hasil wawancara dengan bidan dan kader desa maka dapat diketahui
bahwa masih ada bayi < 4 bulan yang telah diberi MP-ASI, Hal ini disebabkan karena
tambahan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Maka perlu ditingkatkan
penyuluhan kepada ibu – ibu tentang pentingnya pemberian ASI esklusif dan
makanan pendamping ASI pada usia anak yang tepat dalam masa pertumbuhan anak
56
8.2. Saran
Bagi ibu- ibu yang belum memberikan ASI Eksklusif pada bayinya,
2. Bagi Puskesmas
ASI yang membantu produksi kelancaran ASI sejak lahir terutama bagi ibu-
ibu yang akan melahirkan pertama kali untuk meningkatkan pengetahuan ibu
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil tentang
gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga produksi ASI
cukup.
kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan
menyusui.
57
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001. Jakarta : 2001. Hal
249-54.
Bapelkes. 2000.
4. Dinkes Jawa Tengah. Profil Kesehatan Profinsi Jawa Tengah Tahun 2008. Available
at : http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/2008/profil2008.pdf
5. Sambutan Kepala Perwakilan WHO Indonesia Pada Pekan ASI Sedunia 2010.
Available at : http://gizi.net/download/pekanasi-2010.pdf
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/category/warta-gizi-kia/w201012
7. Depkes RI. Pedoman Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA), Jakarta;2009.
8. Depkes RI. Panduan Manajemen Laktasi : Dit. Gizi Masyarakat. Jakarta, 2001
11. Afifah D. N. 2007. Faktor Yang Berperan Dalam Kegagalan Praktik Pemberian ASI
Eksklusif. Semarang.
58
59