Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelas A/P1
Abdian Haryo Putro J3E116001
Assyifa Restu J3E116022
Cahya Afdila Z J3E216150
Eliza Oktaviani J3E116040
Kurnia Gita N J3E116072
Ilfaswari Maharani J3E216183
Lathifah Nur R J3E216179
Muflih Fakrie M J3E216172
Nida Dhiya U J3E216191
Putri Ayrin J3E116098
Putri Furya M J3E216163
Ramdhani Pratama J3E116103
Ratu Yuliani H J3E116104
Sinta Harfiyanti J3E116123
Yabeslina Siregar J3E116142
1.2 Tujuan
Melaporkan hasil inspeksi pangan industri rumah tangga berdasarkan
inspeksi yang dilakukan di industri rumah tangga Hana Bakery Mr. Boy.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Usaha
Hana Bakery merupakan industri rumah tangga yang memproduksi roti,
cake,pastry kue kering dan minuman teh kuncup daun. Hana bakery berlokasi di
Jl. Anak Sholeh SDIT Anak Sholeh, Cimahpar, Bogor. Hana Bakery didirikan
pada 1 Oktober 2014. Nizar Hasan bersama istrinya Yuhelmi Fitri merupakan
pemilik dari industri bakery ini. Pada awal pencetusannya Hana Bakery
mengeluarkan modal sekitar 100 juta rupiah untuk membangun usahanya. Industri
ini menjual roti dengan berbagai varian rasa seperti mangga, blueberry,
strawberry, kopi, cokelat, nanas, vanila, dan keju. Merek roti yang dijual yaitu
Mr. Boy.
Roti Mr. Boy merupakan roti manisyang terinspirasi dari produk Roti Boy
yang lebih dikenal. Walaupun mengadaptasi dari Roti Boy , produk dari Hana
Bakery ini tetap menonjolkan keunggulannya dari segi harga yang terjangkau.
Produsen ingin mengenalkan kepada konsumen roti yang berkualitas dengan
harga yang terjangkau sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan. Harga yang
ditawarkan berkisar Rp.2.500-7000. Selain produk roti, Hana bakery juga menjual
produk lainnya seperti roti tawar, kue kering, dan brownies yang dipasarkan pada
acara-acara tertentu seperti saathari raya, syukuran, dan acara festival.
Hana Bakery memproduksi 1000 hingga 2000 pcs roti setiap harinya,
namun jumah produksi tersebut juga dapat berubah sesuai permintaan konsumen.
Pendistribusian roti ini telah tersebar di seluruh wilayah Bogor seperti sekolah,
kampur, perkantoran, perhotelan, perbankan, dan rumah sakit. Produk roti Hana
Bakery telah memiliki izin edar P-IRT dan telah mendapatkan sertifikasi halal
oleh LPPOM-MUI.Hal tersebut bertujuan agar keamanan produk dan kepercayaan
konsumen dapat terjaga, serta dapat membantu dan mempermudah pendistribusian
produk roti yang dibuat
2.2 Struktur Organisasi
Nizar H. Yuhelmi F.
Pemilik Pemilik
Cecep Tuti - -
Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja
Proses pengurusan izin usaha dimulai dari pengajuan izin usaha kepada
dinas kesehatan terkait lingkungan tempat usaha berdiri. Lalu pengaju diharuskan
untung mengisi formulir pengajuan nomor registrasi P-IRT beserta dokumen-
dokumen yang harus disertakan dalam pengajuan izin. Pengaju akan diberikan
pelatihan atau penyuluhan mengenai klausul-klausul yang harus dipenuhi untuk
menjalankan usaha sesuai dengan standar Pangan Industri Rumah Tangga.
Pengurusan izin usaha ini menurut penuturan pemilik menghabiskan biaya
sebesar Rp250.000 sebagai biaya administrasi. Pengurusan izin P-IRT
membutuhkan waktu sekitartiga bulan. Sedangkan waktu pelatihan dilaksanakan
selama tiga hari. Dengan didaftarkannya produk tersebut dan memperoleh nomor
P-IRT memberikan dampak positif dari segi penjualan dan keuntungan.
Keuntungan yang didapatkan adalah produk tersebut dapat memperluas distribusi
ke hotel, rumah sakit, bank, dan sekolah-sekolah, karena untuk dapat bekerja sama
dengan instansi-instansi tersebut, maka diperlukan sertifikasi P-IRT.
Sertifikat adalahsurat sebagai tanda pengakuan bahwa seseorang
menguasai kompetensi tertentu, telah mengikuti suatu event, atau tanda
kepemilikan suatu barang. Untuk usaha roti Mr. Boy ini sudah memiliki sertifikat-
sertifikat perizinan usaha antara lainsertifikat tanda daftar industri, sertifikat
produksipangan industri rumah tangga dan sertifikat halal.
Roti dipanggang di dalam oven dengan suhu 200o C selama 10-12 menit
Roti diangkat dan dioles dengan margarin setelah itu didiamkan sampai dingin
Gambar 1 Penampakan Lokasi P-IRT Hana Bakery dari Jalan Anak Sholeh
Klausul 1 : Lokasi dan lingkungan IRTP tidak terawat, kotor dan berdebu
Berdasarkan hasil pengamatan lokasi Industri Rumah Tangga Pangan
(IRTP), lokasi tersebut dinilai bersih dan terawat.Terdapat peraturan tidak boleh
mengenakan alas kaki atau mengenakan alas kaki yang khusus di ruang
produksi.Sebelum dan setelah produksi selalu dilakukan sanitasi ruangan dan
peralatan. Namun, pada beberapa bagian yang dekat dengan peralatan produksi
yang besar seperti oven, proofer,roller, dan mixer terdapat lantai yang kotor dan
alas alat yang sudah berkarat.
Klausul 11 : Tidak tersedia sarana cuci tangan lengkap dengan sabun dan
alat pengering tangan.
Sarana cuci tangan karyawan disediakan di dalam ruang produksi namun
letaknya terlalu tertutup karena berada di pojok ruangan dan terhalang
lemari.Sabun dan alat pengering tangan juga tidak tersedia.Karyawan terlihat
mengeringkan tangannya dengan celemek, sekalipun pada celemek yang sudah
kotor.
Klausul 17: Karyawan bekerja dengan perilaku yang tidak baik (seperti
makan dan minum) yang dapatmengakibatkan pencemaran produk pangan.
Selama kunjungan berlangsung, para karyawan yang sedang bekerja
berperilaku dengan baik dan tidak ada yang makan atau minum atau berprilaku
yang tidak baik yang dapat mengakibatkan pencemaran pada produk.
Klausul 20: Program higiene dan sanitasi tidak dilakukan secara berkala
Program higiene ditunjukkan dengan adanya sarana cuci tangan bagi
karyawan. Namun, tidak disediakan lengkap dengan sabun dan alat pengeringnya
(lap), terlihat karyawan sesekali mengeringkan tangannya pada celemek yang
dipakai dan agak kotor selama proses pengemasan.Selain itu, disediakan juga
masker bagi para karyawan dan terdapat aturan lisan hanya boleh memakai alas
kaki yang khusus dipakai untuk di ruang produksi.Program ini tertulis dalam tata
tertib di ruang produksi. Program sanitasi yang dilakukan secara berkala yaitu
sanitasi ruang dan peralatan. Sanitasi ruang dilakukan sebelum dan sesudah proses
produksi berlangsung dengan menyapu dan mengepel lantai ruangan. Sanitasi
peralatan dilakukan segera setelah proses produksi selesai seperti mencuci bersih
baskom, wadah stainless steel, dan lainnya, juga membersihkan meja pengolahan
yang kemudian akan digunakan sebagai meja pengemasan. Sanitasi alat besar
seperti mixer kapasitas 5 kg, roller, proofer, dan oven dilakukan satu kali dalam
seminggu.
Klausul 25: IRTP tidak memiliki catatan; menggunakan bahan baku yang
sudah rusak, bahan berbahaya, dan bahan tambahan pangan yang tidak
sesuai dengan persyaratan penggunaannya.
Pada dinding di ruang produksi hanya terpampang catatan bahan baku
yang digunakan beserta formulasinya. Tidak ditemukan atau tidak dapat ditelusuri
penggunaan bahan baku yang tidak sesuai peruntukannya saat dilakukan survey.
Klausul 26: IRTP tidak mempunyai atau tidak mengikuti bagan alir
produksi pangan.
IRTP mempunyai dan mengikuti bagan alir produksi pangan.Pada dinding
di ruang produksi tertempel bagan alir produksi yang dibuat dengan tulisan
tangan.Kemungkinan IRTP mengikuti bagan alir produksi pangan karena
menghasilkan produk dengan kualitas yang konsisten. Karyawan yang bekerja dan
memahami alur proses produksi secara matang juga membantu dalam
menghasilkan mutu produk roti yang seragam.
Klausul 27: IRTP tidak menggunakan bahan kemasan khusus untuk pangan.
IRTP menggunakan bahan kemasan plastik PE dan pouch kertas dengan
label yang telah diprint out untuk mengemas produk roti.
Klausul 29: Alat ukur / timbangan untuk mengukur / menimbang BTP tidak
tersedia atau tidak teliti.
IRTP menyediakan alat ukur/timbangan untuk bahan-bahan yang
digunakan. Ketelitian dari alat tidak diketahui karena selama kunjungan telah
dilakukan proses penimbangan dan kemungkinan alat ukur yang digunakan masih
teliti, karena produk yang dihasilkan dengan kualitas yang konsisten.
Halim, Ali A, Rahmayuni. 2015. Evaluasi Mutu Roti Manis dari Tepung
Komposit (Tepung Terigu, Pati Sagu, Tepung Tempe). Jurnal Teknologi
dan Industri Pertanian Indonesia. Vol.07(2): 1.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012.
PERKBPOM. No HK 03.1.23.04. 12.2207 : Tata Cara Pemeriksaan
Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta : BPOM.
Ruang Pengemasan