Vous êtes sur la page 1sur 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Konsep Penanggulangan Bencana dalam Bidang Keperawatan” ini dengan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata
kuliah Manajemen Penanggulangan Bencana.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan Manajemen Penanggulangan Bencana, serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan Manajemen Penanggulangan Bencana,
tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Manajemen
Penanggulangan Bencana dan kepada teman-teman mahasiswa yang telah mendukung dalam
penyusunan makalah ini.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Manajemen Penanggulangan
Bencana. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Palembang, 19 Desember 2014

Juli 2012
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Secara geografis, Indonesia terletak pada dua samudra yakni samudra hindia dan
samudra pasifik. Indonesia juga terletak diatara dua benua yakni benua Asia dan benua
Australia, Indonesia juga terletak di daerah tropis yang merupakan daerah yang dilintasi oleh
garis khatulistiwa. Selain itu Indonesia juga terletak di kontinen martim yang menyebabkan
sekitar 80% wilayahnya adalah air laut.

Pengaruh letak geografis ini terhadap Indonesia mengakibatkan suhu udara rata-rata
26-280 C bahkan sewaktu-waktu melebihi rata-rata suhu tersebut. Kelembaban udara berkisar
antara 60%-80%, Sebagian daerah Indonesia memiliki cuaca yang selalu berubah-ubah.
Selain ini Indonesia juga memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

Secara geologis, Indonesia terletak dijalur tiga lempeng tektonik. Ketiga lempeng ini
sering mengalami gesekan. Akibat dari letak Indonesia secara geografis dan secara geologis
tersebut mengakibatkan Indonesia sering terjadi bencana seperti banjir, kekeringan, tanah
longsor, Angin kencang, gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lain sebagainya

b. Tujuan
1. Menjelaskan definisi bencana
2. Menjelaskan peran peran perawat dalam penanggulangan bencana
Juli 2012konsep teori keperawatan yang di terapkan di bidang keperawatan
3. Menjelaskan
BAB II
PEMBAHASAN

a. Definisi Bencana

Bencana adalah peristiwa/kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan


kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan
dan pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa
dari pihak luar (Depkes RI)
Bencana adalah setiap kejadian yang mengakibatkan kerusakan, gangguan
ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan atau
pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO)
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari
kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta
benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat serta menimbulkan
lonjakan kebutuhan dasar (Bakornas PB)
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (UU 24/2007)
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi
materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat
yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka
sendiri.(ISDR, 2004)

B. Peran Perawat
Juli 2012
A. Peran dalam Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain:

1.mengenali instruksi ancaman bahaya;


2.mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda)
3.melatih penanganan pertama korban bencana.
4.berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

1. usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)


2. pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
3. memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS
dan ambulans.
4. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai)
5. Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko
bencana

B. Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)


Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan


pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase )

TRIASE

1. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan sebagian
Juli mengalami
besar pasien 2012 hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala
dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
2. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik
namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih
dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel,
fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
3. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar
minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
4. Hitam — meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal
Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana
1 .Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari
2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan
kesehatan di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

C. Peran perawat dalam fase postimpact


Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
Juli 2012
korban. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

C. Konsep Teori Keperawatan Yang di Terapkan dalam Penanggulangan Bencana

ASKEP DISASTER

suatu bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat sebagai korban bencana secara komprehensif
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
TUJUAN ASKEP DISASTER
 Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam penanggulangan bencana.
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani
kondisi bencana.
 Meningkatkan hubungan psiko-sosial antara perawat dengan korban bencana.
 Memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada masyarakat di tempat
pengungsian.

CONTOH DISASTER

 Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami.


 Gunung Meletus
 Banjir
 Tanah Longsor
 Terorisme/ Bom/ Ledakan Nuklir
 Kecelakaan Lalu lintas.
 Badai/ Angin Topan ‘Twister’
 Demonstrasi/ Perang/ Konflik
 Kebakaran
 Penyakit Menular

AKIBAT DISASTER
 Banyaknya korban meninggal (Menimbulkan masalah kehilangan, kecemasan,
berduka, gangguan konsep diri dll)
 Banyak korban luka-luka (Menimbulkan masalah risiko infeksi, nyeri, kecacatan,
perdarahan dll.

 Banyak korban terancam hidupnya (Menimbulkan masalah


kecemasan, gangguan konsep diri, dll)
Juli 2012
 Timbulnya berbagai penyakit (menimbulkan banyak masalah
kesehatan dan keperawatan sehubungan dengan penyakit yang
muncul seperti diare, ISPA, demam berdarah, dll.)

Tahap Pencegahan (Preventive phase)

Meliputi kegiatan identifikasi faktor-faktor risiko, perumusan program pencegahan,


dan menerapkan rencana pencegahan bencana untuk mengurangi dampak bencana,
hazard mapping (pemetaan ancaman/ risiko bencana)

Dalam tahap ini banyak elemen yang terlibat dan saling berhubungan seperti
pemerintah daerah, petugas kesehatan, polisi, petugas sosial, media, dan
masyarakat.
Tahap Kesiapsiagaan (Preparedness phase)

Meliputi kegiatan merencanakan upaya penyelamatan dan meminimalkan


korban serta kerusakan.

Kesiapsiagaan ini terbagi dalam personal preparedness (diri sendiri), professional


preparedness (professional), dan community preparedness (masyarakat).

Tahap Tanggap Darurat (Response phase)

Pada tahap ini diharapkan semua petugas atau masyarakat memberikan respon secara
terkoordinasi dalam hal penyelamatan (rescue), triase (triage), dan penanganan
(treatment).

Tahap Pemulihan (Recovery phase)

Merupakan tahap perbaikan, pembangunan kembali, relokasi infrastruktur yang


rusak, dan memperbaiki kembali pelayanan kesehatan

Kegiatan yang dilakukan antara lain penilaian/ pengkajian kebutuhan cepat (Rapid Health
Assesment), mendirikan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sementara,
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rutin seperti pengobatan, perbaikan gizi, KIA,
Kesehatan reproduksi, Kesehatan jiwa, sanitasi, P2M, dan promosi kesehatan.

PENGKAJIAN

Identifikasi faktor risiko; keluarga yang tinggal di daerah rawan bencana seperti
daerah longsor, banjir, daerah pantai, daerah gunung berapi dll.
Analisis sumber dan kapasitas yang dapat digunakan.
Juli 2012
Melakukan pemetaan wilayah/ pemetaan ancaman atau risiko bencana

Individu, keluarga, dan masyarakat belum mengetahui tentang


penanggulangan terhadap bencana.

MASALAH KEPERAWATAN
Kurang Pengetahuan.
Risiko terjadinya kecelakaan/ injury/ luka

Kecemasan.

Kehilangan.
Isolasi Sosial : Menarik Diri.

Gangguan konsep diri.

Risiko infeksi, dll

PERENCANAAN & IMPLEMENTASI

Tahap Pencegahan (Prevention)

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Melaksanakan program pencegahan bahaya (safety hazard)berupa penyuluhan/


pendidikan kesehatan baik di rumah, tempat kerja, sekolah dll >> Program Sekolah
Siaga Bencana (PMR)
Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya bencana.

Memberikan bimbingan untuk mengantisipasi terjadinya bencana kepada masyarakat


(exercise atau simulasi).

Primary Prevention

Mempersiapkan komunitas dalam menghadapi bencana


Inisiatif dan memperbaharui rencana penanggulangan bencana
Menyediakan program pendidikan menghadapi bencana
>> KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Membuat laporan populasi rentan
Memberikan pendidikan kesehatan pada populasi rentan
Juli 2012
Advokasi masyarakat dalam menciptakan dan menjaga lingkungan yang aman
Melakukan pengkajian dan laporan tentang bahaya lingkungan
Mengetahui sumber-sumber yang dapat digunakan dalam penanganan bencana

Tahap Pencegahan
Pencegahan Tingkat Kedua (secondary prevention)
Fokus pada upaya mendeteksi sedini mungkin serta penanganan sesegera mungkin.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary prevention)


Terlibat dalam upaya menurunkan jumlah dan tingkat kecacatan atau kerusakan yang
diakibatkan oleh bencana (dalam hal ini dapat menolong masyarakat dalam pemulihan
dan menurunkan risiko akibat bencana).
Tahap Kesiapsiagaan

1. Persiapan Diri Sendiri (Personal preparedness)


Perawat mengetahui rencana penanggulangan bencana di masyarakat (Bakornas,
Satkorlak, BNPB, dll)
Mengembangkan rencana penanggulangan bencana untuk diri sendiri dan
keluarganya.
Mampu memberikan pertolongan pertama (first aid) dan resusitasi jantung (CPR).
Dalam hal ini harus mempunyai sertifikat.
Siap untuk bekerja di daerah bencana.

Tahap Kesiapsiagaan Sebagai Profesional (Profesional preparedness)

Kesiapan untuk menolong dalam penanggulangan bencana dengan


perlengkapan terstandar (copy sertifikat, peralatan dasar, lampu senter dan
baterai cadangan, baju hangat/ jaket, buku/ formulir untuk pencatatan, buku
saku panduan).

Mempunyai kemampuan untuk Basic Trauma Life Support (BTLS) dan Basic
Cardiac Life Support (BCLS) yang tersertifikasi.
Mengidentifikasi faktor risiko dan riwayat bencana.

Memahami program penanggulangan bencana nasional (kejelasan rantai komando,


komunikasi, mekanisme transport dalam evakuasi, dll)

Tahap Tanggap Darurat

Perawat melakukan tugas di bawah koordinasi tim tanggap darurat


bencana.
Juli 2012
Melakukan tugas-tugas penyelamatan. Perawat menentukan korban yang memerlukan
prioritas pertolongan (priority care) dengan sistem triase dan melaksanakan tindakan
keperawatan emergency dan dukungan sesegera mungkin di lapangan (di tempat
pengungsian, di rumah sakit lapangan, termasuk manajemen keperawatan dalam
perjalanan pemindahan korban yang sudah stabil).

Tahap Pemulihan

Pada tahap ini merupakan proses yang memerlukan waktu lama, termasuk untuk
tindakan medis/ keperawatan, rehabilitasi fisik, pemulihan keuangan, dukungan
psikologis dan spiritual.
Melakukan rehabilitasi fisik.
Memberikan dukungan psikologis (mental health) dan spiritual.

Memberikan pendidikan kesehatan dalam hal kebersihan (hygiene dan


sanitasi lingkungan), menghadapi stress, dll

Memperbaharui catatan imunisasi.

Melakukan kegiatan kunjungan rumah untuk membantu keluarga menyelesaikan


masalah kesehatan yang dihadapi setelah terjadinya bencana.
Melakukan penemuan kasus dan rujukan.

EVALUASI
Evaluasi dapat dilakukan secara langsung ketika perawat
melakukan tindakan (catatan keperawatan) dan melalui catatan
perkembangan sesuai program yang telah direncanaka

Juli 2012
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Contoh bencana alam
antara lain antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,
angin topan dan tanah langsor. Sedangkan bencana non alam contohnya adalah konflik social,
epidemi dan wabah penyakit.

B. Saran
Karena umumnya bahaya bencana dapat terjadi di mana saja dengan sedikit atau tanpa
peringatan, maka sangat penting bersiaga terhadap bahaya bencana untuk mengurangi risiko
dampaknya. Melalui pendidikan masyarakat, dapat dilakukan beberapa hal untuk mengurangi
risiko bencana. Selain itu, agar masyarakat mengetahui langkah-langkah penanggulangan
bencana sehingga dapat mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara
tepat bila terjadi ancaman, menyelamatkan diri, memulihkan diri, dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi agar menjadi masyarakat yang aman, mandiri dan berdaya tahan
terhadap bencana.

Juli 2012
DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No.24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana

Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan


bencana

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27321/3/Chapter%2011.pdf.

Juli 2012

Vous aimerez peut-être aussi