Vous êtes sur la page 1sur 9

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN


ANEMIA PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN
DARUL ULUM PETERONGAN JOMBANG

Is Rinieng Nur Sya`Bani1, Sri Sumarmi 2


Departemen Gizi & Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga 1,2
Kutipan: Sya’bani, I. R. N., & Sumarni, S. (2016). Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian
Anemia Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 1 (2)

INFORMASI ABSTRACT

Korespodensi: Objective: to analyzed the relationship between nutritional status


iriennursya@yahoo.com and anemia among female students.

Methods: A cross sectional study was done at Muzamzamah-


Chosyiah dormitory, islamic boarding school Darul Ulum in
Jombang district east java. Sample size of 106 female students who
aged 12-15 years old, was drown from population of 175 female
students, Hemoglobin level was measured by using hemoglobin
meter, body weight was measured by using digital scales, and stature
measured by using mecrotoise. The intake of energy, protein, vitamin
C, and iron (Fe) were obtained by using the method of recall 2 x 24
hours then calculated using nutrisurvey for windows. Data was
analyzed by using chi square test.

Results: The result showed that 18,9% female student was


Keywords: underweight, 52,8% female student had normal weight, 28,3%
anemic, nutrition status, young
female student was overweight, and 57,5% respondent was anemia.
women Based on food consumption was 80,9% lack of energy, 42,5% lack of
protein, 86,8% lack of vitamin C, and 86,8% lack of iron (Fe). The
result of statistic test showed that there was no relationship between
energy intake (p = 0.14), protein (p = 0.33), vitamin C (p = 08) and
nutritional status (p = 044) with anemia status. There is a
relationship between intake of iron (Fe) (p=0,02) with anemia status.

Conclusion: anemia in female students of Muzamzamah-Chosyi`ah


may be caused by inadequate intake of iron (Fe) from food..

PENDAHULUAN dunia berstatus anemia. Sebagai salah


Anemia merupakan penurunan satu negara berkembang, di Indonesia
kuantitas sel-sel darah merah dalam kejadian anemia masih cukup tinggi.
sirkulasi atau jumlah hemoglobin Menurut hasil Riskesdas tahun 2013
berada dibawah batas normal prevalensi anemia defisiensi besi
merupakan masalah kesehatan banyak ditemukan pada remaja
masyarakat yang banyak terjadi dan perempuan sebesar 22.7 %, sedangkan
tersebar di seluruh dunia, baik di negara anemia defisiensi besi pada remaja laki-
berkembang dan negara miskin. laki sebesar 12.4 % (Batlitbangkes.
2013).
World Health Organization
(WHO) tahun 2015 melaporkan bahwa Penyebab prevalensi anemia
lebih dari 30 % atau 2 milyar orang di yang tinggi pada wanita disebabkan
banyak faktor antara lain konsumsi zat

7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

besi yang tidak cukup dan absorbsi zat Santri merupakan sebutan untuk
besi yang rendah, pendarahan, penyakit murid yang bertempat tinggal di suatu
malaria, infeksi cacing maupun infeksi pondok pesantren. Santriwati sebutan
lainnya dan remaja putri mengalami untuk murid di pondok pesantren yang
siklus menstruasi setiap bulan (Heather berjenis kelamin perempuan. Sebagian
A Eicher-Miller, 2009), namun lebih besar santri merupakan remaja usia 11-
dari 50% kasus anemia yang tersebar di 18 tahun. Usia remaja merupakan usia
seluruh dunia secara langsung dimana terdapat perubahan-perubahan
disebabkan oleh kurangnya asupan hormonal yang mengakibatkan
intake zat besi (Sumarmi dan Adi, perubahan struktur fisik dan psikologis
2000). yang drastis. Pada masa puncak
Selain itu remaja putri pertumbuhan, remaja membutuhkan
cenderung melakukan diet ketat untuk nutrisi dua kali lebih banyak dari pada
mendapatkan tubuh yang ideal dan tahun-tahun yang lain (Kusharisupeni,
mengurangi konsumsi makanan 2010).
sehingga dapat menyebabkan Hasil penelitian yang dilakukan
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan di Pondok Pesantren Al-Islam Nganjuk,
tubuh termasuk zat besi (Masthalina menunjukkan bahwa 92,5 % santriwati
dkk., 2015). mengalami defisit energi, 94.0% dari
Menurut Thompson (2007) reponden mengalami defisit protein,
dalam Arumsari (2008), status gizi dan sebanyak 97,0% mengalami defisit
berkorelasi positif dengan konsentrasi zat besi (Dewi, 2011). Penelitian
hemoglobin, artinya semakin buruk Notobroto dan Chatarina (2000),
status gizi seseorang maka semakin menunjukkan bahwa prevalensi anemia
rendah kadar Hb didalam darah. pada santriwati sebanyak 87.5% dan
Penelitian Permaesih (2005), Penelitian lain di Ponodok Pesantren
menyatakan ada hubungan antara Al-Hidayah prevalensi santriwati yang
Indeks Massa Tubuh dengan anemia, terkena anemia defisiensi zat besi
remaja putri dengan Indeks Massa sebesar 23.53 %. Berbagai hasil
Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali penelitian tersebut menunjukkan bahwa
menderita anemia dibandingkan dengan masih banyak santriwati anemia. Oleh
remaja putri dengan IMT normal. karena itu penelitian ini dilakukan
untuk mengkaji hubungan antara status
Berdasarkan penelitian di gizi dengan kejadian anemia pada
Meksiko diketahui bahwa defisiensi santriwati di asrama putri
besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada Muzamzamah-Chosyi`ah Ponpes Darul
wanita dan anak-anak obesitas. Hal ini Ulum Jombang.
dikarenakan adanya peningkatakan
produksi hepcidin yang dapat
menghambat penyerapan zat besi METODE
(Capeda et al., 2011), sementara di Penelitian ini merupakan jenis
India menujukkan prevalensi anemia penelitian observasional, dengan
banyak terjadi pada remaja putri rancang bangun cross sectional . besar
kekurangan berat badan sebesar 34,21 sampel 106 diperoleh dengan
%. Hal ini dikarenakan kurangnya mengunakan rumus Lemeshow.
informasi mengenai diet yang tepat dan Pengambilan sampel dilakukan dengan
kebiasaan remaja putri melewatkan cara simple random sampling yaitu
waktu makan demi tubuh yang ideal teknik pengambilan sampel dimana
(Shamim et al., 2014) setiap unsur yang terdapat pada
populasi memiliki kesempatan yang

8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

sama untuk menjadi sampel. Subjek kecamatan Jogoroto, dan sebelah timur
penelitian ini adalah santriwati kelas dengan Kecamatan Sumombito.
1dan 2 SMP yang tinggal di Asrama Jumlah seluruh santriwati Asrama
Putri Muzamzamah-Chosyi`ah Pondok Muzamzamah-Chosyi`ah sebanyak 498
Pesantren Darul Ulum yang memenuhi santriwati yang terdiri dari 214
kriteria inklusi diantaranya yaitu tidak santriwati SMP, 233 santriwati SMA,
sedang dalam keadaan sakit, dan tidak dan 49 mahasiswa. Responden pada
sedang dalam keadaan menstruasi. penelitian ini yaitu seluruh santriwati di
Data dianalisis secara deskriptif dengan Asrama XI “Muzamzamah - Chosyi`ah”
bentuk tabel dan grafik statistik. Data Pondok Pesantren Darul Ulum, yang
dianalisis secara statistik dengan termasuk siswi SMP/MTsN dan
menggunakan uji chi square sederajat yang memeiliki rentang usia
menggunakan SPSS for window 12 sampai 15 tahun. Responden
merupakan siswi kelas 1 dan 2
SMP/MTsN/Sederajat. kelompok umur
HASIL responden yang terbanyak adalah umur
Asrama XI “Muzamzamah-Chosyi`ah 13 tahun sebesar 60 (56,6%), umur 14
merupakan salah satu asrama putri yang tahun sbesar 36 reponden (34,0%),
berada di bawah naungan yayasan umur 12 sebesar 6 (5,7%) dan jumlah
Pondok Pesantren Darul Ulum, umur yang paling sedikit yaitu 15 tahun
berlokasi di Desa Rejoso, Kecamatan (3,8%). Nilai konsumsi zat gizi
Peterongan, Kabupaten Jombang. didapatkan dari hasil food recall pada
Pondok Pesantren Darul Ulum memiliki 106 santriwati, didapatkan data tentang
luas pondok ±40 Ha, batas wilayah tingkat asupan zat gizi yang dikonsumsi
sebelah utara berbatasan dengan responden rata-rata dalam satu hari,
Kecamatan Kesamben, sebelah barat hasil food recall dibandingkan dengan
bersebelahan dengan Kecamatan angka kecukupan gizi untuk remaja usia
Jombang, sebelah selatan dengan 12-15 tahun yang meliputi diantaranya
yaitu:
Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat konsumsi zat gizi dan hasi uji statistik
Status Anemia
total
Asupan Zat Gizi Anemia Tidak Anemia p
n % n % n %
Energi
Kurang 52 61,2 33 38,8 85 100
0,14
Cukup 9 42,9 12 57,1 21 100
Protein
Baik 12 60,0 8 40,0 20 100
Sedang 20 48,8 21 51,2 41 100 0,33
Kurang 29 64,4 16 35,6 45 100
Vitamin C
Cukup 5 35,7 9 64,3 14 100
0,08
Kurang 56 60,9 37 43,0 92 100
Zat besi
Cukup 4 28,6 10 71,4 14 100
0,02
Kurang 57 62,0 35 38,0 92 100
Status Gizi
Kurus 14 70,0 6 30,0 20 100
Normal 30 53,6 26 46,4 56 100 0,44
Gemuk 17 56,7 13 43,3 30 100

9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Tingkat konsumsi energi responden yang kurus (19%), sebanyak


Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa 56 responden yang normal (53%),
sebagian besar tingkat konsumsi energi sebanyak 30 responden yang gemuk
dari responden penelitiaan adalah (28%).
kurang (<80% AKG) yaitu sebanyak
85 reponden (80,2%), selanjutnya Status Gizi
sedangkan tingkat konsumsi energi
cukup (≥80% AKG) sebanyak 21 Kurus Normal Gemuk
responden (19,8%).
Tingkat Konsumsi Protein
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahawa 19%
28%
sebagian besar tingkat konsumsi protein
dari responden penelitiaan adalah
kurang (<70%AKG) yaitu sebanyak 45 53%
reponden (42,5%), selanjutnya 20
responden (18,9%) tingkat konsumsi
proteinnya baik (≥100% AKG)
sedangkan tingkat konsumsi protein Gambar 2. Distribusi Status Gizi
sedang (80%-99% AKG) sebanyak 41
responden (38,7%).
Tingkat konsumsi vitamin
Status Anemia
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahawa
sebagian besar tingkat konsumsi Anemia Tidak Anemia
vitamin C dari responden penelitiaan
adalah kurang yaitu sebanyak 92
reponden (86,8%) sedangkan tingkat
konsumsi vitamin C cukup sebanyak 14 43%
responden (13,2%).
57%
Tingkat konsumsi zat besi (Fe)
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahawa
sebagian besar tingkat konsumsi zat
besi (Fe) dari responden penelitiaan
adalah kurang yaitu sebanyak 92 Gambar 1. Distribusi Status Anemia
reponden (86,8%) sedangkan tingkat
konsumsi zat besi cukup sebanyak 14 Status anemia responden dapat dilihat
responden (13,2%). dan dilakukan pengukuran kadar Hb
Status gizi responden dapat dilihat dari responden. Pengukuran kadar Hb
nilai z-score seseorang. Kategori status dilakukan dengan mengunakan alat
gizi dilihat dari indeks massa tubuh hemoglobinometer, diketahui bahwa
menurut umur dalam kategori z-score sebesar 57% santriwati anemia dan
dibagi menjadi 3 yaitu kurus, normal, sebesar 43% santriwati tidak anemia.
dan gemuk. Rata-rata z-score responden kadar Hb tertinggi santriwati sebesar
sebesar 0,154 dengan nilai yang paling 15,60 gr/dl sedangkan kadar Hb
rendah sebesar -3,02 dan paling tinggi terendah santriwati sebesar 5,50 gr/dl.
sebesar 2,68. Rata-rata kadar Hb santriwati sebesar
Hasil penelitian menunjukkan dari 11,3 gr/dl, rata-rata kadar Hb santriwati
seluruh responden terdapat 20 dibawah nilai cut off point dari yang

10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

ditetapkan oleh WHO yaitu sebesar 12 sependapat dengan penelitian yang


g/dl. dilakukan oleh Muchlisa dkk (2013)
pada remaja putri di universitas
Hasanuddin Makasar.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Status anemia
Berdasarkan Lailiyana (2010) pada usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tersebut kebutuhan gizi pada masa Sebagian besar responden anemia, hal
remaja meningkat. Kebutuhan nutrisi ini kemungkinan disebabkan oleh
yang meningkat pada masa remaja remaja putri kehilang darah setiap bulan
adalah energi, protein, kalsium, besi, karena remaja putri termasuk dalam
dan zinc. Asupan energi mempengaruhi masa reproduktiv yang setiap bulan
pertumbuhan tubuh dan bila asupan mengalami menstruasi, Remaja putri
tidak adekuat menyebabkan seluruh unit membutuhkan besi paling banyak yang
fungsional remaja ikut menderita, antar digunakan untuk mengganti besi yang
lain derajat metabolisme, tingkat terbuang bersama darah haid,
aktivitas, tampilan fisik dan maturasi disamping keperluan untuk menopang
seksual. Kelebihan asupan pada remaja pertumbuhan serta pematang seksual
mengakibatkan peningkatan BB. Hasil selain itu responden jarang
penelitian mununjukkan bahwa usia mengkonsumsi makanan yang
responden paling banyak pada usia 13 mengandung zat besi dalam porsi yang
tahun yaitu sebesar 56,6% dan usia besar.
responden yang paling rendah yaitu Menurut Manuaba (2012) dampak
berumur 15 tahun sebesar 3,8 %. anemia pada remaja putri dalam jangka
Remaja putri membutuhkan besi pendek adalah menurunkan konsentrasi
paling banyak yang digunakan untuk belajar, mengganggu pertumbuhan dan
mengganti besi yang terbuang bersama perkembangan, menurunkan
darah haid, disamping keperluan untuk kemampuan fisik dan aktivitas kerja,
menopang pertumbuhan serta dan memberikan dampak negatif bagi
pematangan seksual (Arisman, 2009). sistem saluran pencernaan, susunan
Status gizi remaja putri merupakan saraf pusat, kardiovaskular, dan
kunci keberhasilan kelangsungan hidup imunitas. Dampak anemia jangka
mereka dan anak-anak yang dilahirkan panjang pada remaja putri adalah
pada masa depan karena keadaan apabila remaja putri nantinya hamil,
kesehatan, gizi dan mental berpengaruh maka ia beresiko melahirkan bayi
terhadap keadaan kehamilan. BBLR, prematur, dan pendarahan
sebelum dan saat melahirkan. Dampak
Status Gizi anemia jangka panjang lainnya yaitu
Berdasrkan hasil penelitian rata-rata beresiko abortus dan cacat bawaan
responden memilik status gizi normal
meskipun asupan energi sebagian Hubungan antar Variabel
responden kurang. Berdasarkan hasil Dari hasil uji statistik menggunakan uji
observasi, aktivitas responden sangat chi-Square, maka dapat diperoleh hasil
padat, Responden setiap harinya tidur uji statistik tersebut antara variabel
rata-rata 6 – 7 jam, kegitan bersih- bebas dan terikat sebagai berikut:
bersih dilakukan setiap satu minggu
sekali, kegiatan olah raga dilakukan Hubungan asupan energi dengan
satu minggu sekali ketika pelajaran status anemia responden
olahraga disekolah sedangkan diasrama Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tidak ada kegiatan olahraga. Hal ini sebagian besar tingkat konsumsi energi

11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

responden adalah kurang yaitu sedangkan konsumsi protein terendah


sebanyak 85 reponden (80,2%) sebesar 28,70 g.
sedangkan tingkat konsumsi energi Didalam tubuh sebagian zat besi
sedang sebanyak 16 responden terdapat terkonjungsi dengan protein.
(15,1%)dan hanya 5 (4,7%) responden Salah satu bentuk konjungsi itu adalah
yang tingkat konsumsi energinya baik. tranferin yang merupakan konjugat Fe
rata-rata konsumsi energi responden per yang berfungsi mentranspor zat besi
hari adalah 1358,92 kkal, konsumsi (Fe) tersebut dalam plasma darah
energi tetinggi sebesar 2575,80 kkal (Sediaoetama, 2008). Apabila tubuh
sedangkan konsumsi energi terendah kekurangan protein maka transportasi
sebesar 756,70 kkal. zat besi ke dalam plasma darah akan
Kekurangan energi dapat terganggu sehingga akan
meneyebabkan anemia, hal ini terjadi mempengaruhi kadar hemoglonin
karena pemecahan protein tidak lagi darah.
ditunjukkan untuk pembentukan sel Hasil uji statistik menunjukkan tidak
darah merah dengan sendirinya menjadi ada hubungan antara asupan protein
kurang. Pemecahan protein untuk dengan status anemia santriwati (p=
energi dapat menyebabkan ketidak 0,33), hal ini sejalan dengan penelitain
seimbangan dalam tubuh (Nursari, Kurniati (2013) yang menyatakan tidak
2010). Menurut Salmiatin (2013) ada hubungan yang bermakna antara
Energii dibutuhkan untuk konsumsi protein dengan kadar
mempertahankan hidup manusia, hemoglobin pada wanita prakonsepsi.
menunjang pertumbuhan, dan
melakukan aktivitas fisik. Energi yang Hubungan asupan vitamin C dengan
masuk melalui makanan harus status anemia responden
seimbang dengan kebutuhan energi Hasil penelitian menunjukkan bahwa
seseorang. sebagian besar tingkat konsumsi
Hasil uji statistik diperoleh bahwa tidak vitamin C responden adalah kurang
ada hubungan antara asupan energi yaitu sebanyak 92 reponden (86,8%)
dengan status anemia santriwati sedangkan tingkat konsumsi vitamin C
(p=0,20), hal ini sependapat dengan cukup sebanyak 14 responden (13,2%).
penelitian Kurniati pada tahun 2013 rata-rata konsumsi vitamin responden
yang menyatakan tidak ada hubungan per hari adalah 37,87 mcg, konsumsi
antara asupan energi dengan anemia vitamin C tertinggi sebesar 235,0 mcg
pada wanita prakonsepsi. sedangkan konsumsi vitamin C
terendah sebesar 0,20 mcg.
Hubungan asupan protein dengan status Hasil uji statistik menunjukkan bawah
anemia responden tidak ada hubungan yang bermakna
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara vitamin C dengan status anemia
sebagian besar tingkat konsumsi protein santriwati (p=0,13), hal ini sama dengan
responden adalah kurang (<70% penelitian yang dilakukan oleh
AKG)yaitu sebanyak 45 reponden Setijowati (2012) yang menyatakan
(42,5%) sedangkan tingkat konsumsi tidak ada hubungan yang bermakna
protein sedang ((80-99% AKG) antara asupan vitamin c dengan status
sebanyak 41 responden (38,7%) dan anemia.
tingkat konsumsi protein baik (≥100% Vitamin C dapat membantu penyerapan
AKG) sebanyak 20 responden (18,9%). zat besi dalam pencegahan terjadinya
rata-rata konsumsi protein responden anemia, namun apabila zat besi yang
per hari adalah 54,64 g, konsumsi dikonsumsi dalam jumlah yang terbatas
protein tertinggi sebesar 103,30 kkal maka fungsi vitamin C sebagai

12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

enhancer zat besi tidak berjalan dengan status anemia pada siswi MTS
(Setijowati, 2012).tidak adanya Ciwandan. Hal ini dapat diakibatkan
hubungan antara asupan vitamin C oleh reponden kurang mengkonsumsi
dengan kejadian anemia kemungkinan bahan makanan sumber zat besi seperti
dapat disebabkan oleh responden daging merah dan responden banyak
kurang mengkonsumsi buah-buah mengkonsumsi teh yang mengandung
sumber vitamin C dikarenakan tanin sebagai zat penghambat
keterbatasan ketersediaan buah. penyerapan zat besi.
Vitamin C mempunyai peranan yang
penting dalam penyerapan zat besi non Hubungan status gizi dengan
heme yang banyak di temukan dalam kejadian anemia
makanan nabati. Oleh sebab itu apabila Berdasarkan penelitian responden
kurang mengkonsumsi sayuran dan yang menderita anemia sebagian besar
buah dapat menghambat penyerapan zat memilik IMT normal, yaitu sebanyak
besi di dalam tubuh sehingga 30 responden (53,6%) dari total 56
menyebakan anemia responden dengan IMT normal,
sebanyak 14 responden dengan IMT
Hubungan asupan zat besi (Fe) kurus menderita anemia (70,0%) dari
dengan status anemia responden total 20 responden dengan IMT kurus,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden IMT gemuk
sebagian besar tingkat konsumsi zat (56,7%) menderita anemia dari total 30
besi (Fe) responden adalah kurang yaitu responden dengan IMT gemuk.
sebanyak 92 reponden (86,8%) Hasil uji statistik dengan menggunakan
sedangkan tingkat konsumsi zat besi uji chi-Square diperoleh hasil bahwa Ho
(Fe) cukup sebanyak 14 responden lebih besar dari α = 5% (p=0,44),
(13,2%). rata-rata konsumsi zat besi sehingga menunjukkan bahwa tidak ada
(Fe) responden per hari adalah 10,30 hubungan antar status gizi dengan status
mg, konsumsi zat besi (Fe) tertinggi anemia pada santriwati. Hal ini
sebesar 60,20 mg, sedangkan konsumsi sependapat dengan penelitian yang
zat besi (Fe) terendah sebesar 2,30 mg. dilakukan oleh Indartanti dan Kartini
Zat besi berperan sangat penting (2014) yang menyatakan tidak ada
sebagai bahan utama dalam sintesis hubungan antara status gizi dengan
hemoglobin, ketika cadangan besi kejadian anemia pada remaja putri usia
dalam tubuh berkurang makan akan 12-14 tahun di Semarang. Penelitian ini
berdampak pada sintesis hemoglobin juga sependapat dengan hasil penelitian
yang terganggu. Defisiensi zat besi dari Sumarmi et al (2016) yang
makanan biasanya menjadi faktor menunjukkan bahwa wanita dengan
utama. Zat besi asupan berasal dari dua status gizi kurus bukan merupakan
bentuk yaitu besi non heme dan besi faktor resiko terjadinya anemia, Namun
heme. Zat besi heme hanya ditemukan wanita dengan status gizi kurus
di dalam daging hewan sedangkan zat merupakan faktor resiko kekurangan
besi non heme di temukan di dalam dan penyusutan cadangan/simpanan zat
makanan tumbuhan. besi di dalam tubuh.
Hasi uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan antara asupan zat besi KESIMPULAN
(Fe) dengan status anemia santriwati Berdasarkan hasil dan
(p=0,03). Hal ini sejalan dengan pembahasan di atas mengenai hubungan
penelitan Pratiwi (2015) yang status gizi dengan kejadian anemia pada
menunjukkan bahwa asupan Fe Santriwati di Pondok Pesantren Darul
mempunyai hubungan yang bermakna Ulum Peterongan Jombang dapat

13
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

disimpulkan bahwa Kelompok umur (skripsi). Bogor: Fakultas


responden yang terbanyak adalah umur Pertanian, Institusi Pertanian
13 tahun. Tingkat konsumsi energi, Bogor.
protein, vitamin C dan zat besi dari Badan Penelitian dan Pengembangan
responden penelitiaan kategori kurang. Kesehatan Departemen Kesehatan
Terdapat 20 responden yang kurus RI., 2013. Riskesdas 2013.
(18,9%) dengan z-score -3,0 sampai - Jakarta; Balitbangkes.
1,03 SD, sebanyak 56 responden yang
normal (52,8%) dengan z-score -0,95 Notobroto, Hari Basuki dan Chatarina
sampai 1 SD, sebanyak 30 responden UW., 2000. Determinan
yang gemuk (28,3%) dengan z-score epidemiologi anemia pada remja
1,04 sampai 2,86. Terdapat 57,5%. putri di pondok pesantren di
santriwati Muzamzamah-Chosyi`ah Surabaya: Lembaga Penelitian
yang mengalami anemia. Tidak ada Universitas Airlangga.
hubungan antara tingkat kecukupan Capeda-Lopez AC, Osendarp SJ,
energi,protein, dan vitamin C dengan Melse-Boonstra A, Aeberli I,
status anemia tetapi terdapat hubungan Gonzalez-Salazar, Feskens E,
antara tingkat kecukupan zat besi (Fe) Villalpando S & Zimmermann
dengan status anemia, dengan kadar zat MB. 2011. Sharply higher rate of
besi (Fe) 2,30-11,70 mg. Serta tidak ada iron deficiency in obese Mexican
hubungan antara status gizi dengan women and children are predicted
status anemia. by obesity-related inflammation
rether by differences in dietary
iron intake. Am J Clin Nutr
SARAN 93(5):975-83
Perlunya ditingkatkan pemahaman Dewi, C. K. 2011. Hubungan Antara
terkait dengan nutrisi kaya Fe serta Tingkat Kecukupan Gizi (Energi,
penjelasan mengenai manfaat dan Protein, Vitamin A, Vitamin C,
dampak kurangnya asupan dari Fe bagi dan Zat Besi) Dengan Status Gizi
tubuh. Santriwati. skripsi. Surabaya:
Universitas Airlangga.
DAFTAR PUSTAKA Heather A Eicher-Miller, A. C. 2009.
Amelia, AR.,Syam, A., Fatimah, St. Food insecurity is associated with
2013. Hubungan Asupan Energi iron deficiency anemia in US
Dan Zat Gizi Dengan Status Gizi Aldolescents. Am J Clin Nutr,
Santri Putri Yayasan Pondok 90:1358-71.
Pesantren Hidayatullah Makasar. Kusharisupeni, A. 2010. Vegetarian
Skripsi. Makasar. Fakultas Gaya Hidup Sehat Masa Kini.
Kesehatan Masyarakat Yogyakarta: Andi Offset.
Universitas Hasanuddin. Lailiyana., N. d. 2010. Gizi Kesehatan
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Reproduksi. Jakarta: Penerbit
Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Buku Kedokteran.EGC. Manuba, I. B. 2012. Ilmu Kebidanan,
Arumsari, E. 2008. Faktor Resiko Penyakit Kandungan Dan
Anemia pada Remaja Putri Keluarga Berencana Untuk
Peserta Program Pencegahan dan Pendidikan Bidan. jakarta: EGC.
Penanggulangan Anemia gizi besi Masthalina, Herta. Laraeni, Yuli.
(PPAGB) di Kota Bekasi Dahlia, Yuliana. 2015. Pola

14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Konsumsi (Faktor Inhibitor dan Java, Indonesia. Mal J Nutr (22)2:


Enhancer Fe) terhadap Status 1-14.
Anemia Remaja Putri. Jurnal Sumarmi, Sri dan Annis Catur Adi.
Kesehatan Masyarakat 11 (1) 80- 2000. Laporan Penelitian
86. Sosialisasi Upaya Perbaikan
Muchlisa, Citrakesumasari, Indriasari. Menu Makanan dalam Mengatasi
2013. Hubungan Asupan Zat Gizi Masalah Anemia Defisiensi pada
dengan Status Gizi Pada remaja ibu Hamil. Surabaya: Pusat
putri di Fakultas Kesehatan Penelitian dan Pengembangan
Masyarakat Universitas Gizi Lemlit Unair.
Hasanuddin Makasar. Skripsi. WHO. 2014. Micronutriet Deficiencie:
Makasar. Universitas Hasanuddin. Iron Deficiency Anemia.
Miah Md Shamim, Rahmad M Nannur, http://www.who.int/nutrition/topi
Prodhan UK, Linkon MR, cs/en/. [Diakses pada 5 januari
Madumita, Rahman Md Sidur. 2016]
2014. Prevalence of Iron Indartanti, D dan Kartini, A,. 2014.
Deficiency Anemia Among Hubungan status gizi dengan
Adolescent Girls and Its Risk kejadian anemia pada remaja
Factors in Tangail Region of putri. Journal of nutrition college.
Bangladesh. Internasional Journal 3 (2) hal: 33-39
of Research in Engineering and
Technology. 03 (6) page:613-619 Pratiwi, Eka. 2016. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Anemia Pada
Nursari, Dillah. 2010. Gambaran Siswi MTS Ciwandan Cilegon
Kejadian Anemia Pada Remaja Banten tahun 2015. Skripsi.
Putri SMP Negeri 18 Kota Bogor Jakarta. Universitas Islam Negeri
Tahun 2009. Skripsi. universitas Syarifhidayatullah.
islam negeri SyarifHidayatullah.
Jakarta Kurniati, Thaha,AR, Jafar.2013.
Hubungan Asupan Zat Gizi
Permaesih D, S Herman. 2005. Faktor- Dengan Kejadian Anemia Pada
faktor yang mempengaruhi Wanita Prakonsepsi Di
anemia pada remaja. Buletin Kecamatan Ujung Tanah Dan
Penelitian Kesehatan. Kecamatan Biringkanaya Kota
Sediaoetama, A. D. 2008. Ilmu Gizi Makasar. Skripsi. Makasar.
untuk Mahasiswa dan Profesi jilid Universitas Hasanuddin.
I. Jakarta: Dian Rakyat.
Sumarmi Sri, Puspitasari Nunik, ACKNOWLEDGEMENT
Handajani Retno, Wirjatmadi
Bambang. 2016. Underweight As Kami ucapkan terimakasih kepada
Risk Factor For Iron Depletion seluruh rerponden serta pihak terkait
And Iron –Deficient yang telah membantu dalam proses
Erythopoiesis Among Young penelitian.
Women In Rural Areas Of East

15

Vous aimerez peut-être aussi