Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak menyenangkan bagi bayi.Hal itu
disebabkan oleh lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang
(ekstrauterus) yang sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan dengan
penyulit/komplikasi,tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi lebih sulit untuk dilaluinya.
Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak
mampu melanjutkan kehidupan ke fase berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang disebut dengan
istilah bayi resiko tinggi.(surasmi,dkk.2003).
Salah satu dari bayi resiko tinggi adalah bayi dengan sindroma gawat nafas(SGN/RDS). SDR
mungkin masih merpakan masalah paling umum dikamar bayi, terjadi pada 0,5 % - 1% dari seluruh
persalinan. Penyakit ini terjadi pada kira-kira 10% pada seluruh bayi premature dengan insiden terbesar
pada bayi-bayi yang memiliki berat badan < 1500 gr. Dilakukan intubasi khusus untuk pernapasan
bantuan diruang bayi, perjalanan klinis SDR yang khas mungkin tidak nyata. Sebenarnya, tanpa bukti
biokimia yang menunjukkan adanya defisiensi surfaktan, diagnosis klinis SDR pada bayi berat lahir
sangat rendah mungkin controversial, dan disarankan untuk menggunakan istilah istilah lain seperti
insufisiensi respirasi premature.
Namun seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bayi resiko tinggi dapat
hidup dengan baik tanpa mengalami cacat. Hal ini terjadi jika ia dirawat diruang perawatan intensif
neonatus, dengan tenaga perawat yang memiliki spesialisasi keahlian di bidang tersebut. Hal inilah yang
melatarbelakangi penulis untuk mengangkat kasus ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Sindrom Gawat Nafas (Respirasi Distress Syndrom) adalah kumpulan gejala yang terdiri dari dispnu
atau hipernu, dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60x / menit, sianosis, rintihan dan ekspirasi dan
kelainan otot-otot pernapasan pada inspirasi. (arief dan wenny, 2009)
Kegawatan pernpasan adalah keadaan kekurangan oksigen dalam jangka waktu realtif lam sehingga
mengaktifakan metabolism anaerob yang menghasilkan asam laktat. Selanjutnya dapat terjadi deprei
pernapasan yang dimanifestasikan dengan apneu yang memanjang bahkan dapat menyebabkan kematian
(Yu dan Monintja, 1997)
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat(dyspnea
), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapioksigen, penurunan daya
pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya
atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanyahyaline membran pada saat otopsi.
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerosakan paru secaralangsung dan
tidak langsung, kerosakan paru ringan sampai sedang atau kerosakan yang beratdan adanya disfungsi
organ non pulmonar.
2.2 ETIOLOGI
Towel dalam jumiarni, dkk (1995) menggolongkan penyebab kegagalan pernapasan pada neonatus yang
terdiri dar factor ibu , factor plasenta, factor janin, factor persalinan.
Factor Ibu : hipoksia, usia ibu < 20 th atau > 35 th , gravida > 4, social ekonomi rendah, hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus.
Factor plasenta : solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
mampu menempel pada tempatnya.
Factor janin/neonatus : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir , gamelli, premature , kelainan congenital pada neonatus.
Factor persalinan : partus lama, partus dengan tindakan.
Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease(HMD), Transient Tachypnoe of the
Newborn(TTN), Infeksi(Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, hip-ertensi pulmonal,kelainan
kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome), PleuralEffusion,
kelumpuhan saraf frenikus, dll. Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan
metabolik, darah dan SSP
2.3 PATOFISIOLOGI
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih
kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih
lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus
sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting
intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis
respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang. Secara
makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati.Oleh sebab itu
paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya
atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti
dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus
alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini.Dengan adanya atelektasis
yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan
pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi
matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu
setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam
setelah lahir.
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan seorang bidan dalam menangani bayi baru lahir dengan sindrom
gawat nafas adalah :
Bersihkan jalan nafas dengan menggunakan penghisap lender dan kassa steril
Pertahankan suhu tubuh bayi dengan membungkus bayi dengan kain hangat
Atur posisi bayi, dengan kepala bayi ekstensi
Apabila terjadi apnu lakukan nafas buatan mouth to mouth
Longgarkan pakaian bayi , jelaskan pada keluarga bahwa bayi harus dirujuk kerumah sakit.
Terapi yang dapat diberikan pada bayi yang mengalami sindrom gawat nafas
Pengawasan suhu
Pengukuran pH
Pantau tekanan darah
Pertahankan pH darah agar tetap normal
Terapi surfaktan
Berikan glkukosa secara IV sebesar 60ml/kg pada hari pertama
Pemberian oksigen yang diawasi
Terus pantau TTV
Pengukuran kadar gula darah hematokrit
Lakukan tranfusi jika hematokrit < 40
Dokumentasi teliti
Lakukan kultur darah
Laukakn prosedur rutin seperti penghisapan, pemegangan, dan auskultasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
WAKTU : 10.30
1.Identitas bayi
a. Nama bayi : By. Ny. Rianti
Tgl/jam/lahir : Kamis, 13 Februari 2014 / 23.30 wib
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : 5 (lima)
b. Identitas orang tua
Nama ibu : Ny.Rianti Nama suami : Tn. Doni
Umur : 37 th Umur : 40 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Raden wijaya 23 Alamat : Jl. Raden wijaya 23
Jambi Jambi
2. Anamnesa
eluhan utama :Ibu mengatakan bayi lahir sebelum waktunya
b. Riwayat persalinan
Ibu dengan G P A H : G 5. P 3. A 1. H 3.
Persalinan ditolong oleh : dokter
Jenis persalinan : normal
Tempat persalinan : Rumah Sakit
Lama persalinan :
Kala 1 : 8 jam
Kala 2 : 1 jam 15 menit
Kala 3 : 15 menit
Kala 4 : 2 jam
Makan : 3 x sehari
Obat obatan : tidak ada
Jamu : tidak ada
TANDA 0 1 2 JUMLAH
MENIT 1 Frekuensi [ ] tidak [√] 100x/i [ ] 100x/i 4
Jantung ada [√] lambat [ ]
Usaha [ ] tidak tidak menang-
Bernapas ada teratur Is kuat
Refleks [ ] lumpuh [] eks. [ ] gerakan
Warna [ ] tidak Felksi aktif
ada sedikit [ ] batuk
[ ] tidak [√] gerakan /bersin
ada sedikit [ ]
[√] tubuh kemera-
kemerahan, han
tangan dan
kaki biru
Menit 5 Frekuensi [ ] tidak [√] 100x/i [ ] 100x/i 6
Jantung ada [√] lambat [ ]
Usaha [ ] tidak tidak menang-
Bernafas ada teratur Is kuat
Tonus otot [ ] lumpuh [ ] eks. [ ] gerakan
Refleks [ ] tidak Felksi aktif
Warna ada sedikit [√] batuk
[ ] tidak [√] gerakan /bersin
ada sedikit [ ]
[√] tubuh kemera-
kemerahan, han
tangan dan
kaki biru
f. Resusitasi
Pengisapan lendir : ada
Ambu : ada
Masage jantung : tidak ada
Intubasi endrotraheal : tidak ada
Oksigen : ada
Terapi : ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : lemah
b. Pernapasan : 65 x / menit
c. HR/nadi : 170 x / menit
d. Suhu : 35,8 o c
2. Antropometri
a. Berat badan : 2100 gr
b. Panjang badan : 44 cm
c. Lingkar kepala : 29 cm
d. Lingkar dada : 27 cm
e. Lingkar lengan atas : 7 cm
3. Refleks
a. Moro : tidak ada
b. Rooting : tidak ada
c. Graphs : ada (lemah)
d. Sucking : ada (lemah)
e. Tonick neck : tidak ada
f. Walking : tidak ada
4. Eliminasi
a. Miksi : ada
b. Mekonium : ada
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Simetris : ya
Ubun ubun besar : mendatar
Ubun ubun kecil :normal
Caput : tidak ada
Sephalohematoma : tidak ada
Kelainan : tidak ada
b. Mata
Simetris : ya
Kelainan : tidak ada
Pendarahan : tidak ada
Kelainan : tidak ada
c. Hidung
Lubang : ada
Cuping hidung : ada
Cairan/pengeluaran : tidak ada
Kelainan : tidak ada
d. Mulut
Bibir : pucat
Palatum : ada
Gusi : merah muda
Kelainan : tidak ada
e. Telinga
Simetris : ya
Pengeluaran : tidak ada
Lubang : ada
Daun telinga : ada
Kelainan : tidak ada
f. Leher
Pembengkakan : tidak ada
Kelainan : tidak ada
g. Dada
Simetris : ya
Bunyi napas : ronkhi (mendengik /rintih)
Bunyi jantung : normal
Kelainan : tidak ada
h. Perut
Bentuk : bulat
Tali pusat : bersih dan tidak basah
Pengeluaran : tidak ada
Pembuluh darah : normal
Kelainan : tidak ada
i. Punggung
Bentuk : normal
Kelainan : tidak ada
j. Kulit
Warna : pucat
Turgor : kurang
Lanugo : ada banyak
Vernik caseosa : ada
k. Ekstremitas
Jari-jari : lengkap
Gerakan : lemah
Kelainan : tidak ada
l. Genetalia
Pria
Skrotum :testis belum turun ke skrotum
Penis : ada
Lubang penis :ada
Wanita
Labia minora :
Vagina :
Kelainan :
m. Anus
Lubang anus : ada
Kelainan : tidak ada
- Hipotermia
- Asfiksia
- Hipoglikemia
- Hipoksia
V. PERENCANAAN
1. Lakukan pendekatan terapeutik dan beritahukan pada keluarga mengenai kondisi bayi saat ini dan hasil
pemeriksaan.
R / agar terjalin hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga sehingga memungkinkan klien menjadi
lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan.
R / mencegah transmisi kuman yang dapat memperburuk kesehatan bayi karena sistem imun bayi masih
lemah.
R / menghindari hipotermi
- Memperkenalkan diri kepada keluarga bayi sebagai tenaga kesehatan yang akan merawat bayinya.
- Mendengarkan secara aktif kehendak serta keluhan – keluhan yang disampaikan oleh orang / keluarga
bayi.
2. Mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi menggunakan air mengalir,sabun kemudian
mengeringkan dengan handuk kering dan bersih.
5. Mengganti popok dan baju bayi setiap kali basah atau kotor serta memastikan bahwa inkubator bayi
dalam keadaan bersih.
6. Memposisikan kepala bayi ekstensi dengan cara mengganjal bahu dengan kain / handuk.
8. Memastikan bahwa asupan oksigen terpenuhi dan sesuai dengan advice dokter (1 – 2 lpm).
VII. EVALUASI
S:-
O : K/U : cukup, menangis keras
Kesadaran : composmentis
Suhu : 36,5 0C
HR : 130 x/menit
RR : 50 x/menit
BB : 2400 gram
A : Bayi Ny Rianti usia 2 hari gawat nafas , prematur
P : Intervensi dilanjutkan
BB bertambah
Observasi TTV
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea
atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi
didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi.
Etiologinya:
Gangguan traktus respiratorius: Hyaline Membrane Disease(HMD), Transient Tachypnoe of the
Newborn(TTN), Infeksi(Pneumonia), Sindroma Aspirasi, Hipoplasia Paru, hip-ertensi pulmonal,kelainan
kongenital(Choanal Atresia, Hernia Diafragmatika, Pierre- robin syndrome), PleuralEffusion,
kelumpuhan saraf frenikus, dll
Luar traktus respiratoris: kelainan jantung kongenital, kelainan metabolik, darah dan SSP
Manifestasi klinisnya Takhipneu (> 60 kali/menit), Pernafasan dangkal, Mendengkur, Sianosis,Pucat,
Kelelahan, Apneu dan pernafasan tidak teratur, Penurunan suhu tubuh, Retraksisuprasternal dan
substernal, Pernafasan cuping hidung.
Penatalaksanaan meliputi :
1)Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekwat.
4.2 SARAN
Dalam penetapan manajemen kebidanan diharapkan mahasiswa dapat melakukan pengkajian yang lebih
lengkap untuk mendapatkan hasil yang optimal dan mampu memberikan asuhan yangkompeten bagi
pasien. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yangdiperolehnya selama proses
pembelajaran di lapangan.- Bagi Institusi PendidikanDiharapkan bimbingan yang seoptimal mungkin
dari pendidik lapangan dalam membimbingmahasiswa di lapangan dalam memberikan asuhan kebidanan
dan keperawatan bagi pasiensehingga mahasiswa dapat mengevaluasikan teori dan praktek yang telah
diperolehnya.- Bagi pasien dan keluarga Diharapkan kepada klien agar menerapkan asuhan kebidanan
yang telah diberikan baik berupatindakan pencegahan maupun dalam pelaksanaannya