Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
C DENGAN
DIABETES MELITUS TIPE II DI RUANG
NEW BOUGENVILLE 3 RUMAH
SAKIT PELNI JAKARTA
Disusun Oleh :
Adinda Saraswati (16002)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien Tn. C dengan Diabetes Melitus Tipe II di Ruang New
Bougenville III Rumah Sakit Pelni Jakarta”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan,
tetapi berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
makalah ini dapat di selesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dr. dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, BTKV(K)Direktur Utama Rumah Sakit
Pelni.
2. Achmad Samdani, SKM Ketua Yayasan Samudra Apta.
3. Buntar Handayani, SKp.,M.Kep.,MM Direktur Akademi Keperawatan Pelni
Jakarta.
4. Isnayati, Ns.,M.Kep Dosen Pembimbing di Akademi Keperawatan Pelni Jakarta.
5. Erma Purborahayu, AMK sebagai Kepala Urusan di Ruang New Bougenville III
Rumah Sakit Pelni Jakarta sekaligus Perceptorship di Ruang New Bougenville III
Rumah Sakit Pelni Jakarta.
Akhir kata kami penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua yang
membaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
B. Tujuan ............................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum................................................................................................ 3
A. Pengertian .......................................................................................................... 6
B. Etiologi .............................................................................................................. 8
C. Patofisiologi .................................................................................................... 10
F. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 24
ii
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................... 53
iii
iii
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 54
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 59
B. Saran ................................................................................................................ 60
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan global yang insidennya
semakin meningkat. Sebanyak 382 juta orang di dunia menderita
diabetes, dan diperkirakan mencapai 592 juta orang pada tahun 2035
(International Diabetes Federation (IDF)). Pada tahun 2013 prevalensi
populasi penderita diabetes melitus di Amerika Serikat sudah mencapai
21 juta orang (7%), sebagai masalah yang signifikan Diabetes Melitus
merupakan penyebab utama ke-6 kematian di Amerika Serikat (Black &
Hawks, 2014). Pada tahun 2013 Indonesia menempati urutan ke-7 dunia
dengan jumlah penderita diabetes melitus 8,5% juta orang dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 14,1 juta orang pada tahun 2035.
(International Diabetes Federation (IDF), 2013)
Menurut data dari Rekam Medis Rumah Sakit Pelni Jakarta, pada tahun
2014 jumlah seluruh pasien yang dirawat inap sebanyak 16.453 jiwa
dengan jumlah penderita diabetes melitus tipe II sebanyak 386 jiwa
(2,34%). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah seluruh pasien rawat inap
sebanyak 25.225 jiwa dengan jumlah penderita diabetes melitus tipe II
sebanyak 665 jiwa (2,63%).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Ruang Lingkup
Asuhan Keperawatan pada klien Tn.C dengan Diabetes Melitus Tipe II di
Ruang New Bougenville III Rumah Sakit Pelni Jakarta dari tanggal 20
Desember sampai dengan tanggal 22 Desember tahun 2018.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan cara mengumpulkan, menganalisa data serta menarik kesimpulan
kemudian di sajikan dalam bentuk narasi, informasi yang diperoleh
melalui studi perpustakaan untuk memperoleh bahan makalah dengan
mempelajari buku-buku, sumber yang sangat membantu penulisan
makalah ini.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I terdiri dari latar belakang,
tujuan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab
II terdiri dari pengertian, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan medis,
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab
III terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
perencanana, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. Bab IV terdiri dari
pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab
V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh jumlah hormon insulin yang tidak mencukupi atau
tidak dapat bekerja secara normal, padahal hormon ini memiliki peran
utama dalam mengatur kadar glukosa (gula) didalam darah (Fitria,
2009). Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (Brunner & Suddarth, 2014)
6
7
B. Etiologi
Etiologi atau factor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat
heterogen, akan tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya
menjanai peran utama dalam mayoritas Diabetes Melitus (Riyadi, 2011).
Adapun faktor –factor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
Diabetus Melitus antara lain :
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 2
C. Patofisiologi
Terdapat dua tipe diabetes mellitus salah satunya yaitu diabetes tipe II
yang dimana terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada
diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat
untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes
tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Gejala yang lazim terjadi pada penderita diabetes mellitus yaitu poliuri
atau banyak kencing hal ini disebabkan karena glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi
diuresis osmotik yang man gula banyak menarik cairan dan elektrolit
sehingga klien mengeluh banyak kencing, polidipsi atau banyak minum
hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri sehingga untuk mengimbangi klien banyak minum,
polipagi atau banyak makan hal ini disebabkan karena glukosa tidak
sampai ke sel-sel mengalami starving (lapar) sehingga untuk memenuhi
klien akan terus makan tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja
makanan tersebut hanya akan berada di pembuluh darah.
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia
lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun - tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, poliphagi, luka pada kulit yang
lama sembuh-sembuh, kadar glukosa puasa tidak normal, lelah,
mengantuk, kesemutan, gatal, infeksi vagina atau pandangan yang kabur
(jika kadar glukosanya sangat tinggi). Untuk sebagian besar pasien
(kurang-lebih 75%), penyakit diabetes tlpe II yang dideritanya ditemukan
secara tidak sengaja (misalnya, pada saat pasien menjalani pemeriksaan
laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi tidak terdeteksinya
penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa komplikasi
diabetes jangka panjang (misalnya, kelainan mata, neuropati perifer,
kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
12
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari diabetes melitus adaah peningkatan frekuensi buang
air kecil (poliuria), peningkatan rasa haus dan minum (polisipsi) dan
karena penyakit berkembang penurunan berat badan meskipun lapar dan
peningkatan makan (polifagi) (Black, 2015)
Menurut Price (2009) tanda gejala yang tidak khas:
1. Mudah lelah
2. Kesemutan pada jari tangan dan kaki
3. Gatal-gatal di daerah genital
4. Luka yang dukar sembuh
5. Pengelihatan kabur
6. Keputihan
7. Bisul hilang timbul
8. Mudah mengantuk
9. Peruritis vulva pada wanita
13
Kompilikasi
Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik :
1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes melitus yang
penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah
dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah (Smeltzer,)
a. Diabetik ketoasidosis (DKA)
Ketoasidosis diabetik merupakan defisiensi insulinn berat ddan akut
dari suatu perjalanan penyakit diabetes melitus. Diabeteik
ketoasidosis dibabkan oleh rida adanya insulin atau tidak cukupnya
insulin yang nyata (Smeltzer,)
b. Koma Hipersomolar Nonketotik (KHHN)
KHHN merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas
dan hiperglikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah
satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidal terdapatnya
ketoasidosis dan asidosisi pada KHHN
c. Hypoglikemik
Hypoglikemia (kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
jika kaddar gulakosa dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin preparat oral yang
berlbihan, konsumsi makanan yang terlalu atau karena aktifitas fisik
yang terlaku berat (Smeltzer,)
2. Komplikasi Kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah
diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati diabetik dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Mikrovaskuler
Perubahan-perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan dan
kerusakan membran basal pembuluh-pembulh kapiler, merupakan
hal unik pada diabetes. Perubahan-perubahan ini sering kali terjadi
pada penderita IDDM dan sering terjadi pada organ berikut :
14
D. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Medis
Sarana pengelolaan farmakologis diabetes dapat berupa:
a. Obat Hipoglikemik Oral
1) Pemicu sekresi insulin
a) Sulfonilurea
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta
pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan. Efek
15
3) Intermediate – Acting
Intermediate – acting dapat mengontrol kadar gula darah selama
sekitar 12 jam atau lebih, sehingga dapat digunakan dalam semalam.
Ia mulai berkerja dalam waktu satu sampai empat jam, dan puncak
antara empat dan 12 jam, tergentung pada merek.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada kasus DM Tipe II antara lain:
a. Memberikan penyuluhan tentang keadaaan penyakit, symptom, hasil
yang ditemukan dan alternative tindakan yang akan diambil pada
pasien maupun keluarga pasien.
b. Memberikan motivasi pada klien dan keluarga agar dapat
memanfaatkan potensi atau sumber yang ada guna menyembuhkan
anggota keluarga yang sakit dan menyelesaikan masalah penyakit
diabetes dan resikonya.
c. Konseling untuk hidup sehat yang juga dimengerti keluarga dalam
pengobatan dan pencegahan resiko komplikasi lebih lanjut
d. Memberikan penyuluhan untuk perawatan diri, budaya bersih,
menghindari alkohol, penggunaaan waktu luang yang positif untuk
kesehatan, menghilangkan stress dalam rutinitas kehidupan atau
pekerjaan, pola makan yang baik
e. Memotivasi penanggung jawab keluarga untuk memperhatikan
keluhan dan meluangkan waktu bagi anggota keluarga yang terkena
DM atau yang memiliki resiko
f. Mengawasi diit klien DM Tipe II, bila perlu berikan jadwal latihan
jasmani atau kebugaran yang sesuai.
19
3. Penatalaksanaan Diet
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes
memperbaiki kebiasaan gizi dan olahraga untuk mendapatakan control
metabolic yang lebih baik, dan beberapa tambahan tujuan khusus yaitu:
a. Mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal dengan
keseimbangan asupan makanan dengan insulin(endogen/eksogen) atau
obat hipoglikemik oral dan tingkat aktifitas.
b. Mencapai kadar serum lipid yang optimal.
c. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau
mempertahankan berat badan yang memadai pada orang dewasa
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada anak
dan remaja, untuk peningkatan kebutuhan metabolik selama
kehamilan dan laktasi atau penyambuhan dari penyakit metabolik.
d. Dapat mempertahankan berat badan yang memadai.
e. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes
yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, penyakit jangka
pendek, komplikasi kronik diabetes seperti penyakit ginjal, hipertensi,
neuropati autonomik dan penyakit jantung.
f. Meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan ideal. Komposisi energi adalah 45 – 65% dari karbohidrat, 10 –
20% dari protein dan 20 – 25% dari lemak. Ada beberapa cara untuk
menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang dengan diabetes. Di
antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori
basal yang besarnya 25– 30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi
bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur, aktifitas,
kehamilan / laktasi, adanya komplikasi dan berat badan. Cara yang lebih
gampang lagi adalah dengan cara pegangan kasar, yaitu untuk pasien
kurus 2300–2500 kalori, normal 1700–2100 kalori dan gemuk 1300–1500
kalori (Soegondo, dkk, 2009:54).
20
Asupan untuk orang diabetes sama dengan orang biasa yaitu tidak
lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi penderita hipertensi ringan
sampai sedang di anjurkan 2400 mg natrium perhari.
i. Alkohol.
Asupan kalori dari alkohol di perhitungkan sebagai bagian dari
asupan kalori total dan sebagai penukar lemak ( 1 minuman alkohol =
2 penukar lemak)
j. Mikronutrien: vitamin dan mineral.
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplemen
vitamin dan mineral. Walaupun ada alasan teoritis untuk memberikan
suplemen antioksidan pada saat ini hanya sedikit bukti yang
menunjang bahwa terapi tersebut menguntungkan.( FKUI, 2011 )
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan dan
pendidikan peritonitis biasanya lebih sering terjadi pada usia dewasa.
2. Riwayat Kesehatan
3. Aktivitas/Istirahat
Lemah, letih sulit nergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan tidur/istirahat, ditandai dengan takikardia dan takipnea pada
keadaan istirahat atau dengan aktivitas. Latergi/disorientasi, koma.
Penurunan kekuatan otot.
4. Sirkulasi
Adanya rimayat hipertensi, klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada
eksremitas, ditandai dengan takikardia, perubahan tekanan darah postural,
nadi yang menurun/tak ada, disritmia, krekels ; DVJ (GJK), kulit panas,
kering, dan kemerahan; bola mata cekung.
5. Integritas Ego
Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi, ditandai dengan ansietas, peka rangsangan.
22
6. Eliminasi
Perubahan pola kemih (poliuri), nokturia. Rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare,
ditandai dengan Urine encer, pucat, kuning; poliuri ( dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hypovolemia berat). Urine berkabut,
bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya ansietas. Bising usus lemah
dan menurun; hiperaktif (diare).
7. Makanan/Cairan
Hilang napsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet ; peningkatan
masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode
hari/minggu, haus ditandai dengan kulit kering/bersisik, turgor kulit jelek,
kekakuan abdomen/distensi, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan
kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halitosis/manis, bau buah (napas bau keton).
8. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan otot,
paresthesia, gangguan penglihatan ditandai dengan Disorientasi;
mengantuk, latergi, stupor/koma, gangguan memori (baru, masa lalu),
kacau mental. Reflex tendon dalam (RTD) menurun (koma), aktiitas
kejang.
9. Nyeri/Keamanan
Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) ditandai dengan wajah
meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
10. Pernapasan
Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulent
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit ditandai dengan Demam, diaphoresis, kulit
rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang gerak.
Paresthesia/paralisis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar
kalium meurun dan cukup tajam.
12. Seksualitas
Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria; kesulitan
orgasme pada wanita.
23
13. Penyuluhan/Pembelajaran
Factor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Peyembuhan yang lambat, penggunaan obat steroid, diuretic (tiazid);
fdilantin dan fenobarbital (dapat meningkatan kadar gula darah), mungkin
atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai resep. Pertimbangan DRG
menunjuka rata – rata lama dirawat : 5 – 9 hari. Rencana pemulangan
mungkin memerluka bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan,
perawatan diri, pemantuan terhadap glukosa.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
Hiperglikemia).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin , penurunan pemasukan oral ; anoreksia ,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran,
hipermetabolisme.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi
salular pernapasan, atau ISK.
4. Perubahan sensori - perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen , ketidak seimbangan glukosa/insulin.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic,
perubahan kimia darah; infusiensi insulin, peningkatan kebutuhan energy:
status hipermetabolik/infeksi.
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif
yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan orang lain.
7. Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan kurang
pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi.
8. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan
jaringan ( nekrosis luka gangren)
25
G. Perencanaan Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan diuresis osmotic (dari
Hiperglikemia).
Tujuan : Volume cairan terpenuhi/adekuat.
Kriteria hasil : Tanda – tanda vital normal, nadi perifer dapat diraba,
turgor kulit dan pengisisan kapiler baik, haluaran urine tepat secara
individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Perencanaan :
a. Dapatkan riwayat pasien/orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intesitas deari gejala seperti muntah, pengeluaran urine yang
sangat berlebih.
b. Pantau tanda – tanda vital.
c. Kaji nadi perifer pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane
mukosa.
d. Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
e. Pertahankan untuk meberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditolerasni jantung jika pemasukan cairan
melalui oral sudah dapat diberikan.
f. Catat hal – hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah
dan distensi lambung.
g. Kolaborasi terapi cairan sesuai indikasi.
h. Pasang/pertahankan kateter urine
i. Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.
j. Pantau pemeriksaan lab seperti Ht, kreatinin, natrium, kalium.
k. Berikan bikarbonat jika pH kurang dari 7,0.
l. Berikan kalium atau elektrolit yang melalui IV atau melalui oral
sesuai indikasi.
26
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tujuan pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
31
I. Evaluasi keperawatan
A. Pengertian
B. Tahap-tahap Evaluasi:
1. Mengidentifikasi kriteria dan standar evaluasi
2. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar
telah terpenuhi
3. Menginterpretasikan dan meringkas data
4. Mendokumentsikan temuan dan setiap pertimbangan klinik
Mengihentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan (Potter
& Perry, 2009)
33
C. Macam-macam Evaluasi
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawata yang telah dilaksanakan.
Perumus evaluasi dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa
keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.
2. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif aalah evaluasi yang dilakaukan setelah semua
aktifitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhann keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi
jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir layanan,
menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan keperawtaan,
melakukan pertemuan pada akhir layanan.
a. Tujuan tercapai jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditentukan.
b. Tujuan tercapai sebagian atau klien measih dalam proses
pencapaian tujuan jika klien menunjukan perubahan pada
sebagian kriteria yang telah ditetapkan
c. Tujuan tidak tercapai jika klien menunjukan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah
baru. (Nursalam, 2009)
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Tn.C usia 49 tahun jenis kelamin laki-laki datang ke RS Pelni Jakarta
dengan diagnosis Diabetes Melitus Type II. Status perkawinan sudah
menikah, agama islam. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa
indonesia, suku bangsa Sumatera. Pendidikan terakhir SMP. Pekerjaan
sebagai karyawan swasta, alamat di Jln Jatibaru III Rt 007 Rw 004
kelurahan Kampung Bali kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Sumber
biaya yang klien gunakan untuk membayar biaya pengobatannya adalah
JKN-BPJS. Sumber informasi yang penulis dapatkan berasal dari klien dan
keluarga.
2. Resume
Pada tanggal 17 Desember 2018 pukul 10.00 WIB klien datang ke IGD RS
PELNI dengan keluhan utama merasa pusing, mual , mudah lelah, dan
disertai muntah 1 kali berisi makanan, sering BAK pada malam hari.
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 E: 4, M: 6, V: 5. Keluarga
mengatakan klien mempunyai riwayat DM sudah 2 tahun. Ditemukan
masalah resiko kekurangan volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Dilakukan tindakan keperawatan mandiri
yaitu mengukur TTV dengan hasil TD: 120/70 mmHg, S : 36,0 C , N :
70x/menit, RR: 19x/menit. Hasil GDS 390 mg/dl. Dilakukan tindakan
kolaborasi pemasangan iv cath dan treway Nacl 0,9% 8 jam/kolf, terapi
injeksi sc navorapid 8 unit insulin. Dilakukan cek dpl dengan hasil
Hemoglobin= 13,0 g/dL (13.5 ~ 18), Leukosit= 4,60 /uL (5.0~10.0),
Limfosit= 26% (20~30), MXD (Baso, Eos, Mono)= 17% (2~11), Neutrofil=
60% (50~70), Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit= 35.8% (38~54),
35
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh pusing, lemas, dan mual, sering BAK pada malam hari,
faktor pencetus karena tinggi nya gula darah dengan hasil 370 mg/dl,
timbulnya keluhan mendadak, lamanya tidak menentu, klien mengatakan
upaya mengatasi dengan istirahat dan tidur.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sbelumnya mempunyai riwayat penyakit DM tipe 2
sejak 2 tahun yang lalu, Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat
ataupun makanan, riwayat pemakaian obat dirumah domperidone 10 mg.
36
Keterangan:
: Meninggal :Perempuan
: Sehat :Garis pernikahan
: Laki-laki : Garis keturunan
: Tinggal serumah : Klien
Tn. C adalah anak ke empat dari lima bersaudara, setelah menikah
dikaruniai lima orang anak, anak pertama laki-laki sudah bekerja, anak
kedua perempuan sudah bekerja anak ketiga dan keempat perempuan
masih kuliah dan sekolah, anak kelima laki-laki masih sekolah. Dirumah
klien tinggal bersama istri, kelima anaknya. Penyakit yang pernah di
derita pada keluarga dan menjadi faktor pencetus tidak ada.
Orang terdekat dengan klien adalah istri klien karena anak-anaknya sibuk
bekerja dan kuliah, pola komunikasi dalam keluarga baik yaitu dengan
bermusyawarah dan berunding, pembuat keputusan dalam keluarga yaitu
klien sendiri karena dia adalah kepala keluarga, kegiatan masyarakat
yang pernah dilakukan oleh klien tidak ada, dampak penyakit klien pada
keluarga istri klien harus menunggu klien.
Masalah yang mempengaruhi klien
1) Konsep diri
a) Gambaran diri, klien mengatakan senang dengan semua bagian
tubuhnya, dan tidak ada anggota tubuh yang tidak disukai.
b) Identitas diri, peran klien adalah kepala keluarga, klien sangat puas
dengan posisi tersebut.
c) Peran diri, kemampuan klien dalam melaksanakan tugas klien
merasa senang dengan posisinya dan melaksanakannnya dengan
sungguh-sungguh.
d) Ideal diri, harapan klien terhadap penyakitnya klien berharap bisa
sembuh dari penyakitnya dan tidak kambuh kembali dan klien
berharap agar seluruh keluarganya mau mengurus klien di hari
tuanya.
e) Harga diri, didalam keluarga rumah tangga klien cukup harmonis di
dalam kelompok dan masyarakat klien sangat baik.
2) Hubungan sosial
Orang yang paling berarti dalam kehidupan klien sebagai tempat
mengadu, bicara, dan meminta bantuan adalah isteri klien, klien tidak
terlibat dalam kegiatan kelompok atau masyarakat, hambatan dalam
berhubungan dengan kelompok atau masyarakat karena klien masih
sibuk bekerja dan klien suka sakit dan dirawat karena penyakitnya.
Mekanisme koping klien terhadap stres dengan tidur dan mencari
pertolongan, hal yang sangat dipikirkan klien saat ini klien ingin
segera sembuh dan dapat berkumpul bersama keluarga di rumah, klien
berharap penyakit nya tidak kambuh dan gula darah nya dapat
terkontrol, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit merasa cepat
lelah dan mengantuk. Tidak ada nilai kepercayaan yang bertentangan
dengan kesehatan, aktivitas agama yang dilakukan sholat 5 waktu, dan
38
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Berat badan saat ini 60 kg, berat badan sebelum sakit 65 kg, tinggi badan
162 cm, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Sistem Penglihatan
Otot-otot mata tidak ada kelainan, kelopak mata normal, pergerakan bola
mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, skelara anikterik,
pupil isokor, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tidak
memakai kaca mata, tidak memakai lensa kontak, reaksi terhadap cahaya
baik.
c. Sistem Pendengaran
Karakterisitik serumen warna kecoklatan, konsistensi setengah padat, bau
normal, kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan di telinga, tidak
ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, tidak ada otalgia, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai
alat bantu.
d. Sistem Wicara
Sistem wicara normal
e. Sistem Pernapasan
Jalan napas bersih, pernapasan tidak sesak, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan, frekuensi 20 x/menit, irama teratur, jenis pernapasan
spontan, kedalaman napas dalam, batuk tidak ada, sputum tidak ada,
palpasi dada tidak ada nyeri tekan, perkusi dada sonor, suara napas
vesikuler, tidak ada nyeri saat bernapas, tidak ada penggunaan otot bantu
napas, tidak ada penggunaan oksigen.
39
f. Sistem Kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 72x/menit, tekanan darah 120/70 mmHg, irama
teratur, denyut nadi kuat, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri,
tempratur kulit hangat dengan suhu 36,00C, warna kulit pucat, pengisian
kapiler 3 detik, tidak ada edema. Kecepatan denyut apical 70x/menit,
tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri dada.
g. Sistem Hematologi
Tidak tampak pucat, tidak ada perdarahan.
i. Sistem Pencernaan
Tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor, selera makan kurang karena mual dan pusing, mual
ada, muntah tidak ada, tidak ada nyeri pada daerah perut, hepar tidak
teraba, abdomen lembek, lingkar abdomen 94 cm, pola kebiasaan makan
dirumah 3 kali sehari. Bising usus 8x/menit, tidak ada diare, tidak ada
konstipasi, tidak ada penggunaan laxatif, pola kebiasaan BAB di rumah
satu kali sehari.
j. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, napas tidak berbau keton, ada
poliuri, polidipsi, tidak ada polipaghi, tidak ada luka.
k. Sistem Urogenital
Intake cairan klien sebanyak 1700 ml, antara lain minum lewat oral
sebanyak 1200ml, dan cairan parenteral lewat IVFD 500 ml. Sedangkan
output cairan sebanyak 1800ml dengan urine 1200 ml dan IWL 600ml
jadi balance cairan yaitu -100ml. Perubahan pola berkemih nocturia,
40
warna urine kuning jernih, tidak ada distensi ketegangan kandung kemih,
tidak ada keluhan sakit pinggang, tidak menggunakan alat bantu kateter.
l. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, tempratur kulit hangat, warna kulit pucat, keadaan
kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah pemasangan
infus baik tidak ada plebitis, keadaan rambut baik, rambut bersih, pola
kebiasaan personal hygiene di rumah mandi 2 kali sehari.
m. Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang dan
sendi, tidak ada fraktur, 5555 5555
5555 5555
5. Data Penunjang
Laboratorium : hasil laboratorium tanggal 15 Oktober 2018 Hemoglobin=
13,0 g/dL (13.5 ~ 18), Leukosit= 4,60 /uL (5.0~10.0), Limfosit= 26%
(20~30), MXD (Baso, Eos, Mono)= 17% (2~11), Neutrofil= 60% (50~70),
Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit= 35.8% (38~54), Eritrosit=
4,39/ul (4.3~5.5),MCV= 90,4 fL (82~92), MCH= 29,8 pg (27~31),Ureum
45 mg/dl (19-44), Creatinin 1,1mg/dl ( 0,7-1,2),Gula darah puasa: 259 mg/dl
(80-110), Gula darah 2 jam PP: 478 mg/dl (<140), Gula darah sewaktu: 370
mg/dl.
7. Data Fokus
a. Data subjektif
Klien mengatakan minum sedikit, kadang merasa haus , BAK 8-9x dalam
sehari, sering BAK pada malam hari, warna urine kuning jernih, klien
mengatakan badan terasa lemas, cepat lelah, kurang nafsu makan, klien
merasa mual, dan muntah 1 kali, sebelum sakit makan habis 1 porsi,
setelah sakit hanya habis ½ porsi, klien mengatakan merasa sulit
beraktivitas dan kepala terasa pusing.
b. Data objektif
KU baik, kesadaran composmentis, GCS E:4 M:6 V:5, BB 60 kg
sebelum sakit 65 kg, TB 162 cm, klien tampak lemas, tidak kuat berdiri
lama, mukosa bibir kering, hasil TTV, TD : 120/70 mmHg, N:
72x/menit, S: 36,0OC, RR: 20x/menit, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, napas tidak berbau keton, ada poliuri, polidipsi, tidak ada
polipaghi, tidak ada luka, hasil laboratorium tanggal 15 Oktober 2018
Hemoglobin= 13,0 g/dL (13.5 ~ 18), Leukosit= 4,60 /uL (5.0~10.0),
Limfosit= 26% (20~30), MXD (Baso, Eos, Mono)= 17% (2~11),
Neutrofil= 60% (50~70), Trombosit=135/ul (150~450), Hematokrit=
35.8% (38~54), Eritrosit= 4,39/ul (4.3~5.5),MCV= 90,4 fL (82~92),
MCH= 29,8 pg (27~31),Ureum 45 mg/dl (19-44), Creatinin 1,1mg/dl (
0,7-1,2), Gula darah puasa: 259 mg/dl (80-110), Gula darah 2 jam PP:
478 mg/dl (<140), Gula darah sewaktu: 370 mg/dl.
8. Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS: klien mengatakan Resiko kekurangan Diuresis osmotik
minum sedikit, selalu volume cairan
merasa haus, BAK dalam
sehari 8-9 kali, sering BAK
pada malam hari
42
DO:kesadaran
composmentis,klien tampak
lemas, mukosa bibir kering,
wajah tampak pucat, intake:
1700 cc, minum 1200 cc,
infus 500 cc, output: 1800
cc, urine 1200 cc, IWL 600
cc, balance -100 cc,
hematokrit: 35,8% (38-54),
ureum 45 mg/dl (19-44).
2 DS: klien mengatakan Ketidakseimbangan Ketidakcukupan
badan terasa lemas, kepala nutrisi kurang dari insulin
terasa pusing, mual dan kebutuhan tubuh
muntah 1 kali berisi cairan,
nafsu makan berkurang.
DO: klien tampak lemas,
makan hanya habis 1/2
porsi, BB sebelum sakit 65
kg, BB setelah sakit 60 kg,
, Gula darah puasa: 259
mg/dl, gula darah 2 jam PP:
478 mg/dl, GDS pukul
10.00: 370mg/dl
3 DS: klien mengatakan Kelelahan Penurunan energi
badan cepat lelah, sulit metabolik
beraktivitas
DO: klien tampak lemah,
klien tidak kuat berdri
lama, GDS pukul 10.00:
370 mg/dl
43
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keidakcukupan insulin
3. Kelelahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik
C. Prencanaan Keperawatan
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Data Subjektif : Klien mengatakan minum sedikit, selalu merasa haus, BAK
dalam sehari 8-9 kali, sering BAK pada malam hari.
Data Objektif : Kesadaran composmentis, klien tampak lemas, mukosa bibir
kering, wajah tampak pucat, TTV: TD: 120/70 mmHg, N: 72x/menit, RR:
20x/menit, S: 36,0oC, intake: 1700 cc, minum 1200 cc, infus 500 cc, output: 1800
cc, urine 1200 cc, IWL 600 cc, balance -100 cc, hematokrit: 35,8% (38-54).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi
Kriteria hasil: Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda – tanda
vital stabil, nadi perifer dapat teraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,.
haluaran urine tepat secara individu
Rencana tindakan :
a. Ukur tanda – tanda vital setiap 4 jam setiap pukul (05.00, 11.00, 15.00, 19.00,
23.00)
b. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
c. Pantau masukan dan pengeluaran. catat berat jenis urine.
d. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas
yang dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan.
Pelaksanaan :
Kamis, 20 Desember 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, RR
19x/menit, S 36.3oC. Pukul 06.50 memberikan pumpisel IV dengan hasil obat
masuk dengan lancar. Pukul 09.00 mengobservasi klien, hasil akral hangat, klien
tampak rileks. klien tampak pucat, mukosa bibir kering, turgor kulit elastis, pasien
44
tampak lemas. Pukul 09.45 mengganti linen klien, hasil : klien merasa nyaman.
Pukul 10.15 mengganti cairan infus 8 jam/ kolf/ 20 tts /menit, hasil tetesan infus
lancar. Pukul 11.00 mengukur TTV hasil 110/70 mmHg, nadi: 80x/menit, RR : 19
x/menit, suhu : 36,8◦C. Pukul 11.00 mengukur GDS hasil 257 mg/dl. Pukul 11.25
memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, hasil : minum 500 cc, infus masuk
200 cc, urine 930 cc. Pukul 12.00 memberikan injeksi novorapid 1x 8 unit. Pukul
15.00 mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N 72x/menit respirasi 20x/menit
suhu 36,0 oC. Pukul 18.00 memberikan obat pumpisel dengan hasil obat masuk
dengan lancar. Pukul 19.00 mengukur TTV 130/80 mmhg, Nadi : 80 x/menit,
pernafasan: 20x /menit, suhu 36.5oC.. Pukul 23.00 mengukur TTV , hasil : TD :
120/80 mmHg, nadi : 76 x/menit, RR : 19x/menit, suhu : 36,7◦C.
Data Objektif : Klien tampak lemas, wajah terlihat pucat, BB sebelum sakit
65 kg, BB setelah sakit 60 kg, TTV:
TD: 120/70 mmHg, N: 72x/menit, RR: 20x/menit, S: 36,0oC, Gula darah puasa:
259 mg/dl, gula darah 2 jam PP: 478 mg/dl, GDS pukul 10.00: 370mg/dl, HB: 13,0
g/dl (13,5-18)
Kriteria Hasil: Makan habis 1 porsi, nafsu makan baik, mual tidak ada lemas
hilang/ berkurang, gula darah sewaktu dalam batas normal (80-140 mg/dl)
Rencana tindakan :
a. Observasi tanda-tanda hipoglikemia.
b. Timbang berat badan setiap 1 kali dalam seminggu
c. Identifikasi makanan yang disukai dan tidak disukai
d. Berikan insulin novorapid 8 unit setiap 15 menit sebelum makan
e. Berikan makan dengan diit DM 1700 kalori
f. Pantau pemeriksaan laboratorium. seperti glukosa darah, aseton. pH, dan
HCO3.
Pelaksanaan
Kamis, 20 Desember 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 110/70 mmHg, N 80x/m, RR
19x/menit, S 36.3oC. Pukul 06.00 mengukur GDS harian dengan hasil 340mg/dl.
pukul 06.50 memberikan injeksi novorapid 1x8 unit dengan hasil obat masuk
dengan lancar. Pukul 07.00 memberikan klien makan dengan diit DM 1700 kalori,
mengobservasi keadaan klien, klien tampak lemas. Pukul 11.00 mengukur TTV
hasil 110/70 mmHg, nadi : 80 x/menit, RR : 19 x/menit, suhu : 36,8◦C. Pukul
11.00 mengukur GDS harian dengan hasil 267mg/dl. Pukul 11.50 memberikan
obat insulin novorapid 8 unit melalui subcutan. Pukul 12.00 memberikan klien
makan dengan diit DM 1700 kalori dengan hasil makan habis ½ porsi, mual masih
ada. Pukul 15.00 mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N 72x/menit respirasi
20x/menit suhu 36.0 oC. Pukul 16.00 mengukur GDS harian dengan hasil
325mg/dl. Pukul 18.00 memberikan klien makan dengan diit DM 1700 kalori
48
dengan hasil : makan habis ½ porsi, mual masih ada. Pukul 19.00 mengukur TTV
dengan hasil 130/80 mmhg , Nadi: 80 x/menit, pernafasan: 20x/menit, suhu
36.5oc. Pukul 20.00 evaluasi kondisi klien hasilnya : nafsu makan masih kurang,
badan masih lemas. Pukul 23.00 mengukur TTV , hasil : TD : 120/80 mmHg, nadi
: 76 x/menit, RR : 19x/menit, suhu : 36,7◦C.
Evaluasi
Kamis, 20 Desember 2018
S : Klien mengatakan lemas, pusing, mual masih ada, berat badan sebelum sakit
65kg
O : Klien tampak lemah, pucat, makan habis ½ porsi GDS 267 mg/dl
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi dilanjutkan :
a. Timbang berat badan setiap 1 kali dalam seminggu
b. Identifikasi makanan yang disukai dan tidak disukai
c. Lakukan pemeriksaan gula darah (dag curve) Setiap hari
d. Berikan insulin novorapid 8 unit setiap 15 menit sebelum makan
e. Berikan makan dengan diit DM 1700 kalori
Pelaksanaan :
Kamis, 20 Desember 2018
Pukul 05.00 mengukur tanda-tanda vital hasil TD 110/70 mmHg, N 80x/m, RR
19x/menit, S 36.3oC. pukul 05.30 membantu keluarga memandikan klien dan
mengganti baju klien dengan hasil klien tampak segar. Pukul 07.20 memberikan
klien posisi semi fowler dengan hasil klien tampak nyaman dengan posisinya.
Pukul 09.00 mengobservasi klien, klien mengatakan badan masih lemes, cepat
51
lelah, sulit dalam beraktivitas. Pukul 11.00 mengukur TTV hasil 110/70 mmHg,
nadi: 80 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu: 36,8◦C. pukul 14.00 mengobservasi klien,
klien mengatakan badan masih lemes, cepat lelah, sulit dalam beraktivitas. Pukul
15.00 mengukur TTV hasil TD 120/80 mmHg N 72x/menit respirasi 20x/menit
suhu 36.0oC. Pukul 19.00 mengukur TTV 130/80 mmhg, Nadi: 80 x/menit,
pernafasan: 20x /menit, suhu 36.5oc. pukul 20.00 mengobservasi klien , klien
mengatakan badan masih lemes, cepat lelah, sulit dalam beraktivitas. Pukul 23.00
mengukur TTV , hasil : TD : 120/80 mmHg, nadi : 76 x/menit, RR : 19x/menit,
suhu : 36,7◦C.
suhu 36.0 C. Pukul 19.00 mengukur TTV 115/65 mmhg , Nadi: 78 x/menit,
pernafasan: 19 x/menit, suhu 36.2oC. Pukul 20.00 mengobservasi klien dengan
hasil klien mengatakan lemas sudah berkurang. Pukul 23.00 mengukur TTV,
hasil: TD: 120/80 mmHg, nadi : 76 x/menit, RR : 19x/menit, suhu : 36,5◦C.
Evaluasi
Kamis, 20 Desember 2018
S : Klien mengatakan badan lemas, mudah lelah, susah beraktivitas
O : Klien tampak lemas, ADL dibantu keluarga. TTV: TD: 120/80 mmHg, N: 74
x/menit, RR: 19x/menit, S: 36,30C
A : Tujuan belum tercapai
P : Intervensi di lanjutkan :
a. Pantau TTV setiap pukul 05.00,11.00, 15.00, 19.00, 23.00
b. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas (makan, eliminasi, mandi)
c. Observasi aktivitas yang menimbulkan kelelahan
d. Berikan klien posisi semi fowler
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus yang penulis dapatkan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien Tn.C dengan Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM) diruang New Bougenville Lantai 3 Rumah Sakit Pelni
Jakarta selama 3 hari mulai tanggal 20 Desember – 22 Desember 2018
melalui Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian Keperawatan,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan
Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Penyebab dari NIDDM pada klien sudah sesuai dengan teori yaitu karena
faktor usia serta diperberat dengan gaya hidup yang sering minum teh hampir
3x sehari. Manifestasi klinis yang ada pada teori adalah polidipsi, poliuri,
polifagi, dan penurunan berat badan. Sedangkan yang ada pada kasus yaitu
penurunan berat badan, poliuri, polidipsi, polifagi. tetapi ada manifestasi
klinis yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu luka sukar
sembuh karena klien tidak ada luka.
Pemeriksaan diagnostik pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
dilakukan pemeriksaan gula darah kurve, trombosit darah (HT dan Leukosit),
ureum-creatinin.
Dan pemeriksaan yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus yaitu tidak
dilakukan pemeriksaan amilase darah karena pada klien tidak terdapat tanda -
tanda pankreatitis dan pada klien dengan NIDDM tidak terjadi DKA
(Diabetik Ketoasidosis), pemeriksaan fungsi tyroid tidak dilakukan karena
pada klien tidak ditemukan tanda- tanda pembesaran kelenjar tyroid.
54
Pemeriksaan urine : gula dan keton tidak dilakukan karena sudah cukup
dilakukan dengan pemeriksaan gula darah untuk menegakkan diagnosa.
Penatalaksanaan medis pada kasus yang sudah sesuai dengan teori yaitu
pemberian obat antidiabetik yaitu injeksi novorapid 3x8 unit sebelum makan
yaitu pukul 06.00, 12.00, 18.00 terapi ini diberikan karena klien sudah
terinfeksi dan gula darah meningkat. Perencanaan diit yang sudah disesuai
yaitu diit DM 1700 kalori, Pemeriksaan kurve harian.
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori terdapat sembilan diagnosa keperawatan yaitu : Kekurangan
volume cairan berhubungan diuresis osmotik (dari Hiperglikemia),
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin , penurunan pemasukan oral ; anoreksia , mual,
lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran, hipermetabolisme,
Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa
tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, atau ISK,
Perubahan sensori - perseptual berhubungan dengan perubahan kimia
endogen , ketidak seimbangan glukosa/insulin, Kelelahan berhubungan
dengan penurunan produksi energi metabolic, perubahan kimia darah;
infusiensi insulin, peningkatan kebutuhan energy: status
hipermetabolik/infeksi, Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit
jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan
orang lain, Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi, Kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan (
nekrosis luka gangren), Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik dan kelemahan fisik. Diagnosa keperawatan yang
55
ditemukan pada kasus yang sesuai dengan teori ada tiga diagnosa
keperawatan yaitu : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, Kelelahan berhubungan dengan
penurunan energi metabolik. Sedangkan diagnosa keperawatan yang ada pada
teori tetapi tidak ada pada kasus ada enam diagnosa yaitu: Resiko tinggi
terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, atau ISK, Perubahan
sensori - perseptual berhubungan dengan perubahan kimia endogen, ketidak
seimbangan glukosa/insulin, Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit
jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan dengan
orang lain, Kurang pengetahuan mengenai penyakit berhubungan dengan
kurang pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi, Kerusakan
integritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan (
nekrosis luka gangren), Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan
produksi energi metabolik dan kelemahan.
C. Perencanaan Keperawatan
Pada tahap perencanaan diagnosa prioritas menurut teori yaitu resiko
kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik tujuan dan
kriteria hasil terpenuhi dalam 3x24 jam perawatan, tanda tanda vital dalam
batas normal, intake dan output seimbang, turgor kulit elastis, pengisian
kapiler baik dengan perencanaan pantau masukan dan haluaran selama 24
jam, pantau TTV, catat adanya perubahan tekanan darah, pantau suhu, warna
kulit dan membrane mukosa, ukur berat badan setiap satu minggu,tingkatkan
lingkungan yang dapat menimbulkan rasa nyaman, pantau pemeriksaan
laboratorium seperti HT, Na, K, CL, berikan terapi cairan sesuai indikasi.
Sedangkan diagnosa prioritas yang ada pada kasus yaitu resiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik tujuan dan kriteria hasil
yaitu kebutuhan cairan seimbang setelah 3x24 jam perawatan tanda – tanda
56
vital dalam batas normal (TD 110-120/70-90 mmHg, Nadi 60-80 x/mnt,
pernapasan 16-20 x/mnt, suhu 36.0-37,5 oC), nadi perifer dapat teraba, turgor
kulit dan pengisian kapiler baik, ureum creatinin dalam batas normal (ureum
13-49 mg/dl, creatinin 0.7-1.3 mg/dl) dengan perencanaan lanjutkan tirah
baring, pantau intake dan output cairan selama 24 jam, ukur tanda tanda vital
(05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00), timbang BB tiap 1 x dalam seminggu,
kolaborasikan pemeriksaan ulang laboratorium ureum, creatinin, natrium,
kalium, clorida.
Penulis sudah membuat perencanaan sesuai antara teori dan kasus. Penentuan
pembuatan rencana tiap – tiap diagnosa penulis tentukan sesuai dengan
diagnosa pada kasus. Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya
referensi untuk pembuatan perencanaan, tidak ada faktor penghambat yang
penulis temukan.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Diagnosa pertama resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
diuresis osmotik. Rencana yang sudah dilakukan yaitu mencatat intake dan
output dalam 24 jam, mengukur TTV setiap pukul (05.00, 11.00, 15.00,
57
E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi keperawatan ini mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan, pada diagnosa resiko kekurangan volume
cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, tujuan tercapai sebagian
dibuktikan dengan klien mengatakan masih terasa lemas, banyak minum,
sering BAK, TTV dengan hasil TD : 120/70 mmHg, nadi : 72 x/menit, RR :
58
20x/menit, suhu : 36,3◦C, intake 2200cc output 2130cc. mukosa bibir lembab,
turgor kulit elastis.
Faktor pendukung yang penulis dapatkan yaitu adanya acuan tujuan dan
kriteria hasil pada tahap perencanaan sehingga dapat menjadi tolak ukur
asuhan keperawatan berhasil atau tidak. Sedangkan faktor penghambat tidak
ditemukan oleh penulis pada tahap evaluasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada TN.C dengan
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus di Ruang New Bougenville Lantai 3
Rumah Sakit Pelni Jakarta maka penulis manyimpulkan dan memberi saran yang
sekiranya dapat diterima oleh pembaca.
A. Kesimpulan
Pengkajian keperawatan : penyebab dan faktor resiko terjadinya Non Insulin
Dependent Diabetes Mellitus adalah faktor usia yang diperberat dengan gaya hidup.
Manifestasi yang ditemukan adalah adanya kelemahan, cepat lelah, poliuria,
penurunan berat badan. Pemeriksaan diagnostik yang di lakukan yaitu glukosa darah,
elektrolit, hemoglobin, ureum, dan kreatinin. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu
pumpisel 40 mg IV, injeksi navorapid 3x8 ui SC, terapi infus NaCl 0,9% 8 jam/kolf
20 tpm, diet : Bubur DM 1700 kalori.
59
60
cairan selama 24 jam, ukur tanda tanda vital (05.00, 11.00, 15.00, 19.00, 23.00),
timbang BB tiap 1 x dalam seminggu,
kolaborasikan pemeriksaan ulang laboratorium ureum, creatinin, natrium, kalium,
clorida.
Pelaksanaan yang dilakukan mengacu pada perencanaan yang sudah dibuat yaitu
mengukur TTV, memantau hasil laboratorium, mengobservasi dan mengidentifikasi
klien, dan mengukur gula darah.
Evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan mengacu pada tujuan dan kriteria hasil
yang terdapat pada perencanaan. Pada evaluasi dua diagnosa keperawatan tercapai
sebagian, dan satu diagsona tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberi saran sebagai berikut :
1. Diharapkan perawat ruangan berkolaborasi untuk pemeriksaan laboratorium
ulang.
2. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kerja sama yang lebih baik
dalam melaksanakan tindakan keperawatan khususnya bagi klien dengan
NIDDM.
3. Diharapkan penulis dan perawat mampu meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang baik kepada klien dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M & Hawks, Jane Hokanson. (2015) Keperawatan Medikal Bedah edisi
8. Singapore: Elsevier
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran , Edisi 12. Jakarta :
EGC, 1022
Purnamasari, D .2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes melitus : Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 1134 hlm
Sylvia., M, lorraine (2015). Patofiiologi Edisi 6 Vol 2 Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jakarta EGC
61