Vous êtes sur la page 1sur 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pleura adalah membrane tipus terdiri dari dua lapisan yaitu pleura
viseralis dan parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan
mengadakan penetrasi dengan cabang utama bronkus, arteri dan vena
bonkialis, serabut saraf dan pembuluh limfe. Secara histologist kedua lapisan
ini terdiri dari sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh darah kapiler dan
pembuluh getah bening. Pleura seringkali mengalami pathogenesis seperti
terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena
infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisidarah, kilotoraks (cairan limfe),
piotoraks atau empiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi
udara. Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam,
terutama karena infeksi tuberculosis atau non tuberculosis, keganasan, trauma
dan lain-lain.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan
dalam rongga pleura. (Price, 2005). Efusi pleura adalah adanya cairan yang
berlebih dalam rongga baik transudate maupun eksudat. (Davey, 2005). Jadi
kesimpulan dari efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal atau
penimbunan cairan yang berlebih dalam ronggal pleura baik transudate
maupun eksudat.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit,
melainkan hanya merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat cairan berlebihan dirongga
pleura, jika kondisi ini dibiarkan akan membahayakan jiwa penderitanya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus efusi pleura di
seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ketiga setelah kanker paru,
sekitar 10-15 juta dengan100-250 ribu kematian tiap tahunnya Tingkat
kegawatan pada efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan
pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 1


B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan efusi pleura?
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis, penatalaksanaan keperawawatan dari
Efusi pleura?
3. Bagaimana cara pengkajian pada klien dengan Efusi pleura?
4. Bagaimana mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan Efusi
Pleura?
5. Bagaimana mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan Efusi
Pleura?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi pleura?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan efusi pleura.
2. Mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan dari
Efusi pleura.
3. Mengetahui cara pengkajian pada klien dengan efusi pleura.
4. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan efusi pleura.
5. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan efusi pleura
6. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit efusi
pleura.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 2


BAB II
TEORI

A. DEFINISI
Efusi pleura merupakan suatu gejala yang serius dan dapat mengancam
jiwa penderita.Efusi pleura yaitu suatu keadaan terdapatnya cairan dengan
jumlah berlebihan dalam rongga pleura.Efusi pleura dapat di sebabkan antara
lain karena tuberkulosis, neo plasma atau karsinoma, gagal jantung, pnemonia,
dan infeksi virus maupun bakteri (Ariyanti, 2003).
Efusi pleura adalah jumlah cairan non purulen yang berlebihan dalam
rongga pleural, antara lapisan visceral dan parietal (Mansjoer Arif, 2001).
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer
jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit
lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5
sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan
pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

B. ETIOLOGI
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena
adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit
ginjal, tumor me diastinum, sindroma meig (tumor oarium) dan
sindroma vena kava superior :
1. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang
(tuberculosis, pneumonia, v i r u s ) , b r o n k i e k t a s i s , a b s e s
a m u b a s u b f r e n i k y a n g m e n e m b u s k e r o n g g a pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena
trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
2. Penyebab lain dari efusi pleura adalah:

a. Gagal jantung
b. Kadar protein yang rendah
c. Sirosis
d. Pneumonia

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 3


e. Tuberculosis
f. Emboli paru
g. Tumor
h. Cidera di dada
i. Obat-obatan (hidralazin, prokainamid, isoniazid, fenitoin
klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin, dantrolen, prokarbazin).
j. Pemasangan selang untuk makanan atau selang intravena yang kurang
baik.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI


1. Anatomi

Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari; sel-sel
mesotelial, jaringan ikat, pembuluh–pembuluh darah kapiler, dan pembuluh–
pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tersebut memisahkan paru–paru dari
dinding dada dan mediastinum.Pleura terdiri dari 2 lapisan yang berbeda yakni
pleura viseralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada
hilus paru. Dalam beberapa hal terdapat perbedaan antara kedua pleura ini
yakni:
1. Pleura viseralis, bagian permukaan luarnya terdiri dari selapis sel mesotelial
yang tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 um). Diantara celah–celah sel ini
terdapat beberapa sel limfosit. Dibawah sel–sel mesotellial ini terdapat
endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit. Seterusnya dibawah ini
(dinamakan lapisan tengah) terdapat jaringan kolagen dan serat–serat
elastik. Pada lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang
sangat banyak mengandung pembuluh darah kapiler dari Arteri pulmonalis

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 4


dan Arteri brakialis serta pembuluh getah bening. Keseluruhan jaringan
pleura viseral ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
2. Pleura parietalis, disini lapisan jaringan lebih tebal dan terdiri juga dari sel-
sel mesotelial dan jaringan ikat (jaringan kolagen dan serat–serat elastik).
Dalam jaringan ikat ini terdapat pembuluh kapiler dari arteri interkostalis
dan arteri mammaria interna, pembuluh getah bening dan banyak reseptor
saraf – saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan
temperatur. Sistem persyarafan ini berasal dari nervus interkostalis dinding
dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada. Keseluruhan jaringan
pleura parietalis ini menempel dengan mudah, tapi juga mudah dilepaskan
dari dinding dada diatasnya.
2. Fisiologi
a. Produksi
- Pleura parietalis memproduksi cairan pleura 0,1 ml/kg BB/hari
- Rata-rata jumlah cairan pleura adalah 5-20 ml, jumlah ini tidak tampak
pada foto thorax konvensional.
b. Aliran
- Cairan ini mengalir mengikuti hukum starting dari pleura parietalis ke
rongga pleura akibat tekanan di kapiler pleura parietalis.
c. Absorbsi
- Absorbsi cairan paling banyak terjadi lewat kapiler pleura viseralis
- Protein kembali diserap oleh limfe pleura paritelis

D. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura
parietalis dan pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan
antara 1 – 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak
teratur.Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura,
sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa
cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut
dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura parietalis dan
tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi
oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil diabsorbsi oleh system kapiler

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 5


pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan yang pada pleura
viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar sel – sel mesofelial.
Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya keseimbangan antara
produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm H2o.
Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi
primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar
getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah
bening akan mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran
akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam
rongga pleura. Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa
paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening.
Sebab lain dapat juga dari robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening
yang menuju rongga pleura, iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah
merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura
tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya
serous, kadang – kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura
bias mengandung leukosit antara 500 – 2000. Mula – mula yang dominan
adalah sel – sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi
sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi
bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi
pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain : Irama
pernapasan tidak teratur, frekwensi pernapasan meningkat , pergerakan dada
asimetris, dada yanbg lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.
Selain hal – hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh effusi pleura
yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk dan
berat badan menurun.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 6


Patofisiologi

Efusi Pleura

Faktor
Penyebab

Payah Jantung Keganasan paru, infeksi,


gangguan penyerapan
Kongesti getah bening, peningkatan
permeabilitas kapiler

Bendungan
Paru
Eksudasi

Peningkatan
Tekanan V.
Pulmonalis
Akumulasi cairan
dlm rongga pleura Kurang
pengetahuan ttg
Transudat penyakitnya
Menyebabkan
tekanan pd Pleura
Parenkal
Penumpukan Stresor
Cairan dlm psikologis
rongga pleura

Menurunnya Merangsang
Suplai 02 Dalam reseptor untuk
Payah kembang Darah serabut saraf
paru tdk normal

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 7


Menyebabkan
pasien cemas
Kompensasi tubuh Mengeluarkan
untuk bradikinin,
Kompensasi tubuh untuk mendapatkan 02 serotonin
mendapatkan suplai 02
kedarah yaitu dengan
meningkatkan frekuensi
nafas Konstruksi Otot- Impuls diantar
Otot Pernafasan ke korteks
hipotalamus

Pola Nafas
Tidak Efektif
Energi banyak Nyeri
digerakkan
untuk bernafas

Intoleransi Kelemahan
Aktivitas

E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan efusi pleura bersifat asimtomatik, timbul gejala sesuai
dengan penyakit yang mendasarinya. Pneumonia akan menyebabkan demam,
menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi sudah membesar dan
menyebar, kemungkinan timbul dispnea dan batuk. Efusi pleura yang besar
akan megakibatkan nafas pendek. Tanda fisik meliputi deviasi trakea
menjauhi sisi yang terkena, dullnes pada perkusi dan penurunan bunyi
pernapasan pada sisi yang terkena. (Irman Soemantri, 2007 Hal. 98)
Manifestasi klinik yang muncul ( Tierney, 2002 dan Tucker , 1998 ) adalah:
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Kesulitan bernafas

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 8


d. Peningkatan suhu tubuh jika ada infeksi
e. Keletihan
f. Batuk

F. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang muncul adalah
a. Sesak nafas
b. Nyeri dada
c. Pleuritik
d. Deviasi trakea
e. Nyeri perut
f. Batuk
g. Cegukan
h. Pernafasan yang cepat
i. Rasa Berat pada dada
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,
dan nyeri dada, pleuritis ( Pneumonia), panas tinggi, subfebril ( Tuberkulosis),
banyak keringat, batuk, dan banyak riak.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar Tembus Dada
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan
membentuk bayangan seperti kurva, dengan permukaan lateral lebih tinggi
dan pada bagian medial. Bila permukaannya horizontal dan lateral ke
medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari
luar atau dari dalam paru-paru itu sendiri.
Hal ini yang dapat terlihat dalam foto dada efusi pleura adalah
terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan.
Namun, bila terdapat atelektasis pada sisi yang bersamaan dengan cairan.
Mediastinum akan tetap pada tempatnya.
2. Torakosentesis

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 9


Aspirasi cairan pleura berguna sebagai sarana untuk diagnosis
maupun teropeutik. Pelaksanaan dilakukan sebaiknya pasa posisi duduk.
Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru di sela iga lX garis aksila
posterior dengan memakai jarum Abbocath no 14 atau 16. Pengeluaran
cairan sebaiknya tidak lebih dari 1000-1500cc pada setiap kali aspirasi.
Aspirasi sekaligus banyak akan menimbulkan pleura shock ( hipertensi )
atau edema paru-paru. Edema paru-paru terjadi karena paru-paru terlalu
cepat mengembang.
3. Biopsi Pleura
Pemeriksaan histologis satu atau beberapa contoh jaringan pleura
dapat menunjukan 50-75% diagnosis kasus pleuritis tuberkulosis dan
tumor pleura. Bila hasil biopsi pertama tidak memuaskan dapat dilakukan
biopsi ulangan. Komplikasi biopsi adalah pneumotoraks, hemotoraks dan
penyebaran infeksi atau tumor pada dinding dada.
4. Pendekatan pada efusi yang tidak terdiagosis
Pemeriksaan tambahan :
a. Bronkoskopi : Pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum, dan
abses paru-paru.
b. Scaning isotop : Pada kasus-kasus dengan emboli paru-paru
c. Torokoskopi ( Fiber-optic pleuroscopy) : Pada kasus-kasus dengan
neoplasma atau TBC

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Aspirasi cairan pleura
Fungsi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura
yang dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu
punksi ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi
restriktif paru atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah
cairan yang boleh diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum
penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan umum penderita makin
sedikit jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk membantu
pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat timbul dengan tindakan
aspirasi :

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 10


a. Trauma
Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat
mengenai pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping
merobek pleura parietalis yang dapat menyebabkan pneumothorak.
b. Mediastinal Displacement
Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran
cairan pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat
menyebabkan bergesernya kembali struktur mediastinal. Tekanan
negatif yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur
mediastinal kepada struktur semula atau struktur yang retroflux dapat
menimbulkan perburukan keadaan terutama disebabkan terjadinya
gangguan pada hemodinamik.
c. Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan
hipoproteinemia.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama
dapat menimbulkan tiga pengaruh pokok :

a. Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang


dapat menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan
elektrolit dalam tubuh
b. Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang
negatif sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura
yang lebih banyak
c. Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 11


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SMA
Alamat : Tondano
Nomor Register :-
Tanggal MRS : 08 Oktober 2011
Tanggal Pengkajian : 09 Oktober 2011
Diagnosa Medis : Efusi Pleura

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Status Pernikahan : Menikah
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan terakhir : SMK
Alamat : Tondano

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
- Saat MRS : Klien mengatakan sesak nafas

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 12


- Saat pengkajian : klien mengatakan sesak dan dada terasa nyeri pada
bagian kiri, sesak dan nyeri dada klien bertambah bila dibuat gerak, skala
nyari 5.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien merasa sesak, batuk dan nyeri dada sejak jumat (7 oktober 2011) lalu
klien berobat di puskesmas dengan diagnosa asma, klien pulang dan meminum
obat yang diberikan dokter di puskesmas, tetapi sesak nafas dan nyeri dada
klien tidak berkurang. Kemudian klien dibawa ke RSUD Prof Kandow
Malalayang pada tanggal 8 oktober 2011.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mempunyai riwayat penyakit asma sejak 6 tahun yang lalu, klien tidak
pernah MRS sebelumnya
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu dan anak klien mempunyai riwayat penyakit asma.

3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sesak nafas, Kesadaran Umum Compos Mentis
2. Tanda-Tanda Vital
• Tekanan Darah : 120/80 mmHg
• Nadi : 112x Permenit
• Suhu : 36,6ºC
• RR : 28x Permenit
3. Antropometri
• Tinggi Badan : 164 cm
• BB : 49 kg
4. Pemeriksaan Body of system
a. Breathing (B1)
Inspeksi:
Bentuk dada asmetris, cembung pada sisi kiri, pergerakan dada menurun
pada sisi kiri, terpasang nasal kanule O2 2 ltr/mnt, sesak nafas (+), batuk

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 13


produktif (+), secret (+), warna hijau purulent, terdapat pernapasan cuping
hiung.
Palpasi:
Pergerakan dada asimetris, fremitus dada melemah pada sisi kiri, terdapat
nyeri tekan pada dada kiri
Perkusi:
Pada dada kiri terdapat suara redup
Aukultasi:
Tidak terdapat ronchi dan wheezing, suara napas melemah pada sisi kiri,
terdapat egofoni.
b. Blood (B2)
- Inspeksi :Tidakterlihat adanya Cyanosis
- Palpasi :Akral hangat, CRT <3 detik, nadi : 122x/ mnit
- Perkusi :Suara redup pada daerah jantung
- Aukultasi : Bunyi jantung normal, TD : 120/90 mmHg
c. Brain (B3)
Kesadaran composmentis, GCS 456, mata : konjungtiva tidak anemis,
sclera merah muda. Fungsi sensoris : penglihatan tidak terdapat gangguan,
pendengaran masih dapat mendengarkan suara baik pelan maupun keras,
penciuman, perabaan, dan pengecapan masih pad abates normal.
d. Bladder (B4)
Kondisi saluran kencing bersih, tidak terdapat lesi atau benjolan, BAK 3x
sehari warma kuning jernih, bau khas urine, minum 3/4 gelas/hari
e. Bowel(B5)
Abdomen simetris, tidak ada benjolan, mukosa bibir lembab, tidak
terdapat stomatitis, gigi lengkap, BAB 1x/hari, lembek berbau khas. Tidak
terdapat nyri tekan pada abdomen, perkusi abdomen tympani, peristaltic
usus 16x/mnt.
f. Bone(6)
Ekstremitas simetris kiri kanan, tidak terdapat fraktur pada ektremitas atas
dan bawah, kekuatan otot normal, akral hangat, CRT <3 detik

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 14


4. DATA BIOLOGIS
1. Pola Nutrisi
- Makan
a. Frekuensi : 3x Sehari
b. Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
c. Porsi/Jumlah : 1 Piring kecil
d. Keluhan : Tidak nafsu makan
e. Makanan yang dipantang : Tidak Ada
f. Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
g. Suplemen yang dikonsumsi : Vit. C
- Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ± 8 Gelas
2. Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB)
Klien mengatakan BAB tidak teratur
- Buang Air Kecil (BAK)
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input – Output = 180cc
d. Warna : Kuning Jernih
e. Keluhan : Tidak ada
3. Pola Istirahat/Tidur
a. Tidur Siang : ± 2 jam
b. Tidur Malam : ± 7 Jam
c. Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari
karena tidak nyaman tidur
4. Personal Hygiene

a. Mandi : 1x Sehari
b. Jenis Pakaian : Kaos dan daster
c. Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
d. Personal Hygiene : Dibersihkan 1x sehari

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 15


5. DATA PSIKOLOGIS
a. Status Perkawinan : Menikah
b. Status Emosi : Terkadang sedikit Cemas
c. Pola Koping : Positif ( Klien selalu menceritakan masalah yang
dihadapinya
d. Pola Komunikatif : Klien Koperatif
e. Konsep Diri
Gambaran Diri : Klien terbuka dalam semua pertanyaan
Peran Diri : - Klien mengakui dirinya sebagai suami yang baik
bagi istrinya
- Klien mengakui dirinya sebagai ayah yang baik bagi
anaknya
Harga Diri : - Klien mengakui tidak merasa tersisihkan
- Klien mengakui merasa dibutuhkan
- Klien mengakui senang menjadi seorang ayah

6. DATA PSIKOSOSIAL
Klien mengatakan merasa cemas tentang penyakit yang dideritanya, apa sudah
parah atau masih bisa disembuhkan.

7. DATA SOSIAL
Klien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar

8. DATA SPIRITUAL
Klien mengatakan selalu solat 5 waktu dan menjalankan kewajibannya sebagai
umat muslim.

9. DATA PENUNJANG
a. Foto Ro
- Perselubungan homogeny di hemithoraks kiri, pendorongan jantung
kekanan, pendorongan trachea ke kanan, diafragma kiri sulit dinilai.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 16


- Kesimpulna : Efusi pleura kiri
b. Laboratorium
- Hb : 9,6
- Leukosit : 11.500
- Hematokrit : 28.8
- Eritrosit : 4.200.000
- Trombosit : 505.000
- Bilirubin T : 26,3
- Bilirubin D : 12,8
- SGOT : 90
- SGPT: 117
- Kreatinin Serum : 0,79
- Urea : 17,1
- Asam Urat : 3,97
- GDA : 86

10. THERAPY
- Infus RL 20 lpm
- Fungsi pleura
- Ciprofloxacim 2x500 mg
- Aminophilin 4x200 mg

11. DATA TAMBAHAN


Ketidakefektifan pola pernapasan
- Pernapasan sukar
- Pernapasan disritmik
- Ortopnea
- Takipnea
- Hiperpnea
Nyeri
- Agitasi
- Ansitas

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 17


- Menggosok bagian yang nyeri
- Imobilitas
- Gangguan konsentrasi
- Mengaktifkan rahang/mengepalkan tangan
Insomnia
- Klien tampak kurang bergairah
- Afek tampak berubah
- Kontak mata yang buruk
- Melihat sepintas
- Tampak waspada

II. ANALISA DATA


No. Data Etiologi Masalah
1. DO : Penurunan ekspansi Ketidakefektifan
- Dispnea, paru terhadap pola pernapasan
- perubahan frekuensi napas penumpukan cairan
- Pernapasan sukar, dalam rongga pleura
- Ortopnea,
- Takipna, hiperpnea,
- pernafasan disritmik
- Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt Sesak
- Dada simetris,cembung pada sisi kiri
pergerakan dada menurun pada sisi
kiri
- Diafragma kiri sulit dinilai Pola nafas tidak efektif
DS
klien mengatakan sesak napas.
2. DO : Gangguan pernapasan Nyeri
- Gangguan kosentrasi, di tandai dengan sesak
- Sesak nafas dan nyeri pada dada
- Batuk produktif bagian kiri
- Secret
- Agitasi
- menggosokbagian yang nyeri Iritasi pleura
- Gangguan kosentrasi
- Mengatupkan
rahang/mengepalkan tangan.
- Terdapat nyeri tekan pada dada kiri Terangsangnya saraf
intra thorax
DS :
Klien mengatakan sesak dan dada terasa Nyeri
nyeri pada bagian kiri (skala nyeri 5 )

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 18


3. DO : Ancaman kematian Imsomnia (susah
- Klien tampak kurang bergairah yang ditandai dengan tidur) dan
- Afek tampak berubah ketidakmampuan kecemasan
- Perubahan pada pola tidur
bernapas
- Gugup
Kurang pengetahuan ttg
DS :
penyakitnya
Klien mengeluh susah tidur,
Klien merasa cemas dengan penyakit
yang dideritanya Stresor psikologis

Sesak napas

Menyebabkan pasien
cemas

III. DIAGNOSA DAN PERENCANAAN


KRITERIA
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
STANDART
1. Ketidak Pasien - Irama: Reguler 1. Mengkaji dan 1. Dengan mengkaji
efektifan mampu - Frekuensi : 20- identivikasi pernafasan,kita dapat
pola mempertahan 24x/mnt penyebab ke tahu sejauh mana
pernafasan kan fungsi - Tidak ada tidak efektifan perubahan kondisi
b.d paru secara dispnea pola nafas. pasien dan
menurunnya normal. - Pernapasan mengidentifikasi pen
ekspansi Dalam ritmik yebab, kita dapat
paru jangka waktu - Pada pemeriksaa menentukan jenis
sekunder 3x24 jam n sinar X dada effusi pleurasehingga
terhadap tidak ditemukan dapat mengambil
penumpuka adanya tindakan.
n cairan akumulasi cairan
dalam - Bunyi nafas 2. Melakukan 2.Pening katan RR dan
rongga terdengar jelas. observasi TTV. tachcardi merupakan
pleura. medikasi adanya
penurunan fungsi pan.

3. Menetapkan 3.Memudahkan
klien pada pertukaran gas agar
posisi tidak mengalami
semifollar. kesusahan pada pola
nafas.

4. Lakukan 4.Aukultasi dapat


aukultasi suara menentukan kelainan

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 19


nafas tiap 2-4 suara nafas pada
jam bagian paru-paru

5.Memberikan 5.pasien mampu


tentang tehnik berlatih tentang
pengontrolan tehnik pengontrolan
nafas. nafas yang di
anjurkan.

6. Baringkan 6.Penurunan diafragma


pasien dalam memperluas daerah
posisi yang dada sehingga
nyaman,dalam ekspansi pun biasa
posisi duduk, maksimal.
dengan kepala
tempat tidur
ditinggikan 60-
90 derajat.

7.Bantu dan 7.Menekan daerah


ajarkan pasien yang nyeri ketika
untuk batuk dan batuk atau nafas
nafas dalam dalam,penekanan
yang efektif. otot otot dada serta
abdomen membuat
batuk lebih efektif.

8.Kolaborasi 8.Pemberian oksigen


dengan tim dapat menurunkan
medis lain beban pernafasan dan
untuk mencegah terjadinya
pemberian O2 sianosis akibat
dan obat-obatan hiponia dengan photo
serta frothorax toraks dapat di
monitor kemajuan
dari berkurangnya
cairan dan
kembalinya daya
kembang paru.

2. Nyeri b.d Nyeri hilang - Pasien 1. Mengkaji 1. Nyeri dada biasanya


gangguan atau mengatakan terhadap ada dalam beberapa
pernafasan berkurang nyeri berkurang adanya nyeri. derajat pada
ditandai Dalam atau dapat pneumonia, juga
dengan jangka waktu dikontrol, dapat timbul
sesak dan 2x24 jam - Pasien tampak komplikasi
nyeri pada tenang pericarditis dan

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 20


dada bagian - Wajah pasien endocarditis.
kiri tampak 2. Ajarkan pada 2. Agar menurunkan
membaik klien tentang ketegangan otot
- Kondisi pasien manajement rangka, yang dapat
tidak terlihat nyeri dengan menurunkan
lemah. distraksi dan intensitas nyeri.
relaksasi.
3. Anjurkan dan 3. Alat untuk
bantu pasien mengontrol
dalam menekan ketidaknyamanan
dada selama dada sementara
episode batuk. meningkatkan
keefektifan upaya
batuk.

4. Menentukaan 4.Nyeri dada biasanya


karakteristik ada dalam beberapa
nyeri. derajat pada efusi
plura.

5. Kolaborasi 5. Obat ini dapat


dengan dokter digunakan untuk
untuk menekan batuk
pemberian nonproduktif/parok
analgetik sesuai simal atau
indikasi menurunkan
. mukosa berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan/
istirahat umum.
3. Cemas Pasien - Pasien mampu 1.Jelaskan 1. Pasien mampu
berhubunga mampu bernapas secara mengenai menerima keadaan
n dengan memahami normal penyakit dan dan mengerti,
adanya dan - Pasien mampu diagnosanya sehingga dapat di
ancaman menerima beradaptasi ajak kerjasama
kematian keadaannya dengan dalam keperawatan.
yang sehingga keadaannya
2. Ajarkan teknik 2. Mengurangi
ditandai tidak terjadi
relaksasinapas ketegangan otot dan
dengan kecemasan
dalam. kecemasan saat
ketidakmam dalam jangka
bernapas.
puan waktu 2x24
bernafas. jam 3. Pertahankan 3. Hubungan saling
hubungan percaya membantu
saling percaya proses terapeutik.
antara perawat
dan pasien

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 21


4. Kaji faktor yang 4. Tindakan yang tepat
menyebabkan di perlukan dalam
timbulnya rasa mengatasi masalah
cemas dan membangun
kepercayaan dalam
mengurangi
kecemasan.
5. Bantu pasien 5. Rasa cemas
menghilangkan merupakan efek
rassa cemasnya emosi, sehingga
agar tidak susah apabila sudah
tidur teridentifikasi
perasaan yang
mengganggu dapat
diketahui.

IV. IMPLEMENTASI
TGL/JAM NO.DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
9 Oktober 2011
08.00 WIB 1 1. Mengajarkan Klien
untukmengatasai hiperventila mengikutinya.
si melalui control
pernafasan..

09.00 WIB 2 2.Mengkaji adanya nyeri, skala Pasien


dan intensitas nyeri pasien menyatakan skala
nyeri berkurang

10.00 WIB 3 3. Mengajarkan teknik Pasien mampu


relaksasi. melakukannya

11.00 WIB 1 4.Menganjurkan pasien Pasien mengikuti


melakukan posisi tiga titik. dengan baik.

11.30 WIB 1 5.Pemberian terapy fungsi Pasien mengikuti


pleura. proses terapy

12.00 WIB 1 6.Melakukan kolaborasi dengan Pasien


tim medis lain untuk menggunakan dan
pembelian O2 dan obat- meminumnya
obatan serta frothorax

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 22


10 oktober 2011
09.00 WIB 2 1. Mengajarkan pada klien Pasien mengaku
tenang manajemen nyeri mengerti dan
dengan distraksi dan mencobanya.
relaksasi

10.00 WIB 2 2. Memberikan analgetik sesuai Pasien mau


indikasi meminumnya

11.00 WIB 1 3. Pemberian O2 2liter/ menit Pasien


menerimanya
dengan baik

12.00 WIB 2 4 .Observasi TTV Pasien mengikuti


- Tensi 120/80 mmhg proses observasi
- Nadi 89 x/menit
- Suhu 36,6 ͦ C
- RR 14 x/menit

13.00 WIB 3 4. Menganjurkan dan Pasien


membantu pasien dalam mengatakan mau
menekan dada selama melakukan
episode batuk

2 5. Mempertahankan hubungan Pasien mengaku


saling percaya antara perawat tenang
dan pasien

2 6.Menawarkan pembersihan Pasien bersedia


mulut dengan sering melakukanya

11 oktober 2011

10.00 WIB 3 1. Menjelaskan kepada pasien Pasien


mengenai penyakit dan memperhatikan
diagnosanya penjelasanya

11.00 WIB 1 2. Membantu dan ajarkan Pasien mampu


pasien untuk batuk dan nafas batuk dan napas
dalam yang efektif. secara efektif

12.00 WIB 3 3. Mengkaji faktor yang Pasien mengerti


menyebabkan timbulnya rasa dan
cemas mengatakannya

13.00 WIB 3 4. Membantu pasien mengenali Pasien mampu


dan mengakui rassa mengakui dan

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 23


cemasnya. mengungkapkan
nya

I. EVALUASI
Tgl/Jm No Diagnosa Evaluasi Paraf
9 oktober 2011 1 S : Pasien sudah bisa mempertahankan
fingsi paru secara normal
14.00 O :
- T:120/80mmHg, nadi: 89x/mnt,
S:36,6 RR: 28x/mnt
- Terpasang nasal klaune
- Melakukan observasi RR 2x 24 jam
- Memberikan oksigenasi 2 liter/menit
pada pasien
- Menetapkan pasien dalam posisi
semi fowler.
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

10 oktober 2011 2 S : Klien mengatakan sesak reda dan dada


15.00 terasa ringan pada bagian kiri
O:
- Kosentrasi seimbang
- Pola tidur kembali normal
- Dada simetris.
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
11 oktober 2011 3 S : Kondisi pasien sedikit tenang dan tidak
15.00 lagi cemas
O:
- Wajah berseri
- Pasien mengerti akan penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 24


BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan
dalam rongga pleura. Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi dibagi
menjadi unilateral dan bilateral. Tanda dan gejala yang mungkin muncul
adalah Sesak nafas, Nyeri dada, Pleuritik, Deviasi trakea, Nyeri perut, Batuk,
Cegukan, Pernafasan yang cepat, Rasa Berat pada dada. Pengobatan terhadap
pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi penyakit yang
mendasarinya, mencegah penumpakan kembali cairan, serta untuk mengurangi
ketidak nyamanan dan dispnea. Komplikasi yang dapat terjadi adalah Infeksi
paru dan fibrosis paru.

B. Saran
a. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran tentang adanya hubungan komunikasi terapeutik
yang baik kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Diharapkan kepada perawat, dokter, dan tim kesehatan untuk memberikan
penkes tentang penyakit kepada pasien dan keluarga pasien untuk
menambah pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya.
c. Pada semua orang yang mengalami sesak nafas, nyeri daerah dada,
pernafasan cepat yang sifatnya masih ringan sebaiknya langsung
periksakan ke pelayanan kesehatan agar memperoleh tindakan
keperawatan dan pengobatan yang cepat dan tepat sedini mungkin.

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 25


DAFTAR PUSTAKA

Doenges. E. Marilynn, Moorhouse Frances Mary, Geissler C. Alice. 2000 edisi


III. Jakarta.Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Penerbit: Buku Kedokter EGC.
NANDA-I, 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: Buku kedokteran EGC
Donges, Marilynn E, 1999. “Rencana Asuhan Keperawatan”, EGC: Jakarta
http://medicina-islamica-lg.blogspot.com/2012/02/anatomi-fisiologi-pleura.html

Asuhan Keperawatan Efusi Pleura 26

Vous aimerez peut-être aussi