Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
LAPORAN KASUS
MIOMA UTERI
DISUSUN OLEH
PEMBIMBING :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ reproduksi
wanita. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh
faktor yang tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang sekali ditemukan sebelum usia
pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama
usia reproduktif. Faktor risiko mioma uteri antara lain usia penderita, hormon endogen,
riwayat keluarga, etnik, berat badan, diet, kehamilan dan paritas, dan kebiasaan
merokok. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih belum diketahui
pasti, namun telah diketahui bahwa hormon estrogen memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Bila terjadi perubahan pasokan darah selama
pertumbuhannya, maka mioma dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif.
Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin ditimbulkan sangat bervariasi,
seperti perut terasa penuh dan membesar, metroragia, nyeri panggul kronik, menoragia,
hingga infertilitas. Perdarahan hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi
utama histerektomi. Mioma dapat memberi komplikasi seperti perdarahan, degenerasi
ganas, dan torsi.1
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Alamat : Dusun Borong Tala, Gowa
Tanggal Pemeriksaan : 22 Agustus 2018
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluar darah dari jalan lahir dirasakan sejak 10 hari yang lalu. Darah
yang keluar berwarna merah, menggumpal, dan banyak sehingga pasien
mengaku mengganti pembalut sebanyak ± 7 kali per hari. Keluhan disertai
nyeri perut bagian bawah dan mengeluh adanya benjolan pada perut bagian
bawah. Sebelumnya pasien juga mengaku menstruasinya tidak berhenti. Sejak
1 tahun terakhir ini mengalami menstruasi selama 14 hari. HPHT 12 Agustus
2018.
3
3. Riwayat Penyakit Dahulu.
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa.
Tidak ada riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan
asma disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Riwayat Menstruasi
a. Menarke : usia 15 tahun.
b. Lama haid : 6 hari
c. Siklus haid : 28 hari
6. Riwayat Obstetri
Pasien mempunyai 2 orang anak. Anak pertama lahir pada tahun 2001
dengan berat badan lahir ±2600 gram, jenis kelamin laki-laki, lahir dengan
bantuan dokter. Anak kedua lahir pada tahun berat badan lahir ± 2700 gram.
jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan dokter.
7. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien memiliki riwayat KB suntik 12 minggu, terakhir kali 2 tahun
yang lalu
8. Riwayat Operasi
Disangkal pasien
9. Riwayat Kebiasaan Psikososial
Pasien tidak merokok dan minum alkohol
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
4
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 86 x/menit
Suhu : 35,7 º C
Frekuensi napas : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera tidak ikterik
Thoraks
2. Status Ginekologi
Abdomen : Teraba massa padat, kenyal, permukaan rata, mobile
ukuran 8 x 5 x 3 cm, Nyeri tekan (-)
Inspekulo : Vulva/Vagina tidak ada kelainan
Cervix normal, kemerahan, erosi (-)
Fluksus (+)
VT : Portio kenyal, licin
OUE/OUI : tertutup/tertutup
Uterus antefleksi
Adneksa parametrium ki-ka nyeri (-), massa (-)
Cavum douglasi tidak menonjol
Nyeri goyang (-)
Pelepasan darah (+)
5
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
HCT 28,4 35 – 55 % L
CT 11 10 – 15 Menit N
BT 3 <6 Menit N
AST/SGOT 28 5 – 37 µl H
ALT/SGPT 17 5 – 41 µl N
Urea 39 15 – 40 mg/dl N
6
2. USG Ginekologi :
- Uterus anteflexi
- Tampak massa hiperekoik intra uteri, ukuran 7,6 x 5,1 cm
- Endometrial Line (+)
- Kesan : Mioma Submukosa
E. RESUME
Seorang pasien datang dengan keluhan Keluar darah dari jalan lahir dirasakan
sejak 10 hari yang lalu. Darah yang keluar berwarna merah, menggumpal, dan
banyak sehingga pasien mengaku mengganti pembalut sebanyak ± 7 kali per hari.
Keluhan disertai nyeri perut bagian bawah dan mengeluh adanya benjolan pada
perut bagian bawah. Sebelumnya pasien juga mengaku menstruasinya tidak
berhenti. Sejak 1 tahun terakhir ini mengalami menstruasi selama 14 hari. HPHT
7
12 Agustus 2018. Riwayat penyakit dahulu (-), Hipertensi (-), DM (-). Riwayat
kontrasepsi (+) suntik 12 minggu terkahir 2 tahun lalu.
Pada pemeriksaan fisis ginekologi didapatkan teraba massa pada regio
abdomen dengan konsistensi padat, kenyal, permukaan rata, mobile, ukuran 8 x 5
x 3 cm. Pemeriksaan inspekulo didapatkan fluksus (+). Pemeriksaan dalam vagina
didapatkan portio kenyal licin, OUE/OUI tertutup, pelepasan darah (+).
Pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis dan anemia. Dan pada
pemeriksaan USG ginekologi didapatkan kesan mioma submukosa.
F. DIAGNOSIS
Mioma Uteri Submukosa
G. DIAGNOSIS BANDING
Hiperplasia Endometrium
H. PENATALAKSANAAN
Terapi Pre Operatif
- IVFD RL 28 tpm
- Siap PRC 2 bag
- Asam Traneksamat 3 x 500 mg
- Asam Mefenamat 3 x 500 mg
- Cefotaxime 1 gr/12 jam/IV
- Neurosanbe drips/24 jam
- Rencana Histerektomi Total
8
- Ketorolac 30 mg/8 jam/IV
- Asam Traneksamat 500 mg/8 jam/IV
I. TINDAKAN OPERATIF
Laporan Operasi
1. Antisepsi lapangan operasi dan sekitarnya.
2. Tutup permukaan tubuh dengan doek steril.
3. Insisi midline sampai cavum abdomen.
9
4. Tampk omentum menutup cavum abdomen, bebaskan.
5. Tampak uterus, permukaan licin, tidak bebenjol, bagian kiri dan kanan
melekan dengan tuba fallopi di ligamen rotundem kiri.
6. Tampak ovarium kiri, klem tuba kiri, gunting lalu jahit, klem ligamentum
rotundum kiri, gunting lalu jahit.
7. Hal yang sama dilakukan pada ovarium kanan.
8. Bebaskan plica vesikouterika.
9. Insisi uterus sampai bagian atas portio.
10. Bersihkan portio dengan kasa betadine.
11. Jahit portio secara kontinu interlok, control perdarahan.
12. Puncak vagina difiksasi di ligamentummrotundum kiri, tuba kiri,
ligamentum ovarii proprium kiri dan hal yang sama dilakukan disebelah
kanan.
13. Bilas cavum abdomen dengan NaCl o,9 %
14. Cek perdarahan.
15. Jahit dinding abdomen mulai dari peritoneum, otot, fascia secara kontinu.
16. Jahit subkutan secara jelujur.
17. Cek perdarahan
18. Operasi selesai.
J. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim dan jaringan ikat yang menyokongnya, sering juga disebut sebagai
fibromioma, leiomioma, fibroid.1,2
B. Epidemiologi
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi
oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9 kali lebih banyak
pada ras kulit berwarna hitam dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama 5
dekade terakhir, ditemukan 50% kasus mioma uteri terjadi pada ras kulit
berwarna hitam.1
Mioma uteri merupakan tumor pelvis yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Jarang sekali ditemukan pada wanita berumur 20 tahun dan
belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum menarche, paling banyak ditemukan
pada wanita berumur 35-45 tahun. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma masih tumbuh. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita
berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon
estrogen dibanding wanita kulit putih.3
C. Etiologi
Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma jarang
sekali ditemukan sebelum usia pubertas, sangat dipengaruhi oleh hormon
reproduksi, dan hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya
mioma terjadi di beberapa tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah
utama dalam penanganan mioma karena hanya tumor soliter dan tampak secara
11
makroskopik yang memungkinkan untuk ditangani dengan cara enukleasi.
Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm.1
Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi
penyebab mioma. Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor
pertumbuhan miomatosa. Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma
memang lebih tinggi dibandingkan dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih
rendah dibandingkan dengan di endometrium. Mioma tumbuh cepat saat
penderita hamil atau terpapar estrogen dan mengecil atau menghilang setelah
menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai penyeimbang estrogen
tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak konsisten.1
Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen pada kelinci percobaan
ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada
tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan
pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan
pula menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati
daripada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur,
bukan dari selaput otot yang matur.1
D. Faktor Risiko
1. Usia penderita
Wanita kebanyakannya didiagnosa dengan mioma uteri dalam
usia 40-an; tetapi masih tidak diketahui pasti apakah mioma uteri yang
terjadi adalah disebabkan peningkatan formasi atau peningkatan
pembesaran secara sekunder terhadap perubahan hormon pada waktu
usia begini. Faktor lain yang bisa mengganggu insidensi sebenar kasus
mioma uteri adalah karena dokter merekomendasi dan pasien menerima
rekomendasi tersebut untuk menjalani histerektomi hanya setelah
12
mereka sudah melepas usia melahirkan anak. Mioma belum pernah
dilaporkan terjadi sebelum menarke dan setelah menopause hanya 10%
mioma yang masih bertumbuh.4,5
2. Hormon Endogen
Mioma uteri sangat sedikit ditemukan pada spesimen yang
diambil dari hasil histerektomi wanita yang telah menopause,
diterangkan bahwa hormon esterogen endogen pada wanita-wanita
menopause pada kadar yang rendah atau sedikit. Awal menarke (usia di
bawah 10 tahun) dijumpai peningkatan resiko dan menarke lewat (usia
setelah 16 tahun) menurunkan resiko untuk menderita mioma uteri.4,6
3. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan
penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2.5 kali kemungkinan
risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa
garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang
mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali
lipat kekuatan ekspresi dari VEGF-α (a myoma-related growth factor)
dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat
keluarga penderita mioma uteri.4
4. Etnik
Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan sendiri oleh
pasien mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi
menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai
kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding
wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan
faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika
menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai
mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis.
Namun masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah karena
13
masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen,
metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walau
bagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val
genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,catechol-
O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita
Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita
dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini
menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma
uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi.4
5. Berat Badan
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan
risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan
10 kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan
yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan
lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan peningkatan
konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon
sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen
secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan
prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian
menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma
uteri.7
6. Diet
Ada studi yang mengaitkan dengan peningkatan terjadinya
mioma uteri dengan pemakanan seperti daging sapi atau daging merah
atau ham bisa meningkatkan insidensi mioma uteri dan sayuran hijau
bisa menurunkannya. Studi ini sangat sukar untuk diintepretasikan
kerana studi ini tidak menghitung nilai kalori dan pengambilan lemak
tetapi sekadar informasi sahaja dan juga tidak diketahui dengan pasti
14
apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubung dengan mioma
uteri.4
7. Kehamilan dan paritas
Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma
uteri. Mioma uteri menunjukkan karakteristik yang sama dengan
miometrium yang normal ketika kehamilan termasuk peningkatan
produksi extracellular matrix dan peningkatan ekspresi reseptor untuk
peptida dan hormon steroid. Miometrium postpartum kembali kepada
berat asal, aliran darah dan ukuran asal melalui proses apoptosis dan
diferensiasi. Proses remodeling ini berkemungkinan bertanggungjawab
dalam penurunan ukuran mioma uteri. Teori yang lain pula mengatakan
pembuluh darah di uterus kembali kepada keadaan atau ukuran asal
pada postpartum dan ini menyebabkan mioma uteri kekurangan suplai
darah dan kurangnya nutrisi untuk terus membesar. Didapati juga
kehamilan ketika usia midreproductive (25-29 tahun) memberikan
perlindungan terhadap pembesaran mioma.4,7
8. Kebiasaan merokok
Merokok dapat mengurangi insidensi mioma uteri. Banyak
faktor yang bisa menurunkan bioavalibiltas hormon estrogen pada
jaringan seperti : penurunan konversi androgen kepada estrogene
dengan penghambatan enzim aromatase oleh nikotin.4,8
E. Patofisiologi
Mioma uteri yang berasal dari sel otot polos miometrium, menurut teori
onkogenik maka patogenesa mioma uteri dibagi menjadi 2 faktor yaitu inisiator
dan promotor. Faktor-faktor yang menginisiasi pertumbuhan mioma masih
belum diketahui pasti. Dari penelitian menggunakan glucose-6-phosphatase
dihydrogenase diketahui bahwa mioma berasal dari jaringan uniseluler.
15
Transformasi neoplastik dari miometrium menjadi mioma melibatkan mutasi
somatik dari miometrium normal dan interaksi kompleks dari hormon steroid
seks dan growth factor lokal. Mutasi somatik ini merupakan peristiwa awal
dalam proses pertumbuhan tumor.8
Telah ditemukan banyak sekali mediator mioma uteri, seperti estrogen
growth factor, insulin growth factor-1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan
tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini
mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun
secara keseluruhan.9,10
Mioma terdiri dari reseptor estrogen dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dibanding dengan miometrium sekitarnya namun konsentrasinya lebih
rendah dibanding endometrium. Hormon progesteron meningkatkan aktivitas
mitotik dari mioma pada wanita muda namun mekanisme dan faktor
pertumbuhan yang terlibat tidak diketahui secara pasti. Progesteron
memungkinkan pembesaran tumor dengan cara down-regulation apoptosis dari
tumor. Estrogen berperan dalam pembesaran tumor dengan meningkatkan
produksi matriks ekstraseluler.8,9
Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi
jaringannya dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya
sehingga mudah dikupas (enukleasi). Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat,
kenyal, berdinding licin, dan apabila dibelah bagian dalamnya akan menonjol
keluar sehingga mengesankan bahwa permukaan luarnya adalah kapsul.1
F. Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat
berdasarkan lokasinya. Mioma submukosa menempati lapisan di bawah
endometrium dan menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada
vaskularisasi dan luas permukaan endometrium menyebabkan terjadinya
perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat
16
keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikan dalam menangani
mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga
risiko infeksi sangatlah tinggi. Mioma intramural atau interstisiel adalah
mioma yang berkembang di antara miometrium. Mioma subserosa adalah
mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat bertumbuh ke
arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit
omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.1
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma
submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma intraligamenter.
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).2,3
1. Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis
lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,
tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
17
gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat diketahui
dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi,
terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan
nama mioma geburt atau mioma yang di lahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa kasus, penderita
akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.1
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuklah semacam simpai yang mengelilingi tumor. Bila didalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai
bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang padat. Mioma yang
terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.1
3. Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada
permukaan uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh
diantara kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma
intraligamenter.1
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain,
misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan
diri dari uterus. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam
satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran
serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila
18
mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos
dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.1
G. Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah selama pertumbuhannya, maka
mioma dapat mengalami perubahan sekunder atau degeneratif sebagai berikut.
1. Degenerasi jinak.
2. Atrofi: ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah
persalinan atau menopause.
3. Hialin: terjadi pada mioma yang telah matang atau ‘tua’ di mana bagian
yang semula aktif tumbuh kemudian terhenti akibat kehilangan pasokan
nutrisi dan berubah warnanya menjadi kekuningan, melunak atau
melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda terjadinya degenerasi
hialin.
4. Kistik: setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut berlanjut dengan
cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya
kompresi atau tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan
keluarnya cairan kista ke kavum uteri, kavum peritoneum, atau
retroperitoneum.
5. Kalsifikasi: disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai
mioma subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang
dapat menyebabkan pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam
tumor.
6. Septik: defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis
di bagian tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai
dengan nyeri, kaku dinding perut, dan demam akut.
19
7. Kaneus: disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis
yang diikuti dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan
sehingga menyebabkan perubahan warna mioma. Degenerasi jenis ini,
seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan karena kecepatan
pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan
sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi
aseptik dan infark. Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan
menghilang sendiri (self limited). Terhadap kehamilannya sendiri, dapat
terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata intravaskuler.
8. Miksomatosa: disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses
degenerasi hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya
asimtomatik.
9. Degenerasi ganas.
10. Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0.1-
0.5% penderita mioma uteri.1
H. Gambaran Klinik
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala
klinik meliputi besarnya mioma, lokalisasi mioma, dan perubahan-perubahan
pada mioma. Walaupun seringkali asimtomatik, gejala yang mungkin
ditimbulkan sangat bervariasi, seperti perut terasa penuh dan membesar,
metroragia, nyeri panggul kronik, menoragia, hingga infertilitas. Perdarahan
hebat yang disebabkan oleh mioma merupakan indikasi utama histerektomi di
Amerika Serikat. Yang menyulitkan adalah anggapan klasik bahwa mioma
adalah asimtomatik karena hal ini seringkali menyebabkan gejala yang
ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium, atau usus) menjadi
terabaikan. Masalah lain terkait dengan asimtomatik mioma adalah
20
mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi atau
histerektomi sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.1
Gejala klinik hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir
sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam
uterusnya, terutama sekali pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita
sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai
keluhan penderita dapat berupa :
1. Perdarahan Abnormal Uterus
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan
hal ini terjadi pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat
terjadi anemia defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam
jumlah yang besar maka sulit untuk dikoreksi dengan suplementasi zat
besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh
hambatan pasokan darah endometrium, tekanan, dan bendungan
pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi
endometrium di atas tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan
trombosis vena dan nekrosis endometrium akibat tarikan dan infeksi
(vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium
serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, kompresi,
termasuk hipoksia lokal miometrium.1
Mekanisme perdarahan abnormal pada mioma uteri dirangkum sebagai berikut:
o Peningkatan ukuran permukaan endometrium
o Peningkatan vaskularisasi aliran vaskuler ke uterus
o Gangguan kontraktilitas uterus
o Ulserasi endometrium pada mioma submukosa
o Kompresi pada pleksus venosus di dalam miometrium
21
2. Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali
apabila kemudian terjadi gangguan vaskuler. Nyeri bisa terjadi saat
menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika terjadi penekanan
pada panggul. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi
akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa
dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut
dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang mengiritasi
selaput peritoneum (seperti peritonitis). Mioma yang besar dapat
menekan rektum sehingga menimbulkan sensasi untuk mengedan.
Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang menekan
persarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.1
3. Efek Penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan,
tetapi tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ
dengan mioma. Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan
terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi
saluran cerna, perlekatannya dengan omentum menyebabkan
strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret
serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan infertilitas. Bila
ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter, kandung
kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui
pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen, dan MRI. Abortus
spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma
terhadap kavum uteri.1
22
4. Gejala lainnya adalah:
a. Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan
saluran kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan
hidronefrosis (pembesaran ginjal).
b. Penekanan rektosigmoid yang mengakibatkan konstipasi atau
sumbatan usus.
c. Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala
nyeri hebat, luka, dan infeksi.
d. Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta
kemungkinan tromboflebitis sekunder karena penekanan rongga
panggul.1
23
gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba
bilateral. Dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus.
Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma
akibat perubahan histologi endometrium di mana terjadi atrofi karena
kompresi massa tumor.1,8
24
- Plasenta sukar lepas (retensio memerlukan pembedahan
plasenta) terutama pada mioma segera guna mengangkat
submukosa dengan intramural. sarang mioma. Namun,
- Menganggu proses involusi uterus pengangkatan sarang mioma
dalam masa nifas demikian itu jarang
- Jika letaknya dekat pada serviks, menyebabkan perdarahan.
dapat menghalangi kemajuan - Meskipun jarang, mioma yang
persalinan dan menghalangi jalan bertangkai dapat mengalami
lahir. torsi dengan gejala dan tanda
- Persalinan prematuritas. sindrom akut abdomen.
25
b. Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum
terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
4. Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.
5. Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, penanganan yang dilakukan:
a. Coba reposisi, kalau perlu dalam narkose.
b. Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan sectio cesarea dan
jangan lupa, tumor sekaligus diangkat.3,8
J. Diagnosis
1. Anamnesis
a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif
lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang
air besar.
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Dapat berupa pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan pelvik.
Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada
abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Konsistensi
padat, kenyal, mobil, permukaan tumor umumnya rata. Teraba massa
tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas. Pada pemeriksaan pelvis, serviks biasanya normal,
namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.
Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus
sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik
26
pada adneksa. Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan bimanual
didapatkan tumor tersebut menyatu dengan rahim atau mengisi kavum
Douglasi.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Dari pemeriksaan laboratorium, anemia merupakan akibat paling
sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang
banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma
menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan
polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit
ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang
menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.
b. Dapat dilakukan USG, untuk menentukan jenis tumor, lokasi
mioma, ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga
pelvis. Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan ataupun MRI,
tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi
uterus sebaik USG. Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang
karena USG tidak dapat membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa jaringan. Dalam sebagian
besar kasus, mioma mudah dikenali karena pola gemanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus membesar dan berbentuk tak
teratur.
c. Foto BNO/IVP, pemeriksaan ini penting untuk menilai massa di
rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histeroskopi untuk menilai pasien mioma
submukosa disertai dengan infertilitas.
e. Laparaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.3
27
4. Gambaran mikroskopik
Mioma uteri umumnya bersifat multipel, berlobus yang tidak
teratur maupun berbentuk sferis. Biasanya berbatas jelas dengan
miometrium sekitarnya, sehingga pada tindakan enukleasi mioma dapat
dilepaskan dengan mudah dari jaringan miometrium di sekitarnya. Pada
pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan
sekitarnya. Pada pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai sel-sel otot
polos panjang, yang membentuk bangunan yang khas sebagai
kumparan. Inti sel juga panjang dan bercampur dengan jaringan ikat.
Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral dengan
sitoplasma yang banyak mengelilinginya, berwarna lebih pucat
dibanding miometrium di sekelilingnya, halus, dan biasanya lebih keras
dibanding jaringan sekitar, dan terdapat pseudocapsule. Pada
pemotongan longitudinal inti sel memanjang, dan ditemukan adanya
mast cells diantara serabut miometrium sering diinterprestasi sebagai
sel tumor atau sel raksasa (giant cells).2
K. Diagnosis Banding
Pada mioma subserosa, diagnosa bandingnya adalah tumor ovarium
yang solid, atau kehamilan uterus gravidus. Sedangkan pada mioma
submucosum yang dilahirkan diagnosa bandingnya adalah inversio uteri.
Kemudian, pada mioma intramural, diagnosa bandingnya adalah adenomiosis,
khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau sarcoma uteri.8
J. Terapi
Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi
reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien
sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,
suplementasi zat esensial, ataupun transfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat
28
infeksi atau gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk
menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri
adalah miomektomi atau histerektomi. Pilihan pengobatan mioma tergantung
umur pasien, paritas, status kehamilan, keinginan untuk mendapatkan
keturunan lagi, keadaan umum dan gejala serta ukuran, lokasi serta jenis mioma
uteri itu sendiri.1
1. Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah
ataupun medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak
menimbulkan gangguan atau keluhan. Penanganan konservatif, bila
mioma yang kecil pada pra dan post menopause tanpa gejala. Cara
penanganan konservatif sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
- Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC.
- Pemberian zat besi.
- Obat-obatan simtomatik seperti antinyeri dan antiinflamasi.
- Penggunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari 1-
3 menstruasi setiap minggu sebanyak tiga kali. Obat ini
mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat
ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan keadaan
hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor
diobservasi dalam 12 minggu. Pengobatan GnRH agonis selama 12
minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH
agonis dihentikan mioma yang mengecil itu akan tumbuh kembali
di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih
29
mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi. Terapi
agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah
selama pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan
transfusi darah.
- Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat
progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak
mengurangi ukuran mioma uteri. Baru-baru ini, progestin dan
antiprogestin dilaporkan mempunyai efek terapeutik. Kehadiran
tumor dapat ditekan atau diperlambat dengan pemberian progestin
dan levonorgestrol intrauterin.8
2. Pengobatan operatif
Dilakukan penanganan operatif, bila:
- Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
- Pertumbuhan tumor cepat.
- Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
- Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
- Hipermenorea pada mioma submukosa.
- Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berupa :
- Enukleasi mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi
kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan
masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini
seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang
dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi
30
menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio
sesarea.8
- Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa
pengangkatan uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi
kemungkinan dapat hamil sekitar 30-50%. Tindakan miomektomi
dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan
laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding
abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan
melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang
lebih luas sehingga penanganan terhadap perdarahan yang mungkin
timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan
segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi
perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor
fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi
lebih lama, sekitar 4-6 minggu.8
Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap
mioma submukosum yang terletak pada kavum uteri. Keunggulan
tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2 hari.
Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul
perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan
perdarahan. Miomektomi juga dapat dilakukan dengan
menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar kavum
uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma
subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat
diangkat dengan tehnik ini. Keunggulan laparoskopi adalah masa
penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko yang terjadi
pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap
31
organ sekitar seperti usus, ovarium, rektum serta perdarahan.
Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan
prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin
mempertahankan fungsi reproduksinya.8
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians
and Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut:
Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas
tegas.
Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan
kehamilan dan keguguran yang berulang.
Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American
College of Obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American
Society of Reproductive Medicine (ASRM) :
a) Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi
konservatif
b) Sangkaan adanya keganasan
c) Pertumbuhan mioma pada masa menopause
d) Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri
maupun kerana oklusi tuba
e) Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu
f) Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus
urinarius
g) Anemia akibat perdarahan
- Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang
32
sudah bergejala. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang
umumnya adalah tindakan terpilih. Tindakan histerektomi pada
mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi
dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar
usia kehamilan 12-14 minggu.3,8
33
menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan
yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan
rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan
serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat
terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul
vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan
perdarahan paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.8
Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginam, dimana tindakan
operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Secara umum
histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur
operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat
minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut
bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik.
Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih
minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibanding
histerektomi abdominal.8
Histerektomi laparoskopi ada bermacam-macam tehnik. Tetapi
yang dijelaskan hanya 2 iaitu; histerektomi vaginal dengan bantuan
laparoskopi (laparoscopically assisted vaginal histerectomy/
LAVH) dan classic intrafascial serrated edged macromorcellated
hysterectomy (CISH) tanpa colpotomy. Pada LAVH dilakukan
dengan cara memisahkan adneksa dari dinding pelvik dengan
memotong mesosalfing kearah ligamentum kardinale dibagian
bawah, pemisahan pembuluh darah uterina dilakukan dari vagina.
CISH pula merupakan modifikasi dari STAH, di mana lapisan
dalam dari serviks dan uterus direseksi menggunakan morselator.
Dengan prosedur ini diharapkan dapat mempertahankan integritas
34
lantai pelvik dan mempertahankan aliran darah pada pelvik untuk
mencegah terjadinya prolapsus.
Keunggulan CISH adalah mengurangi resiko trauma pada ureter
dan kandung kemih, perdarahan yang lebih minimal,waktu operasi
yang lebih cepat, resiko infeksi yang lebih minimal dan masa
penyembuhan yang cepat. Jadi terapi mioma uteri yang terbaik
adalah melakukan histerektomi. Dari berbagai pendekatan,
prosedur histerektomi laparoskopi memiliki kelebihan karena masa
penyembuhan yang singkat dan angka morbiditas yang rendah
dibanding prosedur histerektomi abdominal.8
- Penanganan radioterapi
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad
risk patient).
Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
Bukan jenis submukosa.
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan
menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan
perdarahan.8
35
K. Komplikasi
36
gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang
dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai
leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.3
L. Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau
menembus endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan berikutnya.
Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien
dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.8
M. Pencegahan
1. Pencegahan primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan
buah.
2. Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan
penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok
yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan
pengawasan pemberian hormone estrogen dan progesteron dengan
memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil
kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh
karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.
3. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma
uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi.
37
Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan
pengobatan yang tepat. Beberapa penelitian menyebutkan penggunaan
GnRH agonis untuk mencegah terjadinya adhesi pascaoperasi.12
4. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita
melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah
berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui
penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan
gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang dilakukan
adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam
masa pemulihannya.
38
BAB III
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
10. Ciarmela P, Islam MS, Reis FM, Gray PC, Bloise E, Petraglia F, et al. Growth
factors and myometrium: biological effects in uterine fibroid and possible clinical
implications. Hum Reprod Update, 2011 Nov-Dec; 17(6): 772-90. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21788281.
11. Schwartz PE, Kelly MG. Malignant transformation of myomas: myth or reality?.
Obstet Gynecol Clin North Am, 2006 Mar; 33(1): 183-98. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16504815.
12. Schindler AE. Gonadotropin-releasing hormone agonists for prevention of
postoperative adhesions: an overview. Gynecol Endocrinol, 2004; 19(1): 51-55.
Available at:
http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1080/09513590410001725495.
41