Vous êtes sur la page 1sur 10

AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

PEMBORAN LUBANG LEDAK

1. Pemilihan Alat Bor


Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermaca-macam
karakteristik, tekstur, struktur dan kekerasannya, maka dalam usaha-usaha tersebut perlu
diterapkan suatu metode yang tepat. Misalnya terhadap batuan yang keras (andesit), maka
proses pemanfaatannya dapat dilakukan dengan metode peledakan. Tetapi sebelum
pelaksanaan keputusan pekerjaan peledakan, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya
fakto-faktor pemilihan bahan peledak dan factor-faktor teknis yang mempengaruhi hasil dari
suatu proses tersebut, sehingga ketetapan pekerjaan dapat tercapai.
Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka
atau quarry adalah pemboran pertikal atau miring. Dalam pekerjaan tambang, pemboran ini
dilakukan untuk media bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya
dan juga pemboran ini sangat berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang khususnya
bentuk bench yang diledakkan. Oleh karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik
itu dilihat dari fragmentasi batuan dan kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi
dengan baik, maka pola pemboran yang baik, aman dan efisien adalah “Staggered Dill
Pattern” dan pola peledakan yang digunakan adalah “Staggered ‘V’ Cut”.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang
memakai metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, antara lain
: ukuran dan kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya,
 Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotary-
rushing, dipakai untuk batuan yang keras, rotary-cutting dipakai untuk batuan sedimen.
 Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang
ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan setelah
mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan tinggi
jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang
tersedia.Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
 Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang ledak
adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan laju
produksi yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan ukuran diameter lubang
ledak adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang diijinkan.
 Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

 Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah
peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

2. Geometri Pemboran
Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang tembak,
kemiringan lubang tembak, tinggi jenjang dan juga pola pemboran.

2.1. Diameter lubang tembak


Diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energi yang
dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan
diledakkan, sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak
cukup untuk menghasilak fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat
kekar dengan jarak kerapatan yang tinggi.
diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau hancuran yang lebih baik
pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan dengan stemming, dimana lubang tembak yang
besar maka panjang stemming juga akan semakin besar dikarenakan untuk menghindari
getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil maka
panjang stemming dapat dikurangi.
ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada :
1. volume massa batuan yang akan dibongkar (vulome produksi)
2. tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3. tinggi fragmentasi yang diinginkan
4. alat muat yang digunakan

2.2. Kedalaman lubang tembak


kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang
diterapkan. dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya kedalaman
lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana kelebihan daripada
kedalaman ini disebut dengan sub drilling.

2.3. Kemiringan lubang tembak (arah pemboran)


Arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah
pemboran miring. arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejjajar untu k mrnjamin
keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri peledakan. lubang
tembak yang dibuat tegak, maka pada bagian lantai jenjang aan menerima gelombang tekan
yang besar, sehingga menimbulkan tonjlan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

gelombang tekan seagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan
diteruskan pada abgian bawah lantai jenjang.
Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas
yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang
tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang
yang lebih kecil.

2.4. Pola pemboran


Pola pemboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan
dua macam pola pemboran yaitu :
1. pola pemboran segi empat (square pattern)
2. pola pemboran selang-seling (staggered)
Pola pemboran segi empat adalah pola pemboran dengan penempatan lubang-lubang tembak
antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola pemboran
segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut square
rectangular pattern. Sedangkan pola pemboran selang-seling adalah pola pemboran yang
penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola
pemboran selang-seling yang mana panjang burden tidak sama dengan panjang spasi disebut
staggered rectangular pattern.
Beberapa Keuntungan Pemboran Miring :
 mengurangi biaya pemboran dan konsumsi handak, karena dengan burden yang besar
 akan diperoleh jenjang yang stabil
 mengurangi resiko timbulnya ´toe dan ´backbreak

Beberapa Kerugian Pemboran Miring :


 sulit melakukan pemboran miring yang akurat
 diperlukan supervisi yang ketat

Beberapa Keuntungan Pemboran Vertikal :


 Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
 Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang
 Bahan peledak lebih sedikit
 B i a ya p e n g e b o r a n l e b i h k e c i l
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

Beberapa Kerugian Pemboran Vertikal :


 Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng
 Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
 Permukaan bidang bebas sering tidak rata

Faktor YangMempengaruhi:
 `Karakteristik Batuan (Data Geoteknik)
 `Karakteristik Bahan Peledak
 `Teknik/ Metode Peledakan Desain :
 `Diameter Lubang Bor
 `Ketinggian Jenjang
 `Geometri Pemboran
 `Struktur Batuan
 `Fragmentasi
 `Kestabilan Jenjang
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)

Mechanical Drilling merupakan operasi pemboran yang peralatan pemborannya


digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat mengendalikan semua
parameter pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran ini disangga diatas rigs dan
menggunakan roda atau ban rantai. Komponen utama pada mechanical drilling adalah,
a. Mesin (sumber energi mekanik)
b. Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)
c. Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)
d. Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)

Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap batuan,
yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.

1 Metode Pemboran Rotary Drilling


Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran
untukmelakukan enetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata
bor, yaitu tricone bit dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil
penetrasinya berupa potongan (cutting).

2 Metode Pemboran Percussive Drilling


Percussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan untuk
melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama Percussive drilling adalah piston.
Energi tumbukan piston diteruskan ke batang bor dan mata bor dalam bentuk gelombang
kejut yang bergerak sepanjang batang bor untuk meremukkan permukaan batuan.

3 Metode Pemboran Rotary – Percussive Drilling


Rotary-Percussive Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi
tumbukan yang dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan batuan. Metode ini terbagi menjadi dua :
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

a. Top Hammer
Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang bor yang
kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.
b. Down The Hole Hammer
Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang dialirkan
langsung ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan diluar mata bor yang kemudian
ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive

Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary-percussive ada dua macam, yaitu integral
drill steel dan extention drill Steel.

1 Integral Drill Steel


Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang bornya
menjadi satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang relative rendah atau
kedalaman pemboran relative dangkal dan diameter lubang bor antara 22-41 mm.Komponen
Batang Bor Jenis Integral.

2 Extension Drill Steel


Berbeda dengan Integral drill, extension drill memerlukan coupling untuk
menghubungkan shank rod denganextension rods. Selain itu, batang bor jenis extension dapat
dipakai untuk mendapatkan kedalaman pemboran yang diinginkan.Komponen
batang extension

Perlengkapan pemboran pada alat bor rotary-percussive drilling dengan


menggunakan extension drill steel adalah :
1) Threads
Drill Steel threads berfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rods dan bits selama
operasi pemboran.Threads terdiri dari 4 macam, yaitu:
a. R – Thread
R – thread digunakan pada lubang berdiameter kecil (22-38 mm), R-thread
memiliki sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan mempunyai profil sudut
yang besar.
b. T – Thread
Dapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan batang bor berukuran 38 – 51 mm. T-
thread memiliki ukuran pitch yang lebih besar dan sudut yang lebih kecil sehingga pelepasan
koplingnya lebih mudah daripada R – thread. Umur pakai thread tipe ini lebih panjang.
c. C – Threads
C – thread didesain untuk batang berukuran 51 mm atau lebih. Pitch pada
thread ini berukuran besar dan slope angle mirip dengan T- thread.
d. GD or HL – Thread
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

Thread ini mempunyai karakteristik diantara R- thread dan T – thread. Thread ini
mempunyai asymmetrical ‘sawtooth’ profil dan digunakan pada batang bor berukuran 25 –
57 mm.

2) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan energi
pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor
dandihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama.

3) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank
adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan komponen
setelah drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.
4) Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan batang bor lainnya.
Tujuan penggunaancoupling untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan.
5) Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari batang bor ke batuan.
Alat bor rotary-percussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
a. Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar tungstan
carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. button bit ini lebih
cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai kecepatan yang lebih tinggi
daripada insert bit, lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing, dan mampu
meneruskan energy dari batang bor secara lebih efektif. (Gambar 3.10) Sleeve-type Semi-
bridge type Full-bridge type Helical-splines type
b. Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan X-bits. Cross bits terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o sedangkan X-bits terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan 105o. Insert bits
memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan 64 mm
untuk Xbits.(
AAN MUNANDAR/ XII GPA/01

https://www.academia.edu/14655812/PEMBORAN_LUBANG_LEDAK (8.39 19/10/2015)

Vous aimerez peut-être aussi