Vous êtes sur la page 1sur 12

1.

Standar Akuntansi Pemerintahan


Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan standar yang digunakan oleh pemerintah
dalam menyusun laporan keuangan yang disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP). Sampai dengan tahun 2003, SAP menggunakan cash basis, sedangkan dari tahun 2004
sampai 2014, SAP menggunakan cash toward accrual basis (basis kas menuju akrual). SAP
berbasis kas menuju akrual ini adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan
berbasis kas, serta mengakui asset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Sejak tahun 2015,
Indonesia sudah mengimplementasikan SAP berbasis akrual (accrual basis) dengan karakteristik
sebagai berikut:

1. Transaksi dicatat menggunakan accrual basis


2. Asset diukur menggunakan historical cost
3. Depresiasi untuk asset tetap
4. Accrual basis pada pendapatan dan beban
5. Cash basis pada Laporan Realisasi Anggaran
6. Full disclosure

Referensi utama untuk SAP berbasis akrual ini adalah International Public Sector Accounting
Standards (IPSAS) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Terdapat kerangka konseptual dan
13 PSAP untuk SAP berbasis akrual ini, yaitu:

1. PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan


2. PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
3. PSAP 03 Laporan Arus Kas
4. PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan
5. PSAP 05 Akuntansi Persediaan
6. PSAP 06 Akuntansi Investasi
7. PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
8. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan
9. PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
10. PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
11. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
12. PSAP 12 Laporan Operasional
13. PSAP 13 Penyajian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

KSAP juga telah menerbitkan IPSAP (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan)
yang merupakan klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas PSAP. Interpretasi Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan bertujuan menjelaskan lebih lanjut topik tertentu guna
menghindari salah tafsir penggunaan PSAP, yaitu terdiri dari:

1. Interpretasi SAP 01 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing


2. Interpretasi SAP 02 tentang Pengakuan Pendapatan yang Diterima Pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah
3. Interpretasi SAP 03 tentang Pengakuan Penerimaan Pembiayaan yang Diterima Pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan yang Dikeluarkan
Dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah
4. Interpretasi SAP 04 tentang Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan
tanpa Penyajian Kembali Laporan Keuangan

Selain itu, KSAP juga telah menerbitkan beberapa Buletin Teknis yang merupakan informasi
yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai pedoman bagi pengguna. Buletin Teknis SAP
dimaksudkan untuk mengatasi masalah teknis akuntansi dengan menjelaskan secara teknis
penerapan PSAP dan/atau IPSAP. Buletin Teknis SAP terdiri dari:

1. Buletin Teknis 01 tentang Neraca Awal Pemerintah Pusat


2. Buletin Teknis 02 tentang Neraca Awal Pemerintah Daerah
3. Buletin Teknis 03 tentang Penyajian Laporan keuangan Pemerintah Daerah Sesuai
Dengan SAP dengan Konversi
4. Buletin Teknis 04 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah
5. Buletin Teknis 05 tentang Akuntansi Penyusutan (telah diganti dengan bultek 18)
6. Buletin Teknis 06 tentang Akuntansi Piutang (telah diganti dengan bultek 16)
7. Buletin Teknis 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir
8. Buletin Teknis 08 tentang Akuntansi Utang (telah diganti dengan bultek 22)
9. Buletin Teknis 09 tentang Akuntansi Aset Tetap (telah diganti dengan bultek 15)
10. Buletin Teknis 10 tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial
11. Buletin Teknis 11 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud (telah diganti dengan bultek 17)
12. Buletin Teknis 12 tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing
13. Buletin Teknis 13 tentang Akuntansi Hibah
14. Buletin Teknis 14 tentang Akuntansi Kas
15. Buletin Teknis 15 tentang Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual
16. Buletin Teknis 16 tentang Akuntansi Piutang Berbasis Akrual
17. Buletin Teknis 17 tentang Akuntansi Aset Tak Berwujud Berbasis Akrual
18. Buletin Teknis 18 tentang Akuntansi Penyusutan Berbasis Akrual
19. Buletin Teknis 19 tentang Akuntansi Bantuan Sosial Berbasis Akrual
20. Buletin Teknis 20 tentang Akuntansi Kerugian Negara/Daerah
21. Buletin Teknis 21 tentang Akuntansi Transfer Berbasis Akrual
22. Buletin Teknis 22 tentang Akuntansi Utang berbasis Akrual
23. Buletin Teknis 23 tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan

Dengan SAP berbasis kas menuju akrual, laporan keuangan yang dibuat oleh entitas pelaporan
hanya empat laporan, yaitu: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Namun pada SAP berbasis akrual, laporan keuangan yang harus
dibuat ada tujuh, yaitu:

1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran
3. Laporan Operasional
4. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
5. Laporan Perubahan Ekuitas
6. Laporan Arus Kas
7. Catatan atas Laporan Keuangan

Sumber: www.ksap.org

Referensi : PP No. 71 Tahun 2010 tentang


Standar Akuntansi Pemerintahan
15 Mei 201111 Maret 2014 by fafaahmad, posted in Akuntansi Pemerintahan

Dalam UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16, dapat
dilihat bahwa definisi pendapatan dan belanja negara/daerah berbasis akrual karena disana
disebutkan bahwa : Pendapatan negara/daerah dalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Namun kita diperkenankan
untuk transisi karena saat itu praktik yang ada adalah dengan menggunakan basis kas, dimana
pendapatan dan belanja diakui saat uang masuk/keluar ke/dari kas umum negara/daerah.
Dispensasi ini tercantum dalam Pasal 36 ayat 1 UU 17 Tahun 2003 yang intinya ketentuan
mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun, artinya sampai dengan tahun 2008. Untuk masa
transisi itulah PP 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah terbit, dimana kita
memakai basis Kas Menuju Akrual (Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis kas, Neraca
berdasarkan basis Akrual). Dalam pelaksanaan PP 24 Tahun 2005 tersebut hingga Laporan
Keuangan Pemerintah tahun 2008 selesai diaudit di tahun 2009, ternyata opini yang didapat
pemerintah saat itu masih menyedihkan. Untuk itulah, Pemerintah akhirnya berkonsultasi dengan
Pimpinan DPR, dan disepakati bahwa basis akrual akan dilaksanakan secara penuh mulai tahun
2014.

Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-
aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun
2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-
lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan
pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri),
sedangkan Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.

Perbedaan mendasar dari sisi jenis laporan keuangan antara Lampiran I dan Lampiran II adalah
sebagai berikut:

Lampiran I

 Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran, Laporan


Perubahan Saldo Anggaran Lebih
 Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan

Lampiran II

 Laporan terdiri dari Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, dan Catatan
atas Laporan Keuangan
Dengan perbedaan jenis Laporan Keuangan yang akan dihasilkan, otomatis penjelasan pada
setiap Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang terkait dengan masing-masing
Laporan Keuangan akan mengalami perubahan.

Perbedaan daftar isi pada Lampiran I dan Lampiran II adalah sebagai berikut:

Lampiran I

 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
o PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
o PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas;
o PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
o PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
o PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
o PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
o PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
o PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
o PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
o PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
o PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian.
o PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

Lampiran II

 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan


 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
o PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
o PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
o PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
o PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
o PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
o PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
o PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
o PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
o PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
o PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
dan Peristiwa Luar Biasa;
o PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;

Kedua daftar isi hampir serupa karena memang kebijakan yang diambil oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintah saat mengembangkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual ini
adalah dengan beranjak dari PP 24 tahun 2005 yang kemudian dilakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap PP 24 tahun 2005 itu sendiri. Dengan strategi ini diharapkan pembaca PP
71 tahun 2010 nantinya tidak mengalami kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena
lebih mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari penyesuaian
atas International Public Sector of Accounting Standards (IPSAS) yang diacu oleh KSAP.

PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan selanjutnya dapat anda download dari
halaman Daftar Peraturan

2. 5 Karakteristik Kualitatif Pelaporan Sektor Publik

Salah satu unsur dari kerangka konseptual akuntansi sektor publik adalah Karakteristik Kualitatif
Laporan Keuangan Sektor Publik. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas informasi dalam
laporan keuangan yang dapat berguna bagi pemakai. Karakteristik kualitatif yang utama adalah
dapat diperbandingkan. Untuk lebih lanjutnya, simak artikel yang akan dibahas oleh Mas
Software Akuntansi dibawah ini,
1.Dapat diperbandingkan

Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan organisasi antarperiode untuk


mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antarorganisasi untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan secara relative. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian
dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
bagi organisasi publik tersebut, antarperiode organisasi yang sama, dan bagi organisasi yang
berbeda.

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif yang dapat dibandingkan adalah pemakai harus
mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan sektor publik, perubahan kebijakan, serta pengaruh perubahan tersebut. Para pemakai
dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta
peristiwa lain yang sama dari satu periode ke periode lainnya dalam organisasi yang berbeda.
Ketaatan pada standar akuntansi keuangan sektor publik, termasuk pengungkapan kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh organisasi, akan membantu pencapaian daya banding.

Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-mata dan
tidak boleh menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi sektor publik yang
lebih baik. Organisasi tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak selaras dengan
karakteristik kualitatif yang relevan dari keandalan. Organisasi juga tidak perlu mempertahankan
suatu kebijakan akuntansi kalau ada alternative lain yang lebih relevan dan lebih andal.

Apabila pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan antar periode, maka organisasi perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam
laporan keuangan.

2.Kendala Informasi yang Relevan dan Andal

Jika terjadi penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan
akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relative
antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi yang andal. Penyediaan informasi yang
tepat waktu akan meningkatkan keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai
seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang
bermanfaat bagi pengambil keputusan. Karena itu, penggunaan software akuntansi di perusahaan
sangat membantu dalam penyajian laporan-laporan tersebut secara tepat waktu tanpa harus
disusun dulu secara manual.

3.Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat


Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala pervasif ketimbang
karakteristik kualitatif. Manfaat yang dihasilkan harus melebihi biaya penyusunannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya
juga tidak harus dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati manfaat. Sementara itu,
manfaat bisa dinikmati oleh pemakai selain pemakai utama informasi, seperti penyediaan
informasi untuk kreditor, juga bisa digunakan oleh para calon pemasok organisasi publik. Oleh
karena itu, aplikasi uji biaya-manfaat sebaiknya dilakukan untuk suatu kasus tertentu.

4.Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif

Dalam prakteknya, keseimbangan atau trade off diantara berbagai karakteristik kualitatif sering
kali diperlukan. Tujuannya adalah untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara
berbagai karakteristik guna memenuhi tujuan laporan keuangan sektor publik dan kepentingan
relative dari berbagai karakteristik pada sejumlah kasus yang berbeda.

5.Penyajian Wajar

Laporan keuangan sering dianggap sebagai sarana menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu organisasi publik. Kerangka konseptual ini tidak
menangani secara langsung konsep tersebut dan juga penerapan karakteristik kualitatif pokok.
Selain itu, standar akuntansi keuangan sektor publik juga memberikan panduan tentang batasan
laporan keuangan yang dianggap wajar.

Sumber : Indra Bastian

3.Kerangka konseptual akuntansi sektor publik


1. 1. Elsita F. Mokodompit KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK
2. 2. PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL kerangka konseptual akuntansi sektor
publik adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan pengembangan standar
akuntansi sektor publik yang disusun oleh sebuah komite perumus standar independen
dan merupakan rujukan penting bagi komite standar akuntansi, penyusun laporan
keuangan, dan pemeriksa dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur secara jelas dalam pernyataan standar akuntansi sektor publik.
3. 3. TUJUAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Tujuannya
adalah sebagai acuan bagi: 1. Penyusun standar akuntansi sektor publik dalam
melaksanakan tugas perumusan standar. 2. Penyusun laporan keuangan dalam
menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi 3.
Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan standar akuntansi sektor publik 4. Para pengguna laporan keuangan dalam
menafsirkan informasi pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi sektor publik
4. 4. Landasan Operasional atau Landasan Praktek Tingkat 3 Praktek Konvensi dan
Kebiasaan Pelaporan Yang Sehat Buku Teks/Ajar. Artikel dan Pendapat Ahli Tingkat 2
Buletin Teknis Peraturan Pemerintah untuk Sektor Publik Pedoman atau Praktek
Akuntansi Sektor Publik Simpulan Riset Akuntansi Sektor Publik Tingkat 1 Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintah Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Landasan Konseptual Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan Hirarki Prinsip
Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia
5. 5. RUANG LINGKUP KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
• Tujuan laporan keuangan • Karakteristik yang dibutuhkan dari suatu informasi
akuntansi keuangan • Asumsi-asumsi akuntansi • Prinsip dasar untuk pengakuan dan
pelaporan • Kendala-kendala • Unsur-unsur laporan keuangan
6. 6. RUANG LINGKUP KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
DI INDONESIA • Tujuan kerangka konseptual • Lingkungan akuntansi pemerintahan •
Pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna • Entitas pelaporan • Peranan dan
tujuan pelaporan keuangan, serta dasar hukum • Asumsi dasar, karakteristik kualitatif
yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta
kendala informasi akuntansi; dan definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang
membentuk laporan keuangan.
7. 7. LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN Ciri-ciri penting lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah sbb: a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan b. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian
8. 8. PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN •
Pemakai Laporan keuangan: Masyarakat; para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan
lembaga pemeriksa; pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,
dan pinjaman; pemerintah • Kebutuhan Informasi – Informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua
kelompok pemakai
9. 9. ENTITAS PELAPORAN Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peratuarn perundang-undangan
wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan, yang
terdiri dari: a. Pemerintah pusat; b. Pemerintah daerah; c. Satuan organisasi di lingkungan
pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-
undangan dengan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.
10. 10. PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN Peranan Pelaporan
Keuangan: Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan: a.
Akuntabilitas b. Manajemen c. Transparansi d. Keseimbangan Antargenerasi
11. 11. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN • Menyediakan informasi mengenai
kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran. •
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi
dan alokasinya dengan anggaran yang ditetpkan dan peraturan perundang-undangan. •
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumberdaya ekonomi digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai. • Menyediakan informasi
mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegatannya dan mencukupi
kebutuhan kasnya.
12. 12. • Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman • Menyediakan
informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.
13. 13. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN • Laporan Realisasi Anggaran • Neraca •
Laporan Arus Kas • Catatan atas Laporan Keuangan
14. 14. ASUMSI DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Asumsi Kemandirian Entitas •
Asumsi Kesinambungan Entitas • Asumsi Keterukuran dalam Satuan Uang (Monetary
Measurement)
15. 15. KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
Relevan Andal • Penyajian Jujur • Dapat Diverifikasi • Netralitas • Dapat Dibandingkan •
Dapat Dipahami
16. 16. PRINSIP AKUNTANSI DAN LAPORAN KEUANGAN • Basis Akuntansi • Prinsip
Nilai Historis • Prinsip Realisasi • Prinsip Substansi Mengungguli • Prinsip Periodisitas •
Prinsip Konsistensi • Prinsip Pengungkapan Lengkap • Prinsip Penyajian Wajar
17. 17. KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL • Materialitas •
Pertimbangan Biaya dan Manfaat • Keseimbangan Antarkarakteristik Kualitaif
18. 18. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Pengakuan dalam akuntansi
adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan suatu kejadian atau peristiwa
dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang melengkapi unsur aset,
kewajiban, ekuitas dana, pendapatn, belanja, dan pembiayaan, sebagaimana akan termuat
pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. • Keandalan Pengukuran •
Pengakuan Aset • Pengakuan Kewajiban • Pengakuan Pendapatan • Pengakuan Belanja
KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
Kerangka konseptual merupakan acuan dan juga dalam pengembangan dalam standar akuntansi
dan solusi atas berbagai hal yang belum diatur dalam standar tersebut. Definisi kerangka
konseptual akuntansi sector public Kerangka konseptual akuntansi sector public merupakan
konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam sector public
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan pelaksanaan siklus akuntansi sector public.
Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, ketentuan standar
akuntansi itu diuji menurut unsur kerangka konseptual yang terkait. Dalam jangka panjang
konflik semacan itu diharapkan dapat diselesaikan sejalan dengan pengembangan standar
akuntansi di masa depan. Tujuan dan peranan konseptual Akuntansi sector public Kerangka
konseptual akuntansi sector public disusun dengan berbagai tujuan , yaitu acuan bagi: a. Tim
Penyusun standar akuntansi keuangan sector public b. Penyusun Laporan Keuangan untuk
memahami praktek akuntansi menurut prinsip akuntansi yang secara lazim dan standar akuntansi
keuangan sector public c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum. d. Para pamakai laporan
keuangan yang disusun sesuai standar akuntansi keuangan sector public . Kerangka konseptual
ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector public. Revisi kerangka dasar bisa
dilakukan dari waktu ke waktu, selaras dengan pengalaman komite penyusunan standar
akuntansi keuangan sector public dalam penggunaan kerangka dasar tersebut.

Lingkup Kerangka Konseptual Akuntansi Sektor Publik Meliputi : 1. Perencanaan public 2.


Penganggaran public 3. Realisasi anggaran public 4. Pengadaan barang dan jasa public 5.
Pelaporan sector public 6. Audit sector public 7. Pertanggungjawaban public Perencanaan
merupakan proses pertama dan sangat menentukan keberhasilan proses selanjutnya. Jadi , proses
penganggaran yang baik dan berkualitas sangat menentukan keberhasilan serta akuntabilitas
program. Sebagai tahap pelaksanaan dari hasil proses sebelumnya, dibutuhkan mekanisme
bagaimana agar proses realisasi anggaran dilaksanakan dgn baik dan berkualitas. Laporan
Keuangan dan laporan kinerja organisasi sector public disusun serta disajikan sekurang-
kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kepentingan sejumlah besar pemakai. Laporan
keuangan sector public dihasilkan dari proses pelaporan keuangan dalam organisasi-organisasi
sector public. Kerangka konseptual juga akan membahas jalannya proses dan pelaksanaan audit
sector public yang berkualitas. Audit yang berkualits adalah proses pelaksanaan audit yang
sesuai dengan standar yang berkualitas. Pertanggungjawaban merupakan proses akhir dalam
siklus akuntansi sector public dan juga tahap terakhir dari penentuan ketercapaian atau ketidak
tercapaian kualitas program secata keseluruhan. Berikut ini merupakan lingkup kerangka
konseptual akuntansi sector public pada organisasi sector public. 1. Pemerintah Pusat

Perencanaan public, musyawarah perencanaan pembangunan jangka panjang nasional,
musrenbang jangka menengah nasional, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah.


Penganggaran public : penyusunan anggaran, pembahasan anggaran,, penetaaan anggaran

Realisasi anggaran public : pelaksanaan anggaran

Pelaporan keuangan sector public proses pelaporan keuangan

Audit sector public : mekanisme audit

Pertanggungjawaban public : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabannya. 2. Pemerintah
Daerah

Perencanaan public : musyawarah perencanaan pembangunan ( musrenbang jangka menengah
daerah, musrenbang penyusunan rencana kerja pemerintah, musrenbang provinsi, musrenbang
kabupaten, musrenbang kecamatan, musrenbang desa.

Penganggaran public : Penyusunan anggaran pembahasan anggaran, penetaan anggaran

Realisasi anggaran public :pelaksanaan anggaran

Pengadaan barang dan jasa public : proses pengadaan barang dan jasa

Pelaporan keuangan sector public : proses pelaporan keuangan

Audit sector public : mekanisme audit

Pertanggungjawaban public : penyampaian LPJ dan pertanggungjawabannya

Vous aimerez peut-être aussi