Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
N
DENGAN BAYI BARU LAHIR DI RUANG KENARI
BAYI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah dengan
judul“Asuhan Keperawatan Pada Klien By. Ny. N dengan BBL di Ruang Kenari
Bayi” Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Penyusun makalah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Dr. Fathema Djan Rachmat.,Sp.B.,Sp.BTK(K).,MPH sebagai Direktur Utama
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
2. Ahmad Samdani.,SKM sebagai Ketua Yayasan Samudra APTA
3. Buntar Handayani M. Kep.,MM sebagai Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta
4. Nining Hening P.,SKM.,SsiT.,MKM, sebagai pembimbing di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta .
5. Sri Mulyani.,APP.,S.Kep., MKM sebagai pembimbing di Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta .
6. Ibu Ketut, sebagai pembimbing di Ruang Kenari Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kepada semuaa pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ilmiah ini, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki makalah
selanjutnya, atas bantuan dan bimbingan penulis ucapkan terima kasih
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir merupakan masa sejak lahir hingga usia 28 hari, setelah ini
kesehatan yang diberikan pada ibu masa kehamilan. Upaya pencegahan dan
seperti status gizi yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan serta hygiene
yang buruk. Selain itu pula dilakukan pembinaan kesehatan prenatal, BBLR,
dibandingkan dengan umur-umur yang lain. Padahal data yang disampaikan oleh
WHO mengenai angka kematian bayi baru lahir didunia sungguh sangat
memperhatikan.
Data yang kemudian dikenal dengan “fenomena 2/3” menyatakan bahwa 2/3
kematian bayi berusia 0-1 tahun terjadi pada neonates. Lalu 2/3 kematian neonates
terjadi pada masa neonates awal atau bayi berusia 1 hari – 1 menggu dan2/3 kematian
Diindonesia sebanyak 100.454 neonatus meninggal setiap hari. Ini berarti 275
neonatus meninggal setiap hari atau lebih kurang 184 bayi berumur kurang dari
1minggu meninggal setiap hari atau 1 orang bayi berumur kurang dari 1 minggu
kematian bayi berumur kurang dari 1 minggu mencapai 71,3% dari keseluruhan angka
rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan yang profesional pada saat persalinan.
Persalinan merupakan penyebab pendahuluan dari 2/3 kematian bayi akibat infeksi.
42% penyebab kematian bayi baru lahir adalah enfeksi seperti tetanus, sepsis
meningitis, diare dan infeksi saluran pernapasan. Penyebab lainya adalah hipotermia
(penurunan suhu tubuh) dan berat badan lahir rendah. (Dr. pancho Kaslam MD DRM,
2006)
Dari data tersebut dapat dilihat banyak angka bayi baru lahir normal dan Hal
ini penting bagi penulis untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien bayi baru
lahir (normal) di RB kasih ibu tanggerang mengingat banyak angka kematian pada
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman secara nyata dalam memberikan Asuhan
Keperawatan Maternitas pada By. Ny N dengan BBL
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan BBL
b. Menentukan masalah keperawatan pada klien dengan BBL
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan BBL
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan BBL
5
C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi dengan mengambil satu kasus dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada klien By, Ny. N dengan BBL di Ruang Kenari Bayi
Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari yang dilaksanakan mulai tanggal 26-28
Desember 2018.
D. Metode Penulisan
Penulisan makalah dengan BBL menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan
asuhan keperawatan pada klien dan yang dilakukan yaitu study kasus dengan memilih satu
kasus dengan diare dilakukan dengan cara pengumpulan data, menganalisa data, dan
menarik kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk narasi. Adapun pengumpulan data
melalui wawancara, observasi, pemerikasaan fisik. Study kasus yaitu pemberian asuhan
keperawatan secara langsung pada klien dengan kejang demam. Study dokumentasi
dengan mempelajari literatur atau buku sumber dan internet yang terkait dengan judul
makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan terdiri dari latar
belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan serta sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teori terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan
medis, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan serta
evaluasi keperawatan. BAB III Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. BAB IV Pembahasan terdiri dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB V Penutup terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu
lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala ssecara spontan tanpa gangguan,menangis kuat,nafas secara
spontan dan teratur, berat badan antara 2500-4000gram dan panjangnya 14-20 inci
(35.6-50.8 sentimeter, walaupun bayi baru lahir pramasa adalah lebih kecil). Kepala
bayi baru lahir itu amat besar di banding bagian-bagian badan yang lain, Sedangkan
tengkorak manusia dewasa adalah kurang lebih 1/8 dari panjang badan. Ketika
dilahirkan, tengkorak bayi baru lahir masih belum sempurna menjadi tulang.
Setengah bayi baru lahir mempunyai bulu halus yang dinamakan lanugo, khususnya
di belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo hilang dengan sendirinya dalam
masa beberapa minggu.
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan
menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan. Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan keperawatan
yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga
mencapai usia 37-42 minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.
Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan
30 menit setelah kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar
sampai sekitar akhir minggu kedua dari kehidiupan pascamatur
B. Adaptasi Fisiologi
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan
hidupnya secara mandiri dengan cara :
6
7
1. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
8
dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi
ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru
dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban
menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan
kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di
seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk
membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan
energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin
banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan
bidan) berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu.
Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
12
harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam
rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan
hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.
Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama,
maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat
bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan
stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).
dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut
beberapa contoh kekebalan alami:
perlindungan oleh kulit membran mukosa
fungsi saringan saluran napas
pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang
membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan
memerangi infeksi secara efisien. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak
virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih
belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama
masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi
infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan
terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini
terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.
postmatur. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g,
dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka harapan hidup
amat sangat kecil, kurang dari 1%
e. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua
memperlakukan bayinya itu akan mendorong penyesuaian yang baik.
f. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh,
kedua rangsangan yang diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive
seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan
mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali
dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap
mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
a. Pemeriksaan tanda – tanda vital
1) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu
tubuh ibunya. Namun demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas
permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang belum
sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi.
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius
- 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
2) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat
menjadi tidak teratur karena adanya rangsangan seperti menangis,
perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi yang normal
berkisar 120 – 140 kali permenit.
3) Pernapasan
15
Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
a) Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang
dari 4000gr
b) Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
c) Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram
D. Apgar
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran
untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian
menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering
jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-
10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang
rendah berhubungan dengan kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR
cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus
menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot,
gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan
dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia dan
anoksia.
Penilaian :
1. Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
2. Nilai tertinggi adalah 10
17
E. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun
mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika
fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intracranial,
sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum,
sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
2. Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan,
tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang
mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit
tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
3. Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm
antara kantus mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau
18
letak mata. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak
sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak
congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama)
yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma
seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan
menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan
bayi mengalami sindrom down.
5. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa
kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan
pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma
leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang
19
urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah
yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
ventral penis.
10. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau
komplet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis
normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan
fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
11. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla
spinalis atau kolumna vertebra.
12. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda
lahir. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan.
13. Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap
tidak berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada
waktu lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis, refleks – refleks
tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks – refleks ini
menandakan masalah neurologis yang serius.
Tes Darah
F. Penatalaksanaan Medis
1. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima
setelah dilahirkan)
Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
Penimbangan BB setiap hari
Jadwal menyusui
Higiene dan perawatan tali pusat
2. Farmakologi
Suction dan oksigen
Vitamin K
Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak
nitral atau neosporin).
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang
biasa dipakai untuk menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah
muskulus vastus lateralis.
G. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma
saat tidur ; meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat,
tidur sehari rata-rata 20 jam.
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status
kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat
digunakan metode APGAR Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi
22
denyut jantung dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12 jam pertama
setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180
kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas,
wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru
lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari
selama bulan pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar
15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
3. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C. Pengukuran suhu
tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan
sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit
biasanya dilapisi dengan zat lemak berwarna putih kekuningan terutama di daerah
lipatan dan bahu yang disebut verniks kaseosa.
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah
atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung
kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis kelamin.
6. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali
pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan di sekitarnya.
23
7. Refleks
a. Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan
akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b. Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan
memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki
dirangsang akan memberi reaksi.
c. Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang
atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d. Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya
ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
e. Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut
bayi akan membuat gerakan menghisap.
8. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun
harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan
lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
9. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam
kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan
panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala fronto-occipitalis
34cm, suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal
32-34 cm. Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
11. Seksualitas
sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae,
fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan
tali pusat) tali pusat masih basah.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air
(IWL), keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan refleks hisap tidak adekuat.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : By Ny N
Tanggal Lahir : 26/12/2018
Jam : 02.10
No/Tanda Indentitas: 716628
Jenis kelamin : perempuan
2. Penanggung jawab
Nama : Ny. N
Umur : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Jalan Palmerah rt 17/006, no. 17, Kecamatan, Palmerah
Perkerjaan : Buruh
Hub. dengan ps : Ibu
3. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum composmentis, dengan Nadi 130x/menit, RR
40x/mnt, dan suhu 36,8C, Berat badan 3300gram, Pb: 46cm, LK
34cm, LLA 12cm, dan menangis dengan kuat
b. Sistem Integumen
Warna kulit merah muda, tidak pucat, hidrasi baik, lesi tidak ada,
eritema ada, kuku baik, vernik ada, lanugo ada, milia ada, nevi tidak
ada.
c. Kepala-Leher:
Kepala
27
28
4. Pemeriksaan Penunjang:
5. Penatalaksanaan:
Keterangan :
: Laki-laki : garis keturunan
: Perempuan
: Pasien : tinggal bersama
: garis perkawin
a) Analisa Data
No Data focus Problem Etiologi
1 DS= Bayi Ny.N lahir tanggal 26 Resiko Perubahan BBL perbedaan suhu
Desember 2018 jam 02.10 WIB masa suhu tubuh: tubuh dalam perut ibu
gestasi 37 minggu bayi dilahirkan secara hipotermi/hypertermi dan lingkungan luar
Caesar G5P3A2 dibantu oleh dokter adanya factor
tempat melahirkan di RS PELNI kondisi,radiasi dan
DO=keadaaan compos mentis evaporasi Resiko
30
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan
dengan lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak
subcutan.
2. Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna).
3. Resiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan dan tali pusat masih basah
31
Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2 Batasi pengunjung
3 Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
4.Bila perlu pertahankan teknik
isolas
5. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase,perawtan
tali pusat secara berkala
6. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
7 Kolaborasi:Berikan antibiotik
sesuai program
C. Implementasi
No
Tanggal Tindakan
Dx
Menganti popok dan bedong bayi dan mengkaji kesiapan ibu untuk
1,2,3
menyusui
35
2 Menimbang bayi
D. Evaluasi
Dx.1 (Resiko Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan
dengan lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan.
S :-
O : Suhu tubuh bayi dalam batas normal tidak terdapat tanda-tanda hipotermi
N :130X/menit
S :36,80C
R:40x/menit
A : Masalah teratasi
P : hentikan intervensi
36
Dx. 3 (Resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan dan
tali pusat masih basah .
S :-
O : Tidak ada tanda-tanda infeksi,tidak ada renbesan,flebitus,tidak ada oedema, tali
pusat sudah mulai mengering.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi kondisi bayi dan tanda-tanda vital
- pertahankan prosedur tindakan asertif
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus yang penulis dapatkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien By Ny N dengan Bayi Baru Lahir di ruang kenari
Rumah Sakit Pelni Jakarta selama 3 hari mulai tanggal 26 Desember sampai
28 Desember 2018 melalui Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian
Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan,
Pelaksanaan Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada kasus sudah sesuai dengan teori yaitu Keadaan
umum composmentis, dengan Nadi 130x/menit, RR 40x/mnt, dan suhu
36,8C, Berat badan 3300gram, Pb: 46cm, LK 34cm, LLA 12cm, dan
menangis dengan kuat. sistem integumen warna kulit merah muda, tidak
pucat, hidrasi baik, lesi tidak ada, eritema ada, kuku baik, vernik ada, lanugo
ada, milia ada, nevi tidak ada. Kepala-Leher: kepala molding tidak ada, Caput
succedarum tidak ada, cephalo hematoma tidak ada, sutura sagitalis ada,
fontanel anterior, ada teraba, fontanel posterior ada, dan teraba, rambut, ada
hitam dan lebat. Ukuran lingkar kepala: sub oksipito bregmantika: 35cm,
oksipito-frontalis: 34cm, Bipareatalis 36cm, mata simetrisreflek mata ada,
dan conjungtiva/sclera berwarna anemis/anikterik. telinga simetris, bentuk
normal, lubang telinga ada dan bersih. mulut: simetris palatum mode ada,
palatum durum ada, bibir simetris, pengeluaran/muntah tidak ada, muka:
Bentuk normal dan simetris, tidak ada kelainan, leher: pergerakan leher baik,
dada: Thoraks: simetris, gerakan sternum ada, tidak ada retraksi dada,
clavikula normal, bunyi pernafasan vesiku;er, gerakan pernafasan spontan,
RR: 40x/mnt, bunyi jantung: S1/S2 normal, tidak ada kelainan, HR:
132x/mnt, lingkar dada 36cm, genetalia/traktus, hipospadia/epispadia: tidak
ada dan normal, testis sudah turun, BAK pertama tanggal: 26/12/2018, Jam:
07:30, warna kuning pucat, lubang anus ada, BAB pertama 26/12/2018, jam
37
38
Pemeriksaan diagnostik pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
dilakukan pemeriksaan golongan darah, haemoglobin, hematokrit, jumlah sel
dsarah putih, dan bilirubin total.
Penatalaksanaan medis antara teori dan kasus sudah sesuai yaitu Pengukuran
nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah
dilahirkan), Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila,
penimbangan BB setiap hari, jadwal menyusui, higiene dan perawatan tali
pusat, vitamin K, dan vaksinasi hepatitis B
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat lima diagnosa keperawatan yaitu : risiko tinggi
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks
hisap tidak adekuat, resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan
dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak,
resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah, resiko tinggi kekurangan
volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan
masukan cairan, kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan
kurang terpaparnya informasi.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus yang sesuai dengan teori
ada tiga diagnosa keperawatan yaitu : resiko Perubahan suhu tubuh:
hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan lingkungan yang baru
(udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan, resiko pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna), resiko infeksi
39
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ada pada teori tapi tidak ada pada
kasus ada dua diagnosa yaitu: resiko tinggi kekurangan volume cairan
berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan,
kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
C. Rencana Keperawatan
Pada tahap ini perencanaan keperawatan 3 diagnosa keperawatan yang
ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori yaitu adalah resiko
perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan
lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan,
resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna nutrisi (imaturitas saluran
cerna), resiko infeksi b/d kurangnya pertahanan imunologis, faktor
lingkungan dan tali pusat masih basah
Pada diagnosa pertama sesuai dengan teori resiko perubahan suhu tubuh:
hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan lingkungan yang baru
(udara luar) dan penurunan jumlah lemak subcutan , tujuan: setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien
terhindar dari ketidak-seimbangan suhu tubuh dengan kh : suhu tubuh
normal 36-370 c, bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor,
sianosis dan pucat, suhu 36,5-37,5˚ c, rr : 30-60 x/menit, hr 120-140
x/menit, warna kulit merah muda, tidak ada distress respirasi, hidrasi
adekuat, tidak menggigil, bayi tidak letargi, perencanaan yang sesuai
dengan teori adalah monitor temperatur klien sampai stabil, monitor nadi,
pernafasan, monitor warna kulit, monitor tanda dan gejala hipotermi /
hipertermi, pertahankan panas suhu tubuh bayi (missal : segera ganti
pakaian jika basah).
Pada diagnosa kedua resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh dalam mencerna
40
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan pada tahap pelaksanaan keperawatan penulis
telah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang sudah direncanakan
tidak terdapat kesenjangan pada teori dan kasus yang ada pada kasus.
Pada diagnosa prioritas yaitu :
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan ini mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan, pada diagnosa pertama Resiko
Perubahan suhu tubuh: hipotermi/hypertermi yang berhubungan dengan
lingkungan yang baru (udara luar) dan penurunan jumlah lemak
subcutan.
42
Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya acuan tujuan dan
kriteria hasil pada tahap perencanaan sehingga dapat menjadi tolak ukur
asuhan keperawatan berhasil atau tidak. Sedangkan faktor penghambat
tidak ditemukan oleh penulis pada tahap evaluasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada By. Ny. N di
Ruangan Kenari Rumah Sakit Pelni Jakarta maka penulis menyimpulkan dan
memberi saran yang sekirannya dapat diterima oleh pembaca.
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan: By. Ny. N lahir pada tanggal 26 Desember tahun
2018 dengan masa gestasinya adalah 37 minggu. Bayi dilahirkan secara
sectio caesarea karena terlilit tali pusat dan persalinan dibantu oleh dokter di
rumah sakit pelni. Keadaan composmetis, tampak menangis kuat, tampak
menggigil warna kulit agak merah muda, nadi 130 x/menit, respiratory rate
22 x/menit, suhu 36,8o C, tali pusat masih basah juga rapuh dan kondisi
tertutup kain kasa kering. Ny. N juga mengatakan masih takut untuk
menyusui bayinya karena ASI yang masih susah untuk keluar.
Diagnosa Keperawatan yang ada yaitu, risiko perubahan suhu tubuh yaitu
hipotermi berhubungan dengan lingkungan yang baru (udara dingin), risiko
tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat), dan kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang
terpajannya informasi.
Perencanaan yang dilakukan pada diagnosa prioritas untuk mengatasi
diagnosa utama yaitu tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam diharapkan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi dengan
kriteria hasil mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dan tanda
bebas dari tanda-tanda stress, dingin atau hipotermi dengan cara yang
pertama mempetahankan suhu lingkungan juga mempertimbangkan berat
badan nenatu, usia gestasi, dan pakaian yang biasa diberikan. Kedua pantau
aksila bayi, kulit abdomen, suhu tubuh , dan lingkungan. Ketiga mandikan
bayi secara cepat. Keempat perhatiakn tanda-tanda dehidrasi. Kelima lakukan
pemberian PASI 0-6 bulan.
43
44
Evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria
hasil yang terdapat pada perencanaan. Pada evaluasi dua diagnosa
keperawatan belum tercapai dan satu diagnosa sudah tercapai sebagian.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut:
1. Diharapkan penulis dan bidan dapat berkolaborasi untuk memperhatikan
perawatan di ruang bayi agar bayi tidak terjadi hipotermi dan resiko infeksi
tali pusat.
2. Diharapkan penulis dan bidan mampu meningkatkan kerja sama yang lebih
baik dalam melaksanakan tindakan keperawatan di ruang bayi.
3. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik kepada bayi dan orang tuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan & Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Edisi 3. Jakarta: EGC
Barbara, R, Straight. 2005. Keperawatan Ibu – Bayi Baru Lahir. Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
45