Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
MASALAH KRISIS
Dosen : Suryagustina, S.Kep Ns
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Masalah Krisis tepat pada waktu yang diberikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
mempercayakan tugas ini pada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Penulis menyadari kekurangan dalam pembuatan makalah
ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah penulis ini.
Semoga makalah yang penulis buat ini dapat di manfaatkan sebagaimana
mestinya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep dasar asuhan
keperawatan pada masalah krisis
b) Mahasiswa mampu menjelaskan proses gangguan psikososial masalah
krisis.
c) Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan masalah
krisis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Menurut Iyus Yosep dalam buku keperawatan jiwa, krisis adalah gangguan
internal yang di akibatkan oleh peristiwa yang menegangkan atau ancaman yang
dirasakan pada diri individu.( Iyus Yosep, 2007, hal.263 )
Krisis didefinisikan juga sebagai konflik atau masalah atau gangguan
internal yang merupakan hasil dari keadaan stress karena adanya ancaman
terhadap dirinya. Pengertian lain tentang krisis yaitu suatu kondisi individu tak
mampu mengatasi masalah dengan cara penanganan (koping) yang biasa dipakai.
Krisis juga dapat diartikan sebagai ketidakseimbangan psikologis yang merupakan
hasil dari peristiwa menegangkan atau mengancam integritas diri.( Asuhan
Keperawatan Jiwa, 2009, hal.113 ).
Krisis adalah reaksi berlebihan terhadap situasi yang mengancam saat
kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki klien dan respon kopingnya
tidak adekuat untuk mempertahankan keseimbangan psikologis.( Keperawatan
Kesehatan Jiwa & Psikiatrik, 2004, hal.279).
Berdasarkan pengertian – pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa krisis
tersebut merupakan suatu gangguan internal yang mempengaruhi keseimbangan
psikologis seseorang karena adanya peristiwa yang menegangkan atau
mengancam terhadap individu tersebut
3
pengalaman subyektif berupa kekecewaan, gagal melakukan mekanisme
koping yang biasa dan mengalami berbagai gejala (tabel 2-1).
4
2.3. TIPE KRISIS
5
seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menaupause,
lanjut usia. Krisis maturasi membutuhkan perubahan peran yang memadai,
sumber-sumber interpersonal dan penerimaan orang lain terhadap peran baru.
6
Perkembangan
Situasional Adventisius
( Maturasi )
Mulai sekolah Bercerai Banjir
Pubertas Kematian Gempa bumi
Lulus sekolah Kehilangan pekerjaan Perang
Menikah Kegagalan akademik Kejahatan dengan
Melahirkan anak Diagnose penyakit serius kekerasan
Anak – anak Perkosaan
meninggalkan rumah Pembunuhan
pension Penculikan
Tindakan teroris
Fase 1 : memakai coping yang biasa, jika tidak efektif timbul ketegangan
Fase 2 : respon problem solving yang bisa, jika tidak efektif ketegangan
meningkat.
Fase 3 : emergency problem solving diaktifkan
2.5. FAKTOR KESEIMBANGAN ( balancing factor )
Manusia adalah makhlukyang unik dan utuh yang terdiri dari bio-
psikososial-spiritual. Dalam keadaan sehat ( terhindar dari stress dan ketegangan )
7
individu berada dalam keadaan seimbang. Beberapa hal yang bias mempengaruhi
keseimbangan individu tersebuat yaitu :
c) Koping
Individu mempunyai koping yang siap dipakai setiap saat dalam mengatasi
masalah. Jika individu tidak tahu apa yang akan dilakukan dapat
menimbulkan kecemasan meningkat, dalam keadaan cemas yang meningkat,
penyelesaian masalah menjadi tidak rasional sehingga menimbulkan krisis.
Selanjutnya caplan menjelaskan tentang 3 kriteria agar seseorang mampu
kembali pada keadaan adaptif dari krisis :
- Kemampuan untuk mengelola emosi seperti marah, kecemasan, frustasi.
- Kemampuan menggunakan koping yang adaptif.
- Kemampuan untuk memelihara reality testing dan tidak regresi saat
berhadapan dengan krisis.
8
A. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
MASALAH KRISIS
2.6. PENGKAJIAN
a) Faktor predisposisi
- Pembagian fase tumbuh kembang menurut Sigmund freud dari fase oral,
anal, falik, laten dan pubertas.
b) Faktor Presipitasi
9
Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota
tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan
peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya..
Meliputi keluarga, sahabat dan orang – orang penting bagi klien yang
mungkin dapat membantu :
10
4. Mengidentifikasi kekuatan dan mekanisme koping ynag lalu termasuk
strategi koping ynag berhasil dan tidak berhasil
Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil, serta apa saja
yang dapat menyebabkan kegagalan tersebut.
c) Perilaku
11
2.8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
a) Tujuan Umum
b) Tindakan keperawatan
- Manipulasi Lingkungan
- Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat,
menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk
memberikan dukungan
- Pendekatan umum
- Pendekatan individual
12
sendiri dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan
ekspolarif yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara
mungkin.
2.9. EVALUASI
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
14
2. Fakto presipitasi
a) Faktor pencetus
- Bank tempat Tn. T bekerja dilikuidasi.
- Tn. T statusnya menjadi pengangguran.
b) Persepsi klien terhadap kejadian.
- Tn. T merasa tidak berdaya dan gagal sebagai seorang manajer dan
kepala keluarga.
c) Sifat dan kekuatan sistem pendukung
- Tn. T sering bertukar pikiran dengan anak yang kedua.
d) Kekuatan dan mekanisme koping yang lalu
- Jika ada masalah mampu menyelesaikan masalah dan sering bertukar
pikiran dengan anak kedua dan sahabat dekatnya.
3. Perilaku
Terlihat murung
Sering melamun
Menyendiri
Tidak nafsu makan dan minum
3.2 MASALAH KEPERAWATAN
a) Gangguan penyesuaian
b) Ansietas
c) Koping keluarga inefektif
d) Koping individu inefektif
e) Perubahan proses keluarga
f) Perubahan proses keluarga
g) Perubahan pemeliharaan kesehatan
h) Gangguan harga diri : harga diri rendah
i) Isolasi sosia
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
15
Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan ansietas berat.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ansietas.
3.4 PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Tujuan Umum
Klien dapat berfungsi kembali dengan mencari pekerjaan lain.
Klien dapat meningkatkan perannya sebagai kepala keluarga.
Klien menampakkan prilaku yang adekuat mulai berkomunikasi dengan
anggota keluarga.
Klien mampu meningkatkan sistem pendukung dengan adanya
komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
2) Intervensi
a) Manipulasi lingkungan
Menjelaskan kepada keluarga tentang pentingnya lingkungan yang
terapeutik bagi klien, anjurkan keluarga klien untuk memberikan
perhatian kepada klien, misalnya : rekreasi keluarga dan makan
bersama.
b) Dukungan umum
Perawat bersikap hangat, empati dan penuh perhatian dalam
memberikan dukungan.
c) Pendekatan umum
Menganjurkan kepada anaknya untuk menghubungi teman
dekat/keluarga dekat untuk mengunjungi klien den memberi semangat
untuk bangkit kembali.
d) Pendekatan individual
e) Mengembangkan kepercayaan diri klirn dengan menggali aspek-aspek
positif yang ada pada diri klien dengan mengeksplorasi keberhasilan-
keberhasilan masa lalu.
3.5 EVALUASI
16
Klien mampu mengungkapkan dan mengatasi permasalahannya.
Klien mempunyai sistem pendukung yang kuat : keharmonisan keluarga.
Klien dapat belajar dari pengalaman untuk membantu koping terhadap
krisis yang akan datang.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa
krisis merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-orang
yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan, peristiwa atau
kejadiaan yang terjadi secara tiba – tiba di dalam kehidupan seseorang . Hal
tersebut dapat mengganggu keseimbangan mekanisme koping individu tersebut
yang tidak dapat menyelesaikan masalahnyaDi dalam menangani pasien dengan
respon kehilangan, diperlukan prinsip-prinsip keperawatan yang sesuai, misalnya
pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematiananak).
Dalam proses asuhan keperawtan terutama pada pengkajiannya yaitu kami
memfokuskan pada pengkajian terfokus yang menyebabkan klien tersebut dalam
masalah krisis yang meliputi beberapa factor yaitu factor predisposisi, presipitasi,
dan prilaku.
4.2. SARAN
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah krisis, maka kami menganggap perlu adanya saran untuk
memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan sebagai berikut:
Dalam pengkajian kita tantukan terlebih dahulu mana yang termasuk factor
predisposisi, presipitasi, dan prilaku.
Intervensi krisis merupakan pendekatan yang relative baru dalam mencegah
gangguan jiwa pada kasus secara dini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19