Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
INFORMASI ABSTRACT
7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
besi yang tidak cukup dan absorbsi zat Santri merupakan sebutan untuk
besi yang rendah, pendarahan, penyakit murid yang bertempat tinggal di suatu
malaria, infeksi cacing maupun infeksi pondok pesantren. Santriwati sebutan
lainnya dan remaja putri mengalami untuk murid di pondok pesantren yang
siklus menstruasi setiap bulan (Heather berjenis kelamin perempuan. Sebagian
A Eicher-Miller, 2009), namun lebih besar santri merupakan remaja usia 11-
dari 50% kasus anemia yang tersebar di 18 tahun. Usia remaja merupakan usia
seluruh dunia secara langsung dimana terdapat perubahan-perubahan
disebabkan oleh kurangnya asupan hormonal yang mengakibatkan
intake zat besi (Sumarmi dan Adi, perubahan struktur fisik dan psikologis
2000). yang drastis. Pada masa puncak
Selain itu remaja putri pertumbuhan, remaja membutuhkan
cenderung melakukan diet ketat untuk nutrisi dua kali lebih banyak dari pada
mendapatkan tubuh yang ideal dan tahun-tahun yang lain (Kusharisupeni,
mengurangi konsumsi makanan 2010).
sehingga dapat menyebabkan Hasil penelitian yang dilakukan
kekurangan zat gizi yang dibutuhkan di Pondok Pesantren Al-Islam Nganjuk,
tubuh termasuk zat besi (Masthalina menunjukkan bahwa 92,5 % santriwati
dkk., 2015). mengalami defisit energi, 94.0% dari
Menurut Thompson (2007) reponden mengalami defisit protein,
dalam Arumsari (2008), status gizi dan sebanyak 97,0% mengalami defisit
berkorelasi positif dengan konsentrasi zat besi (Dewi, 2011). Penelitian
hemoglobin, artinya semakin buruk Notobroto dan Chatarina (2000),
status gizi seseorang maka semakin menunjukkan bahwa prevalensi anemia
rendah kadar Hb didalam darah. pada santriwati sebanyak 87.5% dan
Penelitian Permaesih (2005), Penelitian lain di Ponodok Pesantren
menyatakan ada hubungan antara Al-Hidayah prevalensi santriwati yang
Indeks Massa Tubuh dengan anemia, terkena anemia defisiensi zat besi
remaja putri dengan Indeks Massa sebesar 23.53 %. Berbagai hasil
Tubuh kurus memiliki resiko 1,4 kali penelitian tersebut menunjukkan bahwa
menderita anemia dibandingkan dengan masih banyak santriwati anemia. Oleh
remaja putri dengan IMT normal. karena itu penelitian ini dilakukan
untuk mengkaji hubungan antara status
Berdasarkan penelitian di gizi dengan kejadian anemia pada
Meksiko diketahui bahwa defisiensi santriwati di asrama putri
besi juga dapat terjadi 2-4 kali pada Muzamzamah-Chosyi`ah Ponpes Darul
wanita dan anak-anak obesitas. Hal ini Ulum Jombang.
dikarenakan adanya peningkatakan
produksi hepcidin yang dapat
menghambat penyerapan zat besi METODE
(Capeda et al., 2011), sementara di Penelitian ini merupakan jenis
India menujukkan prevalensi anemia penelitian observasional, dengan
banyak terjadi pada remaja putri rancang bangun cross sectional . besar
kekurangan berat badan sebesar 34,21 sampel 106 diperoleh dengan
%. Hal ini dikarenakan kurangnya mengunakan rumus Lemeshow.
informasi mengenai diet yang tepat dan Pengambilan sampel dilakukan dengan
kebiasaan remaja putri melewatkan cara simple random sampling yaitu
waktu makan demi tubuh yang ideal teknik pengambilan sampel dimana
(Shamim et al., 2014) setiap unsur yang terdapat pada
populasi memiliki kesempatan yang
8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
sama untuk menjadi sampel. Subjek kecamatan Jogoroto, dan sebelah timur
penelitian ini adalah santriwati kelas dengan Kecamatan Sumombito.
1dan 2 SMP yang tinggal di Asrama Jumlah seluruh santriwati Asrama
Putri Muzamzamah-Chosyi`ah Pondok Muzamzamah-Chosyi`ah sebanyak 498
Pesantren Darul Ulum yang memenuhi santriwati yang terdiri dari 214
kriteria inklusi diantaranya yaitu tidak santriwati SMP, 233 santriwati SMA,
sedang dalam keadaan sakit, dan tidak dan 49 mahasiswa. Responden pada
sedang dalam keadaan menstruasi. penelitian ini yaitu seluruh santriwati di
Data dianalisis secara deskriptif dengan Asrama XI “Muzamzamah - Chosyi`ah”
bentuk tabel dan grafik statistik. Data Pondok Pesantren Darul Ulum, yang
dianalisis secara statistik dengan termasuk siswi SMP/MTsN dan
menggunakan uji chi square sederajat yang memeiliki rentang usia
menggunakan SPSS for window 12 sampai 15 tahun. Responden
merupakan siswi kelas 1 dan 2
SMP/MTsN/Sederajat. kelompok umur
HASIL responden yang terbanyak adalah umur
Asrama XI “Muzamzamah-Chosyi`ah 13 tahun sebesar 60 (56,6%), umur 14
merupakan salah satu asrama putri yang tahun sbesar 36 reponden (34,0%),
berada di bawah naungan yayasan umur 12 sebesar 6 (5,7%) dan jumlah
Pondok Pesantren Darul Ulum, umur yang paling sedikit yaitu 15 tahun
berlokasi di Desa Rejoso, Kecamatan (3,8%). Nilai konsumsi zat gizi
Peterongan, Kabupaten Jombang. didapatkan dari hasil food recall pada
Pondok Pesantren Darul Ulum memiliki 106 santriwati, didapatkan data tentang
luas pondok ±40 Ha, batas wilayah tingkat asupan zat gizi yang dikonsumsi
sebelah utara berbatasan dengan responden rata-rata dalam satu hari,
Kecamatan Kesamben, sebelah barat hasil food recall dibandingkan dengan
bersebelahan dengan Kecamatan angka kecukupan gizi untuk remaja usia
Jombang, sebelah selatan dengan 12-15 tahun yang meliputi diantaranya
yaitu:
Tabel 1. Distribusi frekuensi tingkat konsumsi zat gizi dan hasi uji statistik
Status Anemia
total
Asupan Zat Gizi Anemia Tidak Anemia p
n % n % n %
Energi
Kurang 52 61,2 33 38,8 85 100
0,14
Cukup 9 42,9 12 57,1 21 100
Protein
Baik 12 60,0 8 40,0 20 100
Sedang 20 48,8 21 51,2 41 100 0,33
Kurang 29 64,4 16 35,6 45 100
Vitamin C
Cukup 5 35,7 9 64,3 14 100
0,08
Kurang 56 60,9 37 43,0 92 100
Zat besi
Cukup 4 28,6 10 71,4 14 100
0,02
Kurang 57 62,0 35 38,0 92 100
Status Gizi
Kurus 14 70,0 6 30,0 20 100
Normal 30 53,6 26 46,4 56 100 0,44
Gemuk 17 56,7 13 43,3 30 100
9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
enhancer zat besi tidak berjalan dengan status anemia pada siswi MTS
(Setijowati, 2012).tidak adanya Ciwandan. Hal ini dapat diakibatkan
hubungan antara asupan vitamin C oleh reponden kurang mengkonsumsi
dengan kejadian anemia kemungkinan bahan makanan sumber zat besi seperti
dapat disebabkan oleh responden daging merah dan responden banyak
kurang mengkonsumsi buah-buah mengkonsumsi teh yang mengandung
sumber vitamin C dikarenakan tanin sebagai zat penghambat
keterbatasan ketersediaan buah. penyerapan zat besi.
Vitamin C mempunyai peranan yang
penting dalam penyerapan zat besi non Hubungan status gizi dengan
heme yang banyak di temukan dalam kejadian anemia
makanan nabati. Oleh sebab itu apabila Berdasarkan penelitian responden
kurang mengkonsumsi sayuran dan yang menderita anemia sebagian besar
buah dapat menghambat penyerapan zat memilik IMT normal, yaitu sebanyak
besi di dalam tubuh sehingga 30 responden (53,6%) dari total 56
menyebakan anemia responden dengan IMT normal,
sebanyak 14 responden dengan IMT
Hubungan asupan zat besi (Fe) kurus menderita anemia (70,0%) dari
dengan status anemia responden total 20 responden dengan IMT kurus,
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden IMT gemuk
sebagian besar tingkat konsumsi zat (56,7%) menderita anemia dari total 30
besi (Fe) responden adalah kurang yaitu responden dengan IMT gemuk.
sebanyak 92 reponden (86,8%) Hasil uji statistik dengan menggunakan
sedangkan tingkat konsumsi zat besi uji chi-Square diperoleh hasil bahwa Ho
(Fe) cukup sebanyak 14 responden lebih besar dari α = 5% (p=0,44),
(13,2%). rata-rata konsumsi zat besi sehingga menunjukkan bahwa tidak ada
(Fe) responden per hari adalah 10,30 hubungan antar status gizi dengan status
mg, konsumsi zat besi (Fe) tertinggi anemia pada santriwati. Hal ini
sebesar 60,20 mg, sedangkan konsumsi sependapat dengan penelitian yang
zat besi (Fe) terendah sebesar 2,30 mg. dilakukan oleh Indartanti dan Kartini
Zat besi berperan sangat penting (2014) yang menyatakan tidak ada
sebagai bahan utama dalam sintesis hubungan antara status gizi dengan
hemoglobin, ketika cadangan besi kejadian anemia pada remaja putri usia
dalam tubuh berkurang makan akan 12-14 tahun di Semarang. Penelitian ini
berdampak pada sintesis hemoglobin juga sependapat dengan hasil penelitian
yang terganggu. Defisiensi zat besi dari Sumarmi et al (2016) yang
makanan biasanya menjadi faktor menunjukkan bahwa wanita dengan
utama. Zat besi asupan berasal dari dua status gizi kurus bukan merupakan
bentuk yaitu besi non heme dan besi faktor resiko terjadinya anemia, Namun
heme. Zat besi heme hanya ditemukan wanita dengan status gizi kurus
di dalam daging hewan sedangkan zat merupakan faktor resiko kekurangan
besi non heme di temukan di dalam dan penyusutan cadangan/simpanan zat
makanan tumbuhan. besi di dalam tubuh.
Hasi uji statistik menunjukkan bahwa
ada hubungan antara asupan zat besi KESIMPULAN
(Fe) dengan status anemia santriwati Berdasarkan hasil dan
(p=0,03). Hal ini sejalan dengan pembahasan di atas mengenai hubungan
penelitan Pratiwi (2015) yang status gizi dengan kejadian anemia pada
menunjukkan bahwa asupan Fe Santriwati di Pondok Pesantren Darul
mempunyai hubungan yang bermakna Ulum Peterongan Jombang dapat
13
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
15