Vous êtes sur la page 1sur 6
TINGKAT KECEMASAN PENDERITA PASIEN ASMA SAAT TERJADI KEKAMBUHAN DI PUSKESMAS BANGSAL KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO RIDAWI 11901087 Subject : Penderita Asma, Kecemasan, Kekambuhan, Penderita Pasien Asma DESCRIPTION Angla penyakit alergi alchir-alchir ini terus meningket, sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modem, atau polusi baik dari linglungan ‘maupun zat-zat yang terdapat pada makenan Faktor pencetus serangan asma adalah kondisi psilologis Klien yang tidal stabil termasulc di dalamnya cemas Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan penderita asma saat terjadi kekambuhan Jenis penelitian desiriptif Variabel penelitian tingkeat ecemasan penderita asma saat terjaci kelambuhan Populasi sebanyale 15 responden, telnik sampling ‘menggunakan fotal sampling sehingga didapatkan sampel sebanyak 15 responden Penelitian dilaksanalan pada tanggal 17-22 Juni 2014 di Puskesmas Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Instrument penelitian menggunakan lembar kuesioner Teknik pengolahan data menggunakan editing codimg scormg enty data, cleaning, dan tabulasi, lalu disajiikan dalam tabel distribusi frelcuensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar pendenita pasien asma mengalami cemas sedang saat terjadi Kekembuhan yaitu sebanyak 8 responden (53,3%) Tingkat kecemasan penderita asma seat terjadi Kekambuhan disebabkan oleh beberapa faktor yang melatarbelakengi Kecemasan yalni usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan jenis kelamin Simpulan penderita asma mengalami cemas sedang saat terjadi Kekambuban Oleh kerena itu tenaga Kesehatan khususnya perawat dalam ‘mengatasi kecemasan diharapkan memberikan penyuluhan, Konseling dan membantu penderita asma untuk menghindani aldbat stres adalah dengan ‘mengajarkan penerapan manajemen stres dan tekink relalesasi ABSTRACT Recently, the rate of allergic diseases increase more, accordance with the lifestyle of modem society, either pollution from environment or substances contained in the foods. The tngger asthma attacks are unstable psychological conditions of patient including ammety. The purpose of this study is to Inow the aniety level of patients with asthma during relapse The type of this study is descriptive The variables are the aniety level of patients with asthma during relapse. The population is 15 respondents, sampling techniques use total sampling to obtain 15 respondents The study had been conducted on June 17-22 2014 in the public health centers at Bangsal Mojokerto The instrument uses a questionaire The data processing techniques use editing, coding, scoring, data entry, cleaning, and tabulating, and presented with the frequency distnbution table. Based on the results of the study showed that most patients with middle asthma patients experience anxiety during a relapse amount eight respondents (53.3%). ‘Ansiety Level of patients with asthma during relapse is caused by several factors behind anaiety are age, education level, occupation, and gender. The conclution, the patients with asthma experience middle amaety when recurrence. Therefore, the health workers, especially nurses are expected provide education, counseling and help patients with asthma to avoid stress with teaching the application of stress management and relaxation technique Keywords : Anxiety, Asthma, Recurrence Contributor: Dwiharini P, S. Kep. Ns Sunyoto, S.Kep. Ns Date 14 Mei 2014 ‘Type Material : Laporan Penelitian URL. Right Summary LATAR BELAKANG ‘Asma merupakan penyakit gangguan inflamasi kronis saluran pemapasan yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran udara yang reversible dan gejala pemafasan. Penyakit asma di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi, ampek, sasale angole, dan berbagai istilah lolal ainnya, Asma merupalan suatu penyelit gangguan jalan nafas obstruktif intemmiten yang bersifat reversible, membaik secara spontan dengan atau tanpa pengobatan (Prasetyo, 2010). Penderita dengan serangan asma alan mengalami gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa dada tertekan yang timbul dalam Derbagai derajat dan ringan sampai berat yang dapat mengancam jiwa (Rosma, 2008). Salah satu fator pencetus serangan asma adalah kondisi psilologis Kklien ‘yang tidak stabil temasuk di dalamnya cemas. Kecemasan dapat mengalabatkan perubahan pada paru yang memungkinkan terjadinya asma. Kecemasan yang dialami pasien sering diabaikan sehingga frelowensi kekambuhan menjadi iebih sering dan klien jatuh pada keadaan yang lebih buruk (Ayu, 2010). Penyakit asma mengenai semua umur meski kekerapannya lebih banyale pada anak-anak dibanding dewasa. Cemas yang berhubungan dengan asma dilaporkan sebagai diagnosa yang sering di tangani (50% - 74%). Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat dan menginfolan bahwa saat ini ada sekitar 300 juta orang yang menderita asma di seluruh dunia. Sedangan untuk penderita penyakit asma di Indonesia berkisar 1,5 juta orang Penyakit asma ini dapat menyebabkan menurunnya produltivitas penderitanya bahlan kematian (Hilmah, 2013). Sedangkan berdasarlan survei i berbagai rumah salt, jumlah penderita asma di sejumlah propinst seperti Bali (2.4%), Jawa Timur (7%), Jakerta untule analc-anak (16,5%), Malang untuk anak-anak (22%), Jakarta Timur untuk dewasa (18,3%) dan Jakarta Pusat (7%) (Yumus, 2009), Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanalsan di Puskesmas Bangsal Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto pada tanggal 03 Maret 2014 dari 10 penderita pasien asma, 7 penderita pasien asma mengalami kecemasan sedang saat terjadi Kekambuhan, den 3 penderita pasien asma mengalami Kecemasan ringan seat tesjadi kekambuhan Penyebab timbulnya kecemasan pada penderita asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, bunga, ‘keturunan, linglaungan dan faktor psikologi (Suparyanto, 2011), Kecemasan dapat ‘mengakibatian perubahan pada paru yang memungkinkan terjadinya asma. Respon yang ditimbulkan oleh kecemasan dapat dimanifestasilan oleh syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Respon simpatis akan menyebabkan dilepasnya mediator-mediator kimia (Histamin, Eosinofil dll) sehingga menyebabian timbulnya reaksi utama : Kontriksi otot-otot polos saluran nafas yang besar atau kecil yang menimbulkan bronchospasme, peninglatan emmeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang ‘menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa han. Dalam penatalaltsanaan asma, yang penting adalah menghinden pencetus (trigger) dan memilih pengobatan yang tepat untuk mencegah munculnya gejala asma. Selain itu, menghilangkan gejala dengan cepat dan ‘menghentikan serangen asma yang sedang terjadi. Kondisi ini merupakan suatu rantai yang sulit ditentukan ‘mana yang menjadi penyebab dan mana yang merupalan alibat (Wayan, 2009). Upaya yang dapat dilauken dalam pencegahan terjadinya kekambuhan asma yang dapat dilalmkan yalni menghindari debu rumah harus dipahami, caliergen lain seperti ‘aucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga diketamui bahwa binatang yang tidal diduga seperti Kecoak dan tiluus dapat ‘menimbulkan penyakit asma (Prasetyo, 2010). Peran perawat dalam membantu individu atau Idien dengan asma bronchial untule menghindani atau meminimalkan Kecemasan adalah mendorong individu untuk mengembangkan strategi pencegahan dan penatalalsanaan kecemasan misalnya dengan memanfaatkan support system (sistem pendulung), sumber Koping dan strategi koping Sedangkan peran perawat dalam membantu individu untule menghindari akibat

Vous aimerez peut-être aussi