Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Yosep & titin (2016, p. 262), menjelaskan bahwa harga diri rendah
disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi dan presipitasi yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Penolakan orangtua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang kali
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5) Ketergantungan pada orang lain
6) Ideal diri yang tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1) Hilangnya sebagian anggota tubuh
2) Berubahnya penampilan
3) Berubahnya bentuk tubuh
4) Mengalami kegagalan
5) Menurunnya produktivitas
5
6
4. Klasifikasi
Ermawati, Suliswati, Pipin, Rochimah, & Endang (2009, p. 12),
menyampaikan bahwa gangguan harga diri rendah berdasarkan terjadinya
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Situasional
Gangguan harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-
tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah situasional
karena:
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
rambut pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal)
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit.
8
b. Kronik
Harga diri rendah kronik adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit dan dirawat. Klien ini
mempunyai cara berpikir yang yang negatif. Dirawat di Rumah Sakit
Jiwa akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
5. Pohon Masalah
6. Penatalaksanaan
Menurut Eko Prabowo (2014), penatalaksanaan gangguan konsep
diri ; harga diri rendah meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
9
b. Psikoterapi
Terapi kerja balik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
Skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
d. Terapi Modalitas
Terapi modalitas / perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
Skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.
2. Hasil Literasi
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah
adalah dengan terapi kreasi seni musik ; bernyanyi yang merupakan salah
satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat
dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan fisik maupun psikologis seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.
Terapi lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : terapi rekreasi,
terapi kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan
yang tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang pertama
terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan, dan
mengembangkan kemampuan hubungan sosial, yang kedua adalah terapi
kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi empat bagian yaitu
terapi menari, atau dance, terapi musik, terapi menggambar atau melukis
11
dan terapi literature atau biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien
untuk mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan –
kebutuhannya, memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan
diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir dan Muhith pada tahun
2011 mengatakan 60% faktor yang menentukan faktor kesehatan
seseorang adalah kondisi lingkungannya. Terapi lingkungan yang terdiri
dari terapi rekreasi, terapi kreasi seni dapat membantu pasien untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk
melakukan kegiatan pada pasien dengan harga diri rendah.
d. Mekanisme koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
krisis, misalnya : kerja keras, nonton, dll.
b) Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya : ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll.
c) Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya ikut kompetisi, prestasi akademik, dll.
d) Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
misalnya penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhitungkan keinginan,
aspirasi, potensi diri individu.
b) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi
b) Dissosiasi
c) Isolasi
d) Proyeksi
e) Displacement
14
IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun dan beri tanda sesuai
hasil.
4. Tanyakan kepada klien/ keluarga apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien, apabila ada beri tanda di kotak ya, dan apabila
tidak beri tanda di kotak tidak.
5. Kaji lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ serta jelaskan sesuai
dengan keluhan yang ada.
V. Psikososial
1. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, contoh :
16
cc
c
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal
Ċ
ĊČ
: Klien
: Tinggal serumah
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai
b. Identitas diri, tanyakan tentang :
Status dan posisi klien sebelum di rawat
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat
kerja, kelompok)
Kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan
c. Peran tanyakan tentang :
Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut
d. Ideal diri, tanyakan tentang :
Harapan tehadap tubuh, posisi, status, tugas / peran
17
a. Penampilan tidak rapi. Apabila dari ujung rambut sampai ujung kaki
ada yang tidak rapi, misalnya rambut acak-acakan, kancing baju
tidak tepat, resleting tidak di kunci, baju terbalik, baju tidak diganti-
ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian dalam dipakai di
luar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya, tidak sesuai dengan waktu,
tempat, identitas dan situasi/kondisi.
d. Jelaskan hal-hal yang ditampilkan lien dan kondisi lain, yang tidak
tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan klien, apakah cepat, keras, gagap, membisu,
apatis, dan atau lambat.
b. Apabila pembicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat
lain dan tidak ada kaitannya, beri tanda pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Aktivitas motorik (data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga)
a. Lesu, tegang, dan gelisah yang tampak jelas
b. Agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan).
c. Tik (gerakan-gerakan kecil yang tidak terkontrol pada otot muka).
d. Grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah dan tidak dapat
dikontrol klien).
e. Tremor (jari-jari tampak gemetar ketika klien mengulurkan tangan
dan merentangkan jari-jari).
f. Kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan
tangan dan sebagainya).
19
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Alam perasaan (data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga)
a. Sedih, putus asa, gembira berlebihan yang tampak jelas.
b. Ketakutan (objek yang ditakuti sudah jelas).
c. Khawatir (objeknya belum jelas)
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercntum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek (data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga)
a. Fatar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulasi yang
menyenangkan atau menyedihkan)
b. Tumpul (hany bereaksi bila ada stimulasi emosi yang kuat)
c. Labil (emosi berubah dengan cepat)
d. Tidak sesuai (emosi tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulasi
yang ada)
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. Interaksi selama wawancara (data ini didapatkan melalui hasil
wawancara dan observasi perawat/keluarga)
a. Bermusuhan, tidak koperatif, dan mudah tersinggung telah tampak
jelas.
b. Kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
c. Defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya)
d. Curiga (menunjukkan sikap perasaan tidak percaya pada orang lain).
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
7. Persepsi
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, penghidu sama dengan penciuman.
20
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi, dan perasaan klien terhadap halusinasinya.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
8. Proses pikir (data diperoleh dari observasi ketika wawancara)
a. Sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan).
b. Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan).
c. Kehilangan asosiasi (pembicaraan yang memiliki hubungan antara
satu kalimat dan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya).
d. Flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan).
e. Blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal,
kemudian dilanjutkan kembali).
f. Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali)
g. Jelaskan apa yang dikatakan klien ketika wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9. Isi pikir (data didapatkan melalu wawancara)
a. Obsesi (pikiran yang selalui muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya).
b. Fobia (ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi
tertentu).
c. Hiokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan pada organ dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada).
d. Depersonalisasi (perasaan klien yag asing terhadap diri sendiri,
orang atau lingkuan).
e. Ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di
lingkungan, bermakna dan terkait pada dirinya).
f. Pikiran magis (khayalan klien tentang kemampuannya untuk
melakukan hal-hal yang mustahil/diluar kemampuannya)
21
g. Waham
Agama (keyakinan klien yang berlebihan terhadap suatu agama
dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan).
Somatik (keyakinan klien tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataanya).
Kebesaran (keyakinan klien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataannya).
Curiga (keyakinan klien bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan dikatakan
secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
Nihilistik (keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan).
Waham yang bizar:
Sisip pikir (keyakinan klien bahwa ada ide / pikiran orang lain
yang disisipkan dalam pikirannya dan dikatakan secara berulang,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
Siar pikir (keyakinan klien bahwa ornag lain mengetahui apa
yang dipikirkannya, walaupun dia tidak mengatakan kepada
orang tersebut, dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataanya).
Kontrol pikir (keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar).
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien saat wawancara.
i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran (data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui
wawancara dan observasi, stuper diperoleh melalui observasi, orientasi
klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui wawancara).
22
2. Diagnosa
Keliat & Akemat (2014, p. 83), menjelaskan berdasarkan tanda dan
gejala yang didapat melalui observasi, wawancara, atau pemeriksaan fisik
bahkan melalui sumber sekunder perawat dapat merumuskan diagnosis
keperawatan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah.
26
Diagnosa keperawatan pada klien diri rendah menurut (Yosep & Titin,
2007, p.264) adalah :
1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Berdasarkan diagnosa diatas, penulis mengambil diangnosa
Gangguan Konsep Jiwa : Harga Diri Rendah sebagai Karya Tulis Ilmiah.
3. Perencanaan
Fokus dari rencana tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif
terhadap kehidupan terdiri dari persepsi, keyakinan, dan pendirian.
Kesadaran klien akan emosi dan perasaannya juga hal yang penting
(Teguh Purwanto, 2015, p. 90).
Intervensi keperawatan membantu klien dalam meningkatkan
pemahaman perilaku dan motivasi untuk mengubah perilakunya yang
maladaptif. Ade Herman Surya Direja (2011, p. 149), menjelaskan bahwa
tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan
1) Pasien Mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2) Pasien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien mampu menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemamuan.
4) Pasien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5) Pasien mampu merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
b. Intervensi
1) SP 1
a) Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
27
5. Evaluasi
Menurut Keliat & Akemat (2014, p. 93), setelah dilakukan tindakan
keperawatan, kemudian dilakukan evaluasi terhadap pasien dengan harga
diri rendah dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam menangani
pasien dengan harga diri rendah untuk mengetahui efektifitas perawatan
mengacu pada kriteria evaluasi dan tujuan khusus dari intervensi yang
telah dibuat.