Vous êtes sur la page 1sur 10

Jurnal : Jurnal Kesehatan Prima

Volume : 11, No.1, Februari 2017, Halaman : 01-10


ISSN Print : 1978 – 1334, ISSN Online : 2460 – 8661

STRATEGI KOLABORASI ANTARA MURID DAN GURU (KAMU)


DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS UNTUK MENINGKATKAN PHBS
PADA AGGREGATE ANAK USIA SEKOLAH

Muhamad Hasbi

Abstrak: Usia sekolah merupakan masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah memberikan gambaran tentang implementasi
strategi Kolaborasi Antara Murid dan Guru dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia
sekolah dengan menggunakan pendekatan manajemen pelayanan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan
komunitas, dan asuhan keperawatan keluarga melalui integrasi Comunity As Partner model, comprehensive
school health model, family centre nursing model dan teori manajemen. Partisipan adalah murid Madrasah
Ibtidayah terpadu (MIT) “F” Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Hasil aplikasi
menunjukkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, ketrampilan perilaku sehat, dan
peningkatan peran sekolah serta kemandirian keluarga. Artikel ilmiah ini diharapkan dapat menjadi dasar
program promosi kesehatan terhadap anak usia sekolah.

Kata Kunci: Strategi Kolaborasi Antara Murid dan Guru, PHBS, Anak Usia Sekolah.

THE COLLABORATION STRATEGY BETWEEN PUPIL AND TEACHER ON NURSING


COMMUNITY TO IMPROVE THE BEHAVIOUR OF HEALTHY AND HYGIENIC LIFE TO THE
WHOLE SCHOOL-AGE CHILDREN

Abstract : School-age children is a golden period for embeding the values of healthy and hygienic-life
behaviour (PHBS). The objective of this scientific writing was to provide an overview about the implementation
of collaboration strategy between pupil and teacher in improving the behaviour of healthy and hygienic life in
school-age children by utilizing the management approach of community nursing services, community nursing
care, and family nursing care through the integration of community as a partner model, comprehensive school
health model, family center nursing model, and management theory. Participants were pupils of Madrasah
Ibtidaiyah Terpadu (MIT) at Cisalak Pasar sub-village, Cimanggis District, Depok City. The result indicated
there was a significant result to the improvement of knowledge, healthy behaviour skills, and the improvement
of school role and the indepedence of family. This scientific paper is expected to be fundamental of health
promotion programs for school-age children.

Keywords: Strategic Collaboration Between Pupils and Teachers, healthy and hygienic life-behavior, school-
age children.

LATAR BELAKANG perubahan fisik, mental, dan sosial (Potter & Perry,
2009). Setiap perubahan yang terjadi pada anak usia
Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
sekolah dapat menimbulkan risiko seperti risiko
oleh anak usia sekolah menyebabkan terjadi
cidera, dan risiko masalah kesehatan.
beberapa perubahan pada anak usia sekolah meliputi:
___________________________________________________________________________
Muhamad Hasbi : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram

1
Muhamad Hasbi, Strategi Kolaborasi Antara Murid dan

Resiko kesehatan akibat yang biasa terjadi Perilaku kurang sehat lain yang banyak
pada anak usia sekolah adalah terpapar kuman dilakukan oleh anak usia sekolah adalah
penyakit dan menderita sakit seperti sakit diare, dan mengkonsumsi jajanan di sembarang tempat.
kecacingan. Kasus diare pada anak–anak di Umumnya anak di sekolah mempunyai kebiasaan
Indonesia berdasarkan profil kesehatan tahun 2011 jajanan di pedagang kaki lima (street food), yaitu
mencapai 35,5% dari jumlah anak di Indonesia pedagang makanan dan minuman di jalanan atau
(Kemenkes, 2011). Sementara kasus kecacingan tempat umum dengan jenis makanan dan minum
pada anak sekolah prevalensinya juga masih tinggi, yang jual belum diolah dengan baik dan mengandung
yaitu mencapai 80%. Survey kecacingan berdasar bahan–bahan berbahaya bagi kesehatan. Berdasarkan
jenis cacing pada anak sekolah dasar telah dilakukan survei yang dilakukan seksi pengawasan obat dan
di 27 Propinsi di Indonesia pada tahun 2006 makanan (POM) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota
menunjukkan bahwa prevalensi Ascaris lumbricoides Depok tahun 2012 menunjukan bahwa 96 persen
(cacing gelang) 17,8%, Trichuris trichiura (cacing makanan jajanan anak sekolah di 40 Madrasah
cambuk) 24,2%n dan Hookworm 1.0% (Ginting, Ibtidaiyah (MI) di 10 kecamatan di Kota Depok
2009). mengandung formalin.
Munculnya beberapa penyakit atau masalah Upaya pemerintah untuk mengubah perilaku
kesehatan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) anak usia sekolah agar meningkat derajat kesehatan
umumnya berkaitan dengan perilaku. Permasalahan dilakukan melalui program pembinaan Perilaku
perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program ini
berkaitan dengan kebersihan perorangan seperti dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI sejak
gosok gigi mencuci tangan memakai sabun, tahun 1998. Program PHBS tersebut diharapkan
kebersihan diri. Hasil penelitian Quintero, Freeman, dapat dilaksanakan secara terpadu dan
& Neumark (2009) tentang prilaku mencuci tangan berkesinambungan pada setiap tatanan meliputi
anak sekolah di Kota Bogota Colombia menunjukan tatanan rumah tangga, sekolah, tempat umum,
bahwa hanya 33.6% anak usia sekolah melakukan institusi kesehatan dan tempat kerja, sehingga PHBS
kegiatan mencuci tangan sebelum makan dan setelah membudaya pada setiap individu, keluarga dan
keluar dari kamar mandi. Sementara di Indonesia masyarakat (Depkes RI, 2008). Pembinaan perilaku
dari hasil penelitian Setyautami, Sermsri, & bersih dan sehat pada anak usia sekolah dilakukaan
Chompikul, (2012) terkait perilaku cuci tangan anak melalui pembinaan PHBS tatanan sekolah.
SD di daerah pedesaan Indonesia menunjukan hasil Berbagai upaya telah dilakukan untuk
bahwa hanya 40,5 % dari anak melakukan praktek pengembangan PHBS tatanan sekolah seperti
mencuci tangan pada dua kegiatan yaitu sebelum pelatihan petugas pengelola PHBS, membuat buku
makan dan setelah dari kamar mandi. pedoman program PHBS, dan kampaye atau
sosialisasi melalui penyuluhan dan demonstrasi ke

2
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 11 NO. 1, FEBRUARI 2017

sekolah – sekolah (Kemenkes RI, 2010). Beberapa METODE


Strategi juga digunakan untuk meningkatkan
Program strategi Kolaborasi Antara Murid
pelaksanaan PHBS tatanan sekolah meliputi;
dn Guru (KAMU) dalam meningkatkan PHBS anak
advokasi, bina suasana, dan pemberdayaan.
usia sekolah diaplikasikan melalui semi riset dengan
Advokasi merupakan pendekatan kepada para
desain deskriptif sederhana. Jumlah sampel adalah 73
pengambil keputusan/kebijakan bertujuan
murid SD Madrasah ibtidyah Terpadu (MIT) “F” di
memperoleh dukungan dan kesepakatan dalam
Kelurahan Cisalak Pasar Kecematan Cimanggis Kota
peelaksanaan dan penerapan PHBS.
Depok. Tehnik pengambilan sampling adalah teknik
Walaupun beberapa upaya pengembangan
consecutive sampling. Instrumen yangg digunakan
sudah dilakukan dan berbagai strategi digunakan,
adalah kuesioner. Analisa univariat menggunakan
namun keberhasilanya PHBS tatanan sekolah masih
nilai pemusatan (cut of poin) nilai mean. Pelaksanaan
jauh dari harapan. Data nasional terkait sekolah atau
kegiatan meliputi pengkajian, penentuan diagnosa
institusi yang mempraktekan PHBS memang belum
keperawatan, perumusan rencana keperawatan
ada, tetapi Profil Kesehatan 2009 menyajikan data
pelaksanaan intervensi keperawatan dan evaluasi
bahwa baru sekitar 67, 52% institusi pendidikan telah
terhadap hasil kegiatan.
mendapat pembinaan kesehatan lingkungan
(Kemenkes RI, 2011). HASIL
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
Pelaksanaan program KAMU menggunakan
PHBS adalah rendah kemitraan/dukungan lintas
pendekan manajemen pelayanan keperawatan
sektoral, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi
komunitas dan asuhan keperawatan komunitas yang
petugas terlatih, alokasi dana terbatas, dan perubahan
terdiri asuhan keperawatan keluarga dan asuhan
struktur organisasi (Kemenkes RI, 2009). Kondisi ini
keperawatan komunitas. Kegiatan diawali dengan
juga terjadi pada pembinaan PHBS tatanan sekolah.
melakukan analisis situasi berdasarkan hasil
Strategi kolaborasi merupakan salah satu strategi
pengkajian pelaksanaan empat fungsi manajemen
dalam meningkatkan PHBS di sekolah. Kolaborasi
pelayanan kesehatan, merumuskan masalah
adalah melakukan kerjasama antara dua atau lebih
pelayanan keperawatan komunitas, menyusun
orang atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama
rencana inovasi, melakukan tindakan penyelesaian
melalui peningkatan kapasitas satu atau lebih dari
masalah, melakukan evaluasi kegiatan serta
individu /organisasi tersebut untuk mempromosikan
menyusun rencana tindak lanjut.
dan melindungi kesehatan (Minnesota Department of
Analisis situasi menguraikan tentang
Health, 2001). Kolaborasi dalam meningkatkan
program PHBS tatanan sekolah yang dilaksakan oleh
PHBS anak usia sekolah bisa dilakukan melalui
Dinas Kesehatan Kota Depok, operasional kegiatan
kolaborasi antara sekolah dengan sekolah atau
dari Puskesmas Cimanggis sampai dengan
Kolaborasi Antara Murid atau Guru (KAMU).
pelaksanaan kegiatan di tingkat sekolah. Fungsi

3
Muhamad Hasbi, Strategi Kolaborasi Antara Murid dan

manajemen pelayanan kesehatan dikaji dari fungsi Tindakan keperawatan untuk diagnosa
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan manajemen 2 meliputi: Kegiatan pelatihan guru,
pengawasan. pelatihan kader kesehatan sekolah, Penyusunan buku
Permasalahan manajemen pelayanan kerja kader kesehatan sekolah dilakukan atas kerja
keperawatan yang muncul terkait pelaksanaan PHBS sama mahasiswa praktek residens dengan guru
1) Belum efektifnya kegiatan tim pelaksana UKS di anggota tim KAMU, penyegaran kader, supervisi
MIT “F” dalam pembinaan PHBS berhubungan kegiatan kader kesehatan sekolah, dan Pembuatan
dengan belum adanya kejelasan peran dan fungsi tim media pendidikan kesehatan untuk kader kesehatan
pelaksana UKS. sekolah dilakukan bersama antara tim kolaborasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan Hasil dari tindakan keperawatan tersebut
untuk mengatasi masalah 1 adalah perekrutan kader adalah peningkatan pengetahuan tentang PHBS
kesehatan sekolah yang dilanjutkan dengan sebesar 30 % dari (dari rerata 65.5 menjadi 85.15).
pembentukan, pembentukan Tim Kolaborasi (murid Hasil observasi terkait kemampuan praktek mencuci
dan guru) merupakan proyek inovasi dalam upaya tangan dengan benar menunjukan 90 % (10 peserta)
peningkatan PHBS sekolah di sekolah MIT “F”, mampu mendemonstrasikan ulang cara mencuci
penyusunan peran dan fungsi tim KAMU, tangan dengan sabun dengan benar (7 langkah).
penyusunan rencana kegiatan tim KAMU. peningkatan pengetahuan kader kesehatan sekolah
pembentukan tim pelaksana UKS, penyusunan mengenai PHBS sekolah (nilai rerata pretest 62.1
rencana kegiatan UKS. menjadi 89,1). Hasil observasi 100% (12 murid)
Hasilnya bahwa telah terbentuk kader mampu mendemonstrasikan ulang 7 langkah cara
kesehatan sekolah berjumlah 12 orang, tersusunya mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar.
peran dan fungsi tim KAMU meliputi : peran guru Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
mencakup: perancang kegiatan, pelaksana fasilitator, di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dilakukan
dan pengawasan. Sedangkan peran murid mencakup: terhadap 10 keluarga dengan fase perkembangan
perancang dan pelaksana kegiatan. Tersusunya keluarga anak usia sekolah. Pelaksanaan asuhan
rencana kerja tim KAMU meliputi: a) melaksakan keperawatan keluarga dilaksanakan melalui 2
kerja bakti kebersihan kelas setiap hari jum’at; b) periode, yaitu periode 1 dengan 5 keluarga dan
Gerakan cuci tangan setiap makanan siang; c) Demo periode kedua juga dengan 5 keluarga. Periode
masal mencuci tangan menggunakan sabun; d) pertama dimulai pada bulan September sampai
kampanye PHBS (mencuci tangan, mengkonsumsi Desember 2012 dan periode kedua dimulai pada
makan sehat dan membuang sampah pada tempat februari Pebruari sampai bulan Mei 2013. Pemilihan
sampah); e) bazaar makanan sehat di sekolah; 5) keluarga binaan berdasarkan beberapa persyaratan
Terbentuknya tim pelaksana UKS. meliputi: keluarga tinggal di wilayah kelurahan
Cisalak Pasar, salah satu anggota keluarga berada

4
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 11 NO. 1, FEBRUARI 2017

pada tahap perkembangan usia sekolah dan 3) dan terjadi penurunan frekuensi timbulnya nyeri
bersekolah di MIT “F”, serta mempunyai dari 1 kali sehari menjadi lebih dari 6 hari sekali.
permasalahan dengan perilaku bersih dan sehat. Hasil pelaksanaan pada komunitas meliputi:
Berikut ini di jelaskan salah satu keluarga binaan, Peningkatan pengetahuan murid tentang mencuci
yaitu keluarga Bp S. Pemilihaan keluarga Bp S tangan dengan benar sebesar 42% (dari rerata 60.55
dilakukan karena mempunyai permasalahan keluarga menjadi 86.27); 2) Hasil observasi menunjukan 60
yang kompleks sehingga memerlukan penanganan % (40 orang) peserta mampu mempraktekan cuci
asuhan keperawatan keluarga yang teliti dan tindak tangan menggunakan sabun; tersebar brosur
lanjut. sebanyak 150 lembar kepada murid dan orang tua; 3)
Diagnosa keperawatan yang diangkat tersedianya sabun cuci tangan sebanyak 6 buah sabun
berdasarkan penapisan adalah : 1). Perilaku sehat dan cuci tangan cair dan 50 sabun batangan, yang
bersih tidak adekuat (mencuci tangan) pada keluarga dibagikan ke masing-masing kelas.
Bp. M khususnya An. K, 2) Pola asuh tidak efektif
PEMBAHASAN
keluarga Bp S . Tindakan keperawatan yang
dilakukan meliputi : melakukan pendidikan Tim KAMU, kader kesehatan sekolah, dan
kesehatan 3 kali pada keluarga terutama An K untuk tim pelaksana UKS merupakan wadah atau
mengenal tentang pengertian, akibat, waktu yang organisasiyang berfungsi untuk melaksanakan
tepat untuk mencuci tangan memakai sabun dan cara peningkatan PHBS di sekolah. Sehingga perlu
mencuci tangan memakai sabun; 2) melakukan dibentuk struktur organisasi. Hein (1998 dalam
konseling 1 kali pada keluarga dan ibu M dalam Marquis & Houston 2006) menjelaskan bahwa
mengambil keputusan untuk merawat An. K yang setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi
mempuyai perilaku tidak mau mencui tangan; 3) formal dan informal. Pada struktur organisasi
Melakukan demonstrasi 2 kali tentang 7 langkah formal, peran dan fungsi ditetapkan, diatur secara
cara mencuci tangan menggunakan sabun; 4) sistimatis, orang yang beda mempunyai peran
Membantu keluarga melakukan modifikasi berbeda dan peran secara hierarki menjadi jelas.
lingkungan untuk meningkatkan perilaku cuci tangan pembentukan struktur bertujuan untuk menjalankan
An K seperti menyediakan sabun cuci tangan dan rencana, menentukan jenis pelayanan kesehatan yang
membuat kran air khusus untuk mencuci tangan ; 5) paling sesuai, mengelompokkan aktifitas untuk
mengajarkan dan membimbing langsung An K untuk memenuhi tujuan masing-masing unit, bekerja dalam
ketrampilan mencuci tangan menggunakan sabun; 6) struktur organisasi, serta memahami dan
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas menggunakan kekuatan dan kekuasaan dengan tepat
kesehatan seperti puskesmas untuk konsultasi terkait penyelesaian masalah manajemen pelayanan
perilaku An K yang tidak mau mencuci tangan (skala perawatan pertama adalah tersusunya peran dan
fungsi tim KAMU. Weber; dalam Marquis dan

5
Muhamad Hasbi, Strategi Kolaborasi Antara Murid dan

Huston (2006) memberikan karakteristik pembagian Peningkatan pengetahuan melalui pelatihan,


struktur kerja suatu organisasi adalah: (1) adanya diharapkan nanti mampu melaksakan program
pembagian ketenagaan yang jelas, seperti individu kegiatan kegiatan UKS khususnya peningkatan
dibagi kedalam suatu unit yang menggambarkan PHBS.
kompetensi yang dimiliki individu tersebut; (2) Hasil yang dicapai terkait penanganan
adanya struktur hirarki organisasi yang masalah keperawatan pertama keluarga Bp S adalah
menggambarkan jalur birokrasi dari atas dan ke adanya peningkatan pengetahuan keluarga terkait
bawah serta tentang promosi jabatan; (3) adanya perilaku hidup bersih dan sehat yaitu mencuci
uraian tugas dan fungsi masing-masing elemen yang tangan. Hal ini ditunjukan dengan kemampuan
ada dalam suatu organisasi; (4) adanya prosedur atau keluarga menyebutkan pengertian cuci tangan,
aturan dalam bekerja; dan (5) adanya seleksi tenaga akibat, dan waktu yang tepat untuk melakukan cuci
yang sesuai dan kompeten dalam bidangnya serta tangan menggunakan sabun. Pengetahuan yang
adanya promosi bidang yang jelas. Pengorganisasian didapatkan keluarga merupakan hasil dari
di dalam pelaksanaannya juga harus pula rangsangan yang telah diterima berupa pendidikan
diperhatikan adalah menentukan siapa melakukan kesehatan yang telah di berikan oleh mahasiswa
apa. residen. Strategi konseling keluarga juga diterapkan
Berdasarkan analisa penulis bahwa pada keluarga Bapak S. Strategi ini memberikan
kebutuhan akan struktur organisasi dan pembagian memberikan dampak positif, yaitu keinginan
peran dan fungsi dalam organisasi merupakan hal keluarga untuk mengajarkan An K tentang perilaku
penting agar suatu kegiatan dapat berjalan dengan mencuci tangan menggunakan sabun.
lancar. Peran dan fungsi merupan gambaran Hasil yang dicapai pada implementasi
tanggung jawab yang harus di dikerjakan oleh setiap keperawatan keluarga masalah kedua adalah
anggota.Kondisi ini juga bisa dilakukan pada sekolah peningkatan pengetahuan dan kemampuan keluarga
dalam upaya peningkatan PHBS di sekolah. Pada dengan tahap perkembangan anak usia sekolah. Hal
tingkat sekolah dibentuk tim pokja berfungsi ini ditunjukan dengan kemampuan keluarga
menjadi fasilitator dalam meningkatkan PHBS di menyebutkan 3 tahap perkembangan anak usia
sekolah. sekolah.
Hasil lain adalah Peningkatan pengetahuan Hasil evaluasi terhadap masalah pertama
guru tentang UKS sebesar 27 % dari hasil pretest adalah Peningkatan pengetahuan murid tentang
dan postest (dari rerata 61,7 menjadi 78,3) dan mencuci tangan dengan benar sebesar 42% (dari
peningkatan pengetahuan kader kesehatan sekolah rerata 60.55 menjadi 86.27) dan Hasil observasi
mengenai PHBS sekolah (nilai rerata pretest 62.1 menunjukan bahwa hanya 60 % murid mampu
menjadi 89,1). Gillie, 2000 mengatakan produktifitas melakukakan praktek mencuci tangan. Pengetahuan
SDM menentukan produktifitas organisasi. Sehingga siswa dalam melakukan cuci tangan menggunakan

6
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 11 NO. 1, FEBRUARI 2017

sabun belum diiringi dengan keterampilan dan sikap Hasil menunjukan terdapat peningkatan rata
siswa di sekolah. Keterampilan siswa cuci tangan di –rata skor pengetahuan murid tentang makanan
sekolah menggunakan air dan bahkan ada yang tidak sehat yaitu sebesar 71% (rerata sebelum 51,7
cuci tangan sama sekali. menjadi 89) setelah di lakukan beberapa tindakan
Penelitian yang dilakukan Vivas, Gelaye, berhubungan dengan makanan sehat di sekolah
Aboset, Kumie, Berhane, dan Williams (2010) seperti pendidikan kesehatan, dan kampaye tentang
kepada siswa SD di Ethiopia mengidentifikasi siswa makanan sehat. Besar skor peningkatan pengetahuan
yang memiliki pengetahuan cuci tangan dengan baik pada murid yaitu 71%, menunjukan peningkatan
52%. Siswa yang melaporkan cuci tangan sebelum pngetahuan bermakna yang terjadi pada murid.
makan 99%, tapi hanya 36,2% yang menyatakan Peningkatan pengetahuan pada murid dapat
menggunakan sabun. Beberapa faktor negatif yang dipengaruhi oleh adanya pemberian pendidikan
berasal dari siswa sehingga tidak melakukan praktik kesehatan terkait makanan sehat. Pemberian
cuci tangan adalah sikap keras kepala siswa yang pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh penulis
tidak menghiraukan perkataan orang dewasa, dan tim KAMU sebanyak tiga kali pertemuan dengan
kemalasan, terburu-buru karena ingin segera pergi metode ceramah dan diskusi dan demonstrasi.
istirahat, merasa waktu bermain lebih penting, Berbagai media juga digunakan dalam pendidikan
kurangnya fasilitas cuci tangan yang dekat dengan kesehatn tentang makanan sehat di sekolah seperti
aktivitas siswa. vidio dan permainan, Hasil evaluasi ini sesuai
Menurut Scarborough (2002), perilaku cuci dengan hasil penelitian Hayati, (2009) menunjukan
tangan sering tidak terlaksana dengan baik di bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan
sekolah, karena terkendala dengan fasilitas. pada murid SD setelah mendapat pendidikan
Sehingga, pola perilaku tersebut tidak dibiasakan di kesehatan dari kader kesehatan sekolah. Becker
sekolah. Hal ini didukung dengan konsep Green dan (2001) juga mengatakan teridentifikasi peningkatan
Kreuter (2005), mengatakan ada tiga faktor yang pengetahuan remaja setelah mendapatkan pendidikan
mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu 1) kesehatan terkait penyalahgunaan NAPZA.
Predisposing factors; 2) Enabling Factors; dan 3) Pendidikan kesehatan merupakan salah satu
Reinforcing factors. Kurangnya fasilitas cuci tangan pendekatan untuk mempengaruhi perubahan perilaku
melemahkan terbentuknya enabling factors, sikap (Population Concil, 2009). Perubahan pengetahuan
negatif siswa terhadap cuci tangan menghambat dapat dipengaruhi okeh konten dan pembawa pesan.
terbentuknya predisposing factors dan kurangnya
dukungan guru di sekolah terhadap cuci tangan pakai
sabun (CTPS) mengurangi terbentuknya reinforcing
factors. Sehingga perilaku CTPS di sekolah belum
IMPLIKASI
terbentuk dengan baik.

7
Muhamad Hasbi, Strategi Kolaborasi Antara Murid dan

Pelaksanaan kegiatan peningkatan PHBS pengetahuan murid tentang konsumsi makan sehat
melalui strategi Kolaborasi murid dan guru sebesar 71%.
memberikan dampak positif pada UKS. Selama ini Meningkatnya keterlibatan murid, guru,
pemahaman tentang UKS hanya sebatas klinik dan dalam mempromosikan PHBS. Hambatan yang di
ruangan, sekarang menjadi UKS yang memiliki temukan dalam adalah rendahnya komitmen dan
program kerja dan kegiatan untuk meningkatkan koordinasi lintas sektor.
kesehatan anak sekolah Dampak lain adalah adanya
Saran
esepakatan antara pihak sekolah dan puskesmas
1. Bagi Instansi kesehatan
untuk meningkatkan kesehatan murid melalui
a. Meningkatkan program PHBS melalui startegi
kegiatan bersama. Kesepakatan ini diwujudkan
kolaborasi dengan instansi terkait (dinas
dalam bentuk MOU.
pendidikan, departemen agama) dan
Strategi KAMU dalam peningkatan PHBS
melibatkan peran serta masyarakat khususnya
dikembangkan berdasarkan pendekatan integrasi
keluarga
model comprehensive school health model, family
b. Pengoptimalan komunikasi dan koordinasi
center nursing, dan prinsip manajemen pelayanan
untuk mensinergikan program PHBS di
kesehatan. Beberapa variabel dalam model tersebut
sekolah sekolah khususnya di Kota Depok.
digunakan dalam identifikasi masalah yang ada pada
c. Meningkatkan pembinaan melalui evaluasi
kelompok anak usia sekolah di komunitas melalui
dan monitoring pelaksanaan kader kesehatan
pengembangan instrument pengkajian.
sekolah dalam bentuk kunjungan oleh perawat
KESIMPULAN DAN SARAN puskesmas setiap bulan sekali.
2. Bagi Pihak Sekolah
Kesimpulan
1. Sekolah mendukung dan menjalankan
Terbentuknya tim Kolaborasi Antara Murid
program PHBS di sekolah dan memfasilitasi
dan Guru (KAMU) yang beranggotakan kader
kegiatan kader kesehatan sekolah melalui
kesehatan dan guru MIT “F”. Tim ini beranggotakan
program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
kader kesehatan sekolah dan guru yang bertugas
2. Melaksanakan program kegiatan UKS yang
mempromosikan PHBS pada.
telah disusun untuk peningkatan kesehatan
Rencana kegiatan tim KAMU dalam upaya
masyarakat sekolah
peningkatan PHBS di MIT “F”. Rencana ini
merupakan langkah awal untuk melaksanakan
DAFTAR PUSTAKA
kegiatan. Tersusunya rencana kegiatan tim pelaksana
Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community
UKS MIT “F”. Peningkatan pengetahuan murid
As Partner: Theory and Practice in Nursing,
tentang cuci tangan sebesar 42 % dan peningkatan 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.

8
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 11 NO. 1, FEBRUARI 2017

Bastable. S.B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Kementrian Kesehtan RI, (2009) .Panduan Perilaku
Prinsip- Prinsip Pengajaran . Jakarta: EGC Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta:
Kemenkes RI
Berman, A., Snyder, S. (2012). Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and Practice. Kozier, B., Erb, G., Berman, A., Snyder, S. (2004).
New Jersey: Pearson Education, Inc Fundamentals of Nursing: Concepts, Process,
and Practice. New Jersey: Pearson Education,
Chan, K., Prendergast, G., Grønhøj, A., dan Bech-
Inc.
Larsen, T. (2009). Adolescents’ Perceptions
of Healthy Eating and Communication about Marquis & Houston (2006).Leadership Roles and
Healthy Eating. Health Education,109(6), Management Functions in
p.474-490. Pebruari 13, 2012. ProQuest
Mary E.M. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan
Research Library
Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC
Clemen-Stone, S., McGuire, S.L., & Eigsti, D.G.
Maurer, F. A., Smith, C.M (2007). Community
(2002). Comprehensive community health
public health nursing Practice. Health forf
nursing: family, aggregate, & community
families and population. USA. Elsevier
practice, 6th edition. St. Louis: Mosby, Inc
Saunders
Dachroni. (2002). Pedoman pembinaan program
McCabe, P. (2001). Complementary therapies in
perilaku hidup bersih dan sehat di tatanan
nursing and midwifery : from vision to
tempat-tempat umum.
practice. Ausmed Publications: Australia.
(http://repository.usu.ac.id. Diperoleh tanggal
6 Oktober 2012). McMurray A. (2003). Community health and
wellness. A Sociological Aproach. Faculty of
Edelman, C dan Mandle, C.L. (2010). Health
nursing and health science. Griffith
Promotion Throughout The Life Span 7th
University. USA. Morsby
Edition. St. Louis: Mosby
Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community
Gillies, D.A. (2000). Nursing Management: A
health nursing: promoting the health of
System Approach.5rd ed.,Philadelphia :
population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis
W.B.Saunders Company.
Company
Ginting,A. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan
Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan.
dengan kejadian kecacingan pada anak
Jakarta: PT.Rineka CiptaNotoatmojo.S,.
sekolah dasar di desa tertinggal kecamatan
(2012). Promosi Kesehatan dan Promosi
Pangururan Kabupaten samosir tahun 2008.
Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
(http://repository.usu.ac.id/,
Nursing, Theory and Application. New Jersey;
Glanz K., Rimer B.K., Viswanath. (2008). Health
Mosby Co.
Behavior and Health Education: Theory,
Research, and Practice. Jossey-Bass: Pender, N.J. (2002). Health promotion in nursing
Francisco. practice, 3rd edition. Stamford: Appleton &
Lange.
Hitchcock, J.E., Schubert, P.E dan Thomas, S.A.
(1999). Community Health Nursing: Caring in Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamental of
Action. New York: Delmar Publishers Nursing 7th Edition. Missouri: Mosby
Elsivier Inc
Kementerian Kesehatan RI. (2008). Promosi
Kesehatan Sekolah . Jakarta: Kemenkes RI Purwanto H. (1999). Pengatar perilaku manusia
untuk keperawatan. Jakarta. EGC
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman
Pembinaan Perilaku Hidub Bersih dan Sehat Quintero.C.L., Freeman.P., Neumark Y., (2009),
(PHBS). Jakarta: Kemenkes RI Hand washing Among School Children In
Bogota Colombia, American Journal of Public
Health: Vol 99 No. 1

9
Muhamad Hasbi, Strategi Kolaborasi Antara Murid dan

Setyautami T., Sermsri S., & Chompikul J., (2012). Wong, et al. 2001. Buku Ajar Keperawatan Pediatric.
Proper Hand Washing Practices Among Edisi 6. Jakarta: EGC
Elementary School Students in Selat Sub –
Wordemann, M., Polman, K., Lenina., Heredia,
District Indonesia. Journal of Public Health
T.M., Diaz. R.J, Collado. A. M., et al. (2006)
and Development: Vol. 10 No. 2
Prevalence and risk factors of intestinal
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community & parasites in Cuban children: Tropical
Public Health Nursing 6th Edition. Missouri: Medicine and international health., vol.II
Mosby Elsivier Inc. noGC.

10

Vous aimerez peut-être aussi