Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi.Hal itu
disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang
(ekstrauterus) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan dengan
penyulit/komplikasi,tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya.
Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak
mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan
istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003).
Salah satu dari bayi resiko tinggi adalah bayi dengan sindroma gawat nafas(SGN/RDS). SDR
mungkin masih merpakan masalah paling umum dikamar bayi, terjadi pada 0,5 % - 1% dari seluruh
persalinan. Penyakit ini terjadi pada kira-kira 10% pada seluruh bayi premature dengan insiden terbesar
pada bayi-bayi yang memiliki berat badan < 1500 gr. Dilakukan intubasi khusus untuk pernapasan
bantuan diruang bayi, perjalanan klinis SDR yang khas mungkin tidak nyata. Sebenarnya, tanpa bukti
biokimia yang menunjukkan adanya defisiensi surfaktan, diagnosis klinis SDR pada bayi berat lahir
sangat rendah mungkin controversial, dan disarankan untuk menggunakan istilah istilah lain seperti
insufisiensi respirasi premature.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi resiko tinggi dapat
hidup dengan baik tanpa mengalami cacat. Hal ini terjadi jika ia dirawat diruang perawatan intensif
neonatus, dengan tenaga perawat yang memiliki spesialisasi keahlian di bidang tersebut. Hal inilah yang
melatarbelakangi penulis untuk mengangkat kasus ini.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian dari sindrom gawat nafas pada neonatus


2. Etiologi dari sindrom gawat nafas
3. Patofisiologi dari sindrom gawat nafas neonatus
4. Manifestasi klinis dari sindrom gawat nafas
5. Penatalaksanaan dari sindrom gawat nafas
1.3. TUJUAN PENULISAN

1. Agar dapat memahami pengertian dari sindrom gawat nafas


2. Agar dapat memahami penyebab dari sindrom gawat nafas
3. Agar dapat memahami patofisiologi dari sindrom gawat nafas
4. Agar dapat memahami gejala klinis dari sindrom gawat nafas
5. Agar dapat memahami bagaimana penatalaksanaan sindrom gawat nafas

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 SINDROM GAWAT NAFAS (SGN)

Sindrom Gawat Nafas (Respirasi Distress Syndrom) adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnu
atau hipernu, dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60x / menit, sianosis, rintihan dan ekspirasi dan
kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi. (arief dan wenny, 2009)
Kegawatan pernpasan adalah keadaan kekurangan oksigen dalam jangka waktu realtif lam sehingga
mengaktifakan metabolism anaerob yang menghasilkan asam laktat. Selanjutnya dapat terjadi deprei
pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang bahkan dapat menyebabkan kematian
(Yu dan Monintja, 1997)
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat(dyspnea
), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapioksigen, penurunan daya
pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanyahyaline membran pada saat otopsi.
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerosakan paru secaralangsung dan
tidak langsung, kerosakan paru ringan sampai sedang atau kerosakan yang beratdan adanya disfungsi
organ non pulmonar.

2.2 ETIOLOGI

Towel dalam jumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab kegagalan pernapasan pada neonatus yang
terdiri dar factor ibu , factor plasenta, factor janin, factor persalinan.
 Factor Ibu : hipoksia, usia ibu < 20 th atau > 35 th , gravida > 4, social ekonomi rendah, hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus.
 Factor plasenta : solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
mampu menempel pada tempatnya.
 Factor janin/neonatus : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir , gamelli, premature , kelainan congenital pada neonatus.
 Factor persalinan : partus lama, partus dengan tindakan.
 Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease(HMD), Transient Tachypnoe of the
Newborn(TTN), Infeksi(Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, hip-ertensi pulmonal,kelainan
kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome), PleuralEffusion,
kelumpuhan saraf frenikus, dll. Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan
metabolik, darah dan SSP

2.3 PATOFISIOLOGI

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih
lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus
sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis
respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara
makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati.Oleh sebab itu
paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus
alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.Dengan adanya atelektasis
yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan
pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam
setelah lahir.

Hipoksia akan menyebabkan terjadinya


1) Oksigenasi jaringan menurun, metabolism denagn anaerobic dengan penimbunan asam laktat asam
organic, asidosis metabolik.
2) Asidosis dan ateletaksis akan menyebabkan terganggunya jantung, penurunan aliran darah ke paru dan
mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan.

2.4 MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala awal :

 Timbul setelah 6-8 jam setelah lahir


 Kesulitan dalam bernafas
 Terdapat dengkingan / rintihan pada saat ekspirasi
 Retraksi otot dada
 Terdapat pernapasan cuping hidung
 Sianosis di mulut dan ujung jari
 Respirasi cepat > 60 x / i
 Edema ekstremitas
 Takikardia (170 x / menit)

2.5 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan seorang bidan dalam menangani bayi baru lahir dengan sindrom
gawat nafas adalah :
 Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lender dan kassa steril
 Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kain hangat
 Atur posisi bayi, dengan kepala bayi ekstensi
 Apabila terjadi apnu lakukan nafas buatan mouth to mouth
 Longgarkan pakaian bayi , jelaskan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk kerumah sakit.

Terapi yang dapat diberikan pada bayi yang mengalami sindrom gawat nafas

 Pengawasan suhu
 Pengukuran pH
 Pantau tekanan darah
 Pertahankan pH darah agar tetap normal
 Terapi surfaktan
 Berikan glkukosa secara IV sebesar 60ml/kg pada hari pertama
 Pemberian oksigen yang diawasi
 Terus pantau TTV
 Pengukuran kadar gula darah hematokrit
 Lakukan tranfusi jika hematokrit < 40
 Dokumentasi teliti
 Lakukan kultur darah
 Laukakn prosedur rutin seperti penghisapan, pemegangan, dan auskultasi
BAB III

TINJAUAN KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI BARU LAHIR

HARI/TANGGAL PENGKAJIAN : Jum’at, 14 Februari 2014

WAKTU : 10.30

TEMPAT BERSALIN : RSUD Mattaher

I. LANGKAH 1: PENGKAJIAN /PENGUMPULAN DATA


A. DATA SUBJEKTIF

1.Identitas bayi
a. Nama bayi : By. Ny. Rianti
Tgl/jam/lahir : Kamis, 13 Februari 2014 / 23.30 wib
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : 5 (lima)
b. Identitas orang tua
Nama ibu : Ny.Rianti Nama suami : Tn. Doni
Umur : 37 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Raden wijaya 23 Alamat : Jl. Raden wijaya 23
Jambi Jambi

2. Anamnesa
eluhan utama :Ibu mengatakan bayi lahir sebelum waktunya
b. Riwayat persalinan
 Ibu dengan G P A H : G 5. P 3. A 1. H 3.
 Persalinan ditolong oleh : dokter
 Jenis persalinan : normal
 Tempat persalinan : Rumah Sakit
 Lama persalinan :
Kala 1 : 8 jam
Kala 2 : 1 jam 15 menit
Kala 3 : 15 menit
Kala 4 : 2 jam

c. Riwayat penyakit kehamilan

 Perdarahan : tidak ada


 Preeklamsia : tidak ada
 Eklamsi : tidak ada
 Penyakit kelamin : tidak ada
 Diabetes militus : tidak ada
 Hepatitis : tidak ada
 Lain-lain : tidak ada

d. Kebiasaan sewakru hamil

 Makan : 3 x sehari
 Obat obatan : tidak ada
 Jamu : tidak ada

e. Keadaan bayi baru lahir

APGAR SCORE. Menit : ke 1 Menit: ke 6

TANDA 0 1 2 JUMLAH
MENIT 1 Frekuensi [ ] tidak [√] 100x/i [ ] 100x/i 4
Jantung ada [√] lambat [ ]
Usaha [ ] tidak tidak menang-
Bernapas ada teratur Is kuat
Refleks [ ] lumpuh [] eks. [ ] gerakan
Warna [ ] tidak Felksi aktif
ada sedikit [ ] batuk
[ ] tidak [√] gerakan /bersin
ada sedikit [ ]
[√] tubuh kemera-
kemerahan, han
tangan dan
kaki biru
Menit 5 Frekuensi [ ] tidak [√] 100x/i [ ] 100x/i 6
Jantung ada [√] lambat [ ]
Usaha [ ] tidak tidak menang-
Bernafas ada teratur Is kuat
Tonus otot [ ] lumpuh [ ] eks. [ ] gerakan
Refleks [ ] tidak Felksi aktif
Warna ada sedikit [√] batuk
[ ] tidak [√] gerakan /bersin
ada sedikit [ ]
[√] tubuh kemera-
kemerahan, han
tangan dan
kaki biru

f. Resusitasi
 Pengisapan lendir : ada
 Ambu : ada
 Masage jantung : tidak ada
 Intubasi endrotraheal : tidak ada
 Oksigen : ada
 Terapi : ada

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Pernapasan : 65 x / menit
c. HR/nadi : 170 x / menit
d. Suhu : 35,8 o c
2. Antropometri
a. Berat badan : 2100 gr
b. Panjang badan : 44 cm
c. Lingkar kepala : 29 cm
d. Lingkar dada : 27 cm
e. Lingkar lengan atas : 7 cm
3. Refleks
a. Moro : tidak ada
b. Rooting : tidak ada
c. Graphs : ada (lemah)
d. Sucking : ada (lemah)
e. Tonick neck : tidak ada
f. Walking : tidak ada
4. Eliminasi
a. Miksi : ada
b. Mekonium : ada
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
 Simetris : ya
 Ubun ubun besar : mendatar
 Ubun ubun kecil :normal
 Caput : tidak ada
 Sephalohematoma : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
b. Mata
 Simetris : ya
 Kelainan : tidak ada
 Pendarahan : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
c. Hidung
 Lubang : ada
 Cuping hidung : ada
 Cairan/pengeluaran : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
d. Mulut
 Bibir : pucat
 Palatum : ada
 Gusi : merah muda
 Kelainan : tidak ada
e. Telinga
 Simetris : ya
 Pengeluaran : tidak ada
 Lubang : ada
 Daun telinga : ada
 Kelainan : tidak ada
f. Leher
 Pembengkakan : tidak ada
 Kelainan : tidak ada
g. Dada
 Simetris : ya
 Bunyi napas : ronkhi (mendengik /rintih)
 Bunyi jantung : normal
 Kelainan : tidak ada
h. Perut
 Bentuk : bulat
 Tali pusat : bersih dan tidak basah
 Pengeluaran : tidak ada
 Pembuluh darah : normal
 Kelainan : tidak ada
i. Punggung
 Bentuk : normal
 Kelainan : tidak ada
j. Kulit
 Warna : pucat
 Turgor : kurang
 Lanugo : ada banyak
 Vernik caseosa : ada
k. Ekstremitas
 Jari-jari : lengkap
 Gerakan : lemah
 Kelainan : tidak ada
l. Genetalia
Pria
 Skrotum :testis belum turun ke skrotum
 Penis : ada
 Lubang penis :ada

Wanita

 Labia minora :
 Vagina :
 Kelainan :
m. Anus
 Lubang anus : ada
 Kelainan : tidak ada

II. IDENTIFIKASI DATA DASAR

Dx : Bayi Ny. Rianti usia 1 hari dengan syndrome gawat nafas


Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan bayi laki-laki tanggal 06-11-2007 dengan UK 32-33 minggu, BBL
2400 gr, PB 49 cm.
Do : Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
LK : 32 cm
UK : 32-33 minggu
Suhu : 36,5 0C
A-S : 4-6
a. Inspeksi
Kepala : Relatif besar, rambut lanugo banyak
Dada : Tidak ada retraksi pada dada, tidak ada kelainan payudara
Abdomen : Perut lebih kecil dari kepala, tipis transparan, lemak kurang
ekstremitas : Kulit tipis transparan, abduksi flexi lurus, lanugo banyak

Masalah : gangguan pemenuhan kebutuhan O2

Kebutuhan : pemenuhan nutrisi dan oksigen yang adekuat

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL

- Hipotermia
- Asfiksia
- Hipoglikemia
- Hipoksia

IV. TINDAKAN SEGERA

- Jaga suhu tubuh tetap hangat dalam inkubator


- Pemberian ASI yang adekuat.

V. PERENCANAAN
1. Lakukan pendekatan terapeutik dan beritahukan pada keluarga mengenai kondisi bayi saat ini dan hasil
pemeriksaan.

R / agar terjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga sehingga memungkinkan klien menjadi
lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi

R / mencegah transmisi kuman yang dapat memperburuk kesehatan bayi karena sistem imun bayi masih
lemah.

3. Jaga kehangatan tubuh bayi

R / menghindari hipotermi

4. Lakukan pemeriksaan bayi dan observasi TTV

R / mengetahui perkembangan kesehatan bayi

5. Berikan O sesuai dengan indikasi

R / Memenuhi kebutuhan O dan mencegah hipoksia.

6. Posisikan kepala bayi dengan kepala ekstensi

R/ Membuka jalan nafas untuk memperlancar aliran O dan CO

7. Berikan ASI / PASI personde

R/ Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi bayi.

8. Jaga hygiene tubuh bayi dan lingkungan sekitar

R/ Menghindari transmisi kuman dan memberi rasa aman pada bayi.

9. Kolaborasi dengan dokter Sp.A dalam pemberian terapi.


VI. PELAKSANAAN

1. Melakukan pendekatan terapputik pada keluarga dengan cara :

- Memperkenalkan diri kepada keluarga bayi sebagai tenaga kesehatan yang akan merawat bayinya.

- Memanggil bayi dengan nama ibunya.

- Mendengarkan secara aktif kehendak serta keluhan – keluhan yang disampaikan oleh orang / keluarga
bayi.

- Menanggapi pertanyaan serta kekhawatirannya keluarga bayi.

2. Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi menggunakan air mengalir,sabun kemudian
mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.

3. Menjaga kehangatan bayi pada inkubator pada suhu 34 -35 .

4. Melakukan pemeriksaan pada bayi secara head to toe serta mengobservasi

5. Mengganti popok dan baju bayi setiap kali basah atau kotor serta memastikan bahwa inkubator bayi
dalam keadaan bersih.

6. Memposisikan kepala bayi ekstensi dengan cara mengganjal bahu dengan kain / handuk.

7. Memberikan ASI / PASI personde 1 cc / 1 jam.

8. Memastikan bahwa asupan oksigen terpenuhi dan sesuai dengan advice dokter (1 – 2 lpm).

9. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam pemberian terapi.

VII. EVALUASI
S:-
O : K/U : cukup, menangis keras
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,5 0C
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
A : Bayi Ny Rianti usia 2 hari gawat nafas , prematur
P : Intervensi dilanjutkan
BB bertambah
Observasi TTV

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi
didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi.
Etiologinya:
Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease(HMD), Transient Tachypnoe of the
Newborn(TTN), Infeksi(Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, hip-ertensi pulmonal,kelainan
kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome), PleuralEffusion,
kelumpuhan saraf frenikus, dll
Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP
Manifestasi klinisnya Takhipneu (> 60 kali/menit), Pernafasan dangkal, Mendengkur, Sianosis,Pucat,
Kelelahan, Apneu dan pernafasan tidak teratur, Penurunan suhu tubuh, Retraksisuprasternal dan
substernal, Pernafasan cuping hidung.

Penatalaksanaan meliputi :
1)Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekwat.

2)Mempertahankan keseimbangan asam basa.


3)Mempertahankan suhu lingkungan netral.
4)Mempertahankan perfusi jaringan adekwat.
5)Mencegah hipotermia.
6)Mempertahankan cairan dan elektrolit adekwat.

4.2 SARAN

Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan pengkajian yang lebih
lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan asuhan yangkompeten bagi
pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses
pembelajaran di lapangan.- Bagi Institusi PendidikanDiharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin
dari pendidik lapangan dalam membimbingmahasiswa di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan
dan keperawatan bagi pasiensehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah
diperolehnya.- Bagi pasien dan keluarga Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan
yang telah diberikan baik berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya

Vous aimerez peut-être aussi