Vous êtes sur la page 1sur 25

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Harga Diri Rendah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif, terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat & Akemat, 2014, p. 83). Harga diri
rendah dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Ermawati, Suliswati, Pipin, Rochimah, & Endang, 2009).

2. Etiologi
Yosep & titin (2016, p. 262), menjelaskan bahwa harga diri rendah
disebabkan oleh beberapa faktor predisposisi dan presipitasi yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Penolakan orangtua
2) Harapan orang tua tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang kali
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
5) Ketergantungan pada orang lain
6) Ideal diri yang tidak realistis
b. Faktor presipitasi
1) Hilangnya sebagian anggota tubuh
2) Berubahnya penampilan
3) Berubahnya bentuk tubuh
4) Mengalami kegagalan
5) Menurunnya produktivitas

5
6

3. Tanda dan Gejala


Iyus & Titin (2016, p. 264),menjelaskan bahwa orang dengan
harga diri rendah akan menunjukkan tanda gejala sebagai berikut:
a. Mengejek dan mengkritik diri
b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
c. Mengalami gejala fisik, missal : tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat
d. Menunda keputusan
e. Sulit Bergaul
f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
g. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga, halusinasi
h. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri
hidup
i. Merusak / melukai orang lain
j. Perasaan tidak mampu
k. Pandangan hidup yang pesimistis
l. Tidak menerima pujian
m. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
n. Penurunan produktivitas
o. Penolakan terhadap kemampuan diri
p. Kurang memperhatikan perawatan diri
q. Berpakaian tidak rapi
r. Berkurang selera makan
s. Tidak berani menatap lawan bicara
t. Lebih banyak merunduk
u. Bicara lambat dengan nada suara lemah

Teguh Purwanto (2015, p.87), menjelaskan terdapat beberapa


perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah, diantaranya yaitu:
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Produktifitas menurun
7

c. Destruktif pada orang lain


d. Gangguan berhubungan
e. Perasaan tidak mampu
f. Rasa bersalah
g. Irritable atau mudah marah
h. Ketegangan peran
i. Pesimis terhadap kehidupan
j. Keluhan fisik
k. Pandangan hidup yang terpolarisasi
l. Menolak kemampuan diri sendiri
m. Mengejek diri sendiri
n. Penyalahgunaan obat
o. Menarik diri dari realitas
p. Cemas dan takut

4. Klasifikasi
Ermawati, Suliswati, Pipin, Rochimah, & Endang (2009, p. 12),
menyampaikan bahwa gangguan harga diri rendah berdasarkan terjadinya
dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Situasional
Gangguan harga diri rendah situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-
tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah,
putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban
perkosaan, dituduh KKN, di penjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah situasional
karena:
1) Privasi yang kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
rambut pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal)
2) Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit.
8

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai. Misalnya


berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.

b. Kronik
Harga diri rendah kronik adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri
yang telah berlangsung lama yaitu sebelum sakit dan dirawat. Klien ini
mempunyai cara berpikir yang yang negatif. Dirawat di Rumah Sakit
Jiwa akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

5. Pohon Masalah

(Effect) Perubahan persepsi sensori : halusinasi

(Core Problem) Konsep diri : Harga diri rendah

(Causa) Koping individu tidak efektif

Gambar 2.1 Sumber : (Yosep & Titin, 2007, p.264)

6. Penatalaksanaan
Menurut Eko Prabowo (2014), penatalaksanaan gangguan konsep
diri ; harga diri rendah meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya
diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu
golongan generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical).
Obat yang termasuk golongan generasi pertama misalnya
chlorpromazine HCL, Thoridazine HCL, dan Haloperidol. Obat yang
termasuk generasi kedua misalnya : Risperidone, Olozapine,
Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan aripiprazole.
9

b. Psikoterapi
Terapi kerja balik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi
dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya
supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Terapi Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
Skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
d. Terapi Modalitas
Terapi modalitas / perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
Skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan pasien.

B. Teori Explorasi Dan Aspek Positif (Latihan Bernyanyi)


1. Pengertian
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksplorasi adalah
penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih
banyak tentang keadaan. Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau
pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan
tujuan menemukan sesuatu. Eksplorasi merupakan sebuah tindakan untuk
mencari sebuah informasi dan pengumpulan data yang bertujuan untuk
kepentingan penelitian dan penyediaan informasi bagi pihak yang
berkepentingan.
Bernyanyi adalah melantunkan suara dengan nada-nada yang
beraturan, biasanya bernyanyi diiringi dengan alat musik, baik itu
menyanyi secara single/sendirian maupun bernyanyi dalam kelompok.
Selain untuk menghibur orang lain.
10

Manfaat bernyanyi dapat menjadi media penyalur rasa resah yang


sedang melanda, ataupun sebagai bentuk luahan keinginan yang belum
terealisasi. Dengan bernyanyi juga dapat membuka kembali kenangan atau
moment-moment lama yang jarang diingat. Bakat bernyanyi pada setiap
orang berbeda-beda, tetapi kalau kita mau belajar pasti dapat menonjolkan
kemampuan bernyanyi tersebut sehingga dapat menghibur orang lain atau
minimal diri sendiri.
Dampak bagi pasien harga diri rendah dapat membantu pasien
untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, membantu mempercayai orang lain,
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan tentang apa
yang terjadi dengan dirinya serta memberikan kesempatan pada pasien
untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan
pikiran dan perilaku sesuai dengan norma yang baik.

2. Hasil Literasi
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
untuk melakukan kegiatan pada pasien yang mengalami harga diri rendah
adalah dengan terapi kreasi seni musik ; bernyanyi yang merupakan salah
satu bagian dari terapi lingkungan. Terapi lingkungan berkaitan erat
dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan fisik maupun psikologis seseorang yang akan berdampak
pada kesembuhan baik pada kondisi fisik maupun psikologis seseorang.
Terapi lingkungan dapat dibagi menjadi 4 jenis yaitu : terapi rekreasi,
terapi kreasi seni, pettherapy dan plantherapy. Jenis terapi lingkungan
yang tepat diterapkan pada pasien harga diri rendah adalah yang pertama
terapi rekreasi, tujuan dari terapi tersebut adalah agar pasien dapat
melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan, dan
mengembangkan kemampuan hubungan sosial, yang kedua adalah terapi
kreasi seni, dalam terapi kreasi seni terbagi menjadi empat bagian yaitu
terapi menari, atau dance, terapi musik, terapi menggambar atau melukis
11

dan terapi literature atau biblio. Keempat jenis terapi ini membantu pasien
untuk mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan –
kebutuhannya, memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya serta
memberikan kesempatan pada pasien untuk mengembangkan wawasan
diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir dan Muhith pada tahun
2011 mengatakan 60% faktor yang menentukan faktor kesehatan
seseorang adalah kondisi lingkungannya. Terapi lingkungan yang terdiri
dari terapi rekreasi, terapi kreasi seni dapat membantu pasien untuk
mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk
melakukan kegiatan pada pasien dengan harga diri rendah.

C. Asuhan keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri Rendah


1. Pengkajian
Keliat & Akemat (2014, p. 83), menjelaskan pengkajian berisi
pedoman agar perawat dapat menangani pasien yang mengalami diagnosis
keperawatan harga diri rendah, baik menggunakan pendekatan secara
individual ataupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
harga diri rendah.
Ermawati, Suliswati, Pipin, Rochimah, & Endang (2009, p. 18),
Menjelaskan hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri
rendah adalah sebagai berikut:
a. Faktor predisposisi
1) Penolakan
2) Kurang penghargaan
3) Pola asuh overprotektif, otorier, tidak konsisten, terlalu dituruti,
terlalu dituntut
4) Persaingan antar saudara
5) Kesalahan dan kegagalan berulang
12

6) Tidak mampu mencapai standar


b. Stressor presipitasi
1) Trauma
Masalah spesifik dengan konsep diri adalah situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri, khususnya trauma emosi seperti
penganiayaan seksual dan psikologis pada masa anak – anak atau
merasa terancam atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
2) Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran dan
terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu
menghadapi dua harapan yang bertentangan dan tidak dapat
dipenuhi.
c. Perilaku
1) Mengkritik diri atau orang lain
2) Produktifitas menurun
3) Gangguan berhubungan
4) Ketegangan peran
5) Pesimis menghadapi hidup
6) Keluhan fisik
7) Penolakan kemampuan diri
8) Pandangan hidup bertentangan
9) Destruktif terhadap diri
10) Menarik diri secara sosial
11) Penyalahgunaan zat
12) Menarik diri dari realitas
13) Khawatir
14) Merasa diri paling penting
13

15) Destruktif pada orang lain


16) Merasa tidak mampu
17) Merasa bersalah
18) Mudah tersinggung/marah
19) Perasaan negatif terhadap tubuh

d. Mekanisme koping
1) Pertahanan jangka pendek
a) Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari
krisis, misalnya : kerja keras, nonton, dll.
b) Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti
sementara, misalnya : ikut kegiatan sosial, politik, agama, dll.
c) Aktifitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri,
misalnya ikut kompetisi, prestasi akademik, dll.
d) Aktifitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan
misalnya penyalahgunaan obat.
2) Pertahanan jangka panjang
a) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang
penting bagi individu tanpa memperhitungkan keinginan,
aspirasi, potensi diri individu.
b) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh
nilai-nilai harapan masyarakat.
3) Mekanisme pertahanan ego
a) Fantasi
b) Dissosiasi
c) Isolasi
d) Proyeksi
e) Displacement
14

f) Marah/amuk pada diri sendiri


I. Identitas
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan
2. Usia dan No. Rekam Medik
3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang akan dicapai
II. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien/ keluarga
1. Apa yang menyebabkan klien/ keluarga datang ke rumah sakit saat ini?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ini?
3. Bagaimana hasilnya?
III. Faktor Predisposisi
1. Tanyakan kepada klien/ keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa di masa lalu, apabila ya beri tanda pada kotak ya dan
apabila tidak beri tanda pada kotak tidak.
2. Apabila jawaban pada poin 1 adalah ya, tanyakan bagaimana hasil
pengobatan sebelumnya. Apabila dia dapat beradaptasi di masyarakat
tanpa gejala-gejala gangguan jiwa, beri tanda pada kotak berhasil;
apabila dia dapat eradaptasi, tetapi masih ada gejala-gejala sisa, beri
tanda pada kotak kurang berhasil; apabila tidak dapat beradaptasi dan
menunjukkan gejala-gejala sisa beri tanda pada kotak tidak berhasil.
3. Tanyakan kepada klien apakah klien pernah melakukan, mengalami,
atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari
lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal, beri tanda
sesuai dengan penjelasan klien/ keluarga dan apakah klien sebagai
pelaku, korban dan atau saksi, maka beri tanda pada kotak pertama, isi
usia saat kejadian pada kotak kedua.
Jika klien pernah sebagai pelaku, korban dan saksi (2 atau lebih)
tuliskan pada penjelasan.
15

a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang kejadian yang


dialami klien terkait No. 1, 2, 3.
b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Tanyakan kepada klien/ keluarga apakah ada anggota keluarga lain yang
mengalami gangguan jiwa, jika ada beri tanda pada kotak ya dan jika
tidak beri tanda pada kotak tidak. Apabila ada anggota keluarga lain
yang mengalami gangguan jiwa, tanyakan bagaimana hubungan klien
dengan anggota keluarga tersebut.
5. Tanyakan kepada klien/ keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan/perpisahan/kematian, trauma selama tumbuh
kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.

IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ
1. Ukur dan observasi tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan apakah berat badan klien naik atau turun dan beri tanda sesuai
hasil.
4. Tanyakan kepada klien/ keluarga apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan oleh klien, apabila ada beri tanda di kotak ya, dan apabila
tidak beri tanda di kotak tidak.
5. Kaji lebih lanjut tentang sistem dan fungsi organ serta jelaskan sesuai
dengan keluhan yang ada.

V. Psikososial
1. Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan
hubungan klien dan keluarga, contoh :
16

cc
c
Keterangan :

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal
Ċ
ĊČ
: Klien

: Tinggal serumah

2. Konsep diri
a. Citra tubuh
 Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai dan tidak disukai
b. Identitas diri, tanyakan tentang :
 Status dan posisi klien sebelum di rawat
 Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat
kerja, kelompok)
 Kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan
c. Peran tanyakan tentang :
 Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas / peran tersebut
d. Ideal diri, tanyakan tentang :
 Harapan tehadap tubuh, posisi, status, tugas / peran
17

 Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat


kerja, masyarakat)
 Harapan klien terhadap penyakitnya
e. Harga diri, tanyakan tentang :
 Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2
a, b, c,d
 Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan
kehidupannya
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
3. Hubungan sosial
a. Tanyakan kepada klien siapa orang terdekat dalam kehidupannya,
tempat mengadu, tempat berbicara, meminta bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan kepada klien kelompok apa saja yang diikutinya dalam
masyarakat.
c. Tanyakan kepada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok di
masyarakat.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan, tanyakan tentang :
 Pandangan dan keyakinan terhadap gangguan jiwa sesuai
dengan norma budaya dan agama yang dianut.
 Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah, tanyakan tentang:
 Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok
 Pendapat klien / keluarga tentang keyakinan ibadah
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
VI. Status Mental
Beri tanda pada kotak yang sesuai dengan keadaan klien, jawaban boleh
lebih dari Saturday
1. Penampilan (data ini dapat melalui hasil observasi perawat/keluarga)
18

a. Penampilan tidak rapi. Apabila dari ujung rambut sampai ujung kaki
ada yang tidak rapi, misalnya rambut acak-acakan, kancing baju
tidak tepat, resleting tidak di kunci, baju terbalik, baju tidak diganti-
ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai, misalnya pakaian dalam dipakai di
luar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya, tidak sesuai dengan waktu,
tempat, identitas dan situasi/kondisi.
d. Jelaskan hal-hal yang ditampilkan lien dan kondisi lain, yang tidak
tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan klien, apakah cepat, keras, gagap, membisu,
apatis, dan atau lambat.
b. Apabila pembicara berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat
lain dan tidak ada kaitannya, beri tanda pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Aktivitas motorik (data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga)
a. Lesu, tegang, dan gelisah yang tampak jelas
b. Agitasi (gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan).
c. Tik (gerakan-gerakan kecil yang tidak terkontrol pada otot muka).
d. Grimasen (gerakan otot muka yang berubah-ubah dan tidak dapat
dikontrol klien).
e. Tremor (jari-jari tampak gemetar ketika klien mengulurkan tangan
dan merentangkan jari-jari).
f. Kompulsif (kegiatan yang dilakukan berulang-ulang, seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan
tangan dan sebagainya).
19

g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak
tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Alam perasaan (data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga)
a. Sedih, putus asa, gembira berlebihan yang tampak jelas.
b. Ketakutan (objek yang ditakuti sudah jelas).
c. Khawatir (objeknya belum jelas)
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercntum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek (data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga)
a. Fatar (tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulasi yang
menyenangkan atau menyedihkan)
b. Tumpul (hany bereaksi bila ada stimulasi emosi yang kuat)
c. Labil (emosi berubah dengan cepat)
d. Tidak sesuai (emosi tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulasi
yang ada)
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. Interaksi selama wawancara (data ini didapatkan melalui hasil
wawancara dan observasi perawat/keluarga)
a. Bermusuhan, tidak koperatif, dan mudah tersinggung telah tampak
jelas.
b. Kontak mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara)
c. Defensif (selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya)
d. Curiga (menunjukkan sikap perasaan tidak percaya pada orang lain).
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
7. Persepsi
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, penghidu sama dengan penciuman.
20

b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi, dan perasaan klien terhadap halusinasinya.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
8. Proses pikir (data diperoleh dari observasi ketika wawancara)
a. Sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi sampai pada
tujuan pembicaraan).
b. Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan).
c. Kehilangan asosiasi (pembicaraan yang memiliki hubungan antara
satu kalimat dan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya).
d. Flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik
lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan).
e. Blocking (pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal,
kemudian dilanjutkan kembali).
f. Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali)
g. Jelaskan apa yang dikatakan klien ketika wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9. Isi pikir (data didapatkan melalu wawancara)
a. Obsesi (pikiran yang selalui muncul walaupun klien berusaha
menghilangkannya).
b. Fobia (ketakutan yang patologis/tidak logis terhadap objek/situasi
tertentu).
c. Hiokondria (keyakinan terhadap adanya gangguan pada organ dalam
tubuh yang sebenarnya tidak ada).
d. Depersonalisasi (perasaan klien yag asing terhadap diri sendiri,
orang atau lingkuan).
e. Ide yang terkait (keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi di
lingkungan, bermakna dan terkait pada dirinya).
f. Pikiran magis (khayalan klien tentang kemampuannya untuk
melakukan hal-hal yang mustahil/diluar kemampuannya)
21

g. Waham
 Agama (keyakinan klien yang berlebihan terhadap suatu agama
dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan).
 Somatik (keyakinan klien tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataanya).
 Kebesaran (keyakinan klien yang berlebihan terhadap
kemampuannya dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataannya).
 Curiga (keyakinan klien bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya dan dikatakan
secara berulang, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
 Nihilistik (keyakinan klien bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan dikatakan secara berulang, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan).
Waham yang bizar:

 Sisip pikir (keyakinan klien bahwa ada ide / pikiran orang lain
yang disisipkan dalam pikirannya dan dikatakan secara berulang,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan).
 Siar pikir (keyakinan klien bahwa ornag lain mengetahui apa
yang dipikirkannya, walaupun dia tidak mengatakan kepada
orang tersebut, dikatakan secara berulang, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataanya).
 Kontrol pikir (keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar).
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien saat wawancara.
i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran (data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui
wawancara dan observasi, stuper diperoleh melalui observasi, orientasi
klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui wawancara).
22

a. Bingung (tampak bingung dan kacau).


b. Sedari (pasien mengatakan bahwa ia merasa melayang-layang antara
sadar dan tidak sadar).
c. Stupor (gangguan motorik, seperti kekakuan, gerakan yang diulang-
ulang anggota tubuh klien dalam sikap canggung yang
dipertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari semua yang
terjadi di lingkungan).
d. Orientasi waktu, tempat dan orang cukup jelas.
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait dengan hal-hal
diatas.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan klien pada saat wawancara.
11. Memori (data yang diperoleh melalui wawancara)
a. Gangguan daya ingatan jangka panjang (tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi lebih dari satu bulan)
b. Gangguan daya ingatan jangka pendek (tidak dapat mengingat
kejadian yang terjadi dalam minggu terakhir)
c. Gangguan daya ingat saat ini (tidak dapat mengingat kejadian yang
baru saja terjadi).
d. Konfabulasi (pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataandengan
memasukan cerita yang tidak benar untuk menutupi gangguan daya
ingatannya).
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung (data diperoleh melalui wawancara)
a. Mudah dialihkan (perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke
objek lain)
b. Tidak mampu berkonsentrasi (klien selalui meminta agar pertanyaan
diulang/tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraan).
c. Tidak mampu berhitung (tidak dapat melakukan
penambahan/pengurangan pada benda-benda nyata).
23

d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.


e. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
13. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan (dapat mengambil
keputusan yang sederhana dengan bantuan ornag lain. Contoh :
berikan kesempatan kepada klien untuk memilih mandi dahulu
sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi. Jika diberi
penjelasan klien dapat mengambil keputusan).
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna (tidak mampu
mengambil keputusan walaupun dibantu ornag lain. Contoh : berikan
kesempatan kepada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum
makan atau makan dahulu sebelum mandi. Setelah diberi penjelasan
klien masih tidak mampu mengambil keputusan).
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data
14. Daya titik diri (data diperoleh melalui wawancara)
a. Mengingkari penyakit yang diderita: tidak menyadari gejala penyakit
(perubahan fisik, emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu
pertolongan.
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya (menyalahkan orang
lain/lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini).
c. Jelaskan dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam
(suka/tidak suka/pantang) dan cara makan.
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
2. Defeksi/berkemih
Observasi kemampuan klien untuk defekasi/berkemih.
24

- Pergi ke WC, menggunakan dan kemudian membersihkannya.


- Membersihkan diri dan merapikan pakaian.
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat
gigi, cuci rambut, gunting kuu, cukur (kumis, jenggot dan rambut).
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien untuk mengambil memilih dan
mengeakan pakaian serta alas kaki.
b. Observasi penampilan dan dandanan klien.
c. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien, seperti mengambil,
memilih, dan mengenakan pakaian.
5. Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang :
- Lama dan waktu tidur siang / malam
- Persiapan sebelum tidur, seperti menyikat gigi, mencuci kaki, dan
berdoa
- Aktifitas sesudah tidur, mandi/cuci muka dan menyikat gigi.
6. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada klien serta keluarga tentang:
- Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, wkatu dan cara pemberian
- Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
- Apa, bagaimana, kapan dan tempat perawatan lanjutan
- Siapa saja sistem pendukugyang dimiliki (keluarga, teman, institusi
dan lembaga pelayanan kesehatan) dan cara penggunaanya.
8. Aktifitas di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam:
- Merencanakan, mengolah, dan menyajikan makanan
- Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, dan mengepel).
25

- Mencuci pakaian sendiri


- Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari.
9. Aktifitas di luar rumah
a. Tanyakan kemampuan klien:
- Belanja untuk keperluan sehari-hari.
- Melakukan perjalanan mandiri, yaitu dengan berjalan kaki,
menggunakan kendaraan pribadi, kendaran umum.
- Aktifitas lain yang dilakukan diluar dirumah (bayar
listrik/telepon/air, kantor pos dan bank)
b. Jelaskan data terkait
c. Masalah keperawatan ditulis dengan data
VIII. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau pada keluarganya. Beri
tanda N/ pada kotak koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun
maladatif.
IX. Maslah Psikososial Dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Untuk
setiap masalah yang dimiliki klien, beikan uraian spesifik, singkat dan jelas.
X. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancra pada klien. Untuk setiap poin yang
dimiliki klien, simpulkan dalam masalah.
XI. Aspek Medik
Tuliskan diagnosis medis klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obat klien saat ini, baik obat fisik maupun
psikofarmaka danterapi lain.

2. Diagnosa
Keliat & Akemat (2014, p. 83), menjelaskan berdasarkan tanda dan
gejala yang didapat melalui observasi, wawancara, atau pemeriksaan fisik
bahkan melalui sumber sekunder perawat dapat merumuskan diagnosis
keperawatan gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah.
26

Diagnosa keperawatan pada klien diri rendah menurut (Yosep & Titin,
2007, p.264) adalah :
1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
Berdasarkan diagnosa diatas, penulis mengambil diangnosa
Gangguan Konsep Jiwa : Harga Diri Rendah sebagai Karya Tulis Ilmiah.

3. Perencanaan
Fokus dari rencana tindakan adalah pada tingkat penilaian kognitif
terhadap kehidupan terdiri dari persepsi, keyakinan, dan pendirian.
Kesadaran klien akan emosi dan perasaannya juga hal yang penting
(Teguh Purwanto, 2015, p. 90).
Intervensi keperawatan membantu klien dalam meningkatkan
pemahaman perilaku dan motivasi untuk mengubah perilakunya yang
maladaptif. Ade Herman Surya Direja (2011, p. 149), menjelaskan bahwa
tindakan keperawatan pada pasien harga diri rendah adalah sebagai
berikut:
a. Tujuan
1) Pasien Mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki.
2) Pasien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan.
3) Pasien mampu menetapkan / memilih kegiatan yang sesuai dengan
kemamuan.
4) Pasien mampu melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai
kemampuan.
5) Pasien mampu merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
b. Intervensi
1) SP 1
a) Identifikasi kemampuan positif yang dimiliki.
27

Diskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampun dan


aspek positif seperti kegiatan pasien di rumah adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
b) Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini.
Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih
digunakan saat ini.
Bantu pasien menyebutkan dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
c) Pilih kemampuan yang akan dilatih.
d) Diskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
e) Bantu pasien menetapkan aktivitas mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri.
Aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari
keluarga.
Aktivitas apa saja yang perlu bantuan penuh keluarga atau
lingkungan terdekat pasien.
Beri contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat
dilakukan pasien.
Susun bersama pasien sktivitas aau kegiatan sehari-hari pasien.
f) Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih.
Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang
sudah dipilih pasien) yang akan dilatih.
Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan
yang akan dilakukan pasien.
28

Berikan dukungan atau pujian yang nyata sesuai kemampuan yang


diperlihatkan pasien.
g) Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan.
Beri pujian atas aktivitas / kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari.
Tingkatkan kegiatan pasien sesuai dengan toleransi dan perubahan
sikap.
Susun daftar aktivitas yaang sudah dilatih bersama pasien dan
keluarga.
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktivitas yang dilakukan pasien.
2) SP 2
a) Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 )
b) Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan.
c) Latih kemampuan yang dipilih.
d) Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
3) SP 3
a) Evaluasi kegiatan yang lalu ( SP 1 dan 2 )
b) Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan.
c) Masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
c. Strategi Pelaksanaan Keluarga
Tujuan :
Keluarga mampu merawat pasien Harga Diri Rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
1) SP 1
a) Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat pasien.
b) Jelaskan proses terjadinya Harga Diri Rendah
c) Jelaskan tentang cara merawat pasien.
d) Main peran dalam merawat pasien Harga Diri Rendah.
29

e) Susun RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien.


2) SP 2
a) Evaluasi kemampuan SP 1.
b) Latih keluarga langsung ke pasien.
c) Menyusun RTL / jadwal keluarga untuk merawat pasien.
3) SP 3
a) Evaluasi kemampuan keluarga.
b) Evaluasi kemampuan pasien.
c) RTL keluarga
Follow Up
Rujukan
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien. Hal yang harus
diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah tindakan keperawatan
yang akan dilakukan implementasi pada klien dengan harga diri rendah
(HDR) kronis dilakukan secara interaksi dalam melaksanakan tindakan
keperawatan menurut Keliat & Akemat (2014, p. 93), perawat harus lebih
melakukan :
a. Bina hubungan saling percaya (BHSP)
b. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
c. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
d. Klien dapat menetapkan atau merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki

5. Evaluasi
Menurut Keliat & Akemat (2014, p. 93), setelah dilakukan tindakan
keperawatan, kemudian dilakukan evaluasi terhadap pasien dengan harga
diri rendah dan keluarganya serta kemampuan perawat dalam menangani
pasien dengan harga diri rendah untuk mengetahui efektifitas perawatan
mengacu pada kriteria evaluasi dan tujuan khusus dari intervensi yang
telah dibuat.

Vous aimerez peut-être aussi