Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Skip to content
HOME
ABOUT
KUMPULAN ASKEP
Nursing is Art
KONSEP ASKEP ANAK DENGAN
KASUS HIPERAKTIVITAS
JUNE 6, 2014 BY YUYAKURNIA
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KASUS NON INFESI DAN MASALAH KHUSUS
(HIPERAKTIVITAS)
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat
impulsif dan hiperaktivitas.
Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan perhatian yang menandakan gangguan-gangguan
sentral yang terdapat pada anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis, kerusakan otak
minimal atau disfungsi serebral minimal.
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau
attention deficitand hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu
kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang
timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan
perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr.
Seto Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif
adalah: Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai
dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah
sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda.
I.2. ETIOLOGI
Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1. Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya
proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan
dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya
perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah
terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif
yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi.
Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di
daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan
2. Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk membentuk perilaku
hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang meningkat, ibu yang merokok
dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
3. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar
25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada
anak kembar.
I.3. KLASIFIKASI
Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda
respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi
ternyata ia bisa mengikuti pelajaran
Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau
diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu
bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka,
dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari
sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang.
b) Sering mengalami kesulitan dalam memfokuskan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.
d) Sering tidak mentaati instruksi dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan rumah,tugas atau pekerkaan ditempat
kerja (bukan karena sikap menentang atau karena tidak mengerti intruksi).
f) Sering menghindar, tidak menyukai atau enggan terlibat dalam tugas-tugas yang memerlukan usaha mental terus-
menerus (seperti pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah).
g) Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas atau aktivitas (misal : mainan, tugas
sekolah, pensil, buku, atau alat-alat sekolah )
b) Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain atau dalam situasi lain yang seharusnya tidak
diperkenankan.
c) Sering berlarian atau memanjat berlebihan pada situasi yang tidak semestinya.
d) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam aktivitas dalam waktu senggang dengan tenang.
i) Sering menginterupsi atau mengganggu orang lain (memotong percakapan atau permainan orang lain)
I.5. PATOFISIOLOGI
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan
hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan
biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 – 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang
telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat
perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut
dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang
diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan,
mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu
pengobatan serta perawatan, maka angka–angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang
diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik.
I.6. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengejakan aritmatika (sering kali akibat
abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan kata-kata yang diungkapkan)
I.7. PEMERIKSAAN
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang
mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak
pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang
progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu.
I.8. PENATALAKSANAAN
1. Keperawatan
1. Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan
kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan
akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut
haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.
2. Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan
dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian.
3. Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak tersebut akan
mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan
keras
4. Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara-acara televisi
yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir balik.
5. Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barang-barang yang membahayakan dan
mudah pecah dihindarkan.
6. Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak
tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka.
2. Medis
1) Terapi farmakologi :
Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering
digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai
pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan
mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta
impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya,
maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan
pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak.
2) Dosis:
Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada
nafsu makan dan tidur penderita.
1. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak akan tetapi berat badan
tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu
makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari.
Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia
lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya
anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan
lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan.
2. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis
awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja
setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20
mg/jam.
3. Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan
setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek
samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
4. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk,
iritabilitas serta distonia.
Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan penurunan berat
badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun
hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan
dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan.
b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan
menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak
dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang
jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela,
menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur
atau terlambat tingkat perkembangannya
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap
perilaku tersebut.
d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang
lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat
memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas.
b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau
melompat dari tempat yang tinggi.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda
dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, “tidak ada yang menyukaiku di sekolah”, tetapi mereka tidak dapat
menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri.
7. Konsep diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami
ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam
mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung
dan orang tua.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud
tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak
menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak
untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
B. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan hiperaktif mencakup :
II.2. DIAGNOSA
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan gangguan kepribadian.
3. Resiko perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian
hiperaktivitas.
4. Resiko cedera berhubungan dengan psikologis (orientasi tidak efektif)
5. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan penyakit mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
II.3. INTERVENSI
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan disabilitas perkembangan (hiperaktivitas).
NOC : Ketrampilan interaksi social
Tujuan : Pasien mampu menunjukan interaksi social yang baik.
Kriteria Hasil :
2) Mendapatakan atau meningkatkan ketrampilan interaksi social (misalnya: kedekatan, kerja sama, sensitivitas dan
sebagainya).
4) Indicator skala :
1. Tidak ada
2. Terbatas
3. Sedang
4. Banyak
NIC : Peningkatan sosialisasi, aktivitas keperawatan :
Tujuan : Pasien dapat berkonsentrasi secara penuh terhadap obyek atau benda- benda disekitarnya
Kriteria Hasil :
4) Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Konsentrasi, aktivitas keperawatan :
Tujuan : Orang tua mampu menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi terhadap anak dengan hiperaktivitas.
Kriteria Hasil :
2) Mengidentifikasi factor-faktor resiko dirinya yang dapat mengarah menjadi orang tua yang tidak efektif.
4) Indikator skala :
1. Berikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana cara mengatasi perilaku anak yang hiperaktif.
2. Ajarkan pada orang tua tentang tahapan penting perkembangan normal dan perilaku anak.
3. Bantu orang tua dalam mengimplementasikan program perilaku anak yang positif.
4. Bantu keluarga dalam membuat perubahan dalam lingkungan rumah yang dapat menurunkan perilaku negative anak.
Kriteria Hasil :
2) Pasien/keluarga akan mengidentifikasikan resiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap cedera.
3) Orang tua akan memilih permainan, memberi perawatan dan kontak social lingkungannya dengan baik.
4) Indikator skala :
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh, aktivitas keperawatan :
1. Identifikasikan factor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misalnya: perubahan status mental, keletihan setelah
beraktivitas, dll.
2. Berikan materi pendidikan yang berhubungan dengan strategi dan tindakan untuk mencegah cedera.
3. Berikan informasi mengenai bahaya lingkungan dan karakteristiknya (misalnya : naik tangga, kolam renang jalan
raya, dll )
4. Hindarkan benda-benda disekitar pasien yang dapat membahayakan dan menyebabkan cidera.
5. Ajarkan kepada pasien untuk berhati-hati dengan alat permainannya dan intruksikan kepada keluarga untuk memilih
permainan yang sesuai dan tidak menimbulkan cedera.
6. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan. penyakit mental (hiperaktivitas), kurang konsentrasi.
NOC: Child Development
Kriteria Hasil:
1) Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan yaitu tidak mengalami keterlambatan 25 % atau lebih area
sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar.
2) Indikator skala :
1. Lakukan pengkajian kesehatan yang seksama (misalnya, riwayat anak, temperamen, budaya, lingkungan keluarga,
skrining perkembangan) untuk menentukan tingkat fungsional.
2. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktivitas dengan anak lain.
3. Kaji adanya faktor resiko pada saat prenatal dan pasca natal.
4. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada perkembangannya.
5. Berikan penguatan yang positif/umpan balik terhadap usaha-usaha mengekspresikan diri.
6. Ajarkan kepada orang tua tentang hal-hal penting dalam perkembangan anak.
II.4. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan.
II.5. EVALUASI
1. Kemampuan interaksi sosial
2. Proses pikir
3. Fokus terhadap sesuatu
4. Respon terhadap stimulus
5. Harapan peran orang tua
6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif
7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko
DAFTAR PUSTAKA
Report this ad
Report this ad
Share this:
Twitter
Facebook3
Google
Related
ASKEP Myeloma MultipleIn "asuhan keperawatan"
ASKEP SistitisIn "asuhan keperawatan"
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
PADA KASUS CUSHING SINDROMIn "asuhan keperawatan"
THIS ENTRY WAS TAGGED ASUHAN KEPERAWATAN, HIPERAKTIVITAS, KEPERAWATAN, KEPERAWATAN
ANAK, KONSEP ASKEP, KONSEP DASAR TEORI. BOOKMARK THE PERMALINK.
POST NAVIGATION
← KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA
KASUS CUSHING SINDROM
Nilai Sebuah Waktu →
Leave a Reply
Archives
July 2014
June 2014
May 2014
April 2014
M T W T F S S
« May Jul »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
June 2014
M T W T F S S
« May Jul »
1
2 3 4 5 6 7 8
9 10 11 12 13 14 15
16 17 18 19 20 21 22
23 24 25 26 27 28 29
30
June 2014
CREATE A FREE WEBSITE OR BLOG AT WORDPRESS.COM.
Close and accept
Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.
To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy
Follow