Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
Korteks frontalis
Ganglia basalis
Migrasi abnormal/degenerasi abnormal/degenerasi neuron.
2) Faktor presipitasi
1) Dapat bersumber dari lingkungan/interaksi dengan orang lain
2) Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik)
3) Keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang
4) Situasi lingkungan yang sibuk, kritikan yang mengarah pada
penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan.
3. Tanda-tanda dan Gejala
a. Emosi
1) Tidak adekuat
2) Merasa tidak aman
3) Rasa terganggu
4) Marah/dendam
5) Jengkel
6) Merusak/memukul
7) Gelisah/gaduh
b. Fisik
1) Muka merah
2) Pandangan tajam
3) Nafas pendek-pendek
c. Sosial
1) Menarik diri
2) Pengasingan
3) Penolakan
4) Kerusakan
5) Ejekan
d. Spiritual
1) Merasa kuat
2) Tidak bermoral
3) Kreatifitas terhambat/terhalang
e. Intelektual
Mendominasi pembicaraan/bicara keras
4. Macam
Macam Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1) Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, seakresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi,
kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2) Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan
diri klien.
3) Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.
4) Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan
5. Fase perilaku kekerasan
1) Triggering intcidens
Fase ini ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
Beberapa faktor yang mungkin menjadi pemicu agresi meliputi : provokasi ,
respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang menyebabkan
frustasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan harapan yang tidak
terpenuhi.
4) Setting phase
Fase in adalah fase dimana klien yang melakukan perilaku kekerasan
telah melepaskan energy marahnya.Meskipun begitu,klien mungkin masih
merasa cemas atau marah dan mempunyai resiko kembali ke masa
awal.Kondisi in merupakan situasi yang digambarkan dalam diagnosa
sebagai”Risk for other directed violence”(NANDA,2007) atau”
violence/Aggressive behavior Risk” karena memungkinkan 90 menit setelah
insidan,hormone adrenalin bisa kembali terpicu dan klien kembali ke fase
cricis point.
Petugas kesehatan perlu berhati-hati untuk tidak mencetuskan perilaku
agresif kembali dengan berhati-hati terhadap faktor yang memicu klien untuk
berperilaku agresif.Fase ini juga ditandai dengan pelepasan restraint yang
dilakukan secara berangsur dan pemenuhan kebutuhan klien setelah dilakukan
restraint yang dilakukan untuk membina hubungan saling percaya.
5) Post crisis depression
Dalam fase in klien mungkin mengalami kecemasan,depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.Pada saat in,intervensipetugas
kesehatan berfokus pada debriefing/memperoleh informasi dari klien.Karena
itu diagnosa keperawatan yang mungkin tepa pada fase in adalah “knowledge
deficit(Specify)” (NANDA,2015) atau “Lack of knowledge”(ICPN,2015).
Kesempatan untuk meningkatkan insight seseorang terhadap perlakunya tepat
dilakukan pada fase in.Meskipun begitu,apabila penyebab perilaku kekerasan
adalah karena masalah psikiatrik yang lain,mungkin diagnosa keperawatan
akan menyesuaikan dengan kondisi yang lain.
6) Return to normal functional
Ini adalah fase dimana klien telah kembali kepada keseimbangan
normal,dari perasaan cemas,depresi dan kelelahan.Fase in merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi klien untuk melatih kemampuan
kognitif,fisik,dan emosi jika suatu saat klien terpicu untuk menjadi agresif.
6. Rentang Respon
Perasaan yang dimanifestasikan oleh perasaan marah berfluktuasi
sepanjang rentang adaptif dan maladaptif dibawah ini.
Keterangan :
1) Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain
dan memberikan ketenangan.
2) Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatif.
3) Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4) Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut
tetapi masih terkontrol.
5) Kekerasan: perasaan marah dan bermusuhan yang kuat sehingga hilangnya
kontrol.
Posisi badan Menunduk kepala Tegap dan santai Kaku dan condong
kedepan
Jarak Menjaga jarak Mempertahankan Siap dengan jarak
dengan sikap jarak yang nyaman akan menyerang
Jarak acuh/mengabaikan, orang lain
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan
kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa
marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu. Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
8. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan
berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang
orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan
perilaku kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
1. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah
yang diserasakan oleh klien.
2. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
C. POHON MASALAH
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif:
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif:
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
-
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku kekerasan
G. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2. Tujuan Khusus :
DAFTAR PUSTAKA
Anna Keliat, Budi. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Fitra, Nita. 2011. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika