Vous êtes sur la page 1sur 22

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH KRISIS
Dosen : Suryagustina, S.Kep Ns

YAYASAN EKA HARAP

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Masalah Krisis tepat pada waktu yang diberikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
mempercayakan tugas ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah
ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah penulis ini.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat di manfaatkan sebagaimana
mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................ i


Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Tujuan penulisan ........................................................................................ 1
1.3. Metode penulisan ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ................................................................................................. 3
2.2. Periode terjadinya krisis ............................................................................. 3
2.3. Tipe krisis................................................................................................... 5
2.4. Psikodinamika krisis. ................................................................................. 7
2.5. Faktor kesinambangan.................................................................................7
2.6. Asuhan keperawatan yaitu pengkajian. ...................................................... 9
2.7. Diagnosa keperawatan. .............................................................................. 11
2.8. Intervensi keperawatan. ............................................................................. 12
2.9. Evaluasi. ..................................................................................................... 13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian .................................................................................................. 14
3.2. Masalah keperawatan. ................................................................................ 15
3.3. Diagnosa keperawatan.. ............................................................................. 15
3.4. Intervensi keperawatan. ............................................................................. 16
3.5. Evaluasi . .................................................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan. ................................................................................................... 18
4.2 saran. .......................................................................................................... 18
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dalam kehidupan, manusia harus mengatasi masalah terus menerus untuk
menjaga keseimbangan atau balance antara stress dan mekanisme koping. Jika hal
ini tidak bisa seimbang maka akan bisa terjadi kondisi KRISIS. Krisis merupakan
bagian dari kehidupan yang dapat terjadi dalam bentuk yang berbeda – beda,
dengan penyebab yang berbeda, dan bisa eksternal atau internal.
Dalam ilmu keperawatan jiwa masalah krisis yang dimaksud yaitu suatu
kejadian atau peristiwa yang terjadi secara tiba – tiba dalam kehidupan seseorang
yang mengganggu keseimbangan selama mekanisme koping individu tersebut
tidak dapat memecahkan masalah. Mekanisme koping yang biasa digunakan
individu sudah tidak efektif lagi untuk mengatasi ancaman dan individu tersebut
mengalami suatu keadaan tidak seimbang disertai peningkatan ansietas. Ancaman
atau peristiwa pemicu, biasanya dapat di identifikasikan.
Krisis mempunya keterbatasan waktu dan konflik berat yang ditunjukkan
menyebabkan peningkatan ansietas. Konflik berat yang ditunjukkan dapat
merupakan perode peningkatan kerentanan yang dapat menstimulasi pertumbuhan
personal. Konsep krisis di asosisasikan dengan respon potensi yang adaptif, dan
basanya tidak berkaitan dengan sakit, disisi lain konsep stress sering di hubungkan
dengan konotasi negatif atau resko tinggi untuk sakit.
Dalam hal ini intervensi krisis merupakan pendekatan yang relatif baru
dalam mencegah gangguan jiwa dengan fokus pada penemuan kasus secara dini
dan mencegah dampak lebih jauh dari stress, hal ini dilaksanakan dengan kerja
sama dan interdisiplin dalam mencegah dan meningkatkan kesehatan mental.
1.2. TUJUAN PENULISAN
 TujuanUmum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Jiwa pada semester
IV, dan di harapkan bagi mahasiswa agar mampu memahami tentang
gangguan psikososial yaitu masalah krisis dan dapat membuat asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah krisis.

1
 Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan
keperawatan pada masalah krisis
b) Mahasiswa mampu menjelaskan proses gangguan psikososial masalah
krisis.
c) Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan masalah
krisis

1.3. METODE PENULISAN


Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku
perpustakaan dan internet, kemudian diskusi kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI MASALAH KRISIS

2.1 PENGERTIAN
Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan
internal yang di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang
dirasakan pada diri individu.( Iyus Yosep, 2007, hal.263 )
Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan
internal yang merupakan hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman
terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis yaitu suatu kondisi individu tak
mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai.
Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang merupakan
hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan
Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113 ).
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya
tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.( Keperawatan
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004, hal.279).
Berdasarkan pengertian – pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis
tersebut merupakan suatu gangguan internal yang mempengaruhi keseimbangan
psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang menegangkan atau
mengancam terhadap individu tersebut

2.2 PRIODE TERJADINYA KRISIS

1. Pra krisis : Individu dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi


kebutuhan. Individu memiliki keseimbangan social.

2. Krisis : Individu mengalami ancaman atau bahaya disorganisasi dan


ketidakseimbangan. Individu mencoba menangani krisis dengan berbagai
THYcara yang dimiliki atau dengan bantuan orang lain. Individu memiliki

3
pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme
koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala (tabel 2-1).

3. Post Krisis : Resolusi krisis atau penyelesaian krisis dapat menghasilkan :

a) Sama dengan sebelum krisis, hasil pemecahan masalah efektif.


b) Lebih dari pada sebelum krisis, Individu menemukan sumber dan cara
penanganan yang baru
c) Lebih rendah dari sebelum krisis, ke maladaptif ( terjadi depresi,
Curiga )

 Keluhan somatik ( mis. Sakit kepala, gejala


gastrointestinal, rasa sakit )
 Ganguan nafsu makan ( mis. Peningkatan atau
Gejala Fisik
penurunan berat badan yang signifikan )
 Gangguan tidur ( mis. Insomnia, mimpi buruk )
 Gelisah, sering menangis, iritabilitas
 Konfusi, sulit berkonsentrasi
Gejala kognitif  Pikiran yang kejar mengejar
 Ketidakmampuan mengambil keputusan
 Disorganisasi
 Impulsive, ledakan kemarahan
Gejala Prilaku  Sulit menjalankan tanggung jawab peran yang
biasa
 Menarik diri dari interaksi social
 Ansietas, marah, merasa bersalah
 Sedih, depresi
Gejala Emosional
 Paranoid, curiga
 Putus asa, tidak berdaya

Tabel 2-1.Gejala Umum Individu yang Mengalami Krisis

4
2.3. TIPE KRISIS

Krisis sebagai aspek integral dari pertumbuhan dan perkembangan manusia,


dalam rentang hidup seseorang mungkin pernah dan akan mengalami krisis,
kemampuan individu atau seseorang dalam menghadapi krisis di gambarkan
sebagai jalan keluar dalam berprilaku adaptif. Beberapa tipe krisis yang dapat
dihadapi individu atau seseorang :

a. Krisis Perkembangan ( Maturasi )


Terjadi sebagai respons terhadap transisi dari satu tahap maturasi ke tahap
lain dalam siklus kehidupan. Misalnya, beranjak dari remaja ke dewasa.Menurut
Psychoanalitical Theory, hal terpenting dalam krisis adalah pengalaman respons
adaptif dan mal adaptif masa usia dini anak sepanjang perjalanan hidupnya.
Dampak dari masa anak tersebut akan berpengaruh pada masa dewasanya
khususnya kematangan dalam pola koping yang digunakan. Konflik masa lalu
anak yang tidak selesai atau belum terpecahkan akan mewarnai cara dia
menghadapi krisis setelah dewasanya.
Sigmun Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi 5 fase yaitu
fase oral, fase anal, fase laten dan fase pubertas. Sedangkan Erik Erikson
membagi menjadi 8 fase yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa pra sekolah,
masa remaja, masa dewasa muda, masa dewasa pertengahan dan masa dewasa
lanjut.Erikson Theory lebih menekankan pada tugas – tugas perkembangan yang
harus dicapai pada setiap tahap kembangnya, misalnya basic trust, autonomy,
initiative, industry, identity, intimacy, generativity, integrity, tiap tahap itu bias
gagal dicapai dan dipenuhi maka akan terjadi kebalikannya seperti mistrust,
shame, guilt, dan sebagainya.
Dalam teori yang mereka kemukakan menekankan bahwa perkembangan
tersebut merupakan satu rentang yang setiap tahap mempunyai tugas dan masalah
yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan
seseorang menyelesaikan masalah pada fase-fase tersebut akan mempengaruhi
individu mengatasi stress yang terjadi dalam hidupnya. Krisis maturasi terjadi
dalam satu periode transisi yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis

5
seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menaupause,
lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai,
sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b. Krisis Situasi ( Situasional )


Terjadi sebagai respon terhadap kejadian yang tiba – tiba dan tidak terduga
dalam kehidupan seseorang.Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis
terganggu akibat suatu kejadian yang spesifik seperti kehilangan, kehamilan yang
tidak diinginkan, atau penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, bahkan
kegagalan.
Krisis situasi terjadi jika peristiwa eksternal tertentu menimbulkan
ketidakseimbangan yang berupa :
 Dapat diduga
Dimana Peristiwa kehidupan sehari – hari seperti bekerja, sekolah, kuliah,
maupun kegagalan di kehidupan sehari – hari.Kemudian peristiwa dalam
hubungan keluarga seperti adanya anggota keluarga baru, perpisahan atau
perceraian.
 Tidak dapat diduga
Merupakan sebuah peristiwa yang sangat traumatik dan tidak pernah
diduga atau pun diharapkan oleh seorang individu.Contohnya kematian
orang yang dicintai akibat sebuah kecelakaan, PHK, diperkosa, dipenjara.
 Krisis sosial ( Adventisius )
Terjadi sebagai respon terhadap trauma berat atau bencana
alam.Disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta dapat
menyebabkan kehilangan ganda yang berupa harta benda dan sejumlah
perubahan dilingkungannya seperti bencana alam gunung meletus,
kebakaran, banjir, perang.Krisis ini tidak dialami oleh semua orang seperti
halnya krisis maturasi.Tapi krisis ini dapat mempengaruhi individu,
masyarakat, bahkan Negara.

6
Perkembangan
Situasional Adventisius
( Maturasi )
 Mulai sekolah  Bercerai  Banjir
 Pubertas  Kematian  Gempa bumi
 Lulus sekolah  Kehilangan pekerjaan  Perang
 Menikah  Kegagalan akademik  Kejahatan dengan
 Melahirkan anak  Diagnose penyakit serius kekerasan
 Anak – anak  Perkosaan
meninggalkan rumah  Pembunuhan
 pension  Penculikan
 Tindakan teroris

Tabel 2-2.Jenis Krisis

Menurut CAPLAN (1961) aspek penting kesehatan jiwa :


a) Kemampuan seseorang untuk menahan stress, ansietas serta
mempertahankan keseimbangan.
b) Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan
masalah.
c) Kemampuan mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan
psikososial.
2.4. PSIKODINAMIKA KEJADIAN KRISIS

 Fase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
 Fase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan
meningkat.
 Fase 3 : emergency problem solving diaktifkan
2.5. FAKTOR KESEIMBANGAN ( balancing factor )

Manusia adalah makhlukyang unik dan utuh yang terdiri dari bio-
psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan )

7
individu berada dalam keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi
keseimbangan individu tersebuat yaitu :

a) Persepsi terhdap peristiwa/kejadian

- Apa arti kejadian pada individu

- Pengaruh kejadian pada masa depan

- Apakah individu memandang masalah secara realitas

Persepsi yang realistis mendorong individu untuk menerima kenyataan


sehingga dalam menghadapi masalah dapat menemukan pemecahan masalah
positif.Sebaliknya persepsi yang tidak realistis membuat individu sulit untuk
menerima kenyataan sehingga dalam menghadapi masalah dapat
menemukan pemecahan masalah negatif.

b) Situasi pendukung atau yang mendorong


Sebuah kondisi atau situasi yang ada dilingkungan internal maupun
eksternal individu bisa mempengaruhi keseimbangan psikologinya.
Contohnya hubungan intim yang bermakna dengan lingkungan akan
memberi dukungan dan sumber pada individu tersebut.

c) Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi
masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat
menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat,
penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan krisis.
Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu
kembali pada keadaan adaptif dari krisis :
- Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi.
- Kemampuan menggunakan koping yang adaptif.
- Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat
berhadapan dengan krisis.

8
A. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH KRISIS

2.6. PENGKAJIAN

Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis


dan pengaruhnya.Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat
singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan
secara spesifik dan berorientasi pada masalah yang actual. Aspek – aspek yang
perlu dikaji :

a) Faktor predisposisi

- Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalah pada fase – fase


tumbuh kembangakan mempengaruhi kemampuan individu mengatasi
stress yang terjadi dalam hidupnya. Setiap fase, individu menglami krisis
yang lazim disebut krisis maturisi.

- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral,
anal, falik, laten dan pubertas.

- Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi yang dapat


menganggu keseimbangan psikologis seperti pada masa pubertas, masa
perkawinan, menjadi orang tua, menopause, lanjut usia.

- Krisis maturisi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh


contoh peran yang memadai, sumber-sumber interpersonal dan tingkat
penerimaan orang lain terhadap peran baru.

b) Faktor Presipitasi

1. Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang


terancam, misalnya :

 Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun


perpisahan yang lazim disebut krisis situasi.

9
 Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota
tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan
peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya..

 Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda,


kehilangan kewarganegaraan, rumah kena gusur, dan sebagainya.

 Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit,


perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup

2. Mengidentifikasi persepsi klien terhadap kejadian.

Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis,termasuk pokok


pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

 Apa arti / makna kejadian terhadap individu

 Pengaruh kejadian terhadap masa depan

 Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistic

3. Mengidentifikasi sifat dan kekuatan system pendukung

Meliputi keluarga, sahabat dan orang – orang penting bagi klien yang
mungkin dapat membantu :

 Dengan siapa klien tinggal, tinggal sendiri, dengan keluarga,


dengan teman.

 Pakah punya teman tempat mengeluh.

 Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama


keluarga.

 Apakah ada orang atau lembaga yang memberikan bantuan

 Apakah mempunyai keterampilan untuk mengganti fungsi orang


yang hilang

10
4. Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk
strategi koping ynag berhasil dan tidak berhasil

 Apakah yang bisa dilakukan dalam mengatasi masalah yang


dihadapi.

 Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja
yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut.

 Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah


sekarang.

 Apakah suka mengikuti latihan olahraga utnuk mengatasi


ketegangan

 Apakah mencetuskan perasaanya dengan menangis.

c) Perilaku

Berapa gejala yang sering ditunjukkan olehindividu dalam keadaan krisis :

1. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri. Keinginan


merusak diri sendiri atau orang lain.

2. Perasaan di asingkan oleh lingkungan.

3. Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic

2.7. DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Koping individu inefektif b.d krisis situasi : kehilangan orang berarti

 Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi : perpindahan

 Koping individu inefektif b.d krisis situasi : perpisahan

 individu inefektif b.d krisis situasi : diagnose terminal

 Perubahan proses keluarga b.d krisis maturasi : pernikahan

11
2.8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a) Tujuan Umum

- Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis

- Klien dapat meningkatkan perannya

- Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak


terlihat )

- Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi


krisis di kemudian hari

b) Tindakan keperawatan

- Manipulasi Lingkungan

Intervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan


memberikan dukungan situasional atau kehilangan stress

- Dukungan umum

Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat,
menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk
memberikan dukungan

- Pendekatan umum

Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko


tinggi sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu
mereka menghadapi proses berduka

- Pendekatan individual

Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap


masalah spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif
untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri

12
sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan
ekspolarif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara
mungkin.

2.9. EVALUASI

Beberapa hal yang perlu di evaluasi antara lain :

- Klien dapat menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis

- Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang

- Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

- Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap


krisis yang akan datang.

13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. T berusia 45 tahun, bekerja sebagai seorang manager disebuah bank


swasta. Tn. T mempunyai seorang istri dan tiga anak yang semuanya masih
membutuhkan biaya untuk sekolah. Istri Tn. T bekerja sebagai sekretaris disalah
satu perusahaan asing.
Tn. T dikenal bagus sebagai sosok manager yang mempunyai kinerja atau
prestasi kerja yang bagus dan loyalitas yang tinggi. Jika menghadapi masalah
Tn.T selalu mampu menyelesaikan permasalahan dengan bijaksana, namun karena
kesibukannya komunikasi antar anggota keluarga kurang baik. Anak-anaknya
merasa kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya, sehingga mereka
mencari kesibukan diluar rumah, sehingga pada akhirnya mereka terlibat
pergaulan bebas dan narkoba.
Akhir-akhir ini banyak permasalahan yang menimpa keluarga tersebut,
istri Tn. T terlibat hubungan terlarang dengan bosnya, sementara anaknya yang
terakhir laki-laki terlibat narkoba dan tertangkap polisi, sedangkan anak
pertamanya perempuan sedang hamil diluar nikah, namun anak yang kedua
memiliki prestasi yang baik disekolahnya dan dia menaruh perhatian yang lebih
kepada keluarganya, sehingga Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang
kedua atau dengan teman dekatnya dikantor. Disamping itu selain permasalahan
dikeluarga kini muncul permasalahan ditempat Tn. T bekerja, bank tersebut
dilikuidasi karena kredit macet dn krisis moneter yang berkepanjangan.
Sejak muncul permasalahan yang banyak dikeluarga dan ditempat kerja
Tn. T terlihat murung sering melamun, menyendiri dan tak nafsu makan serta
minum. Melihat kondisi ayahnya yang seperti itu, anak yang kedua membawa
kepoliklinik rumah sakit.
3.1 PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi
- Istri yang berselingkuh.
- Anak-anak yang terlibat narkoba dan pergaulan bebas.

14
2. Fakto presipitasi
a) Faktor pencetus
- Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.
- Tn. T statusnya menjadi pengangguran.
b) Persepsi klien terhadap kejadian.
- Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan
kepala keluarga.
c) Sifat dan kekuatan sistem pendukung
- Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.
d) Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu
- Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar
pikiran dengan anak kedua dan sahabat dekatnya.
3. Perilaku
 Terlihat murung
 Sering melamun
 Menyendiri
 Tidak nafsu makan dan minum
3.2 MASALAH KEPERAWATAN
a) Gangguan penyesuaian
b) Ansietas
c) Koping keluarga inefektif
d) Koping individu inefektif
e) Perubahan proses keluarga
f) Perubahan proses keluarga
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Gangguan harga diri : harga diri rendah
i) Isolasi sosia
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Koping individu inefektif berhubungan dengan krisis situasi : kehilangan


orang berarti dan pekerjaan.
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi : peran dan
fungsi kepala keluarga.

15
 Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas berat.
 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas.
3.4 PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1) Tujuan Umum
 Klien dapat berfungsi kembali dengan mencari pekerjaan lain.
 Klien dapat meningkatkan perannya sebagai kepala keluarga.
 Klien menampakkan prilaku yang adekuat mulai berkomunikasi dengan
anggota keluarga.
 Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dengan adanya
komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
2) Intervensi
a) Manipulasi lingkungan
Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang
terapeutik bagi klien, anjurkan keluarga klien untuk memberikan
perhatian kepada klien, misalnya : rekreasi keluarga dan makan
bersama.
b) Dukungan umum
Perawat bersikap hangat, empati dan penuh perhatian dalam
memberikan dukungan.
c) Pendekatan umum
Menganjurkan kepada anaknya untuk menghubungi teman
dekat/keluarga dekat untuk mengunjungi klien den memberi semangat
untuk bangkit kembali.
d) Pendekatan individual
e) Mengembangkan kepercayaan diri klirn dengan menggali aspek-aspek
positif yang ada pada diri klien dengan mengeksplorasi keberhasilan-
keberhasilan masa lalu.
3.5 EVALUASI

Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :


 Klien dapat menjalankan fungsinya kembali dengan mencari pekerjaan
lain sesuai bakat dan kemampuannya.
 Klien mulai berkomunikasi dengan anggota keluarga.

16
 Klien mampu mengungkapkan dan mengatasi permasalahannya.
 Klien mempunyai sistem pendukung yang kuat : keharmonisan keluarga.
 Klien dapat belajar dari pengalaman untuk membantu koping terhadap
krisis yang akan datang.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa
krisis merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau
kejadiaan yang terjadi secara tiba – tiba di dalam kehidupan seseorang . Hal
tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping individu tersebut
yang tidak dapat menyelesaikan masalahnyaDi dalam menangani pasien dengan
respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya
pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).
Dalam proses asuhan keperawtan terutama pada pengkajiannya yaitu kami
memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam
masalah krisis yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi,
dan prilaku.

4.2. SARAN
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
 Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor
predisposisi, presipitasi, dan prilaku.
 Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah
gangguan jiwa pada kasus secara dini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budi, Anna Keliat. 2009. Model PraktikKeperawatanProfesionalJiwa. Jakarta :


EGC
Iyus, Yosep. 2007. KeperawatanJiwa. RefikaAditama : Bandung
NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC

19

Vous aimerez peut-être aussi