Vous êtes sur la page 1sur 31

LAPORAN

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (KEPALA
BERNOMOR) KURIKULUM 2013 DI KELAS VI
SDN 171/IX KOTA JAMBI”

HASIL PENELITIAN
DISUSUN OLEH
NAMA : Dra. NOVI
NIP : 19691111 201212 2 001

SEKOLAH DASAR NEGERI 171/IX KOTA JAMBI


KECAMATAN DANAU SIPIN KOTA JAMBI
TAHUN 2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk

mempersiapkan lahirnya generasi emas bangsa Indonesia, aspek – aspek yang

ingin dicapai dalam kurikulum 2013 meliputi aspek karakter, kompetensi dan

literasi kurikulum sebelumnya dirasa sudah tidak relevan dengan tuntutan

zaman yang lebih mengedepankan kemampuan calistung yakni membaca,

menulis dan berhitung.

Pada kurikulum 2013 penilaian terhadap hasil belajar sswa lebih dititik

beratkan pada tiga komponen yang meliputi akhlak atau karakter yang terbagi

dua yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Karakter moral berupa sikap

beriman, bertakwa, jujur, rendah hati dan sebagainya. Karakter kinerja berupa

siokap kerja keras, tanggung jawab, ulet, tidak mudah menyerah, tuntas dan

sebagainya.

Aspek yang kedua adalah penilaian kompetensi yakni berpikir kritis,

kreatif, komunikatif dan kolaborasi. Aspek yang ketiga adalah literasi yang

merupakan keterbukaan wawasan berpikir melalui literasi yakni literasi

membaca, literasi budaya, literasi teknologi dan sebagainya. Ini merupakan

proyeksi masa depan anak bangsa.

Untuk dapat mewujudkan apa yang ingin dicapai dalam komponen 2

penilaian K 13 maka dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas


dirasakan penting untuk mengkondisikan kelas menjadi lebih optimal

sehingga perlu adanya strategi belajar untuk menignkatkan minat belajar

dengan lebih memberdayakan siswa, mendorong siswa untuk memahami

konsep-konsep, dapat mendeskripsikan, membuat laporan serta dapat

mempresentasikan hasil belajar, ide dan pemikirannya melalui pembelajaran

dalam bentuk tematik.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat disimpulkan menjadi rumusan

masalah :

a. Bagaimana hasil belajar siswa kelas VI pada pelajaran tema II di SDN

171/IX Kota Jambi ?

b. Bagaimana cara penerapan metode numbered heads together (kepala

bernomor) pada pelajaran tema II di kelas VI SDN 171/IX Kota Jambi ?

c. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN 171/IX pada

Pelajaran tema II melalui metode Numbered Heads Together (kepala

bernomor) ?

1.3. Batasan Masalah

Untuk tidak meluasnya masalah dalam penelitian ini maka penelitian

ditekankan pada peningkatan minat belajar siswa tema II Persatuan dalam

perbedaan di Pembelajaran I KD. 34 dan KD 44 Materi Pembelajaran

Proklamasi Kemerdekaan.
1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti dapat

merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

a. Mengetahui hasil belajar siswa kelas VI pada pembelajaran tema II di SD

Nomor 171/IV

b. Menegetahui cara penerpaan metode Numbered Head Together (kepala

bernomor) pada pembelajaran tematik II di SDN 171/IV

c. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VI SDN 171/IV pada

pembelajaran tematik melalui metode Numbered Heads Together (kepala

bernomor)

1.5. Manfaat Hasil Penelitian

a. Bagi siswa : Siswa termotivasi, senang belajar tematik, hasil belajar lebih

meningkat

b. Bagi Guru

Dapat menambah wawasan tentan g strategi pembelajaran

c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan

hasil belajar siswa

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman praktiks, realisasi dari teori-teori yang diperoleh


BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR & HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Minat

Menurut Hendri (2012, 95) Minat merupakan factor yang

sangat penting yang ada dalam diri setiap manusia. Minat ada dua

macam, yaitu minat primitif dan minat budaya. Minat primitif timbul

dari organisme jasmani pada waktu organisme sadar akan apa yang

memuaskan kebutuhan tersebut. Minat budaya atau minat social timbul

dari tingkatan belajar yang tinggi. Minat jenis ini timbul dari hasil

pendidikan.

Menurut Elizabeth (2010, 114) Minat merupakan sumber

motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka

inginkan bila mereka bebas memilih. Bila mereka melihat bahwa

sesuatu akan menguntungkan, mereka merasa berminat. Ini kemudian

mendatangkan kepuasan. Bila kepuasan berkurang, minat pun

berkurang.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa minat dapat

dikembangkan melalui pendidikan dan setiap peserta didik harus

memiliki minat terhadap sesuatu atau minat terhadap suatu pelajaran

karena minat merupakan factor penting setiap manusia.


Anak tidak dilahirkan lengkap dengan minat. Minat merupakan

hasil dari pengalaman belajar, minat merupakan hasil dari pengalaman

belajar. Jenis pelajaran yang melahirkan minat itu kan menentukan

seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat

itu. Untuk mengerti minat berkembang, perlu diketahui bukan saja

bagaimana minat berkembang, perlu diketahui bukan saja bagaimana

minat dipelajari, melainkan juga bagaimana berbagai aspek minat

berkembang.

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan suatu hal

atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu

diluar diri. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh

kemudian.

2. Pengertian Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Belajar

Menurut Esti Ismawati (2012,34) Belajar adalah suatu proses

perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut

tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau

keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-

obatan.

Menurut Sumadi Suryabrata (2011,232) Belajar itu membawa

perubahan (dalam arti actual maupun potensial), (2) perubahan itu


pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru, (3) perubahan

itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

proses perubahan. Perubahan yang bersifat positif, dan karena usaha

yang kemudian didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan.

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah

membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang

diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai

individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana

pengetahuan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-

tujuanya, memuaskan kebutuhan-kebutuhanya.

Dalam dunia pendidikan, belajar dapat dimaknai sebagai suatu

poses yang menunjukan adanya perubahan yang sifatnya positif

sehingga pada tahap akhirnya akan didapat keterampilan, kecakapan,

dan pengetahuan baru yang didapat dari akumulasi pengalaman dan

pembelajaran.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta

didik dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:

a. Factor Internal (factor dari dalam peserta didik), yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.

b. Factor eksternal (factor dari luar peserta didik), yakni kondisi

lingkunan di sekitar peserta didik.


c. Factor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya

belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pembelajaran.

Faktor-faktor diatas dalam banyak hal sering saling berkaitan

dan mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, seorang guru yang

kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok peserta didik yang

menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan

mengatasi factor yang menghambat proses belajar mereka.

a. Factor internal peserta didik

Factor yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri meliputi

dua aspek, yakni:

1) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang

menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya,

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran.

2) Aspek psikologis

Banyak factor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran peserta

didik. Namun, diantara factor-faktor rohaniah peserta didik yang pada

umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:


a) Tingkat kecerdasan/inteligensi peserta didik

b) Sikap peserta didik

c) Bakat peserta didik

d) Minat peserta didik

e) Motivasi peserta didik

b. Factor eksternal peserta didik

Seperti factor internal peserta didik, factor eksternal peserta

didik juga terdiri atas dua macam, yakni:

1) Lingkungan social

Yang termasuk lingkungan social peserta didik adalah

masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar

perkampungan peserta didik tersebut. Lingkungan social yang lebih

banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga

peserta didik itu sendiri.

2) Lingkungan nonsosial

Factor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung

sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga peserta didik dan

letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

digunakan peserta didik. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan

tingkat keberhasilan belajar peserta didik.

c. Factor pendekatan belajar

Disamping factor-faktor internal dan eksternal peserta didik

sebagaimana yang telah dipaparkan dimuka, factor pendekatan belajar


juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar peserta

didik tersebut.

3. Pengertian Metode

Menurut Sudjana (2005: 76) metode merupakan perencanaan

secara menyeluruh untuk menyajikan materi pembelajaran bahasa

secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan, dan semuanya

berdasarkan pada suatu pendekatan tertentu.

Menurut Sangidu (2004: 14) metode adalah cara kerja yang

bersistem untuk memulai pelaksanaan suatu kegiatan penilaian guna

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Salamun (dalam Sudrajat, 2009:7) menyatakan bahwa

metode pembelajaran ialah sebuah cara- cara yang berbeda untuk

mencapai hasil pembelajaran yang berbeda dibawah kondisi yang

berbeda. Hal itu berarti pemilihan metode pembelajaran harus

disesuaikan dengan kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang

ingin dicapai.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem

dalam menyajikan materi pelajaran. Metode pembelajaran dilakukan

secara teratur dan bertahap dengan cara yang berbeda-beda untuk

mencapai tujuan tertentu dibawah kondisi yang berbeda.


4. Model Pembelajaran Numbered Heads Togethers (Kepala

Bernomor)

Menurut Imas Kurniasih (2015, 29) Model Pembelajaran

Numbered Heads Togethers ( singkatan dari Numbered Heads

Together atau Kepala Bernomor Struktur. Model ini dapat dijadikan

alternative variasi model pembelajaran dengan membentuk kelompok

heterogen, setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota

memiliki satu nomor.

Menurut Agus Suprijono (2015, 111) pembelajaran dengan

menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan

Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.

Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya

“Heads Together” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari

guru.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode NHT ini

merupakan pembagian kelompok dan berdiskusi, setiap anggota

memiliki nomor masing-masing. Dan peserta didik berpikir bersama.

NHT singkatan dari Numbered Heads Together atau Kepala

Bernomor Struktur. Model ini dapat dijadikan alternative variasi

model pembelajaran dengan membentuk kelompok heterogen, setiap

kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu

nomor
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads

Togethers (Kepala Bernomor)

Adapun langkah-langkah metode pembelajaran NHT.

a. Persiapan

Dalam tahap ini guru memperasiapkan rancangan pelajaran dengan

membuat scenario pembelajaran, lembar kerja yang sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru

member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama

kelompok yang berbeda.

c. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki

buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam

menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

d. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada siswa

sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap

siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan

bahwa tiap orang mengetahui jawaban dan pertanyaan yang telah

ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.
e. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari

tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

f. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Heads

Togethers (Kepala Bernomor)

Kelebihan dan Kelemahan Metode NHT

a. Kelebihan Metode NHT

1) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa

2) Mampu memperdalam pemahaman siswa

3) Mengembangkan rasa ingin tahu siswa

4) Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama

b. Kekurangan Metode NHT

Apabila pada satu nomor kurang maximal mengerjakan

tugasnya, tentu saja mempengaruhi pekerjaan pemilik tugas yang

lain pada nomor selanjutnya.

Model pembelajaran yang digunakan guru merupakan salah

satu factor dalam meningkatkan minat belajar peserta didik.

Penggunaan model pembelajaran secara kreatif akan


memungkinkan peserta didik untuk lebih baik dan dapat

meningkatkan hasil belajar mereka.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menggunakan

metode NHT ni terdapat kelebihan dan kelemahan. Dengan guru yang

kreatif menggunakan metode ini minat peserta didik dalam belajar

dapat meningkat.

7. Tujuan Pembelajaran Numbered Head Together

1. Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas

akademik

2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang

mempunyai berbagai latar belakang

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, aktif

bertugas, menghargai pendapat orang lain, berbagi tugas, mau

menjelakaskan ide/ pendapat, bekerja dalam kelompok.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada

konsep Kagen dalam Ibrahim (2000;29) dengan tiga langkah yaitu :

1. pembentukan kelompok

2. diskusi masalah

3. tukar jawaban antar kelompok


8. Hakikat Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pemebelajaran IPS

Istilah “Ilmu Pengetahuan Sosial”, disingkat IPS,

merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan

menengah atau nama program studi di perguruan tinggi identik

dengan istilah “social studies” Sapriya (2009: 19).

Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran

yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin

ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah

sosial kehidupan Sapriya (2009: 20). Materi IPS untuk jenjang

sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena lebih

dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta

karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat

holistik Sapriya (2009: 20).

IPS adalah suatu bahan kajian terpadu yang merupakan

penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi diorganisasikan

dari konsep-konsep ketrampilan- ketrampilan Sejarah, Geografi,

Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9).

Fakih Samlawi & Bunyamin Maftuh (1999: 1) menyatakan

bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-

konsep dasar dari berbagai ilmu sosial disusun melalui pendidikan

dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa

dan kehidupannya.
Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa

diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang

konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki

kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya,

serta memiliki ketrampilan mengkaji dan memecahkan masalah-

masalah sosial tersebut.

Berdasarkan uraian di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran IPS sebagai proses belajar yang mengintegrasikan

konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-ilmu sosial dan

humaniora siswa agar berlangsung secara optimal

b. Tujuan Pendidikan IPS tingkat SD/ MI

Mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No 22 Tahun

2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

berikut.

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya

a. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa

ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan

dalam kehidupan sosial

b. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial

dan kemanusiaan.
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat

lokal, nasional, dan global.

Sedangkan menurut Sapriya, dkk. (2007: 13), tujuan IPS

adalah mengembangkan siswa untuk menjadi warga negara yang

memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai

untuk berperan serta dalam kehidupan demokrasi dimana konten

mata pelajarannya digali dan diseleksi berdasarkan sejarah dan

ilmu sosial, serta banyak hal termasuk humaniora dan sains.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat

disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah menjadikan

siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

memadai sebagai bekal kehidupan di masyarakat dan memiliki

kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis.

c. Ruang Lingkup IPS tingkat SD/MI

Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas

No 22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan

3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang

pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang
dapat dijangkau pada geografi dan sejarah terutama gejala dan masalah

sosial kehidupan sehari- hari yang ada di lingkungan sekitar peserta

didik di SD. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, ruang

lingkup mata pelajaran IPS di SD meliputi aspek sebagai berikut:

1. Manusia, tempat, dan lingkungan

2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Dari uraian pembelajaran IPS di atas peneliti mendeskripsikan

bahwa IPS di sekolah dasar yang meliputi materi sejarah, geografi,

sosiologi, dan ekonomi tidak hanya memberikan ilmu

pengetahuan semata, tetapi juga pengembangan keterampilan berpikir

kritis, sikap yang yang berguna dalam kehidupan sehari- hari untuk

menjadi warga negara yang baik.


BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research) dengan penerapan metode Numbered Heads Together, yang dapat

dijadikan cara untuk melakukan pembelajaran. Penelitian tindakan kelas ini

menggunakan bentuk kolaborasi, yang mana guru merupakan mitra kerja

peneliti. Masing-masing memusatkan perhatiannya pada aspek-aspek

penelitian tindakan kelas yang sesuai dengan keahliannya, guru sebagai

praktisi pembelajaran, peneliti sebagai perancang dan pengamat yang kritis.

Dalam pelaksnaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini

menggunakan model Kemmis dan Taggart, yang menyatakan bahwa dalam

satu siklus terdiri dari empat langkah pokok yaitu: (1) perencanaan (planning),

(2) aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi

(reflekting) atau evaluasi. Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK

tersebut membentuk suatu siklus PTK yang menggambarkan dalam bentuk

spiral. Seperti pada gambar di bawah ini.


Gambar 3. di atas dapat dijelaskan bahwa rancangan/ rencana awal,

merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum mengadakan penelitian. Peneliti

menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan termasuk

di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kemudian

pelaksanaan kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh

peneliti sebagai upaya meningkatan hasil belajar siswa dnegan diterapkannya

model pembelajaran kooepratif tipe Numbered Heads Together (kepala


bernomor). Selanjutnya refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan

mempertimbangkan hasil atau dampak dari tidakan yang telah dilakukan.

Hasil dari refleksi tersebut disusun rencana selanjutnya. Rancangan/ rencana

yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan

yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri 171/IV Danau Sipin Kota

Jambi. Tempat yang strategis yang mudah dijangkau untuk dilakukan

penelitian dan pencarian data.

b. Waktu dan Lama Penelitian

Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan/ tatap muka dan

setiap pertemuan berlangsung 2 x 35 menit sesuai jadwal pelajaran di

SD Negeri 171/IV Kecamatan Danau Sipin. Penelitian dilakukan pada

bulan Mei akhir sampai dengan bulan Juni semester genap tahun ajaran

2018/2019.

Adapun jadwal penelitian pelaksanaan setiap siklus adalah

sebagai berikut :

1) Tanggal 14 Juni 2019 mata pelajaran PKn kelas VI siklus I

2) Tanggal 19 Juni 2019 mata pelajaran PKn kelas VI siklus II


c. Siklus PTK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan melalui 2 siklus, untuk

melihat penerapan metode Numbered Heads Together terhadap materi

tentang Proklmasi Kemerdekaan kelas VI dalam mengikuti pelajaran

IPS. Setiap siklus dilaksanakan meliputi prosedur perencanaan

(planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi

(reflektion) atau evaluasi

2. Subjek PTK

Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 171/IV Kec.

Danau Sipin Kota Jambi. Yang berjumlah 26 siswa, yang terdiri dari 14

perempuan dan 12 laki-laki.

C. Variabel yang Diselidiki

Sehubungan dengan masalah yang telah dikemukakan, maka pada penelitian

ini variabel penelitiannya dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Variabel input : Sisswa kelas IV SD Negeri 171/IX Kec. Danau

Sipin Kota Jambi

2. Variabel output : Hasil belajar siswa

3. Variabel proses : Metode Pembelajaran Numbered Heads Together

D. Rencana Tindakan

Adapun rencana tindakan pada setiap siklus diuraikan sebagai berikut :


1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini, peneliti telah mempersiapkan rencana

tindakan yang dilakukan yaitu :

1. Membuat rencana pembelajaran dengan metode pembelajaran

kooperatif Numbered Heads Together (kepala bernomor)

2. Membuat instrumen pembelajaran (RPP, lembar kerja siswa pre

test dan post test)..

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti telah menyusun langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Skenario pembelajaran, LKS berisi tentang proklamasi

kemerdekaan

2. Guru membagi siswa menjadi beberapa dengan latar belakang

berbeda sosial, ras suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.

3. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok &

nama kelompok yang berbeda

4. Setiap kelompok satu mempunyai buku paket atau buku pandungan

untuk memudahkan siswa menyelesaikan masalah yang diberikan

oleh guru

5. Siswa mendiskripsikan masalah melalui kerja kelompok, setiap

siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan menyatakan


bahwa tiap siswa mengetahui jabawan dari pertanyaan yang

diberikan.

6. Guru menyebutkan satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas

7. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua

pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

c. Tahap Pengamatan

Dalam tahap pengamatan ini, peneliti akan mengamati kegiatan

pembelajaran yang sudah tersusun yaitu :

1) Situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together

2) Aktifitas siswa selama proses pembelajaran

3) Kemampuan siswa dalam menyampaikan ide, pendapat atau

jawaban.

4) Kemampuan siswa dalam berkomunikasi (berpendapat) dengan

bahasa yang baik dan benar.

d. Tahap Refleksi

Dalam tahap refleksi ini, adapun yang perlu dilakukan oleh peneliti

adalah

1) Merefleksi proses pembelajaran yang telah terlaksana


2) Mencatat kendala-kendala yang dihadapi selama proses

pembelajaran.

2. Siklus II

Apabila dalam siklus I hasil pembelajaran yang diberikan belum tercapai,

makadilakukan pengkolaborasian dengan guru untuk menindaklanjuti

pembelajaran siklus II dan menutup kekurangan pada siklus I dengan

menerangkan langkah – langkah sebagai berikut:

1) Tahap Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil belajar

refleksi pada siklus pertama. Yang mana pada siklus pertama belum

bisa teratasi dan pada siklus kedua guru dengan peneliti melakukan

pemecahan permasalahan yang belum bisa teratasi pada siklus

pertama. Misalnya dalam hal pembuatan RPP, menyiapkan bahan ajar,

pengembangan program tindakan (action) siklus II.

2) Tahap Pelaksanaan

Guru atau peneliti melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (kepala bernomor) berdasarkan rencana

pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama

3) Tahap Pengamatan

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktifitas pembelajaran

metode kooperatif tipe numbered head together pada siklus pertama.

4) Tahap Refleksi
Peneliti dan guru melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus

kedua seperti pada siklus pertama, serta menganalisis untuk membuat

kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas VI SD Negeri 171/VI Kec.

Danau Sipin.

E. Data dan Cara Pengumpulan

1. Analisis Data

Data adalah suatu hal yang diperoleh di lapangan ketika melakukan

penelitian dan belum diolah. Data menurut jenisnya dibagi menjadi dua

yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif

Data yang disajikan dalam bentuk ferbal, bukan dalam bentuk angka.

Dalam penelitian ini data kualitatif termasuk pelengkap, dikarenakan

penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yang termasuk data

kualitatif adalah

1) Gambaran umum SD Negeri 171/IV Kec. Danau Sipin

2) Pelaksanaan pembelajaran Numbered Heads Together di SD

Negeri 171/IV Kec. Danau Sipin

b. Data Kuantitatif

DAta yang terbentuk angka statistik. DAta inilah yang menjadi data

utama dalam penelitian ini. Yang termasuk data kuantitatif adalah:


1) Administrasi pembelajaran kooperatif tipe numbered head together

di SD Negeri 171/ IV Kec. Danau Sipin

2) Hasil belajar siswa di SD Negeri 171/ IV Kec. Danau Sipin

2. Teknik Pengumpulan Data

Pada pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan bantuan guru

kelas sebagai kolaborasi dijadikan landasan untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dan prestasi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran

melalui metode Numbered Head Together yang terkait dengan materi ajar

proklamasi kemerdekaan mata pelajaran IPS kelas VI SD Negeri 171/IV

Kec. Danau Sipin. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti adalah sebagai berikut : Oberservasi dan Wawancara, tes dan

dokumentasi.

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi, situasi, proses dan

perilaku pada saat proses pembelajaran berlangsung, yaitu dari tahap

awal sampai tahap akhir. Dalam hal observasi dipergunakan untuk

mengetahui data tentang aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh

peneliti melalui lembar pengamatan aktifitas siswa.

Observasi juga dilakukan peneliti dalam hal ini mahasiswa untuk

mengamati guru mata pelajaran selama pembelajaran berlangsung

melalui lembar pengamatan guru.

b. Wawancara
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

dalam pembelajaran PKn selama ini, serta menemukan kesulitan apa

saja yang dihadapi guru selama proses pembelajaran.

c. Tes

Pemberian tes dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar siswa.

tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa. Peneliti membuat tes berupa tes tulis dalam bentuk

objektif pilihan ganda pada siklus I dan siklus II yang diberikan

kepada siswa setiap akhir siklus.

d. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar

siswa dalam pembelajaran PKn. Dan juga sebagai data penunjang

seperti halnya dokumentasi tentang profil SD Negeri 171/IV Danau

Teluk visi dan misi sekolah, sejarah sekolah, struktur organisasi

sekolah.

3. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengolah dan

menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukan berbagai

informasi sesuai dengan fungsinya sehingga memiliki makna dan arti

yangjelas sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut Sudjana, bahwa untuk menghitung presentase

menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐹
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan :

P = Prosentase yang akan dicari

f = Jumlah seluruh skor jawaban yang diperoleh

N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang diperoleh siswa.

Sedangkan rata - rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus :

∑𝑥
𝑋=
𝑁

Keterangan :

X = Rata - rata (mean)

£x = Jumlah seluruh skor

N = Banyaknya subjek

Hasil penelitian yang telah diperoleh tersebut diklasifikasikan

dalam bentuk penyekoran nilai siswa dengan menggunakan Kriteria

Standar Penilaian SD Negeri 171/IV Danau Sipin sebagai berikut:

90 - 100 : Sangat baik

70-89 : Baik

50-69 : Cukup

0-49 : Tidak baik

F. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melatih

tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau

memperbaiki mutu PMB di kelas.


Dalam hal ini yang digunakan untuk menentukan keberhasilan

pelaksanaan metode pembelajaran yaitu hasil belajar siswa setelah mengjkuti

pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dikembangkan.

G. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh peneliti dengan bantuan

guru kelas yaitu ibu Nina Susila,S.Pd sebagai kolaborasi, dalam proses

pembelajaran yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI

terkait dengan materi pengajaran tentang organisasi tingkat pusat, mata

pelajaran PKn di SD Negeri 171/IV Danau Sipin melalui metode kooperatif

tipe Numbered Head Together.

Guru dan peneliti merupakan kesatuan tim yang bertugas untuk

mengarahkan proses kegiatan pembelajaran agar berjalan efektif dan juga

diharapkan dapat meningkatkan motifasi serta semangat belajar siswa untuk

turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga akan dapat diketahui

sejauh mana pemahaman siswa akan materi pembelajaran.

Peneliti di sini bertugas untuk melakukan penelitian terhadap kinerja

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, selain itu peneliti

merupakan orang yang menyediakan perangkat pembelajaran (RPP),

sedangkan guru bertugas untuk mempraktikkan apa yang sudah tertulis dalam

RPP yang telah disediakan oleh peneliti. Selain itu peneliti bersama guru

bertugas melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa, sehingga nantinya

peneliti dan guru dapat mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa, apakah

sudah mengalami peningkatan atau tidak.

Vous aimerez peut-être aussi