Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ULKUS PEPTIKUM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Keperawatan KMB 2
Dosen Pengampu : Agik Priyo Nusantoro S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratNya yang telah melimpahkan rahmad hidayah
dan inayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Ulkus
Peptikum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat melancarkan pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah bekontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................. 3
BAB II KONSEPTEORI...................................................................................................................... 4
1. Definisi ............................................................................................................................. 4
2. Etiologi ............................................................................................................................. 4
3. Manifestasi Klinik......................................................................................................... 5
4. Patofisiologi dan Pathway .......................................................................................... 6
5. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................................. 9
6. Penatalaksanaan ............................................................................................................. 9
7. Komplikasi ...................................................................................................................... 9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................... 10
1. Pengkajian ..................................................................................................................... 10
2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 12
3. Perencanaan Keperawatan ........................................................................................ 12
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................. 15
A. Contoh Kasus Ulkus Peptikum ..................................................................................... 15
B. ASKEP Ulkus Peptikum .............................................................................................. 15
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 28
A. Kesimpulan............................................................................................................................ 28
B. Penutup .................................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus
duodenum. Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa
yang berbatas tegas dan dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan
serosa sehingga terjadi perforasi. Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau semi
bulat/oval, ukuran >5mm kedalaman submukosal pada mukosa lambung akibat
terputusnya kontuinuitas/intregritas mukosa lambung (Tarigan, 2014).
Ulkus gaster atau lebih populer dengan penyakit maag, banyak terdapat pada
masyarakat di dunia, pada semua umur. Prevalensi ulkus gaster berkisar 11- 14 % pada
pria dan 8-11 % pada wanita. Sedangkan kaitan dengan usia, jumlah kemunculan ulkus
mengalami penurunan pada pria usia muda, khususnya untuk ulkus duodenum, dan
jumlah meningkat pada wanita usia tua (Ponijan, 2011). Di Indonesia ulkus gaster
ditemukan antara 6-15% pada usia 20-50 tahun (Nasif et al,2007) dan dari data WHO
menyebutkan bahwa kematian akibat ulkus gaster di Indonesia mencapai 0,99 persen
yang didapatkan dari angka kematian 8,41 per 100,000 penduduk (WHO, 2011). Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK) Depkes (2008) menyatakan bahwa
pada tahun 2005-2008, ulkus gaster menempati urutan ke-10 dalam kategori penyebab
kematian pada kelompok umur 45-54 tahun pada laki-laki (2,7%).
Pengobatan ulkus peptikum berupa antasida sebagai pengobatan simptomatik,
bloker H2, sukralfat, prostaglandin dan triple therapy untuk pengobatan ulkus akibat
infeksi helicobacter pylori yang terdiri dari PPI, amoksisilin, dan klaritromisin.
Pengobatan medikamentosa ini memiliki beberapa efek samping (Tarigan, 2014).
Pada lambung sehat terdapat keseimbangan faktor agresif yang dapat merusak
integritas mukosa lambung dengan faktor defensif sebagai pelindung mukosa. Apabila
terjadi peningkatan faktor agresif, ataupun penurunan faktor defensif maka akan terjadi
kerusakan pada mukosa lambung. (Robbins, 2012)
Kerusakan mukosa lambung dapat disebabkan oleh etanol. Etanol atau yang
dikenal sebagai alkohol di masyarakat telah menjadi masalah sosial (Brunton et al.,
2008). Etanol dapat meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species dan menurunkan
kadar antioksidan selular, sehingga dapat merusak sawar mukosa lambung. Etanol cepat
1
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Ulkus Peptikum ?
2. Apakah penyebab yang menimbulkan Ulkus Peptikum ?
3. Apa saja manifestasi klinis dari Ulkus Peptikum ?
4. Bagaimana patofisiologi dan pathway penyakit Ulkus Peptikum ?
5. Bagaimana pemeriksaaan diagnostik penyakit Ulkus Peptikum ?
6. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Ulkus Peptikum ?
7. Apa saja komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Ulkus Peptikum ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Penyakit Ulkus Peptikum
2. Untuk mengetahui penyebab yang menimbulkan Ulkus Peptikum
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Ulkus Peptikum
4. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathway penyakit Ulkus Peptikum
5. Untuk mengetahui pemeriksaaan diagnostik penyakit Ulkus Peptikum
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit Ulkus Peptikum
7. Untuk mengetahui komplikasi yang mungkin timbul pada penyakit Ulkus Peptikum
BAB II
KONSEP TEORI
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai
indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009).
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau
duodenum (Corwin, 2009).
Ulkus peptikum adalah keadaan terputusnya kontinuitas mukosa yang meluas
di bawah epitel atau kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa hingga lapisan
otot dari suatu daerah saluran cerna yang langsung berhubungan dengan cairan
lambung asam/pepsin (Sanusi, 2011).
2. Etiologi
a. Penurunan Produksi Mukus sebagai Penyebab Ulkus
Kebanyakan ulkus terjadi jika sel-sel mukosa usus tidak menghasilkan
produksi mukus yang adekuat sebagai perlindungan terhadap asam lambung.
Penyebab penurunan produksi mukus dapat termasuk segala hal yang
menurunkan aliran darah ke usus, menyebabkan hipoksia lapisan mukosa dan
cedera atau kematian sel-sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus
iskemik. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Jenis khusus
ulkus iskemik yang timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus Curling
(Curling Ulcer).(Anand, 2012)
Penyebab utama penurunan produksi mukus berhubungan dengan
infeksi bakterium H.pylori membuat koloni pada sel-sel penghasil mukus di
lambung dan duodenum, sehingga menurunkan kemampuan sel memproduksi
mukus. Sekitar 90% pasien ulkus duodenum dan 70% ulkus gaster
memperlihatkan infeksi H.pylori. Infeksi H.pylori endemik di beberapa negara
berkembang. Infeksi terjadi dengan cara ingesti mikroorganisme. (Anand,
2012)
4
5
b. Penggunaan NSAID
Penggunaan beberapa obat, terutama obat anti-inflamasi non-steroid
(NSAID), juga dihubungkan dengan peningkatan risiko berkembangnya ulkus.
Aspirin menyebabkan iritasi dinding mukosa, demikian juga dengan NSAID
lain dan glukokortikosteroid. Obat-obat ini menyebabkan ulkus dengan
menghambat perlindungan prostaglandin secara sistemik atau di dinding usus.
Sekitar 10% pasien pengguna NSAID mengalami ulkus aktif dengan
persentase yang tinggi untuk mengalami erosi yang kurang serius. Perdarahan
lambung atau usus dapat terjadi akibat NSAID. Lansia terutama rentan
terhadap cedera GI akibat NSAID. Obat lain atau makanan dihubungkan
dengan perkembangan ulkus termasuk kafein, alkohol, dan nikotin. Obat-obat
ini tampaknya juga mencederai perlindungan lapisan mukosa. (Anand, 2012).
c. Kelebihan asam sebagai penyebab ulkus
Pembentukan asam di lambung penting untuk mengaktifkan enzim
pencernaan lambung. Asam hidroklorida (HCl) dihasilkan oleh sel-sel parietal
sebagai respons terhadap makanan tertentu, hormon (termasuk gastrin),
histamin, dan stimulasi parasimpatis. Makanan dan obat seperti kafein dan
alkohol menstimulasi sel-sel parietal untuk menghasilkan asam. Sebagian
individu memperlihatkan reaksi berlebihan pada sel-sel perietalnya terhadap
makanan atau zat tersebut, atau mungkin mereka memiliki jumlah sel parietal
yang lebih banyak dari normal sehingga menghasilkan lebih banyak asam.
Aspirin bersifat asam, yang dapat langsung mengiritasi atau mengerosi lapisan
lambung (Anand, 2012)
3. Manifestasi Klinik
a. Nyeri abdomen seperti terbakar (dispepsia) sering terjadi di malam hari. Nyeri
biasanya terletak di area tengah epigastrium, dan sering bersifat ritmik
b. Nyeri yang terjadi ketika lambung kosong (sebagai contoh di malam hari)
sering menjadi tanda ulkus duodenum, dan kondisi ini adalah yang paling
sering terjadi
c. Nyeri yang terjadi segera setelah atau selama malam adalah ulkus gaster.
Kadang, nyeri dapat menyebar ke punggung atau bahu.
6
d. Nyeri sering hilang-timbul: nyeri sering terjadi setiap hari selama beberapa
minggu kemudian menghilang sampai periode perburukan selanjutnya
e. Penurunan berat badan juga biasanya menyertai ulkus gaster. Penambahan
berat badan dapat terjadi bersamaan dengan ulkus duodenum akibat makan
dapat meredakan rasa tidak nyaman (Corwin, 2009)
Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam
hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena
mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila
lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak
hanya dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke
dalamnya dengan lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier
mukosa lambung. Barier ini adalah pertahanan untama lambung terhadap
pencernaan yang dilakukan oleh sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang
mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan asam basa,
integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu, seseorang
mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1.
hipersekresi asam pepsin 2. kelemahan barier mukosa lambung.
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces) dapat ditemui.
Pasien ini dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia,
dan karenanya dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling
utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada
ulserasi mukosa akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah
kejadian penuh stress secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok,
sepsis berat, dan trauma dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus
stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi
dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila
kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola
ini khas pada ulserasi stress (Muttaqin, 2011).
8
Pathway
(Muttaqin, 2011)
9
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Endoskopi (gastroskopi) dengan biopsi dan sitologi
b. Pemeriksaan dengan barium
c. Pemeriksaan radiologi pada abdomen
d. Analisis lambung
e. Pemeriksaan laboratorium kadar Hb, Ht, dan pepsinogen (Sanusi, 2011)
6. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
1) Hindari rokok dan makanan yang menyebabkan nyeri
2) Antasida untuk terapi simtomatik
3) Bloker H2 (ranitidin, cimetidine)
4) PPI (omeprazole)
5) Bismuth koloidal
6) Ampisilin atau tetrasiklin + metronidazole (efektif melawan Helicobacter
pylori)
7) Re-endoskopi pasien dengan ulkus gaster setelah 6 minggu karena terdapat
risiko keganasan
b. Hanya diindikasikan untuk kegagalan terapi medikamentosa dan komplikasi.
1) Operasi elektif untuk ulkus duodenum : vagotomi seletif tinggi ; saat ini
jarang digunakan : Operasi elektif untuk ulkus gaster : gastrektomi Billroth
I
2) Ulkus duodenum/gastrikum yang telah perforasi : penutupan sederhana
pada perforasi dan biopsi.
3) Perdarahan : kontrol endoskopik dengan skleroterapi, menjahit pembuluh
darah yang rusak
4) Stenosis pilorik : gastroenterostomi (Tarigan, 2009)
7. Komplikasi
a. Pendarahan. Ulkus peptikum merupakan penyebab yang paling sering dari
perdarahan hebat gastrointestinal bagian atas. Pada perdarahan ringan
gejalanya hanya feses yang berwarna kehitaman dan terjadi defisiensi zat besi
10
b. Perforasi adalah suatu erosi dari ulkus peptikum menembus dinding otot,
menimbulkan lubang dari saluran gastrointestinal
c. Obstruksi pilorus. Dapat disebabkan oleh edema jaringan disekitar ulkus
(Sanusi, 2011).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
GCS:
Tanda vital : nadi, suhu, tekanan darah, dan pernafasan
2) Head to toe
a) Kepala: bentuk kepala, warna, kulit kepala, nyeri tekan kepala
b) Wajah : bentuk wajah, kulit wajah
c) Mata : bentuk mata, sklera, konjungtiva, pupil
d) Hidung: bentuk hidung, pernafasan cuping hidung
e) Mulut : bentuk mulut, bnetuk gigi
f) Leher: pembesaran tyroid/ tidak, peningkatan JVP atau tidak
g) Dada
Inspeksi: bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernafasan
Palpasi: fokal fremitus, nyeri tekan
Perkusi : batas jantung, batas paru, ada/ tidak penumpukan secret
Auskultasi: bunyi paru dan suara nafas
h) Payudara: bentuk, benjolan, ada/tidaknya nyeri tekan
12
i) Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen, warna abdomen
Auskultasi: bising usus
Perkusi: batas hepar, ada/tidaknya penimbunan cairan di perut
Palpasi: ada/tidaknya nyeri tekan
j) Genitalia
k) Integumen: warna kulit
l) Ekstremitas
c. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
1) Pemeriksaan dengan barium terhadap saluran GI atau dapat menunjukkan
adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur diagnostik pilihan
2) Endoskopi GI atas digunakan untuk mengidentifikasi perubahan inflamasi,
ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa dapat secara langsung dilihat
dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui dapat mendeteksi
beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X karena
ukuran atau lokasinya
3) Pemeriksaan sekretori lambung merupakan nilai yang menentukan dalam
mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam hdroklorida dalam getah
lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang hilang dengan
makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus
(Muttaqin, 2011)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (00132)
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan (00002)
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan tidak cukup (00011)
(NANDA, 2015)
3. Perencanaan Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Ttd
Dx
13
4. Evaluasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
S: pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang
O: pasien trauma jaringan dan reflek spasme otot
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan makanan
S: pasien mengatakan nafsu makan meningkat, tidak muat
O: BB pasien meningkat 0,5 kg
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
c. Konstipasi berhubungan dengan asupan cairan tidak cukup
S: pasien mengatakan sudah bisa BAB dengan lancar
O: BAB pasien lunak dan bau khas, tidak ada darah dalam feses
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB III
PEMBAHASAN
I. BIODATA
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. S
Alamat : Grobogan
Umur : 35 tahun
Agama : Islam
Statua perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny.T
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
15
16
Alamat : Grobogan
Hubungan dengan klien : Istri
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Tinggal bersama
: Pasien
2. Pola nutrisi/metabolik
a) Sebelum sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur
3) Porsi :1 porsi
4) Keluhan : tidak ada
b) Selama sakit
1) Frekuensi : 3x sehari
2) Jenis : nasi,lauk,sayur,buah
3) Porsi :3 sdm
4) Keluhan : mual dan muntah
18
3. Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit
Frekuensi : 1x sehari pagi
Konsistensi : lunak berbentuk
Warna : kuning kecoklatan
Keluhan : tidak ada
Bau : khas
Pengguna obat pencahar : tidak ada
2) Selama sakit
Frekuensi : 1x sehari
Konsistensi : keras
Warna : kuning tidak ada darah
Keluhan : konstipasi, nyeri
Bau : khas
Pengguna obat pencahar : tidak ada
b. BAK
1) Sebelum sakit
Frekuensi : 3-5 x sehari
Jumlah urine : ±200 cc sekali BAK
Warna : kuning pucat
Panacaran : kuat
Bau : amoniak
2) Selama sakit
19
Makan / minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
b) Selama sakit
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum
20
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilitas ditempat tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM
Ket :
0 : mandiri, 1: dengan alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain
dan alat, 4 : tergantung orang lain
Pasien mengatakan ketika muncul suatu masalah klien masih dapat mengambil
keputusan sendiri. Pasien mengatakan cemas.
b) Selama sakit
Keluarga mengatakan kondisi sakit yang dialami membuat pasien cemas dan
untuk menyelesaikannya dengan bantuan orang lain (keluarga).
7. Genetalia
Tidak ada tekanan pada genetalia, bersih, tidak terpasang DC.
8. Rektum
Tidak ada hemoroid
9. Ekstremitas
a. Atas
1) Kekuatan otot kanandankiri :5
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabaan akral : Hangat
5) Pitting edema : Derajat 1
b. Bawah
1) Kekuatan otot kanan dan kiri :5
2) ROM kanan dan kiri : Aktif
3) Perubahan bentuk kulit : Tidakada
4) Perabahan akral : Hangat
5) Pitting edema : Derajat 1
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penonjolan besar berbentuk nodular pada kurvatura minor lambung melalui
pemeriksaan radiogram dengan barium.
Hari/ Diagnosa
No. Data Fokus Masalah Etiologi Ttd
tanggal Kep.
1 18 DS Nyeri akut Agen Nyeri akut b.d.
september Pasien cidera agen cidera
2018 mengatakan biologis biologis
nyeri ulu laringitis tb
25
hati
P : Nyeri
ulu hati
Q : tertusuk
benda
tumpul dan
terasa
terbakar
R : ulu hati
S:6
T : hilang
timbul
DO
- Pasien
tampak
meringis
menahan
nyeri
- TTV
TD : 120/ 88
mmHg
N : 80x/
menit
RR : 22 x/
menit
S : 360C
2 Selasa, DS: Ketidakseim Kurang Ketidakseimban
30/1/18 bangan asupan gan nutrisi kuang
-Pasien
14.15 nutrisi kuang makanan dari kebutuhan
mengatakan dari tubuh b.d
kebutuhan Kurang asupan
nyeri ulu
tubuh makanan
hati
-pasien
mengatakan
mual dan
muntah serta
lemas
-pasien
26
mengatakan
makan
hanya 3
sendok
DO :
A: Bb: 51 kg
Tb: 165 cm
C : Turgor
dan mukosa
bibir kering
Pasien
mengatakan
tidak nafsu
makan
D: -
-Bising usus
20x/menit
- TD : 120/
88 mmHg
N : 80 x/
menit
RR : 22 x/
menit
S : 360C
No.
Tujuan Intervensi Ttd
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri (1400) ג
keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengkajian nyeri
jam diharapkan nyeri komprehensif meliputi PQRST
berkurang dengan kritria 2. Anjurkan istirahat atau tidur yang
hasil : adekuat
1. melaporkan bahwa 3. Ajarkan penggunaan teknik
nyeri berkurang (2102) nonfarmakologi (relaksasi )
2. tidak terdapat ekspresi 4. Kolaborasi pemberian analgesik
nyeri wajah (2102)
3. frekuensi napas normal Monitor TTV (6680)
16-24 x/ menit (2102) 1. Monitor tekanan darah, suhu, nadi,
4. pasien dapat status pernapasan dengan tepat
menggunakan tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik (2102)
2 Setelah dilakukan tindakan Manajemen gangguan makan (1030) ג
keperawatan selama 3 x 24 1. Lakukan pengukuran antropometri
jam diharapka 2. Monitor intake dan output makanan
ketidakseimabangan 3. Berikan porsi makanan sedikit tapi
nutrisi kurang dari sering
kebutuhan tubuh dapat 4. Ajarkan pasien dan keluarga
teratasi dengan kriteria mengenai diit yang dianjurkan
hasil : 5. Kolaborasi pemberian obat anti
emetik
1.Asupan makan menjadi
normal
2. Nafsu makan meningkat
3. Mual muntah berkurang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ulkus peptikum merupakan erosi lapisan mukosa biasanya di lambung atau
duodenum. Peyebab terjadinya ulkus peptikum karena adanya peningkatan sekresi
lambung atau penurunan reistensi mukosa terhadap serangan asam pepsin. Penyebab
lainnya juga karena infeksi Heloibacter pylori dan penggunaan NSAID. Ulkus
peptikum dapat didiagnosa melalui pemeriksaan menggunakan endoskopi dan
mendeteksi adanya infeksi Heliobacter pylori.
B. Saran
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang ulkus peptikum, sehingga kita
dapat meengetahui hal apa yang akan dilakukan jika mendapatkan kasus seperti yang
telah dijelaskan diatas, sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari
seharunya. Dalam penulisan kami mungkin masih terdapat kesalahan, jika pembaca
menemukan kesalahan mohon berikan masukan dan saran agar makalah ini lebih baik
lagi.
28
29
DAFTAR PUSTAKA
Anand, B.S., Katz, J., 2012. Peptic Ulcer Disease, Medscape reference, Professor.
Department of Internal Medicine. Devision of Gastroenterology, Baylor College of
Medicine. Available from: http://emedicine.medscape.com/ (Accessed 16 September
2018)
Ananda F., dan Tarigan J.,2014. Perencanaan Penulangan Dinding Gester (Shear Wall)
Berdasarkan Tata Cara SNI 03-2847-2002, Departemen Teknik Sipil Universitas
Sumatra Utara,Medan.
Corwin, Elizabeth J., 2009. Ulkus Peptikum. Dalam : Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Jamsari, Yaswendri, M . Kasim 2007. Fenologi perkembangan bunga dan buah spesies
Uncaria gambir. Biodiversitas. 8: 141-146.
Sanusi, Iswan A., 2011. Tukak Lambung. Dalam: Rani, Aziz, Simadibrata , M., Syam, A.F.,
(eds). Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Tarigan, P., 2009. Tukak Gaster. Dalam: Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, L., Simadibrata,
M., Setiati, S., (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Tarigan, P. 2014. Tukak Gaster. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K., & S.
Setiati (Eds.), Ilmu Penyakit Dalam Jilid I (IV, 338–341). Jakarta: FKUI.