Vous êtes sur la page 1sur 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN BY. NY.

N
DENGAN BAYI BARU LAHIR DI RUANG KENARI
BAYI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA

Disusun Oleh :

1. Adinda Saraswati 12. Nurindah Safitry


2. Alifa Ramadanti 13. Nursyiffa Aprianti
3. Annyndhyta 14. Rachmah Indah
4. Anisyah Pertiwi 15. Ridha Denissa I
5. Devi Yuliani 16. Robiatul Adawiyah
6. Deysa Meidiana I 17. Rosinta Siringo-ringo’
7. Dwi Meiyanti 18. Tiara Amanda
8. Eka Rahayu 19. Wahyuni Amalia
9. Gina Permatasari
10. Muhammad Zainal A
11. Nabila Ratri D

AKADEMI KEPERAWATAN PELNI


JAKARTA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan
judul“Asuhan Keperawatan Pada Klien By. Ny. N dengan BBL di Ruang Kenari
Bayi” Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Penyusun makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTK(K).,MPH sebagai Direktur Utama
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani M. Kep.,MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta
4. Nining Hening P.,SKM.,SsiT.,MKM, sebagai pembimbing di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta .
5. Sri Mulyani.,APP.,S.Kep., MKM sebagai pembimbing di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta .
6. Ibu Ketut, sebagai pembimbing di Ruang Kenari Rumah Sakit Pelni Jakarta.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semuaa pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki makalah
selanjutnya, atas bantuan dan bimbingan penulis ucapkan terima kasih

Jakarta, Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 4
C. Ruang Lingkup ...................................................................................................... 5
D. Metode Penulisan .................................................................................................. 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................ 6
A. Pengertian ............................................................................................................. 6
B. Adaptasi Fisiologi ................................................................................................. 6
C. Pemeriksaan Diagnostik ...................................................................................... 14
D. Apgar .................................................................................................................... 16
E. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................... 17
F. Penatalaksanaan Medis ....................................................................................... 21
G. Pengkajian ............................................................................................................. 21
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 27
A. Pengkajian ........................................................................................................... 27
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 30
C. Implementasi ....................................................................................................... 33
D. Evaluasi ............................................................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 37
A. Pengkajian Keperawatan ..................................................................................... 37
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 38
C. Rencana Keperawatan ......................................................................................... 39
D. Pelaksanaan Keperawatan ................................................................................... 40
E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................... 41
BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 43
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 43
B. Saran ................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 45

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir merupakan masa sejak lahir hingga usia 28 hari, setelah ini

bayi harus menyesuaikan diri dengan kehidupan ekstrauterin. Dimana pelayanan

kesehatan yang diberikan pada ibu masa kehamilan. Upaya pencegahan dan

penanggulangan dini terhadap faktor-faktor yang memperlemah kondisi ibu hamil

seperti status gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan serta hygiene

yang buruk. Selain itu pula dilakukan pembinaan kesehatan prenatal, BBLR,

hiperbilirubinemia dan hipotermi. Dan jika tidak ditanggulangi segera dapat

menyebabkan kematian (Bobak, M. Irene. 2005).

Seperti yang terjadi hampir disemua Negara didunia, kesehatan neonates

(bayi berusia 1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapatkan perhatian

dibandingkan dengan umur-umur yang lain. Padahal data yang disampaikan oleh

WHO mengenai angka kematian bayi baru lahir didunia sungguh sangat

memperhatikan.

Data yang kemudian dikenal dengan “fenomena 2/3” menyatakan bahwa 2/3

kematian bayi berusia 0-1 tahun terjadi pada neonates. Lalu 2/3 kematian neonates

terjadi pada masa neonates awal atau bayi berusia 1 hari – 1 menggu dan2/3 kematian

pada masa neonates awal terjadi pada hari pertama.

Diindonesia sebanyak 100.454 neonatus meninggal setiap hari. Ini berarti 275

neonatus meninggal setiap hari atau lebih kurang 184 bayi berumur kurang dari

1minggu meninggal setiap hari atau 1 orang bayi berumur kurang dari 1 minggu

meninggal setiap 7,5 menit. (Siswono, 2010)


4

Menurun survey Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 jumlah

kematian bayi berumur kurang dari 1 minggu mencapai 71,3% dari keseluruhan angka

kematian neonates muda.

Nusa tenggara Barat adalah wilayah yang mempunyai angka kematian

neonatus muda tertinggi diindonesia yaitu 47 perseribu kelahiran hidup. Sementara

yang terendah adalah Yogyakarta dengan 11 perseribu kelahiran hidup.

Masalah umum kematian neonates muda diindonesia utamanya kerena

rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang profesional pada saat persalinan.

Persalinan merupakan penyebab pendahuluan dari 2/3 kematian bayi akibat infeksi.

42% penyebab kematian bayi baru lahir adalah enfeksi seperti tetanus, sepsis

meningitis, diare dan infeksi saluran pernapasan. Penyebab lainya adalah hipotermia

(penurunan suhu tubuh) dan berat badan lahir rendah. (Dr. pancho Kaslam MD DRM,

2006)

Dari data tersebut dapat dilihat banyak angka bayi baru lahir normal dan Hal

ini penting bagi penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien bayi baru

lahir (normal) di RB kasih ibu tanggerang mengingat banyak angka kematian pada

bayi berumur kurang dari satu minggu di Indonesia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Maternitas pada By. Ny N dengan BBL
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan BBL
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan BBL
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan BBL
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan BBL
5

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan BBL


f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta mencari solusi atau
alternatif pemecahan masalah pada klien dengan BBL
h. Mendokumentasikan semua kegiatan pada klien dengan BBL

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi dengan mengambil satu kasus dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien By, Ny. N dengan BBL di Ruang Kenari Bayi
Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari yang dilaksanakan mulai tanggal 26-28
Desember 2018.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah dengan BBL menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan
asuhan keperawatan pada klien dan yang dilakukan yaitu study kasus dengan memilih satu
kasus dengan diare dilakukan dengan cara pengumpulan data, menganalisa data, dan
menarik kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk narasi. Adapun pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, pemerikasaan fisik. Study kasus yaitu pemberian asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan kejang demam. Study dokumentasi
dengan mempelajari literatur atau buku sumber dan internet yang terkait dengan judul
makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teori terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan
medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan serta
evaluasi keperawatan. BAB III Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. BAB IV Pembahasan terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu
lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala ssecara spontan tanpa gangguan,menangis kuat,nafas secara
spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000gram dan panjangnya 14-20 inci
(35.6-50.8 sentimeter, walaupun bayi baru lahir pramasa adalah lebih kecil). Kepala
bayi baru lahir itu amat besar di banding bagian-bagian badan yang lain, Sedangkan
tengkorak manusia dewasa adalah kurang lebih 1/8 dari panjang badan. Ketika
dilahirkan, tengkorak bayi baru lahir masih belum sempurna menjadi tulang.
Setengah bayi baru lahir mempunyai bulu halus yang dinamakan lanugo, khususnya
di belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo hilang dengan sendirinya dalam
masa beberapa minggu.
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan
menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan. Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan
yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan
30 menit setelah kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidiupan pascamatur

B. Adaptasi Fisiologi
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan
hidupnya secara mandiri dengan cara :

6
7

a. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya


sendiri.
b. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup.
c. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir
adalah:

Perubahan sistem pernapasan / respirasi


Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

1. Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
8

2. Awal adanya napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :


a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru -
paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler
dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
c. Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya
O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan
CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d. Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan
dalam paru-paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama
kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk
mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi
melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan
9

dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk
membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar
:
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem
pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
10

Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah


a. Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian
ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh
darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan
peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan
peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri,
toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara
fungsional akan menutup. Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri
hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa
menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi
jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
11

Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan
bidan) berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
12

harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).

Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek
gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan
(selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus,
kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup
bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan
tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri
penting contohnya memberi ASI on demand.

Sistem kekebalan tubuh/ imun


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri
13

dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
 perlindungan oleh kulit membran mukosa
 fungsi saringan saluran napas
 pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
 perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih
belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi
infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini
terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan


pascanatal antara lain:
a. Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak di
rawat oleh ibunya sehingga dilingkungan pascanatal meempengaruhi
perkembangannya.
b. Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi
penyesuaian pascanatal.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua pengalaman
yang berpengaruh besar pada penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh
ibu terpengaruh oleh obat-obatan dan mudah sullitnya bayi bernapas.
d. Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum
waktunya di sebut premature, sedangkan yang terlambat disebut
14

postmatur. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g,
dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka harapan hidup
amat sangat kecil, kurang dari 1%
e. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua
memperlakukan bayinya itu akan mendorong penyesuaian yang baik.
f. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh,
kedua rangsangan yang diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.

C. Pemeriksaan Diagnostik

1. Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive
seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan
mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali
dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap
mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
a. Pemeriksaan tanda – tanda vital
1) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu
tubuh ibunya. Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas
permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang belum
sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi.
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius
- 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
2) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat
menjadi tidak teratur karena adanya rangsangan seperti menangis,
perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi yang normal
berkisar 120 – 140 kali permenit.
3) Pernapasan
15

Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman,


kecepatan, iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60
kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh aktivitas bayi
seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.

1. Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40


minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi
di luar rahim (uterus)
2. Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24
jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang
berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan
ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi
saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
3. Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan.
Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas
cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi
pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera
menangis kuat pada saat lahir.
4. Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi
lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk
berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai
kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi
dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan
gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
5. Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna
merah muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau
adanya edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah –
merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak subkutan
belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan
pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan
ketika bayi menangis.
6. Berat badan bayi
16

Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
a) Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang
dari 4000gr
b) Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
c) Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram

D. Apgar
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran
untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian
menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering
jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-
10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
rendah berhubungan dengan kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR
cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus
menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot,
gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan
dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan
anoksia.

Prosedur penilaian APGAR :


1. Pastikan pencahayaan baik
2. Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg
cepat & simultan.
3. Jumlahkan hasilnya
4. Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
5. Ulangi pada menit kelima
6. Ulangi pada menit kesepuluh
7. Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian :
1. Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
2. Nilai tertinggi adalah 10
17

3. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik


4. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang &
membutuhkan tindakan resusitasi
5. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius &
membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi

E. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun
mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intracranial,
sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum,
sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
2. Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit
tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
3. Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm
antara kantus mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau
18

letak mata. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak
congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama)
yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma
seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan
bayi mengalami sindrom down.

4. Hidung dan mulut


Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan
simetris. Bibir dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus
tertutup. Refleks hisap bayi harus bagus, dan berespons terhadap rangsangan.
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana
bilateral, fraktur tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah,
hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan
cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya
rangsangan pernapasan.\

5. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
19

berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan


trisomi 21.
6. Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris.
Payudara baik pada laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena
pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada
saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang
normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan
sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
7. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan
kurang kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa
jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus
dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan
abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada
kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan.
8. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan
tali pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat
cekung, kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit
kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus
omfaloentriskus persisten.
9. Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan
smegma (kelenjer kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan
yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia
minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang
ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi.
Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya
tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus
20

urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
ventral penis.
10. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau
komplet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis
normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan
fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
11. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla
spinalis atau kolumna vertebra.
12. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda
lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan.
13. Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap
tidak berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada
waktu lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis, refleks – refleks
tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks – refleks ini
menandakan masalah neurologis yang serius.

Tes Darah

1. Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai


23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
21

3. Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan


polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi
prenatal/perinatal).
4. Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-
2 hari dan 12mg/dl pada 3-5 hari.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima
setelah dilahirkan)
Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
Penimbangan BB setiap hari
Jadwal menyusui
Higiene dan perawatan tali pusat
2. Farmakologi
Suction dan oksigen
Vitamin K
Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak
nitral atau neosporin).
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang
biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah
muskulus vastus lateralis.

G. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat

Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma
saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat,
tidur sehari rata-rata 20 jam.

2. Pernapasan dan Peredaran Darah

Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi
22

denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama
setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180
kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas,
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru
lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari
selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar
15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.

3. Suhu Tubuh

Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.

4. Kulit

Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit
biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah
lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.

5. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas

Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung
kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.

6. Tali Pusat

Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
23

7. Refleks
a. Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b. Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c. Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d. Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya
ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e. Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.

8. Berat Badan

Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan
lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.

9. Mekonium

Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.

10. Antropometri

Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis
34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal
32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.

11. Seksualitas

Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda


vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah
24

sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae,
fimosis biasa terjadi.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat) tali pusat masih basah.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.

Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.


Kriteria hasil:
a. Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
b. Intake dan output makanan seimbang.
c. Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
a. Timbang BB setiap hari.
b. Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
c. Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10 menit.
d. Lakukan pemberian makanan tambahan.
e. Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).

2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan


lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
25

Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.


Kriteria:
a. Suhu tubuh normal 36-370 C.
b. Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan:
a. Pertahankan suhu lingkungan.
b. Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
c. Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air
bayi tidak kedinginan.
d. Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
pucat, kulit dingin).

3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan


tali pusat) tali pusat masih basah.

Tujuan : infeksi tidak terjadi


Kriteria hasil:
a. Bebas dari tanda-tanda infeksi.
b. TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
c. Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
a. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
b. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
c. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
d. Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
e. Ukur TTV setiap 4 jam.
f. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium
.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.

Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi


Kriteria hasil:
a. Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan
output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
26

b. Membran mukosa normal.


c. Ubun-ubun tidak cekung.
d. Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
a. Pertahankan intake sesuai jadwal
b. Berikan minum sesuai jadwal
c. Monitor intake dan output
d. Berikan infuse sesuai program
e. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit,
mata
f. Monitor temperatur setiap 2 jam

5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.

Tujuan : orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi


Kriteria hasil:
a. Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi.
b. Oaring tua berpartisipasi dalam perawatan bayi.
Rencana tindakan:
a. Ajarkan orang tua untuk diskusi dengan diskusi fisiologi, alasan perawatan
dan pengobatan.
b. Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama.
c. Lakukan pemeriksaaan bayi baru lahir saat orang tua ada.
d. Berikan informasi tentang kemampuan interaksi bayi baru lahir.
e. Libatkan dan ajarkan orang tua dalam perawatan bayi.
f. Jelaskan komplikasi dengan mengenai tanda-tanda hiperbilirubin
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas pasien

Nama : By Ny N
Tanggal Lahir : 26/12/2018
Jam : 02.10
No/Tanda Indentitas: 716628
Jenis kelamin : perempuan

2. Penanggung jawab

Nama : Ny. N
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Jalan Palmerah rt 17/006, no. 17, Kecamatan, Palmerah
Perkerjaan : Buruh
Hub. dengan ps : Ibu

3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum composmentis, dengan Nadi 130x/menit, RR
40x/mnt, dan suhu 36,8C, Berat badan 3300gram, Pb: 46cm, LK
34cm, LLA 12cm, dan menangis dengan kuat
b. Sistem Integumen
Warna kulit merah muda, tidak pucat, hidrasi baik, lesi tidak ada,
eritema ada, kuku baik, vernik ada, lanugo ada, milia ada, nevi tidak
ada.
c. Kepala-Leher:
Kepala

27
28

Molding tidak ada, Caput succedarum tidak ada, cephalo hematoma


tidak ada, sutura sagitalis ada, fontanel anterior, ada teraba, fontanel
posterior ada, dan teraba, rambut, ada hitam dan lebat. Ukuran
lingkar kepala: sub oksipito bregmantika: 35cm, oksipito-frontalis:
34cm, Bipareatalis 36cm Mata simetris reflek mata ada, dan
conjungtiva/sclera berwarna anemis/anikterik
d. Telinga simetris, bentuk normal, lubang telinga ada dan bersih
e. Mulut: simetris palatum mode ada, palatum durum ada, bibir
simetris, pengeluaran/muntah tidak ada
f. Muka: Bentuk normal dan simetris, tidak ada kelainan
g. Leher: pergerakan leher baik
h. Dada: Thoraks: simetris, gerakan sternum ada, tidak ada retraksi
dada, clavikula normal, bunyi pernafasan vesiku;er, gerakan
pernafasan spontan, RR: 40x/mnt, bunyi jantung: S1/S2 normal,
tidak ada kelainan, HR: 132x/mnt, lingkar dada 36cm
i. Genetalia/traktus
Hipospadia/epispadia: tidak ada dan normal, testis sudah turun, BAK
pertama tanggal: 24/12/2018, Jam: 24:30, warna kuning pucat
j. Lubang anus ada, BAB pertama 24/12/2018, jam 24:30, warna hitam
Punggung fleksibilitas tulang punggung normal, bentuk simetris
k. Ekstremitas
Jari tangan lengkap, jari kaki lengkap, pergerakan aktif, tremor ada,
rotasi paha fleksi, posisi kaki normal, nadi brachial teraba, nadi
femoral, teraba
l. Refleks: sucking baik dan reflex hisap ada, rooting ada dan baik,
reflex moro ada dan baik, stepping baik, palmer graps baik, plantar
graps ada dan baik, tonik neck ada dan swallowing ada dan baik
m. Jenis minuman: ASI setiap menangis, susu formula0-6 bulan
diberikan di R.Bayi jika bayi menangis saja dan rutin sudah waktu
pemberian makan
29

4. Pemeriksaan Penunjang:

Golongan Darah ABO: A


Rhesus Faktor: RH+ (positif)

5. Penatalaksanaan:

Vaksinasi HBO (Hepatitis B) 0,5 ml 1%


Pemberrian Neo K (Vit.K) 0,5ml 1%
6. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : garis keturunan
: Perempuan
: Pasien : tinggal bersama
: garis perkawin

a) Analisa Data
No Data focus Problem Etiologi
1 DS= Bayi Ny.N lahir tanggal 26 Resiko Perubahan BBL perbedaan suhu
Desember 2018 jam 02.10 WIB masa suhu tubuh: tubuh dalam perut ibu
gestasi 37 minggu bayi dilahirkan secara hipotermi/hypertermi dan lingkungan luar
Caesar G5P3A2 dibantu oleh dokter adanya factor
tempat melahirkan di RS PELNI kondisi,radiasi dan
DO=keadaaan compos mentis evaporasi Resiko
30

TTV=TD=- S=36,8 C terjadi perubahan


R=40x/menit N=130x/menit suhutubuh
UK=37 minggu,penurunan lemak
subcutan dalam kulit
2 Ds= Bayi Ny.N lahir tanggal 26 Resiko pemenuhan BBL refleks
Desember 2018 jam 02.10 WIB masa nutrisi kurang dari menghisap (+) belum
gestasi 37 minggu bayi dilahirkan secara kebutuhan tubuh terlatih dan imaturitas
Caesar G5P3A2 dibantu oleh dokter saluran cerna intake
tempat melahirkan di RS PELNI dan output nutrisi
Do=kesadaran compos mentis Resiko terjadinya
BB=3300gram pemenuhan gangguan
Pb: 46cm, LK 34cm, LLA 12cm nutrisi
APGAR score 7-9-10
Reflek hisap belum kuat dan belum
terlatih, Ibu belum menyusui
3 Ds= Bayi Ny.N lahir tanggal 26 Resiko infeksi Faktor lingkungan dan
Desember 2018 jam 02.10 WIB masa Tali pusat
gestasi 37 minggu bayi dilahirkan secara basah bakteri mudah
Caesar G5P3A2 dibantu oleh dokter menempel dan
tempat melahirkan di RS PELNI berkembang
Do= tali pusat masih basah dan rapuh biak Resiko
TTV= TD=- S=36,8C terjadinya infeksi.
R=40x/menit
N=130x/menit

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan
dengan lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak
subcutan.
2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan dan tali pusat masih basah
31

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


Keperawatan
1 Resiko Perubahan Setelah dilakukan Mengatur temperature :
suhu tubuh: tindakan 1.Monitor temperatur klien
hipotermi/hypertermi keperawatan selama sampai stabil
yang berhubungan 3X 24 jam 2.Monitor nadi, pernafasan
dengan lingkungan diharapkan klien 3. Monitor warna kult
yang baru (udara luar) terhindar dari 4. Monitor tanda dan gejala
dan penurunan ketidak-seimbangan hipotermi / hipertermi
jumlah lemak suhu tubuh dengan 5. Perhatikan keadekuatan
subcutan. KH : intake cairan
Termoregulasi 6. Pertahankan panas suhu
Neonatus tubuh bayi (missal : segera ganti
- Suhu 36,5-37,5˚ pakaian jika basah)
C 7. Bungkus bayi dengan segera
- RR : 30-60 setelah lahir untuk mencegah
X/menit kehilangan panas
- HR 120-140 8. Jelaskan kepada keluarga
X/menit tanda dan gejala hipotermi /
- Warna kulit hipertermi
merah muda 9 Letakkan bayi setelah lahir di
- Tidak ada distress bawah lampu sorot / sumber
respirasi panas
- Hidrasi adekuat 10. Jelaskan kepada
- Tidak menggigil keluarga cara untuk mencegah
- Bayi tidak letargi kehilangan panas / mencegah
panas bayi berlebih
11 Tempatkan bayi di atas kasur
dan berikan selimut dan ganti
popok bila basah
2 Resiko pemenuhan Setelah dilakukan Pemenuhan Nutrisi Bayi
nutrisi kurang dari tindakan 1.Kaji kebutuhan nutrisi Bayi
32

kebutuhan tubuh keperawatan selama 2.Observasi intake dan output.


berhubungan dengan 3X 24 jam 3.Observasi reflek hisap dan
ketidakmampuan diharapkan menelan.
tubuh dalam pemenuhan nutrisi 4.Beri minum sesuai program
mencerna nutrisi bayi dapat terpenuhi 5.Monitor tanda-tanda
(imaturitas saluran Dengan KH: intoleransi terhadap nutrisi
cerna). -Reflek hisap dan parenteral.
menelan baik 6.Kaji kesiapan ibu untuk
-Muntah (-) menyusui.
-Kembung (-) 7.Timbang BB setiap hari.
-BAB lancar
-Berat badan
meningkat 15 gr/hr
-Turgor elastis.

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :


b/d kurangnya tindakan 1. Bersihkan box / incubator
pertahanan keperawatan selama setelah dipakai bayi lain
imunologis, faktor 3X 24 jam, pasien 2 Pertahankan teknik isolasi
lingkungan dan tali diharapkan bagi bayi ber-penyakit menular
pusat masih basah terhindar dari tanda 3.Batasi pengunjung
dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung
dengan KH : untuk cuci tangan sebelum dan
Status Imun : sesudah berkunjung
- RR : 30- 5.lakukan perawatan tali pusat
60X/menit secara rutin dgn prinsip asertif
- Irama napas 6. Cuci tangan sebelum dan
teratur sesudah mela-kukan tindakan
-Suhu 36-37˚ C keperawatan
- Integritas kulit 7 Pakai sarung tangan dan baju
baik sebagai pelindung
33

- Integritas nukosa 8. Pertahankan lingkungan


baik aseptik selama pemasangan alat
Leukosit dalam 9. mengukur TTV
batas normal 10. Tingkatkan intake nutrisi
11.Kolaborasi: Beri antibiotik.

Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2 Batasi pengunjung
3 Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
4.Bila perlu pertahankan teknik
isolas
5. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase,perawtan
tali pusat secara berkala
6. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
7 Kolaborasi:Berikan antibiotik
sesuai program

C. Implementasi

No
Tanggal Tindakan
Dx

1,3 Mengukur TTV

1 Meletakkan bayi di infarm warmer


26/12/2018
1 Memantau hasil AGD bayi

melakukan tindakan asertif, mengukur BB, memandikan bayi,


1,3
perawatan tali pusat
34

Mengukur PB, lingkar lengan, lingkar dada, lingkar perut, lingkar


1
kepala

1 Memakaikan baju ,popok dan gedong pada bayi

Melakukan tindakan asertif sebelum memegang bayi (memberikan


2
minum susu 60 cc)

3 Menganti popok dan bedong bayi

1,3 Megukur TTV

Melakukan tindakan asertif sebelum memegang bayi (memberikan


2,3 minum susu 40 cc),memberikan pengarahan kpd keluarga pasien
untuk melakukan tindakan asertif sebelum meemegang bayi

3 Menganti popok dan bedong

3 Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat

1 Memakaikan baju,popok dan membedong pada bayi

2 Memberikan minum susu (40 cc)

1 Menganti popok dan bedong bayi

2 Memberikan minum susu (40 cc)

1,3 Memberikan injeksi ampicillin 150 mg

Menganti popok dan bedong bayi dan mengkaji kesiapan ibu untuk
1,2,3
menyusui
35

3 Melakukan tindakan asertif sebelum memegang bayi

3 Menganti popok dan gedong dan memonitor tanda-tanda infeksi

Memanasi bayi dengan sinar matahari,memberi pemahaman untuk


1
pembatasan pengunjung

2 Menimbang bayi

3 Memandikan dan merawat tali pusat


27/12/2018

1 Memakaikan baju,popok dan bedong bayi

2 Memberikan minum susu (60 cc)

1,3 Mengukur TTV

2 Memberikan minum susu (40 cc)

3 Menganti bedong dan popok bayi

D. Evaluasi
Dx.1 (Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan
dengan lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan.
S :-
O : Suhu tubuh bayi dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda hipotermi
N :130X/menit
S :36,80C
R:40x/menit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
36

Dx . 2 (Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
S :-
O : bayi mengalami penurunan , berat badan menjadi 3000 gram
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Dx. 3 (Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan dan
tali pusat masih basah .
S :-
O : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada renbesan,flebitus,tidak ada oedema, tali
pusat sudah mulai mengering.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi kondisi bayi dan tanda-tanda vital
- pertahankan prosedur tindakan asertif
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus yang penulis dapatkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien By Ny N dengan Bayi Baru Lahir di ruang kenari
Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari mulai tanggal 26 Desember sampai
28 Desember 2018 melalui Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada kasus sudah sesuai dengan teori yaitu Keadaan
umum composmentis, dengan Nadi 130x/menit, RR 40x/mnt, dan suhu
36,8C, Berat badan 3300gram, Pb: 46cm, LK 34cm, LLA 12cm, dan
menangis dengan kuat. sistem integumen warna kulit merah muda, tidak
pucat, hidrasi baik, lesi tidak ada, eritema ada, kuku baik, vernik ada, lanugo
ada, milia ada, nevi tidak ada. Kepala-Leher: kepala molding tidak ada, Caput
succedarum tidak ada, cephalo hematoma tidak ada, sutura sagitalis ada,
fontanel anterior, ada teraba, fontanel posterior ada, dan teraba, rambut, ada
hitam dan lebat. Ukuran lingkar kepala: sub oksipito bregmantika: 35cm,
oksipito-frontalis: 34cm, Bipareatalis 36cm, mata simetrisreflek mata ada,
dan conjungtiva/sclera berwarna anemis/anikterik. telinga simetris, bentuk
normal, lubang telinga ada dan bersih. mulut: simetris palatum mode ada,
palatum durum ada, bibir simetris, pengeluaran/muntah tidak ada, muka:
Bentuk normal dan simetris, tidak ada kelainan, leher: pergerakan leher baik,
dada: Thoraks: simetris, gerakan sternum ada, tidak ada retraksi dada,
clavikula normal, bunyi pernafasan vesiku;er, gerakan pernafasan spontan,
RR: 40x/mnt, bunyi jantung: S1/S2 normal, tidak ada kelainan, HR:
132x/mnt, lingkar dada 36cm, genetalia/traktus, hipospadia/epispadia: tidak
ada dan normal, testis sudah turun, BAK pertama tanggal: 26/12/2018, Jam:
07:30, warna kuning pucat, lubang anus ada, BAB pertama 26/12/2018, jam

37
38

07:30, warna hitam, punggung fleksibilitas tulang punggung normal, bentuk


simetris, ekstremitas, jari tangan lengkap, jari kaki lengkap, pergerakan aktif,
tremor ada, rotasi paha fleksi, posisi kaki normal, nadi brachial teraba, nadi
femoral, teraba, refleks: sucking baik dan reflex hisap ada, rooting ada dan
baik, reflex moro ada dan baik, stepping baik, palmer graps baik, plantar
graps ada dan baik, tonik neck ada dan swallowing ada dan baik.

Pemeriksaan diagnostik pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
dilakukan pemeriksaan golongan darah, haemoglobin, hematokrit, jumlah sel
dsarah putih, dan bilirubin total.

Penatalaksanaan medis antara teori dan kasus sudah sesuai yaitu Pengukuran
nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan), Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila,
penimbangan BB setiap hari, jadwal menyusui, higiene dan perawatan tali
pusat, vitamin K, dan vaksinasi hepatitis B

B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat lima diagnosa keperawatan yaitu : risiko tinggi
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
hisap tidak adekuat, resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan
dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak,
resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah, resiko tinggi kekurangan
volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan
masukan cairan, kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan
kurang terpaparnya informasi.

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan teori
ada tiga diagnosa keperawatan yaitu : resiko Perubahan suhu tubuh:
hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan lingkungan yang baru
(udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan, resiko pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna), resiko infeksi
39

berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan


dan tali pusat masih basah.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang ada pada teori tapi tidak ada pada
kasus ada dua diagnosa yaitu: resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan,
kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

C. Rencana Keperawatan
Pada tahap ini perencanaan keperawatan 3 diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu adalah resiko
perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan
lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan,
resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran
cerna), resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan dan tali pusat masih basah

Pada diagnosa pertama sesuai dengan teori resiko perubahan suhu tubuh:
hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan lingkungan yang baru
(udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan , tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien
terhindar dari ketidak-seimbangan suhu tubuh dengan kh : suhu tubuh
normal 36-370 c, bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor,
sianosis dan pucat, suhu 36,5-37,5˚ c, rr : 30-60 x/menit, hr 120-140
x/menit, warna kulit merah muda, tidak ada distress respirasi, hidrasi
adekuat, tidak menggigil, bayi tidak letargi, perencanaan yang sesuai
dengan teori adalah monitor temperatur klien sampai stabil, monitor nadi,
pernafasan, monitor warna kulit, monitor tanda dan gejala hipotermi /
hipertermi, pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti
pakaian jika basah).
Pada diagnosa kedua resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna
40

nutrisi (imaturitas saluran cerna), tujuan : setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi bayi dapat
terpenuhi dengan kh : penurunan bb tidak lebih dari 10% bb lahir, intake
dan output makanan seimbang, tidak ada tanda-tanda hipoglikemi, reflek
hisap dan menelan baik, muntah (-), kembung (-), berat badan meningkat
15 gr/hr. perencanaan yang sesuai dengan teori adalah observasi intake
dan output, monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral,
kaji kesiapan ibu untuk menyusui, timbang bb setiap hari.

Pada diagnosa ketiga resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis,


faktor lingkungan dan tali pusat masih basah, tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, pasien diharapkan terhindar dari
tanda dan gejala infeksi dengan kh : bebas dari tanda-tanda infeksi, rr : 30-
60x/menit, irama napas teratur, suhu 36-37˚ c, tali pusat mengering,
perencanaan yang sesuai dengan teori adalah pertahankan teknik septic
dan aseptic, observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda
infeksi, ukur ttv setiap 4 jam, kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium,
lakukan perawatan tali pusat secara rutin dgn prinsip asertif.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan pada tahap pelaksanaan keperawatan penulis
telah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan
tidak terdapat kesenjangan pada teori dan kasus yang ada pada kasus.
Pada diagnosa prioritas yaitu :

Diagnosa pertama yaitu Resiko Perubahan suhu tubuh:


hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan lingkungan yang baru
(udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan

Monitor temperatur klien sampai stabil, Monitor nadi, pernafasan,


Monitor warna kulit, Monitor tanda dan gejala hipotermi / hipertermi,
Perhatikan keadekuatan intake cairan, Pertahankan panas suhu tubuh bayi
(missal : segera ganti pakaian jika basah), Bungkus bayi dengan segera
setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas, Jelaskan kepada keluarga
41

tanda dan gejala hipotermi / hipertermi, Letakkan bayi setelah lahir di


bawah lampu sorot / sumber panas, Jelaskan kepada keluarga cara untuk
mencegah kehilangan panas / mencegah panas bayi berlebih, Tempatkan
bayi di atas kasur dan berikan selimut dan ganti popok bila basah.

Diagnosa kedua yaitu Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna
nutrisi (imaturitas saluran cerna).

Kaji kebutuhan nutrisi Bayi, Observasi intake dan output, Observasi


reflek hisap dan menelan, Beri minum sesuai program, Monitor tanda-
tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral, Kaji kesiapan ibu untuk
menyusui, Timbang BB setiap hari.

Diagnosa Ketiga yaitu Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan


imunologis, faktor lingkungan dan tali pusat masih basah

Bersihkan box / incubator setelah dipakai bayi lain, Pertahankan teknik


isolasi bagi bayi ber-penyakit menular, Batasi pengunjung, Instruksikan
pada pengunjung untuk cuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung,
lakukan perawatan tali pusat secara rutin dgn prinsip asertif, Cuci tangan
sebelum dan sesudah mela-kukan tindakan keperawatan, Pakai sarung
tangan dan baju sebagai pelindung, Pertahankan lingkungan aseptik
selama pemasangan alat, mengukur TTV, Tingkatkan intake nutrisi,
Kolaborasi: Beri antibiotic.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan ini mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan, pada diagnosa pertama Resiko
Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan
lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak
subcutan.
42

Tujuan tercapai masalah teratasi dibuktikan dengan Suhu tubuh bayi


dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda hipotermi, N :130X/menit,
S :36,80C, R:40x/menit, intervensi di hentikan.

Pada diagnose kedua yaitu Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam
mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
Tujuan tercapai masalah teratasi dibuktikan dengan bayi mengalami
penurunan , berat badan menjadi 3000 gram, intervensi di hentikan.

Pada diagnose ketiga yaitu Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan


imunologis, faktor lingkungan dan tali pusat masih basah . Tujuan
tercapai masalah teratasi sebagian dibuktikan dengan Tidak ada tanda-
tanda infeksi,tidak ada renbesan,flebitus,tidak ada oedema, tali pusat
sudah mulai mongering, Lanjutkan Intervensi.

Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya acuan tujuan dan
kriteria hasil pada tahap perencanaan sehingga dapat menjadi tolak ukur
asuhan keperawatan berhasil atau tidak. Sedangkan faktor penghambat
tidak ditemukan oleh penulis pada tahap evaluasi.
BAB V
PENUTUP

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada By. Ny. N di
Ruangan Kenari Rumah Sakit Pelni Jakarta maka penulis menyimpulkan dan
memberi saran yang sekirannya dapat diterima oleh pembaca.
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan: By. Ny. N lahir pada tanggal 26 Desember tahun
2018 dengan masa gestasinya adalah 37 minggu. Bayi dilahirkan secara
sectio caesarea karena terlilit tali pusat dan persalinan dibantu oleh dokter di
rumah sakit pelni. Keadaan composmetis, tampak menangis kuat, tampak
menggigil warna kulit agak merah muda, nadi 130 x/menit, respiratory rate
22 x/menit, suhu 36,8o C, tali pusat masih basah juga rapuh dan kondisi
tertutup kain kasa kering. Ny. N juga mengatakan masih takut untuk
menyusui bayinya karena ASI yang masih susah untuk keluar.
Diagnosa Keperawatan yang ada yaitu, risiko perubahan suhu tubuh yaitu
hipotermi berhubungan dengan lingkungan yang baru (udara dingin), risiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat), dan kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang
terpajannya informasi.
Perencanaan yang dilakukan pada diagnosa prioritas untuk mengatasi
diagnosa utama yaitu tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi dengan
kriteria hasil mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dan tanda
bebas dari tanda-tanda stress, dingin atau hipotermi dengan cara yang
pertama mempetahankan suhu lingkungan juga mempertimbangkan berat
badan nenatu, usia gestasi, dan pakaian yang biasa diberikan. Kedua pantau
aksila bayi, kulit abdomen, suhu tubuh , dan lingkungan. Ketiga mandikan
bayi secara cepat. Keempat perhatiakn tanda-tanda dehidrasi. Kelima lakukan
pemberian PASI 0-6 bulan.

43
44

Pelaksaan yang dilakukan mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat


yaitu memandikan bayi dan perawatan tali pusat, memberikan PASI, dan
mengukur suhu.

Evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan. Pada evaluasi dua diagnosa
keperawatan belum tercapai dan satu diagnosa sudah tercapai sebagian.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Diharapkan penulis dan bidan dapat berkolaborasi untuk memperhatikan
perawatan di ruang bayi agar bayi tidak terjadi hipotermi dan resiko infeksi
tali pusat.
2. Diharapkan penulis dan bidan mampu meningkatkan kerja sama yang lebih
baik dalam melaksanakan tindakan keperawatan di ruang bayi.
3. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik kepada bayi dan orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC

Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta:


EGC

Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwon Prawirohardjo

Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita.


CV. Trans Info Media. Jakarta Timur.

45

Vous aimerez peut-être aussi