Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018 - 2019
MODUL : Anaerobik
PEMBIMBING : Dian Ratna S., S.T., M.T.
Oleh
Kelompok III
Kemuning Aqshabrilyan 161411041
Muthia Amanda G. 161411042
Nanda Ravenia A. 161411043
Rahayu 161411045
Kelas 3B – D3 Teknik Kimia
( − ) 106
( )=
( )=
START
Melakukan percobaan
pengolahan limbah secara
anaerobik selama 1 minggu
Penentuan Kandungan Bahan Organik (COD)
START
START
Penentuan MLVSS
2.Pengolahan Data
Penentuan COD
=( ) x 106
41,9861−41,0995
= x 106 = 18093.88 49
VSS (mg/L)
=( ) x 106
41,9861−41,1056
= x 106 = 17969.39 49
= TSS – VSS
= 1 mL
V. PEMBAHASAN
1.Pembahasan oleh Kemuning Aqshabrilyan (161411041)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengolahan air limbah anaerobik.
Proses anaerobik merupkan proses pemecahan bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme dalam keadaan tanpa oksigen. Kehadiran oksigen dalam
sistem pengolahan dapat menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme
pendekomposisi bahan bahan organik dalam air limbah terganggu.
Pengolahan secara anaerobik digunakan untuk air limbah yang
mengandung bahn organik (COD) ≥ 2000 mg/L. Dalam sampel
limbah,ditambahkan nutrisi sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme yang akan mendekomposisi bahan organik sehingga
menurunkan kandungan organik dalam sampel.
Peralatan utama yang digunakan pada praktikum adalah dua buah
reaktor anaerobik yang berfungsi sebagai reaktor tempat terjadinya
dekomposisi bahan bahan organik yang terkandung didalam air limbah
yang dilakukan oleh mikroorganisme. Pada proses praktikum ini
dilakukan hanya dengan satu reaktor saja namun tidak mempengaruhi
kandungan organik dari efluen reaktor lainnya.
Pada percobaan,dilakukan pengukuran COD untuk mengetahui
berapa banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
kandungan organik dalam sampel,semakin tinggi nilai COD maka
kandungan organik dalam sampel semakin banyak atau kualitas air
semakin buruk.
Pada pengukuran COD awal didapatkan nilai sebesar 10192 mg
O2/L dan setelah 7 hari proses pengamatan dilakukan kembali
pengukuran COD akhir didaptlah nilai COD sebesar 8624 mg O2/L.
Hal ini telah sesuai dengan literatur dimana seiring berjalan nya proses
waktu tinggal anaerobik nilai COD akan menurun artiya mikroba telah
terdegradasi sebagian jumlah bahan rganik dalam umpan air limbah.
Dengan nilai fisiensi dari pengolaahan anaerobik sebesar 15,4%.
Selanjutnya pengukuran MLVSS. MLVSS adalah kandungan
padatan tersuspensi yang mudah menguap dan mewakili kandungan
mikroorganisme yang terdapat dalam air sampel. Dengan kata lain
MLVSS dilakukan untuk mengetahui kuantitas mikroba yang
mendekomposisi bahan organik. Dari percobaan didaptkan nilai
MLVSS sebesar 17969,39 mg/L. Menurut literatur jumlah MLVSS
yang baik harusnya sekitar 1500-4500 mg/L,kenyataannya mikroba
yang terkandung dalam reaktor sangat banyak.
Pada pengolahan anaerobik akan dihasilkan gas yang sebagian
besar berupa gas metana (CH4). Gas tersebut merupakan biogas yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Volume gas
metana yang terbentuk dari proses pengolahan limbah secara anaerobik
ini dapat ditentukan dengan mengukur volume air yang keluar dari
tabung gas collection. Gas metana yang terbentuk tersebut akan
mendorong air keluar dari tabung gas collection sehingga volume air
yang keluar dari tabung gas collection tersebut sama dengan volume
gas metana yang terbentuk. Namun saat praktikum tidak menghasilkan
gas metana karena pH sebagai faktor utama dalam pembentukan gas
metana,jika kondisi pH <7 (asam) dan pH>8 (basa) dapat membentuk
4+
ion NH atau amonia bebas NH3 yang bersifat racun bagi baktteri
pembentuk metana dan mnejadi inhibitor pembentukan gas metana,dan
waktu yang kurang optimum untuk memperhatikan pembentukan gas
metana.
2. Pembahasan oleh Muthia Amanda G. (161411042)
Pada praktikum kali ini kami telah melakukan praktikum
pengolahan limbah dengan metode anaerobic. Pengolahan limbah
anaerobic adalah sebuah metode peruraian bahan organic atau anorganik
tanpa kehadiran oksigen. Produk akhir dari degradasi anaerob adalah gas,
paling banyak metana (CH4), karbondioksida (CO2), dan sebagian kecil
hydrogen sulfide (H2S) dan hydrogen (H2). Bakteri anaerob tidak
memerlukan oksigen bebas dan dapat bekerja dengan baik pada suhu yang
semakin tinggi hingga 40°C, serta pH sekitar 7. Bakteri anaerob juga akan
bekerja dengan baik pada keadaan yang gelap dan tertutup (Pohan, 2008).
Proses yang berlangsung adalah proses hidrolisis, proses pembentukkan
asam (acidogenesis/acetogenesis), serta proses pembentukkan gas metan
(methanogenesis) (Gerardi, 2003).
Kami melakukan pengukuran konsentrasi kandungan organic
(COD) sebelum dan setelah 7 hari pemberian nutrisi untuk meghitung
efisiensi pengolahan. Pengukuran COD ini dilakukan untuk mengetahui
berapa banyak oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kandungan
organic dalam sampel. Jika semakin banyak kandungan organic dalam air
menunjukkan buruknya kualitas air tersebut. Pada pengukuran COD
dilakukan penambahan 3,5 mL pereaksi Kalium Bikromat dan 1,5 mL
H2SO4 pekat. Kalium bikromat sebagai sumber oksigen dan H2SO4
pekat sebagai pencipta suasana asam dan sumber ion H+. pH menjadi
salah satu factor yang mempengaruhi pengolahan secara anaerob ini maka
pH nya sebesar 6,2, jika konsentrasi H2SO4nya tinggi maka pH
optimumnya antara 7 – 8 agar menghindari keracunan H2S. Setelah itu
sampel dituangkan kedalam tabung Hach untuk dipanaskan di Digester.
Kemudian didinginkan terlebih dahulu sebelum akhirnya dititrasi dengan
larutan FAS diperoleh hasil COD awal praktikum kami yaitu sebesar
10192 mg 2/L dan setelah 7 hari kami mengukur kembali diperoleh COD
dan terukur CODnya menurun menjadi 8624 mg 2 /L. Hal ini sesuai
literature, yaitu seiring berjalannya waktu COD menurun berarti
kandungan organiknya telah terdekomposisi . Efisiensi dari pengolahan
anaerobic ini sebesar 15,4%.
Selanjutnya melakukan pengukuran MLVSS. MLVSS adalah
kandungan padatan tersuspensi yang mudah menguap dan mewakili
kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam air sampel. MLVSS
diperoleh dari perhitungan selisih berat sampel beserta cawan pijar dan
kertas saring yang telah dipanaskan dalam oven dengan suhu 105°C
selama sejam dengan berat sampel beserta cawan pijar dan kertas saring
yang telah dipanaskan dalam furnace dengan suhu 600°C selama kurang
lebih 2 jam dibagi dengan volume sampel dalam mL yang digunakan
dengan satuan mg/L. diperoleh MLVSS sebesar 17969,39 mg/L.
3. Pembahasan oleh Nanda Ravenia A. (161411043)
Dilakukan percobaan pengolahan air limbah secara anaerobik, yaitu
pengolahan limbah yang memanfaatkan mikroorganisme dalam
mendegradasi atau menguraikan bahan organik tanpa atau sangat sedikit
kandungan oksigen terlarut. Mikroba jenis anaerob tidak membutuhkan
oksigen dalam sistem metabolismenya sehingga jika terdapat oksigen
maka proses penguraian bahan organik tidak akan optimal juga dapat
membunuh mikroba tersebut. Pengolahan secara anaerob dilakukan
untuk air limbah yang mengandung chemical oxygen demand (COD) ≥
mg
2000 /L.
Dilakukan pengukuran nilai COD awal serta COD akhir setelah 6
hari untuk mengetahui banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan organik menjadi CO2 dan H2O. Semakin tinggi
nilai COD, kandungan organik dalam sampel pun semakin banyak
sehingga mengindikasikan kualitas air yang semakin buruk. Dalam
analisis COD, reaksi yang terjadi adalah reaksi redoks dalam keadaan
asam.
Pada percobaan yang telah dilakukan, kami mengencerkan air
limbah sebanyak 25x untuk mempermudah proses titrasi kemudian
dimasukan ke dalam 4 tabung hach dimana 2 tabung lainnya bertindah
sebagai blanko yang berisi air. Blanko berfungsi sebagai faktor koreksi
untuk menghindari adanya bahan organik dari pelarut yang ikut
teroksidasi selama reaksi redoks. Dilakukan penambahan kalium
bikromat yang berfungsi sebagai oksidator kuat dan penambahan
pereaksi sulfat yang berfungsi sebagai katalisator sehingga reaksi
redoks dalam keadaan asam berlangsung lebih cepat.
Dilakukan proses titrasi pada keenam sampel dalam tabung hach
menggunakan larutan FAS konsentrasi 0,098 N. Larutan FAS berfungsi
sebagai reduktor sehingga dapat diketahui kalium bikromat yang
tereduksi selama proses redoks tersebut.
Reaksi yang terjadi saat titrasi yaitu :
2- + - 3+
Cr2O7 + 14 H + 6e ‒› 2Cr + 7H2O
2+ 3+ -
6Fe ‒› 6Fe + 6e
2- 2+ + 3+ 3+
Cr2O7 + 6Fe + 14H ‒› 2Cr + 6Fe + 7H2O
mgO2
/Liter.
VI. KESIMPULAN
1. Nilai COD awal 10192 mg O2/L dan nilai COD akhir 8624 mg O2/L.
2. Nilai MLVSS 17969,39 mg/L.
3. Efisiensi pengolahan air limbah secara anaerobik pada praktikum kali
ini adalah sebesar 15.4%.
4. Gas yang terbentuk pada pengolahan air limbah secara anaerobik pada
praktikum kali ini adalah sebanyak 1 mL.
DAFTAR PUSTAKA