Vous êtes sur la page 1sur 34

MAKALAH

ULKUS PEPTIKUM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan KMB 2
Dosen Pengampu : Agik Priyo Nusantoro S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Adinda Ayu K (P16002)


2. Desi Wulandari (P16011)
3. Dewi Mayasari (P16014)
4. Fiqih Adham P (P16023)
5. Ida Rahmawati (P16026)
6. Mutrika Novita Sari (P16035)
7. Nurul Yuniartanti (P16038)
8. Silca Dwi L (P16047)
9. Triska Putranto (P16050)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmad hidayah
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ulkus
Peptikum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Surakarta, 17 September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................................................... ii

Kata Pengantar ........................................................................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan................................................................................................................. 3

BAB II KONSEPTEORI...................................................................................................................... 4

A. LAPORAN PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

1. Definisi ............................................................................................................................. 4
2. Etiologi ............................................................................................................................. 4
3. Manifestasi Klinik......................................................................................................... 5
4. Patofisiologi dan Pathway .......................................................................................... 6
5. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................................. 9
6. Penatalaksanaan ............................................................................................................. 9
7. Komplikasi ...................................................................................................................... 9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 10
1. Pengkajian ..................................................................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 12
3. Perencanaan Keperawatan ........................................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................. 15
A. Contoh Kasus Ulkus Peptikum ..................................................................................... 15
B. ASKEP Ulkus Peptikum .............................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 28

A. Kesimpulan............................................................................................................................ 28

B. Penutup .................................................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus
duodenum. Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa
yang berbatas tegas dan dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan
serosa sehingga terjadi perforasi. Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau semi
bulat/oval, ukuran >5mm kedalaman submukosal pada mukosa lambung akibat
terputusnya kontuinuitas/intregritas mukosa lambung (Tarigan, 2014).
Ulkus gaster atau lebih populer dengan penyakit maag, banyak terdapat pada
masyarakat di dunia, pada semua umur. Prevalensi ulkus gaster berkisar 11- 14 % pada
pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulkus
mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk ulkus duodenum, dan
jumlah meningkat pada wanita usia tua (Ponijan, 2011). Di Indonesia ulkus gaster
ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun (Nasif et al,2007) dan dari data WHO
menyebutkan bahwa kematian akibat ulkus gaster di Indonesia mencapai 0,99 persen
yang didapatkan dari angka kematian 8,41 per 100,000 penduduk (WHO, 2011). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) Depkes (2008) menyatakan bahwa
pada tahun 2005-2008, ulkus gaster menempati urutan ke-10 dalam kategori penyebab
kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki (2,7%).
Pengobatan ulkus peptikum berupa antasida sebagai pengobatan simptomatik,
bloker H2, sukralfat, prostaglandin dan triple therapy untuk pengobatan ulkus akibat
infeksi helicobacter pylori yang terdiri dari PPI, amoksisilin, dan klaritromisin.
Pengobatan medikamentosa ini memiliki beberapa efek samping (Tarigan, 2014).
Pada lambung sehat terdapat keseimbangan faktor agresif yang dapat merusak
integritas mukosa lambung dengan faktor defensif sebagai pelindung mukosa. Apabila
terjadi peningkatan faktor agresif, ataupun penurunan faktor defensif maka akan terjadi
kerusakan pada mukosa lambung. (Robbins, 2012)
Kerusakan mukosa lambung dapat disebabkan oleh etanol. Etanol atau yang
dikenal sebagai alkohol di masyarakat telah menjadi masalah sosial (Brunton et al.,
2008). Etanol dapat meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species dan menurunkan
kadar antioksidan selular, sehingga dapat merusak sawar mukosa lambung. Etanol cepat

1
2

berpenetrasi ke dalam mukosa lambung dengan cara melepaskan radikal bebas


dan meningkatkan permeabilitas mukosa sehingga memungkinkan difusi balik HCl.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, metode induksi terbaik yang dapat digunakan untuk
pengujian anti ulkus gaster pada hewan coba adalah metode dengan penginduksi etanol
(Saputri et al. 2008).
Sejak zaman dahulu, masyarakat Indonesia sudah mengenal pengobatan dengan
obat- obat tradisional yang dibuat dari tanaman berkhasiat. Di Indonesia, dikenal lebih
dari 20.000 jenis tumbuhan obat, namun baru 1000 jenis tanaman telah terdata dan baru
sekitar 300 jenis yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional menggunakan ramuan sudah menjadi budaya dan sangat nyata kontribusinya
dalam menyehatkan masyarakat (Madani, 2010).
Salah satu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional adalah
tumbuhan gambir (Uncaria gambier Roxb). Indonesia merupakan negara pemasok utama
gambir dunia (80%) dan Sumatera Barat adalah pemasok gambir terbesar di Indonesia,
yang sebagian besar berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Pesisir Selatan (Adi,
2011). Secara tradisional, tanaman ini dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit dan
pewarna, sebagai bahan campuran dalam menyirih dan telah banyak digunakan sebagai
obat tradisional, diantaranya untuk obat maag, obat luka bakar, obat diare dan disentri
serta obat kumurkumur pada sakit kerongkongan (Nazir, 2010). Komponen fitokimia
terbanyak pada daun gambir ialah flavonoid dengan komponen utamanya katekin sebesar
75% (Hidayani,2010).
Penelitian yang berkaitan dengan aktivitas ekstrak gambir telah banyak dilakukan
diantaranya aktivitas antioksidan dan antibakteri dari turunan metil ekstrak etanol daun
gambir (Kresnawaty dan Zainudin, 2009), sebagai antiseptik mulut (Lucida et al., 2007)
dan gambir sebagai imunomodulator (Ismail dan Asad, 2009). Beberapa aktivitas ekstrak
gambir di atas sebagian besar disebabkan oleh katekin yang terkandung di dalam gambir.
Selain uji aktivitas dari ekstrak gambir, telah dilakukan juga beberapa uji aktivitas dari
katekin, diantaranya katekin sebagai antimikroba (Dogra, 1987), sebagai antispasmodik,
bronkodilator dan vasodilator (Ghayur et al., 2007) serta digunakan pada penderita
gingivitis (Isogai et al., 2008). Peranan spesies ini dari waktu ke waktu dirasakan semakin
penting, namun upaya-upaya perbaikan potensi genetik tanaman tersebut sejauh ini belum
mendapat perhatian yang serius (Jamsari et al., 2007).
3

Katekin merupakan senyawa metabolit sekunder yang secara alami dihasilkan


oleh tumbuhan (diantaranya gambir) dan termasuk golongan flavonoid. Struktur molekul
katekin memiliki dua gugus fenol (cincin A dan B) dan satu gugus hidropiran (cincin C),
karena memiliki lebih dari satu gugus fenol, maka senyawa katekin sering disebut
senyawa polifenol. Dari beberapa penelitian flavonoid terbukti memiliki sifat antioksidan
dan kemampuan antioksidan tersebut mampu menghambat pembentukan ulkus peptikum
(Sannomiya, 2005).
Aktivitas antioksidan flavonoid efisien dalam menjebak anion superoksida (O2·-),
radikal hidroksil (OH·), peroksil (ROO·), dan alkohoksil (RO·).Selain itu, flavonoid juga
menstabilisasi membran dan mempengaruhi beberapa proses metabolisme intermediet
dan menginhibisi peroksidasi lipid. Beberapa flavonoid juga meningkatkan kandungan
prostaglandin mukosa dan mukus di mukosa lambung, menunjukkan efek sitoprotektif.
Flavonoid mendorong pembentukan mukosa lambung, mengurangi sekresi asam mukosa,
inhibisi produksi pepsinogen, dan menurunkan lesi ulserogenik (La Casa et al., 2000).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Ulkus Peptikum ?
2. Apakah penyebab yang menimbulkan Ulkus Peptikum ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Ulkus Peptikum ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway penyakit Ulkus Peptikum ?
5. Bagaimana pemeriksaaan diagnostik penyakit Ulkus Peptikum ?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Ulkus Peptikum ?
7. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Ulkus Peptikum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyakit Ulkus Peptikum
2. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan Ulkus Peptikum
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Ulkus Peptikum
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway penyakit Ulkus Peptikum
5. Untuk mengetahui pemeriksaaan diagnostik penyakit Ulkus Peptikum
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Ulkus Peptikum
7. Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Ulkus Peptikum
BAB II
KONSEP TEORI

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai
indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009).
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau
duodenum (Corwin, 2009).
Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas
di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan
otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan
lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011).

2. Etiologi
a. Penurunan Produksi Mukus sebagai Penyebab Ulkus
Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan
produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal yang
menurunkan aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan
cedera atau kematian sel-sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus
iskemik. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Jenis khusus
ulkus iskemik yang timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus Curling
(Curling Ulcer).(Anand, 2012)
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan
infeksi bakterium H.pylori membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di
lambung dan duodenum, sehingga menurunkan kemampuan sel memproduksi
mukus. Sekitar 90% pasien ulkus duodenum dan 70% ulkus gaster
memperlihatkan infeksi H.pylori. Infeksi H.pylori endemik di beberapa negara
berkembang. Infeksi terjadi dengan cara ingesti mikroorganisme. (Anand,
2012)

4
5

b. Penggunaan NSAID
Penggunaan beberapa obat, terutama obat anti-inflamasi non-steroid
(NSAID), juga dihubungkan dengan peningkatan risiko berkembangnya ulkus.
Aspirin menyebabkan iritasi dinding mukosa, demikian juga dengan NSAID
lain dan glukokortikosteroid. Obat-obat ini menyebabkan ulkus dengan
menghambat perlindungan prostaglandin secara sistemik atau di dinding usus.
Sekitar 10% pasien pengguna NSAID mengalami ulkus aktif dengan
persentase yang tinggi untuk mengalami erosi yang kurang serius. Perdarahan
lambung atau usus dapat terjadi akibat NSAID. Lansia terutama rentan
terhadap cedera GI akibat NSAID. Obat lain atau makanan dihubungkan
dengan perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol, dan nikotin. Obat-obat
ini tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan mukosa. (Anand, 2012).
c. Kelebihan asam sebagai penyebab ulkus
Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan enzim
pencernaan lambung. Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal
sebagai respons terhadap makanan tertentu, hormon (termasuk gastrin),
histamin, dan stimulasi parasimpatis. Makanan dan obat seperti kafein dan
alkohol menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian
individu memperlihatkan reaksi berlebihan pada sel-sel perietalnya terhadap
makanan atau zat tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal
yang lebih banyak dari normal sehingga menghasilkan lebih banyak asam.
Aspirin bersifat asam, yang dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan
lambung (Anand, 2012)

3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari. Nyeri
biasanya terletak di area tengah epigastrium, dan sering bersifat ritmik
b. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari)
sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling
sering terjadi
c. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster.
Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
6

d. Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa
minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya
e. Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan
berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat makan
dapat meredakan rasa tidak nyaman (Corwin, 2009)

4. Patofisiologi dan Pathway


Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa
yang rusak tidak dapat mensekresi mukus yang cukup bertindak sebagai barier
terhadap asam klorida.. Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau
atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada
gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan
nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang
menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan pada pasien
dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology menyetujui
bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung atau
penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari
saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan
kimiawi dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal
menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh
makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon(dianggap
menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan
mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa.
7

Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak
hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke
dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang
mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1.
hipersekresi asam pepsin 2. kelemahan barier mukosa lambung.
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat ditemui.
Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia,
dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling
utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada
ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah
kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok,
sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus
stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi
dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila
kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola
ini khas pada ulserasi stress (Muttaqin, 2011).
8

Pathway

Kortikosteroid, alcohol, prostaglandin


indometasin, fenilbutazon, bakteri
,
Masuk saluran pencernaan

Rusak barier mukosa


lambung

Asam lambung dan


pepsin meningkat

Inflamasi area gastrointestinal m


e
n
ULKUS PEPTIKUM i
n
g
Pembengkakan dan Kandungan Asam k Efek pengobatan fungsi
pembentukan jaringan perut lambung meningkat usus
a
t
Spasme mukosa pilorus Menimbulkan erosi dan Diare / konstipasi
kontraksi otot

Obstruksi jalan keluar


lambung refluk makanan Merangsang nociseptor
di Talamus
Mual,muntah, anoreksia
Nyeri
Intake inadekuat

Perubahan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

(Muttaqin, 2011)
9

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi
b. Pemeriksaan dengan barium
c. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
d. Analisis lambung
e. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen (Sanusi, 2011)

6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Hindari rokok dan makanan yang menyebabkan nyeri
2) Antasida untuk terapi simtomatik
3) Bloker H2 (ranitidin, cimetidine)
4) PPI (omeprazole)
5) Bismuth koloidal
6) Ampisilin atau tetrasiklin + metronidazole (efektif melawan Helicobacter
pylori)
7) Re-endoskopi pasien dengan ulkus gaster setelah 6 minggu karena terdapat
risiko keganasan
b. Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi.
1) Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini
jarang digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth
I
2) Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana
pada perforasi dan biopsi.
3) Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh
darah yang rusak
4) Stenosis pilorik : gastroenterostomi (Tarigan, 2009)

7. Komplikasi
a. Pendarahan. Ulkus peptikum merupakan penyebab yang paling sering dari
perdarahan hebat gastrointestinal bagian atas. Pada perdarahan ringan
gejalanya hanya feses yang berwarna kehitaman dan terjadi defisiensi zat besi
10

b. Perforasi adalah suatu erosi dari ulkus peptikum menembus dinding otot,
menimbulkan lubang dari saluran gastrointestinal
c. Obstruksi pilorus. Dapat disebabkan oleh edema jaringan disekitar ulkus
(Sanusi, 2011).

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamnesa
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau beberapa
bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa
penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala ulkus,
dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya manifestasi
yang mendahului. Data subjektif berfokus pada keluhan yang dirasakan pasien
seperti
1) Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal
ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf
yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus
sekitarnya. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan
menetralisasi asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung
telah kosong atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan
lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut
pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa
gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada epigastrium.
2) Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai
eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila lambung pasien
kosong.
3) Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan dengan
pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
11

mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah


dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat
yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4) Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan perdarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang
mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
mereka menunjukkan gejala setelahnya.
5) Anoreksia
6) Pola makan dan diet
7) Kebiasaan mengkonsumsi kopi dan alcohol
8) Penggunaan obat-obatan
9) Stressor individu dan keluarga
10) Pekerjaan dan gaya hidup
11) Pola koping yang biasa dan pemecahan masalah

b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
GCS:
Tanda vital : nadi, suhu, tekanan darah, dan pernafasan
2) Head to toe
a) Kepala: bentuk kepala, warna, kulit kepala, nyeri tekan kepala
b) Wajah : bentuk wajah, kulit wajah
c) Mata : bentuk mata, sklera, konjungtiva, pupil
d) Hidung: bentuk hidung, pernafasan cuping hidung
e) Mulut : bentuk mulut, bnetuk gigi
f) Leher: pembesaran tyroid/ tidak, peningkatan JVP atau tidak
g) Dada
Inspeksi: bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernafasan
Palpasi: fokal fremitus, nyeri tekan
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada/ tidak penumpukan secret
Auskultasi: bunyi paru dan suara nafas
h) Payudara: bentuk, benjolan, ada/tidaknya nyeri tekan
12

i) Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen, warna abdomen
Auskultasi: bising usus
Perkusi: batas hepar, ada/tidaknya penimbunan cairan di perut
Palpasi: ada/tidaknya nyeri tekan
j) Genitalia
k) Integumen: warna kulit
l) Ekstremitas

c. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atau dapat menunjukkan
adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostik pilihan
2) Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat
dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi
beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena
ukuran atau lokasinya
3) Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus
(Muttaqin, 2011)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00132)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan (00002)
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan tidak cukup (00011)
(NANDA, 2015)
3. Perencanaan Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Ttd
Dx
13

1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (1400)


keperawatan selama ...x24 1. Kaji tingkat nyeri PQRST
jam diharapkan nyeri pasien 2. Observasi reaksi non
dapat diminimalkan dengan verbal/ ketidaknyamanan
kriteria hasil : 3. Posisikan posisi nyaman
1. Tingkat nyeri 4. Ajarkan teknik relaksasi
berkurang atau hilang 5. Observasi reaksi non
2. Mampu mengontrol verbal dari
nyeri ketidaknyamanan
3. Pasien tampak lebih 6. Kolaborasi dalam
nyaman dan rileks pemberian analgesik
2 Setelah dilakukan tindakan Managemen Nutrisi (1100)
keperawatan selama ...x24 1. Pantau masukan dan
jam diharapkan masalah pengeluaran dan berat
nutrisi klien teratasi dengan badan secara periodik
kriteria hasil : 2. Kaji turgor kulit pasien
1. Nafsu makan 3. Buat perencanaan makan
meningkat dengan pasien untuk
2. Tidak mual dimasukkan ke dalam
3. Intake adekuat jadwal makan
4. Berat badan 4. Dukung anggota
meningkat keluargauntuk membawa
makanan kesukaan pasien
dari rumah
5. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang makanan
yang bergizi dan tidak
mahal
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemenuhan
nutrisi
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi (0450)
keperawatan selama ...x24 1. Tentukan pola defekasi
14

jam diharapkan masalah bagi klien dan latihan


konstipasi klien teratasi klien untuk
dengan kriteria hasil : menjalankannya
1. Tidak mengalami 2. Atur waktu yang tepat
gangguan pola untuk defekasi klien
eliminasi seperti sesudah makan
2. Tidak ada gangguan 3. Berikan cakupan nutrisi
feses lunak dan berserat sesuai dengan
membentuk indikasi
3. Tidak ada darah 4. Berikan cairan jika tidak
dalam feses kontraindikasi 2-3 liter per
4. Tidak nyeri saat hari
defekasi 5. Pemberian laksatif atau
enema sesuai indikasi

4. Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
S: pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang
O: pasien trauma jaringan dan reflek spasme otot
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
S: pasien mengatakan nafsu makan meningkat, tidak muat
O: BB pasien meningkat 0,5 kg
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan tidak cukup
S: pasien mengatakan sudah bisa BAB dengan lancar
O: BAB pasien lunak dan bau khas, tidak ada darah dalam feses
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus Ulkus Peptikum


Pada tanggal 18 September 2018 pukul 10.00 pasien mengeluh nyeri sakit perut
setelah melewatkan sarapan paginya. Nyeri bertambah hebat 2 jam setelah makan
siang. Lalu Tn. S datang kerumah sakit diantar istrinya pada pukul 15.00 dengan
keluhan nyeri ulu hati, nyeri tumpul seperti terbakar di epigastrum tengah. Nyeri
bertambah berat setelah makan dan saat beraktivitas, skala nyeri 6. Pasien tampak
meringis kesakitan. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah lebih dari 5 kali.

B. ASKEP Ulkus Peptikum


Tgl / Jam pengkajian : 18 september 2015
Tanggal / Jam pengkajian : 18 september 2015
Metode pengkajian : Aloanamnesa dan autoanamnesa
Diagnosa medis : Ulkus Peptikum
No . Registrasi : 164xxx

I. BIODATA
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. S
Alamat : Grobogan
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Statua perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Wiraswasta

15
16

Alamat : Grobogan
Hubungan dengan klien : Istri

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan utama
Pasien merasa sakit/nyeri pada ulu hati
2. Riwayat penyakit sekarang
Pada tanggal 18 September 2018 pukul 10.00 pasien mengeluh nyeri sakit perut
setelah melewatkan sarapan paginya. Nyeri bertambah hebat 2 jam setelah makan
siang. Lalu Tn. S datang kerumah sakit diantar istrinya pada pukul 15.00 dengan
keluhan nyeri ulu hati, nyeri tumpul seperti terbakar di epigastrum tengah. Nyeri
bertambah berat setelah makan dan saat beraktivitas. Pasien tampak meringis
kesakitan. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah lebih dari 5 kali.
3. Riwayat penyakit dahulu
Sejak kecil klien tidak pernah mengalami penyakit akut maupun kronis, namun
kadang-kadang pasien tersebut kadang-kadang flu, demam dan batuk-batuk
ringan. Klien tersebut pernah dirawat dengan penyakit gastritis sebanyak 1 kali
dan pernah juga dirawat dengan Ulkus peptikum sebanyak dua kali di rumah sakit
Labuang Baji.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi , asma maupun DM.
Genogram :
17

Keterangan :
: Laki – laki

: Perempuan

: Tinggal bersama

: Pasien

5. Riwayat kesehatan lingkungan


Pasien mengatakan tinggal di rumah yang memiliki ventilasi udara yang cukup
dan sudah memiliki pembuangan sampah yang baik dan layak

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola presepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sehat adalah hal paling penting. Pasien menjaga
kesehatan dengan cara mewajibkan sarapan pagi, saat ada anggota keluarga yang
sakit selalu dibawa puskesmas.

2. Pola nutrisi/metabolik
a) Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur
3) Porsi :1 porsi
4) Keluhan : tidak ada
b) Selama sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur,buah
3) Porsi :3 sdm
4) Keluhan : mual dan muntah
18

Sebelum sakit Selama sakit


A : BB:55 kg, Tb: 165 cm A : Bb : 51 kg, Tb : 165 cm
B:- B : Hb : 10 gr/dl
C : turgor kulit baik, konjungtiva tidak C: Mukosa bibir kering, turgor kulit
anemis, mukosa bibir basah buruk
D : Tidak menjalani diet D : Diit tinggi kalori tinggi protein

3. Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit
 Frekuensi : 1x sehari pagi
 Konsistensi : lunak berbentuk
 Warna : kuning kecoklatan
 Keluhan : tidak ada
 Bau : khas
 Pengguna obat pencahar : tidak ada
2) Selama sakit
 Frekuensi : 1x sehari
 Konsistensi : keras
 Warna : kuning tidak ada darah
 Keluhan : konstipasi, nyeri
 Bau : khas
 Pengguna obat pencahar : tidak ada
b. BAK
1) Sebelum sakit
 Frekuensi : 3-5 x sehari
 Jumlah urine : ±200 cc sekali BAK
 Warna : kuning pucat
 Panacaran : kuat
 Bau : amoniak
2) Selama sakit
19

 Frekuensi : 3-5x sehari


 Jumlah urine :100 cc sekali BAK
 Warna : kuning pucat
 Keluhan : tidak ada
 Pancaran : kuat
 Bau : amoniak

ANALISA KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


Intake Output Analisa

Minuman : 600cc Urine : 500cc Intake : 1200 cc


Makanan : 100 cc Feses : 50 cc Output : 1051 cc
Infus : 500 cc IWL : 510 cc

Total : 1200 cc Total : 1.051 cc Balance : +49 cc

4. Pola aktivitas dan latihan (sebelum dan sesudah sakit)


a) Sebelum sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 

b) Selama sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum 
20

Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi / ROM 

Ket :
0 : mandiri, 1: dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain
dan alat, 4 : tergantung orang lain

5. Pola istirahat tidur


Keterangan Sebelum Sakit Selama Sakit
Jumlah jam tidur siang 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 6-7 jam 5 jam (@ 1 jam terbangun)
Pengantar tidur Tidak ada Tidak
Penggunaan obat tidur Tidak ada Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Nyeri ulu hati
Perasaan waktu bangun Nyaman Lelah
tidur

6. Pola kognisi dan perceptual


Pasien mengatakan sebelum dan selama sakit pasien masih mampu berinteraksi
dengan orang lain secara normal / baik. Pasien juga tidak mengalami gangguan
penglihatan, pengecapan, penciuman, perabaan, dan pendengaran. Namun pasien
mengatakan merasakan nyeri pada ulu hati. Ketika pasien menjawab tampak gelisah
dan meringis.
P : Nyeri ulu hati
Q : tertetertusuk benda tumpul dan terasa terbakar
R : ulu hati
S:6
T : hilang timbul
21

7. Pola persepsi konsep diri


a. Gambaran diri / citra tubuh
Pasien mengatakan menerima keadaan sekarang
b. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh
c. Harga diri
Pasien mengatakan hubungan antar anggota keluarga masih harmonis. Anak
pasien silih bergantian menjaga pasien ketika dirawat di RS, termasuk tetangga
pasien yang silih berganti menjenguk pasien.
d. Peran diri
Pasien mengatakan semenjak dirawat di RS, pasien tidak dapat menjalankan
perannya sebagai kepala keluarga bagi anak dan cucunya.
e. Identitas diri
Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang bapak / kepala keluarga yang
memiliki 2 anak.

8. Pola hubungan peran


a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis dan baik dengan
masyarakat sekitar. Pasien mengatakan sering berbaur dengan tetangga saat
mengerjakan sawah di ladang.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga harmonis. Namun pasien hanya
dapat berbaur dengan keluarga saja saat ini dan pasien tidak dapat menjalankan
perannya sebagai seorang kepala keluarga karena sakit.

9. Pola seksualitas reproduksi


Pasien mengatakan bahwa pasien adalah seorang kepala rumah tangga yang
memiliki istri dan 3 orang anak.

10. Pola mekanisme kopping


a) Sebelum sakit
22

Pasien mengatakan ketika muncul suatu masalah klien masih dapat mengambil
keputusan sendiri. Pasien mengatakan cemas.
b) Selama sakit
Keluarga mengatakan kondisi sakit yang dialami membuat pasien cemas dan
untuk menyelesaikannya dengan bantuan orang lain (keluarga).

11. Pola nilai dan keyakinan


a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien masih mampu beribadah ke masjid.
b. Selama sakit
Pasien mengatakan selama sakit, ibadah masih tetap di jalankan walaupun di
tempat tidur.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/penampilan umum
a. Kesadaran : Composmentis
b. Tanda – tanda vital
1) Tekanandarah : 120/88mmHg
2) Nadi
- Frekuensi :80 x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 22x/menit
- Irama : Teratur
4) Suhu : 36ºC
2. Kepala
a. Bentuk Kepala : Mesochepal
b. Kulit Kepala : Bersih, tidak ada ketombe/ lesi
c. Rambut : Beruban dan mudah rontok
3. Muka
a. Mata
1) Palpebra : Tidak oedem
23

2) Konjungtiva : Merah Muda / tidak anemis


3) sclera : Putih
4) Pupil : Isokor
5) Diameter KI/KA : Simetris
6) Reflek terhadap Cahaya :+
7) Pengguna alat bantu Penglihatan : Tidak
b. Hidung
Bersih ,tidak ada secret
c. Mulut
Bibir kering, mukosa mulut kering, gigitidakada yang berlubang..
d. Gigi
Gigi tidak ada yang berlubang
e. Telinga
Bersih, tidak ada serumen, simetris..
4. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar Limfe, Typoid. Saat dipalpasiterdapat benjolan
dileher bawah sebelah kiri.
5. Dada (Thorax)
a .Paru – paru
1) Inspeksi : Simetris
2) Palpasi : Vokal Premitus Kanan Kiri
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : Suara Napas bronchial dan ronki
b. Jantung
1) Inspeksi : Ic tidak tampak
2) Palpasi : Ic teraba SIC V 2cm LMS2
3) Perkusi : pekak, Konfigurasi Jantung dalam batas Normal
4) Auskultasi : Bunyi Jantung 1 dan 2 murni
6. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak acites.
b. Auskustasi : Bisingusus 20x/menit
c. Perkusi : Tympani
d. Palpasi : Nyeri tekan di epigastrum
24

7. Genetalia
Tidak ada tekanan pada genetalia, bersih, tidak terpasang DC.

8. Rektum
Tidak ada hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanandankiri :5
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabaan akral : Hangat
5) Pitting edema : Derajat 1
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan dan kiri :5
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabahan akral : Hangat
5) Pitting edema : Derajat 1

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.

VI. TERAPI MEDIS


-

VII. ANALISA DATA


Nama : Tn. S No. CM :164xxx
Umur : 35 thn Diagnosa Medis : Ulkus Peptikum

Hari/ Diagnosa
No. Data Fokus Masalah Etiologi Ttd
tanggal Kep.
1 18 DS Nyeri akut Agen Nyeri akut b.d. 
september Pasien cidera agen cidera
2018 mengatakan biologis biologis
nyeri ulu laringitis tb
25

hati
P : Nyeri
ulu hati
Q : tertusuk
benda
tumpul dan
terasa
terbakar
R : ulu hati
S:6
T : hilang
timbul

DO
- Pasien
tampak
meringis
menahan
nyeri
- TTV
TD : 120/ 88
mmHg
N : 80x/
menit
RR : 22 x/
menit
S : 360C
2 Selasa, DS: Ketidakseim Kurang Ketidakseimban 
30/1/18 bangan asupan gan nutrisi kuang
-Pasien
14.15 nutrisi kuang makanan dari kebutuhan
mengatakan dari tubuh b.d
kebutuhan Kurang asupan
nyeri ulu
tubuh makanan
hati
-pasien
mengatakan
mual dan
muntah serta
lemas
-pasien
26

mengatakan
makan
hanya 3
sendok
DO :
A: Bb: 51 kg
Tb: 165 cm
C : Turgor
dan mukosa
bibir kering
Pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan

D: -
-Bising usus
20x/menit
- TD : 120/
88 mmHg
N : 80 x/
menit
RR : 22 x/
menit
S : 360C

VIII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d. agen cidera biologis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
27

IX. RENCANA KEPERAWATAN


Nama : Tn. S No. CM :164xxx
Umur : 35 thn Diagnosa Medis : Ulkus Peptikum

No.
Tujuan Intervensi Ttd
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri (1400) ‫ג‬
keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan nyeri komprehensif meliputi PQRST
berkurang dengan kritria 2. Anjurkan istirahat atau tidur yang
hasil : adekuat
1. melaporkan bahwa 3. Ajarkan penggunaan teknik
nyeri berkurang (2102) nonfarmakologi (relaksasi )
2. tidak terdapat ekspresi 4. Kolaborasi pemberian analgesik
nyeri wajah (2102)
3. frekuensi napas normal Monitor TTV (6680)
16-24 x/ menit (2102) 1. Monitor tekanan darah, suhu, nadi,
4. pasien dapat status pernapasan dengan tepat
menggunakan tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik (2102)
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen gangguan makan (1030) ‫ג‬
keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengukuran antropometri
jam diharapka 2. Monitor intake dan output makanan
ketidakseimabangan 3. Berikan porsi makanan sedikit tapi
nutrisi kurang dari sering
kebutuhan tubuh dapat 4. Ajarkan pasien dan keluarga
teratasi dengan kriteria mengenai diit yang dianjurkan
hasil : 5. Kolaborasi pemberian obat anti
emetik
1.Asupan makan menjadi
normal
2. Nafsu makan meningkat
3. Mual muntah berkurang
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau
duodenum. Peyebab terjadinya ulkus peptikum karena adanya peningkatan sekresi
lambung atau penurunan reistensi mukosa terhadap serangan asam pepsin. Penyebab
lainnya juga karena infeksi Heloibacter pylori dan penggunaan NSAID. Ulkus
peptikum dapat didiagnosa melalui pemeriksaan menggunakan endoskopi dan
mendeteksi adanya infeksi Heliobacter pylori.

B. Saran
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang ulkus peptikum, sehingga kita
dapat meengetahui hal apa yang akan dilakukan jika mendapatkan kasus seperti yang
telah dijelaskan diatas, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari
seharunya. Dalam penulisan kami mungkin masih terdapat kesalahan, jika pembaca
menemukan kesalahan mohon berikan masukan dan saran agar makalah ini lebih baik
lagi.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

Anand, B.S., Katz, J., 2012. Peptic Ulcer Disease, Medscape reference, Professor.
Department of Internal Medicine. Devision of Gastroenterology, Baylor College of
Medicine. Available from: http://emedicine.medscape.com/ (Accessed 16 September
2018)

Ananda F., dan Tarigan J.,2014. Perencanaan Penulangan Dinding Gester (Shear Wall)
Berdasarkan Tata Cara SNI 03-2847-2002, Departemen Teknik Sipil Universitas
Sumatra Utara,Medan.

Corwin, Elizabeth J., 2009. Ulkus Peptikum. Dalam : Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Jamsari, Yaswendri, M . Kasim 2007. Fenologi perkembangan bunga dan buah spesies
Uncaria gambir. Biodiversitas. 8: 141-146.

La Casa C, Villages I, Alarcon de la Lastra C, Motilva V, Martin Calero MJ.2000. Evidence


for protective and antioxdant propertiesof rutin, a natural flavone, against ethanol
induced gastriclesions. Journal Ethnoplarmacol, 71 : 45-53.

Muttaqin Arif, Kumalasari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz, Simadibrata , M., Syam, A.F.,
(eds). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, L., Simadibrata,
M., Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Tarigan, P. 2014. Tukak Gaster. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S.
Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 338–341). Jakarta: FKUI.

Vous aimerez peut-être aussi